PENDAHULUAN
Obat kumur sering digunakan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi
dan mulut. Kegiatan menyikat gigi dua kali sehari dan penggunaan dental floss
dan mencegah berbagai penyakit gigi dan mulut (Tao He dkk., 2010). Kegiatan
namun kurang efektif untuk daerah gigi yang sulit terjangkau seperti daerah
gigi selama dua menit hanya mampu menghilangkan 50% plak (Brothwell dkk.,
2007).
Obat kumur merupakan salah satu produk perawatan kesehatan mulut yang
dikategorikan sebagai obat bebas dan dapat diperoleh tanpa perlu peresepan
diaplikasikan sebagai tindakan terapi spesifik untuk kondisi tertentu, lain halnya
dengan obat paten atau alat medis (Schmalz dan Bindslev, 2009). Masyarakat
dengan mudah membeli obat kumur sebagai obat bebas dan menggunakannya
samping secara spesifik terhadap rongga mulut. Semakin tinggi pengetahuan ma-
1
2
syarakat mengenai manfaat menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut
bahan kedokteran gigi telah memproduksi obat kumur dengan beragam jenis dan
fungsinya.
membunuh bakteri, sebagai astringen, penghilang bau mulut dan memiliki efek
Komposisi obat kumur terdiri dari agen antibakterial seperti minyak esensial
yakni Thymol 0,06%, Eucalyptol 0,09%, Menthol 0,04% dan Methyl salicylate
yang berfungsi sebagai agen antiseptik. Minyak esensial akan penetrasi ke dalam
didalam biofilm setelah berkumur selama 30 detik (Aneja dkk., 2010; Goldstep,
2014). Komposisi lain ialah astringen berupa zink asetat, zink klorida, alumunium
substansi lain (Kerr dkk., 2007). Konsentrasi alkohol sebagai zat pelarut dalam
dan kini hampir seluruh obat kumur yang diproduksi di berbagai belahan dunia
Alkohol dengan bahan aktif minyak esensial merupakan agen antiseptik yang
dkk., 2000; Goldstep, 2014), akan tetapi bahan aktif minyak esensial memiliki
pada lansia yang mengalami xerostomia. Setelah penggunaan selama tujuh hari
terjadi penipisan lapisan superfisial epitel (Fischman dkk., 2004). Alkohol sebagai
zat pelarut dalam obat kumur juga terbukti menimbulkan beberapa efek yang
tidak diperlukan seperti sensasi terbakar ketika berkontak dengan mukosa dan rasa
kering pada mukosa mulut (Epstein, 2008; Reidy dkk., 2011). Farah dkk. (2009)
menyatakan bahwa alkohol dengan konsentrasi tinggi (lebih dari 20%) dalam obat
kumur mungkin memiliki efek yang merugikan dalam rongga mulut seperti
kanker (Seitz dan Oneta, 1998; Friedlander dkk., 2003; Figuero, 2004).
Obat kumur beralkohol menimbulkan efek samping jika dipakai dalam jangka
waktu yang lama sehingga digunakan obat kumur non alkohol sebagai
4
contoh sediaan obat kumur non alkohol yang beredar di pasaran. Chlorhexidine
merupakan agen antiplak yang paling efektif saat ini. Loe dan Schiot (1970),
bakteriostatik sedangkan pada konsentrasi yang lebih dari 100 g/ml merupakan
agen bakterisid yang bereaksi dengan cepat (Emilson, 2007). Obat kumur lain
bakteri Gram-positif. Afinitas yang tinggi hexetidine terhadap protein oral mukosa
dan plak dapat mengurangi 98% bakteri saliva secara langsung (Ernst dkk., 2005).
secara signifikan.
Berdasarkan penelitian Kerr dkk. (2007), pada subyek dewasa rerata usia 40
perbedaan curah saliva serta keluhan xerostomia antara kelompok subyek dewasa
yang menggunakan obat kumur mengandung alkohol (listerine) dan obat kumur
tanpa kandungan alkohol (mint act). Produk obat kumur non alkohol yang
ini belum terdapat bukti mengenai perbedaan curah saliva dan keluhan xerostomia
akibat penggunaan obat kumur beralkohol dan obat kumur non alkohol yang
Penggunaan obat kumur sebagai produk kedokteran gigi yang umum dan
bebas, membuat lanjut usia dapat dengan mudah menggunakan produk ini.
Kondisi yang terjadi pada lansia sama sekali berbeda dengan kondisi pada
individu dewasa normal lainnya. Pada lansia, terjadi hipofungsi kelenjar saliva
yang disebabkan olehproses fisiologis murni atau kondisi patologis dan iatrogenik
menyebabkan jaringan ikat kelenjar saliva meningkat dan terjadi deposisi sel
adiposa serta penurunan sel asinar namun perubahan tersebut tidak menyebabkan
kemampuan keratinisasi epitel yang secara klinis tampak Satin-like epitelium dan
terkena trauma dan jika terluka mudah terbentuk fissure, abrasi dan ulkus
Penelitian yang dilakukan oleh Fischman dkk. (2004) terhadap lansia yang
kumur berpotensi mengiritasi mukosa mulut lansia padahal kondisi keluhan mulut
pada lansia. Lansia juga mengalami perubahan fisiologis pada mukosa mulutnya
6
sehingga kombinasi efek astringen dari alkohol serta kemungkinan efek iritan dari
mengenai penggunaan obat kumur yang mengandung alkohol dan obat kumur non
B. Rumusan Masalah
perbedaan curah saliva tidak terstimulasi antara lansia yang menggunakan produk
obat kumur beralkohol dan obat kumur non alkohol yang terdapat di Indonesia?
C. Keaslian Penelitian
oleh Kerr dkk. (2007) dengan subjek penelitian usia dewasa (1885 tahun)
menggunakan produk obat kumur mint act non alkohol yang tidak terdapat di
kumur yang beredar di Indonesia pada subyek lanjut usia di Daerah Istimewa
D. Tujuan Penelitian
saliva tidak terstimulasi individu lanjut usia dengan penggunaan produk obat
kumur beralkohol dan obat kumur non alkohol yang terdapat di Indonesia.
E. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini sebagai salah satu kontribusi untuk memperkaya khazanah ilmu
penyakit mulut, mengenai efek dari penggunaan obat kumur alkohol maupun
2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada lansia
mengenai efek yang mungkin timbul pada rongga mulut disebabkan oleh
kesehatan mulut ini tidak menimbulkan efek samping yang secara tidak