OLEH:
140810301038
SEMINAR AKUNTANSI-C
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1. Pengertian Independensi
Independensi merupakan sikap yang tidak memihak siapapun, tidak dapat
dikendalikan dan dipengaruhi oleh orang lain dan tidak tergantung kepada orang
lain. Seperti yang tercantum dalam SPAP seorang akuntan dalam memberi jasanya
harus beberapa sikap sesuai kode etik akuntan salah satunya adalah sikap
independensi. Jika seorang akuntan memiliki sikap independensi maka laporan
keuangan yang disajikan atau diaudit akan dapat dipercaya keandalannya.
Sikap independensi sangat erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat.
Jika seorang akuntan tidak bersikap independen maka akan hilang kepercayaan dari
masyarakat maupun perusahaan dan kemungkinan besar tidak akan menggunakan
jasa dari akuntan tersebut atau bahkan KAP bisa ditutup.
2. Jenis- jenis independensi
Independensi dibagi menjadi 3:
1) Independence In fact (indpendensi fakta)
Seorang akuntan harus jujur dan tidak memihak dalam memberikan
pendapatnya sesuai dengan fakta yang ada. Sikap ini tergantung dari sikap
pribadi masing-masing akuntan dan sikap ini berkaitan dengan objektivitas.
2) Independence in appearance (independensi penampilan)
Hal ini berkaitan dengan penilaian masyarakat terhadap profesi
akuntan. Seorang akuntan harus menunjukkan sikap independen, dengan
adanya sikap independen maka hasil pekerjaan akuntan tersebut dapat
dipercaya. Oleh karena itu akuntan harus menjaga sikapnya agar tetap
dipandang baik dan bias di percaya oleh masyarakat.
3) Independensi Praktitioner (independensi praktisi)
Seorang auditor harus mampu mempertahankan sikap yang wajar
atau tidak memihak . Auditor bebas dalam memilih teknik dan prosedur
audit, mengemukakan fakta hasil pemeriksaan dan pemberian pendapat dan
rekomendasi yang diberikan.
3. Kasus yang mengancam independensi akuntan di Indonesia dan di Dunia
Kasus yang mengancam independensi akuntan di Indonesia
PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik
pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen
Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan
laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan
tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih
tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan
audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001
disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup
mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan
hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar,
atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit
Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar
Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan
barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa
overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan
sebesar Rp 10,7 miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul
karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT
Kimia Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar
harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar
harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar
penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember
2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah
dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda
tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan,
sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam,
disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma
telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi
kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu
manajemen melakukan kecurangan tersebut.
Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang
menyatakan bahwa Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses
divestasi saham milik Pemerintah di PT KAEF setelah melihat adanya
indikasi penggelembungan keuntungan (overstated) dalam laporan keuangan
pada semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti melanggar
Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan
Keuangan poin 2 Khusus huruf m Perubahan Akuntansi dan Kesalahan
Mendasar poin 3) Kesalahan Mendasar.
Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102
Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61
Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 jo Pasal 64 Peraturan
Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di
Bidang Pasar Modal maka PT Kimia Farma (Persero) Tbk. dikenakan sanksi
administratif berupa denda yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah).
Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal, maka:
a) Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 Juni
2002 diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu
miliar rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena melakukan
kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan per 31
Desember 2001.
b) Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa
selaku auditor PT Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar
sejumlah Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk disetor ke
Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil mendeteksi
adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma
(Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit
sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak
diketemukan adanya unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap
diwajibkan membayar denda karena dianggap telah gagal
menerapkan Persyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP SA
Seksi 110 Tanggung Jawab & Fungsi Auditor Independen,
paragraf 04 Persyaratan Profesional, dimana disebutkan bahwa
persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah
orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai
auditor independen. Kantor KAP HTM telah melakukan pelanggaran
karena berdasar peraturan yang ada jika terdapat kesalahan dalam
laporan hasil auditnya, auditor diberi kesempatan 3 hari untuk
memperbaiki laporannya, namun kator KAP HTM tidak melakukan
perbaikan sehingga dinyatakan bersalah. Selain itu karena terbukti
bersalah dan melanggar kode etik Akuntan maka KAP HTM kurang
dipercaya oleh masyarakat.
Kasus yang mengancam independensi akuntan di Dunia
Worldcom pada awalnya merupakan perusahaan penyedia layanan
telpon jarak jauh. Selama tahun 90an perusahaan ini melakukan beberapa
akuisisi terhadap perusahaan telekomunikasi lain yang kemudian
meningkatkan pendapatnnya dari $152 juta pada tahun 1990 menjadi $392
milyar pada 2001, yang pada akhirnya menempatkan worldcom pada posisi
ke 42 dari 500 perusahan lainnya menurut versi majah fortune.
Akuisisi yang besar telah terjadi pada tahun 1998 pada saat worlcom
mengambil alih perusahaan MCI yaitu peruahaan kedua terbesar di Amerika
yang bergerak pada bidang telekomunikasi jarak jauh. Dan pada tahun yang
sama Worldcom membeli perusahaan UUNet, Compuserve, dan jaringan
data AOL (american Online) yang mengukuhkan posisi Worldcom menjadi
operator no 1 dalam infrastruktur internet.
Pada tahun 1990 terjadi masalah fundamental ekonomi pada
Worldcom yaitu terlalu besarnya kapasitas telekomunikasi. Masalah ini
terjadi karena pada tahun 1998 Amerika mengalami resesi ekonomi
sehingga permintaan terhadap infrastruktur internet berkurang drastis.hal ini
berimbas pada pendapatan Worldcom yang menurun drastis sehingga
pendapatan ini jauh dari yang diharapkan.padahal untuk biaya akuisisi dan
untuk membiayai investasi infrastruktur Worldcom menggunakan sumber
pendanaan dari luar atau utang.
Worldcom bukan satu-satunya perusahaan yang memiliki masalah
keuangan pda saat itu, perusahaan lain yang mengalami masalah keuangan
antara lain Qwest Communications, Global Crossing, Adelphia, Lucent
Technologies,dan Enron. Perusahaan-perusahaan tersebuit memiliki
investasi yang besar dalam bisnis internet. Seperti pada perusahaan tadi
investor di Worldcom mengalami kerugian besar. Nilai pasar saham
perusahaan Worldcom turun dari sekitar 150 milyar dollar (januari 2000)
menjadi hanya sekitar $150 juta (1 juli 2002). Keadaan ini mebuatan pihak
manajemen berusaha melakukan praktek-praktek akuntansi untuk
menghindari berita buruk tersebut.
Praktek Akuntansi. Dalam laporannya pada 25 Juni Worldcom
mengakui bahwa perusahan mengklasifikasikan lebih dari $ 3,8 milyar
untuk beban jaringan sebagai pengeluaran modal. beban jaringan adalah
beban yang dibayar oleh Worldcom kepda perusahaan lain untuk jaringan
telekomunikasi, seperti biaya akses dan biaya pengiriman pesan bagi
Worldcom. Dilaporkan sekitar $ 3,005 milyar telah salah diklasifiksi pada
tahun 2001, sementara sisanya sekitar $ 797 juta pada triwulan pertama
tahun 2002.berdasarkan data Worldcom $14,7 milyar pad tahun 2001
disajikan sebagai biaya.
Dengan memindahkan akun beban kepada akun modal, Worldcom
mampu menaikkan pendapatan atau laba. Worldcom mampu menaikan laba
karena akun beban dicatat lebih rendah, sedangkan akun aset dicatat lebih
tinggi karena beban kapitalisasi disajikan sebagai beban investasi. Kalau hal
itu tidak terdeteksi praktek ini akan berakibat pendapatan bersih yang lebih
rendah dalam tahun-tahun berikutnya. Karena beban kapitalisasi jaringan
tersebut akan didepresiasikan.secara esensi beban kapitalisasi jaringan akan
memungkinkan perusahaan untuk mengalokasikan biyanya dalam beberapa
tahun dimasa depan, mungkin antara 10 tahun bahkan lebih.
Staf akuntan Worldcom telah diwawancara sebelum tanggal 25 Juni.
Pada Maret 2002 SEC meminta data dari perusahaan berupa item-item yang
berhubungan dengan Laporan Keuangan. Termasuk didalamnya :
1. komisi penjualan dan tagihan-tagihan yang bermasalah
2. sanksi administrsi terhadap pendapatan yang berhubungn
dengan pelanggan dalam sekala besar
3. kebijakan akuntansi untuk merger
4. pinjaman kepada CEO
5. integrasi sistem komputer Worldcom dengan MCI
6. analisis ekspektasi pendapatan saham WC
Pada 1 Juli 2002 worldcom mengumumkan bahwa akun cadangan di
Worldcom juga diinvestigasi/diperiksa. Perusahaan membuat akun ini untuk
mengantisipasi kejadian-kejadian luar biasa yang tidak dapat diprediksi.
Seperti utang pajak tahun depan. Seharusnya akun ini tidak boleh
dimanipulasi untuk memperoleh pendapatan.8 Agustus, Worldcom
mengakui bahwa mereka telah menggunakan akun cadangan secara tidak
benar. Dakwaan yang dilaporkan pada tanggal 28 agustus adalah bahwa
akun cadangan dikurangi untuk menutupi biaya jaringan yang telah
dikapitalisasi.
Pertanyaan Audit. Berdasarkan latar belakang tersebut, penyajian
beban jaringan sebagai pengeluaran modal ditemukanoleh internal auditor
Cynthia Cooper. Mei 2002 Auditor Cynthia Cooper mendiskusikan masalah
tersebut kepada kepala keuangan Worldcom Scott D. Sullivan dan controller
perusahaan saat itu David F. Myers. Cooper melaporkan masalah tersebut
pada kepala komite audit Max Bobbitt, sekitar 12 Juni. Yang kemudian Max
Bobbitt meminta kepada KPMG selaku eksternal auditor saat itu untuk
melakukan investigasi.