Anda di halaman 1dari 9

STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK : PRINSIP UMUM DAN

TANGGUNG JAWAB; KESIMPULAN AUDIT DAN PELAPORAN

TUGAS SEMINAR AKUNTANSI

OLEH:

YASHINTA PUTRI UTAMI

140810301038

SEMINAR AKUNTANSI-C

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

2017
PENDAHULUAN

Suatu perusahaan khususnya perusahaan yang sudah go public di wajibkan


untuk menyusun suatu laporan keuangan. Laporan keuangan berdasar waktunya disusun
terdiri dari laporan triwulan, laporan tahunan dan laporan keuangan audit. Laporan
keuangan audit ini di cek oleh seorang auditor yang independen. Audit merupakan suatu
proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan
pemegang saham.

Manajemen ingin supaya kinerjanya terlihat selalu baik dimata pihak eksternal
perusahaan terutama pemilik (prinsipal). Akan tetapi disisi lain, pemilik (prinsipal)
menginginkan supaya auditor melaporkan dengan sejujurnya keadaan yang ada pada
perusahaan yang telah dibiayainya. Untuk itu diperlukan pihak ketiga (Akuntan Publik)
yang dapat memberi keyakinan kepada investor dan kreditor bahwa laporan keuangan
yang disajikan oleh manajemen dapat dipercaya.Para pengguna laporan keuangan
terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan
yang telah dibuat oleh auditor. Hal ini berarti auditor mempunyai peranan penting dalam
pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu auditor harus
menghasilkan audit yang berkualitas sehingga dapat mengurangi ketidakselarasan yang
terjadi antara pihak manajemen dan pemilik.

Dalam melaksanakan tugas auditnya seorang auditor harus berpedoman pada


standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yakni
standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Selain standar audit,
seorang auditor juga harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur tentang tanggung
jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian professional, kerahasiaan, perilaku
profesional serta standar teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan profesinya.

Profesionalisme merupakan syarat utama bagi seseorang auditor eksternal


seperti auditor yang terdapat pada Kantor Akuntan Publik (KAP). Sebab dengan
profesionalisme yang tinggi kebebasan auditor akan semakin terjamin. Untuk
menjalankan perannya yang menuntut tanggung jawab yang semakin luas, auditor
eksternal harus memiliki wawasan yang luas tentang kompleksitas organisasi modern.
Kualitas audit menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) menyatakan bahwa
audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan
standar pengendalian mutu. Dari pengertian kualitas audit di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kualitas audit merupakan segala kemungkinan dimana auditor pada
saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi
dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam bentuk laporan keuangan
auditan.

Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan jasa lainnya
yang diberikan oleh akuntan publik inilah yang akhirnya mengharuskan akuntan publik
memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Adapun pertanyaan dari masyarakat
tentang kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik semakin besar setelah terjadi
banyak skandal yang melibatkan akuntan publik.

Tetapi dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik


kepentingan dengan manajemen perusahaan. Manajemen ingin operasi perusahaan atau
kinerjanya tampak berhasil, salah satunya tergambar melalui laba yang lebih tinggi
dengan maksud untuk menciptakan penghargaan. Yang pada akhirnya menyebabkan
bermunculnya kasus perusahaan yang jatuh dan gagal bisnis sering dikaitkan dengan
kegagalan auditor. Dan ini mengancam kredibilitas auditor sebagai pihak yang ditugasi
untuk menambah kredibilitas laporan keuangan. Ancaman ini yang selanjutnya
mempengaruhi persepsi masyarakat tentang kualitas audit.

Seorang auditor memiliki peran yang penting bagi keberlangsungan usaha


perusahaan yaitu menambah kredibiltas laporan keuangan perusahaan. Berikut ini akan
dibahas lebih lanjut mengenai Standar Profesional Akuntan Publik: Prinsip Umum dan
Tanggung Jawab; Kesimpulan Audit dan Pelaporan.

PEMBAHASAN

Seorang auditor dituntut untuk membuat laporan keuangan yang berkualitas


karena nantinya dari laporan keuangan tersebut akan diambil suatu keputusan yang
mempengaruhi baik bagi pihak internal maupun pihk eksternal. Kualitas audit diartikan
sebagai probabilitas seorang auditor dalam menentukan dan melaporkan penyelewengan
yang terjadi dalam sistem akuntansi klien. Semakin tinggi kualitas audit dapat
dihasilkan oleh auditor independen, maka semakin tinggi pula kepercayaan para
pemakai informasi untuk menggunakan laporan keuangan. Kualitas audit dipengaruhi
sikap auditor independen dalam menerapkan Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Kode
etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh
setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP) atau Jaringan KAP, baik yang
merupakan anggota Ikatan Akuntan Publik Indonesia (lAPI) maupun yang bukan
merupakan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional yang meliputi jasa
assurance dan jasa selain assurance seperti yang tercantum dalam standar profesi dan
kode etik profesi (lAPI, 2007-2008:3).
Dengan adanya Kode Etik Profesi Akuntan Publik, masyarakat akan dapat
menilai sejauh mana seorang auditor independen telah bekerja sesuai dengan standar-
standar etika yang telah ditetapkan oleh profesinya. Kode Etik Profesi Akuntan Publik
terdiri dari dua bagian yaitu bagian A dan B. Menurut IAPI (2007-2008:3) dituliskan
bahwa: "Bagian A dari Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan
memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut. Bagian B dari Kode
Etik ini memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut pada
situasi tertentu."
Bagian A dari Kode Etik Profesi Akuntan Publik sebab bagian A merupakan
unsur-unsur penting yang harus dimiliki seseorang apabila ingin berprofesi menjadi
auditor independen. Terdapat lima prinsip dalam bagian A Kode Etik Profesi Akuntan
Publik yaitu prinsip integritas, objektivitas, kompetensi, kerahasiaan, dan perilaku
profesional. Untuk prinsip kerahasiaan di mana auditor independen harus menjaga
kerahasiaan informasi yang diperolehnya dari pihak ketiga. Keterbatasan informasi yang
dapat diperoleb sehubungan dengan prinsip tersebut. Berikut ini prinsip-prinsip dari
kode etik audit, yaitu:
a. Prinsip Integritas
Menurut lAPI (2007-2008:6) dikatakan bahwa setiap praktisi harus tegas
dan jujur dalam menjalin hubungan profesional dan hubungan bisnis dalam
melaksanakan pekeIjaannya. Setiap anggota harus dapat menjalankan tanggung
jawab pekerjaan dengan integritas yang tinggi agar kepercayaan masyarakat
dapat terus terjaga.
Seorang auditor independen tidak dapat mengambil keuntungan pribadi
di atas kepercayaan masyarakat. Dalam pelaksanannya, integritas dapat
menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan yang jujur, tetapi tidak
dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip. Integritas diukur dalam
bentuk apa yang benar dan adil. Apabila auditor independen dihadapkan pada
situasi tidak terdapat aturan, standar, panduan khusus, atau dalam menghadapi
pendapat yang bertentangan, ia harus berpikir apakah keputusan atau
perbuatannya telah seusai dengan integritasnya sebagai auditor independen.
IAPI (2007-2008) menyatakan bahwa praktisi tidak boleh terkait dengan
laporan, komunikasi, atau informasi lainnya yang diyakininya terdapat kesalahan
yang material atau pemyataan yang menyesatkan, pemyataan atau informa8i
yang diberikan secara tidak hati-hati, dan penghilangan atau penyembunyian
yang dapat menyesatkan atas informasi yang seharusnya diungkapkan.
b. Prinsip Objektivitas
Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota (Pratama, 2010). Setiap praktisi tidak boleh membiarkan
subjektivitas, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak (undue
influence) dari pihak-pihak lain mempengaruhi pertimbangan profesional atau
pertimbangan bisnisnya (lAPI, 2007-2008:6).
Hal ini berarti bahwa seorang auditor independen dalam menjalankan
objektivitas harus dapat melaporkan kesalahan yang dilakukan oleh klien tanpa
adanya pengaruh dari pihak luar. IAI mengatur dalam Kode Etik Ikatan Akuntan
Indonesia, bahwa dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik
berhubungan dengan aturan etika sehubungan dengan objektivitas, pertimbangan
yang cukup harus diberikan terhadap faktor-fatktor berikut:
Bila auditor independen dihadapkan pada situasi yang memungkinkan
mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan kepadanya, maka
tekanan ini dapat menggangu objektivitasnya.
Kewajaran (reasonableness) harus digunakan dalam menentukan standar
untuk mengidentifikasi hubungan yang mungkin atau kelihatan dapat
merusak objektivitas seseorang.
Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh
lainnya untuk melanggar objektivitas harus dihindari.
Auditor independen memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa
orang-orang yang terlibat dalam pemberian jasa profesional mematuhi
prinsip objektivitas.
Auditor independen tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau
memberikan entertainment yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh
yang tidak pantas terhadap pertimbangan profesional mereka atau
terhadap orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Auditor
independen harus menghindari situasi-situasi yang dapat membuat posisi
profesional mereka temoda.
c. Prinsip Kompetensi
Kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan
pengalamannya yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif,
cermat, dan seksama. Auditor yang berpendidikan tinggi akan mempunyai
banyak pengetahuan mengenai bidang yang digelutinya, sehingga dapat
mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam. Selain itu, dengan ilmu
pengetahuan yang cukup luas, auditor akan lebih mudah dalam mengikuti
perkembangan yang semakin kompleks. Dengan begitu auditor akan dapat
menghasilkan audit yang berkualitas tinggi.
Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap,
pengetahuan dan ketrampilan di mana kompetensi akan mengarahkan tingkah
laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Kompetensi juga
merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan
dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan
non rutin. Setiap praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian
profesionalnya pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara
berkesinambungan, sehingga klien atau pemberi kerja dapat menerima jasa
profesional yang diberikan secara kompeten berdasarkan perkembangan terkini
dalam praktik, perundang-undangan, dan metode pelaksanaan pekerjaan (IAPI,
2007-2008:6).
d. Prinsip Perilaku Profesional
Setiap praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan
harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi (IAPI,
20072008:7). Hal tersebut berhubungan dengan prinsip perilaku profesional
yang harus dimiliki auditor independen. Sebagai profesional, akuntan publik
harus berperilaku yang terhormat, sekalipun ini merupakan pengorbanan pribadi
dan mengakui tanggung jawabnya terhadap masyarakat, klien, dan rekan
seprofesi. IAPI (2007-2008) mengatakan bahwa dalam memasarkan dan
mempromosikan diri dan pekerjaannya, setiap praktisi harus bersikap jujur dan
tidak boleh bersikap atau melakubn tindakan sebagai berikut:
Membuat peryataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang
dapat diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah
diperoleh; atau
Membuat peryataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan
yang tidak didukung bukti terhadap hasil pekerjaan praktisi lain.
Profesionalisme merupakan sikap bertanggungjawab terhadap apa yang
telah ditugaskan kepadanya. Sikap profesionalisme akan mengambil keputusan
berdasarkan pertimbangan yang dimilikinya yaitu berdasarkan yang petama
pengabdian pada profesi, auditor yang mengabdi kepada profesinya akan
melakukan totalitas kerja dimana dengan totalitas ini dia akan lebih hati-hati dan
bijaksana dalam melakukan audit sehingga dapat menhasilkan audit yang
berkualitas. Jadi apabila semakin tinggi pengabdian pada profesi akan semakin
tinggi profesionalisme auditor.
Yang kedua kewajiban sosial, auditor harus mempunyai pandangan
bahwa tugas yang dilaksanakannya untuk kepentingan publik karena dengan
pendapat auditnya terhadap suatu laporan keuangan akan mempengaruhi
pengambilan keputusan oleh pemakai laporan auditan. Oleh karena itu auditor
mempunyai kontribusi yang sangat besar bagi masyarakat serta profesinya. Jadi
apabila semakin tinggi kewajiban sosial akan semakin tinggi profesionalisme
auditor.

Yang ketiga kemandirian, dimana seorang auditor dituntut harus mampu


mengambil keputusan sendiri tanpa adanya dari pihak lain sesuai dengan
pertimbangan-pertimbangan yang dibuat berdasarkan kondisi dan keadaan yang
dihadapinya. Jadi apabila semakin tinggi kemandirian akan semakin tinggi
profesionalisme auditor.

Yang keempat keyakinan terhadap profesi, dimana seorang auditor akan


lebih yakin terhadap rekan seprofesinya, hal ini dapat dilakukan dengan meminta
rekan seprofesi untuk menilai kinerjanya. Jadi apabila semakin tinggi
kemandirian akan semakin tinggi profesionalisme auditor.

Yang terakhir hubungan dengan sesama profesi, auditor mempunyai


ikatan profesi sebagai acuan, dengan adanya ikatan ini akan membangun
kesadaran profesional auditor. Jadi apabila semakin tinggi hubungan sesama
profesi semakin tinggi profesionalisme auditor.

KESIMPULAN

Suatu laporan keuangan tidak lepas kaitannya dengan seorang auditor yang
independen. Auditor yang independen akan membuat suatu laporan keuangan berdasar
standar yang ada dan berdasar kode etik. Prinsip-prinsip kode etik auditor ada 5 yaitu
intergritas, objektivitas, kompetensi, kerahasiaan dan perilaku profesional. Masing-
masing dari kode etik ini harus di patuhi agar dapat menghasilkan laporan keuangan
yang andal.

Prinsip intergritas menyatakan bahwa auditor harus jujur dalam proses auditnya.
Prinsip objektivitas menyatakan bahwa auditor tidak boleh memihak kepada klien
meskipun klien tersebutlah yang membayar kerjaan auditor itu. Prinsip yang ketiga
adalah kompetensi artinya bahwa auditor memiliki kemampuan dan pengetahuan yang
cukup untuk melakukan audit secara objektif. Prinsip keempat kerahasiaan artiya
auditor harus menjaga data-data perusahaan yang diauditnya agar tidak bocor ke pihak
lain. Prinsip kelima adalah perilaku profesionalisme artinya bahwa auditor harus
mematuhi aturan yang ada.
Berdasar penelitian yang ada bahwa prinsip intergritas, objektivitas, dan
profesionalisme tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil audit. Sedangkan
prinsip kompetensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil audit, prinsip
kerahasiaan tidak dapat diteliti karena susah dan berurusan dengan data pribadi
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Primaraharjo, Bhinga., dan Jesica Handoko. 2011. Pengaruh Kode Etik Profesi Akuntan
Publik Terhadap Kualitas Audit Auditor Independen Di Surabaya. Jurnal
Akuntansi Kontemporer, Vol 3(1): 27-51
Agusti, Restu., dan Nastia Putri Pertiwi. 2013. Pengaruh Kompetensi, Independensi
Dan Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Ekonomi Volume 21(3): 1-
13

Tjun Tjun, Lauw., Elyzabet Indrawati Marpaung., dan Santy Setiawan. 2012. Pengaruh
Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi
Vol.4(1): 33-56

Anda mungkin juga menyukai