MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA, Hukum Pernikahan
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA, Hukum Pernikahan
Puji syukur Alhamdulillah kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak nikmatnya kepada penulis sehingga atas berkat dan rahmat
serta karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Hukum menikah dalam islam ini sesuai dengan waktu yang penulis rencanakan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...i
Daftar isi....ii
I.Pendahuluan.1
II.Pembahasan.............3
III.Penutup............................................................................................................17
III.1 Kesimpulan..........17
III.2 Saran....17
IV.Daftar Pustaka..18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3. Apa saja rukun dan syarat sah suatu pernikahan dalam agama islam?
4. Apa penyebab atau kriteria wanita yang haram di nikahi dalam agama
islam?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Pernikahan
Kata nikah berasal dari Bahasa arab yang didalam Bahasa Indonesia sering
diterjemahkan dengan perkawinan. Nikah menurut istilah syariat islam adalah
akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ada
hubungan Mahram sehingga dengan akad tersebut terjadi hak dan kewajiban
antara kedua insan.
Berbeda dengan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang tidak dibina
dengan sarana pernikahan akan membawa malapetaka baik bagi kedua insan itu,
keturunannya dan masyaraka disekelilingnya. Pergaulan yang diikat dengan tali
pernikahan akan membawa mereka menjadi satu dalam urusan kehidupan
sehingga antara keduannya itu dapat menjadi hubungan saling tolong-menolong,
dapat menciptakan kebaikan bagi keduannya dan menjaga kejahatan yang
mungkin akan menimpa kedua belah pihak itu. Dengan pernikahan seseorang juga
akan terpelihara dari kebinasaan hawa nafsunya.
Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kami senangi, dua, tiga atau empat.
Kemudian jika kamu takut tidak akan berlaku adil maka (kawinilah) seorang
saja. (An Nisa : 3)
Ayat ini memerintahkan kepada orang laki - laki yang sudah mampu untuk
melaksanakan nikah. Adapun yang dimaksud adil dalam ayat ini adalah adil
dalam memberikan kepada istri berupa pakaian, tempat, giliran dan lain lain
yang bersifat lahirlah. Ayat ini juga menerangkan bahwa islam memperbolehkan
poligami dengan syarat syarat tertentu.
3
Hukum Nikah
Sunnah, yaitu bila nafsu mendesak, mampu menikah tetapi dapat memelihara
diri dari zina.
Wajib, yaitu bila nafsu mendesak, mampu menikah dan berpeluang besar
jatuh ke dalam zina.
Makruh, yaitu bila nafsu mendesak, tak mampu memberi nafkah tetapi tidak
merugikan istrinya.
Mubah, yaitubila tak ada alasan yang mendesak/mewajibkan segera menikah
dan/atau alasan yang mengharamkan menikah.
Haram, yaitu bila nafsu tak mendesak, tak mampu memberi nafkah sehingga
merugikan isterinya.
Akad nikah tidak akan sah kecuali jika terpenuhi rukun rukun yang enam
perkara ini :
1. Ijab Qabul
4
1. Muslim & mukallaf (sehat akal-baligh-merdeka); lihat QS. Al Baqarah :
221, Al Mumtahanah : 9
2. Bukan mahrom dari calon isteri
3. Tidak dipaksa
4. Orangnya jelas
5. Tidak sedang melaksanakan ibadah haji
4. Adanya wali
1. Ayah
2. Kakek
3. Saudara laki-laki sekandung
4. Saudara laki-laki seayah
5. Anak laki-laki dari saudara laki laki sekandung
5
6. Anak laki-laki dari saudara laki laki seayah
7. Paman sekandung
8. Paman seayah
9. Anak laki-laki dari paman sekandung
10. Anak laki-laki dari paman seayah
11. Hakim
Meskipun semua yang hadir menyaksikan aqad nikah pada hakikatnya adalah
saksi, tetapi Islam mengajarkan tetap harus adanya 2 orang saksi pria yang jujur
lagi adil agar pernikahan tersebut menjadi sah.
6. Mahar
1. Mahar adalah pemberian wajib (yang tak dapat digantikan dengan lainnya)
dari seorang suami kepada isteri, baik sebelum, sesudah maupun pada saat
aqad nikah. Lihat QS. An Nisaa : 4.
2. Mahar wajib diterimakan kepada isteri dan menjadi hak miliknya, bukan
kepada/milik mertua.
3. Mahar yang tidak tunai pada akad nikah, wajib dilunasi setelah adanya
persetubuhan
4. Mahar dapat dinikmati bersama suami jika sang isteri memberikan dengan
kerelaan
6
5. Mahar tidak memiliki batasan kadar dan nilai. Syariat Islam menyerahkan
perkara ini untuk disesuaikan kepada adat istiadat yang berlaku. Boleh
sedikit, tetapi tetap harus berbentuk, memiliki nilai dan bermanfaat.
Rasulullah saw senang mahar yang mudah dan pernah pula.
Wanita yang Haram di Nikahi
Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu
terkecuali pada masa yang telah lampai.Sesungguhnya perbuatan itu amatlah dan
dibenci Allah dan seburuk-buruknya jalan (yang ditempuh). Diharamkan atas
kamu (mengenai) ibu-ibumu; anak-anak yang perempuan; saudara-saudaramu
yang perempuan; saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara
ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudara yang laki-
laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu
yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua);
anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang sudah kamu
campuri, tetapi jika kamu belum campuri dengan isteri kamu itu (dan sudah kamu
ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu)
isteri-isteri anak kandungmu (menantu);, dan menghimpunkan (dalam
perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada
masa lampau sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan
(diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak
yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas
kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri yang
telah kamu nikahi (campur) di antara mereka, berikanlah kepada mereka
maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa
bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling
merelakannya, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(An-Nisaa:22-24).
7
Sebab-sebab tahrim muaqqad (pengharaman selamanya) ada tiga: pertama karena
nasab, kedua haram mushaharah (ikatan perkawinan) dan ketiga karena
penyusuan.
Pertama: perempuan-perempuan yang haram dinikahi karena nasab adalah :
1. Ibu
2. Anak perempuan
3.Saudara perempuan
4. Bibi dari pihak ayah (saudara perempuan ayah)
5. Bibi dari pihak ibu (saudara perempuan ibu)
6. Anak perempuan saudara laki-laki (keponakan)
7. Anak perempuan saudara perempuan).
Kedua: Perempuan-perempuan yang haram diwakin karena mushaharah adalah :
1. Ibu istri (ibu mertua), dan tidak dipersyaratkan tahrim ini suami
harus dukhul bercampur lebih dahulu. Meskipun hanya sekedar
akad nikah dengan puterinya, maka sang ibu menjadi haram atau
menantu tersebut.
2. Anak perempuan dari isteri yang sudah didukhul (dikumpul), oleh
karena itu, manakala akad nikah dengan ibunya sudah
dilangsungkan namun belum sempat (mengumpulinya), maka anak
perempuan termasuk halal bagi mantan suami ibunya itu. Hal ini
didasarkan pada firman Allah, Tetapi kalian belum bercampur
dengan isteri kalian itu (dan sudah kalian campur), maka tidak
berdosa kalian menikahinya. (An-Nisaa:23).
3. Isteri anak (menantu perempuan), ia menjadi haram dikawini
hanya sekedar dilangsungkannya akad nikah.
4. Isteri bapak (ibu tiri) diharamkan ats anak menikahi isteri bapak
dengan sebab hanya sekedar terjadinya akad nikah dengannya.
2. Mengumpulkan seorang isteri dengan bibinya dari pihak ayah ataupun dari
pihak ibunya.
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda, Tidak boleh dikumpulkan
(dalam pernikahan) antara isteri bibinya dari pihak ayah dan tidak (pula) dari
ibunya. (Muttafaqun alaih: II:160, Tirmidzi II:297 no:11359 Ibnu Majah I:621
no:1929 dengan lafadz yang semana dan Nasai VI:98).
9
wanita-wanita bersuami kecuali budak-budak yang kamu miliki. Yaitu mereka
halal kamu campuri bila mereka selesai menjalani masa iddahnya. (Shahih:
Mukhtashar Muslim no:837, Muslim II:1079 no:1456, Trimidzi IV: 301 no:5005,
Nasai 54 VI:110 dan Aunul Mabud VI:190 no:2141).
Kewajiban suami
a. Memberi nafkah
Kewajiban istri
a.Taat pada suami dalam batas yang sesuai dengan ajaran islam
Talak
Talak dari bahasa Arab dari kata thalaqo berarti melepaskan ikatan perkawinan
dengan pengucapan secara sukarela dari pihak suami ke istri. Hukumnya makruh.
Sabda Rasul SAW :Sesuatu yang halal yang amat dibenci Allah ialah talak.
(H.R. Abu Dawud dan Ibnu Majah )
11
Ila
Yaitu sumpah seorang suami yang menyatakan bahwa dia tidak akan
meniduri istrinya selama empat bulan atau lebih. Akibat dari ila adalah suami
tidak boleh meniduri istrinya, kecuali setelah membayar kafarat.
Lian
Khulu
Gugatan seorang istri untuk minta diceraikan oleh suaminya, dengan cara
pihak istri memberikan tebusan (iwadh) kepada suaminya. Akibat dari khuluk
adalah menjadi talak bain jika seluruh ganti rugi terpenuhi, dan jika ganti rugi
tidak terpenuhi maka menjadi talak biasa.
Fasakh
Zihar
12
Pengertian Talak
Talak adalah pernyataan atau sikap atau perbuatan untuk melepaskan ikatan
pernikahan. Bisa juga dikatakan sebagai putusnya hubungan perkawinan antara
suami dan istri dalam waktu tertentu atau selamanya.
Hukum Talak
Hukum talak adalah makruh (sesuatu yang dibenci/tidak disenangi). Akan tetapi,
hukum talak dapat diperbolehkan kerika bertujuan menghilangkan mudarat dari
salah satu suami istri.
Talak dapat berhukum wajib apabila mudarat yang menimpa salah satu dari suami
istri tidak dapat dihilangkan, kecuali dengan talak. Talak juga dapat diharamkan
apabila menimbulkan mudarat pada salah seorang dari suami istri atau tidak
menghasilkan manfaat yang lebih baik dari mudaratnya. Talak hanya dapat
diberikan hingga tiga kali. Talak satu dan dua, suami istri tersebut masih boleh
rujuk sebelum habis masa iddahnya(menunggu).
a) Talak sunnah yaitu suami menalak istri pada masa suci yang tidak digauli
didalamnya.
b) Talak bidah yaitu suami menalak istrinya ketika haid atau menjalani masa
nifas, atau menalaknya dalam keadaan suci yang ia gauli didalamnya, atau
menalaknya dalam talak tiga dengan satu ungkapan atau tiga ungkapan.
c) Talak bain yaitu suami yang menceraikan tidak akan rujuk pada istrinya.
d) Talak rajI yaitu talak dimana suami berhak rujuk dengan istrinya
meskipun istrinya tidak menghendaki.
e) Talak sarih (jelas) yaitu talak yang tidak membutuhkan nilai talak, tetapi
hanya membutuhkan ungkapan talak sarih.
f) Talak kiasan yaitu talak yang membutuhkan niat talak karena ungkapan
talaknya tidak jelas
g) Talak munjaz dan talak mualaf. Talak munjaz yaitu ucapan menalak pada
saat itu juga. Talak mualaf ialah talak yang dikaitkan dengan mengerjakan
sesuatu atau meninggalkan sesuatu.
13
h) Talak dengan wakil atau tulisan. Apabila suami mewakilkan kepada
seseorang untuk menalak istrinya atau menulis suratyang menjelaskan
bahwa ia menalaknya, mak istrinya menjadi perempuan yang ditalak.
Bilangan Talak
Rukun Talak
a. Suami yang mukalaf. Oleh karena itu, selain suami yang mukalaf tidak
boleh menjatuhkan talak.
b. Istri yang diikat dengan ikatan perkawinan yang hakiki dengan suami yang
menceraikannya.
Pengertian Iddah
Secara bahasa iddah berarti ketentuan. Menurut istilah iddah ialah masa
menunggu bagi seorang wanita yang sudah dicerai suaminya sebelum ia menikah
dengan laki-laki lain. Masa iddah dimaksudkan untuk memberi kesempatan
kepada bekas suaminya apakah dia akan rujuk atau tidak.
14
1. Lamanya Masa Iddah.
a.Wanita yang sedang hamil masa idahnya sampai melahirkan anaknya. (Lihat
QS. At-Talak :4)
b. Wanita yang tidak hamil, sedang ia ditinggal mati suaminya maka masa
idahnya 4 bulan 10 hari. (lihat QS. Al-Baqoroh ayat 234)
d. Wanita yang tidak haid atau belum haid masa idahnya selama tiga bulan.
(Lihat QS, At-Talaq :4)
e. Wanita yang dicerai sebelum dicampuri suaminya maka baginya tidak ada
masa iddah. (Lihat QS. Al-Ahzab : 49)
a.Perempuan yang taat dalam iddah rajiyyah (dapat rujuk) berhak mendapat dari
suami yang mentalaknya: tempat tinggal, pakaian, uang belanja. Sedang wanita
yang durhaka tidak berhak menerima apa-apa.
b.Wanita dalam iddah bain (iddah talak 3 atau khuluk) hanya berhak atas tempat
tinggal saja. (Lihat QS. At-Talaq : 6)
c.Wanita dalam iddah wafat tidak mempunyai hak apapun, tetapi mereka dan
anaknya berhak mendapat harta waris suaminya.
Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka
(para suami) menghendaki ishlah. (Qs. Al Baqarah [2]:228)
15
Hukum Rujuk
Ketentuan Rujuk
1. Rujuk hanya boleh dilakukan jika membawa kebaikan bagi istri dan anak
2. Rujuk hanya dapat dilaksanakan jika penceraian baru terjadi satu / dua kali
3. Rujuk hanya dilakukan sebelum masa iddahnya habis.
Pasal 2 dan 3 : Pernikahan adalah akad yang sangat kuat untuk mentaati
perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.
Pasal 4 : menerangkan sahnya suatu pernikahan
Pasal 5 dan 6 : menerangkan tentang pencatatan perkawinan
Pasal 7 ayat 1 : menerangkan akta nikah yaitu surat keterangan yang
dibuat Pegawai Pencatat Nikah yang menerangkan tentang pelaksanaan
perkawinan dan data suami serta istri
Pasal 53 ayat 1, 2, dan 3 tentang kawin hamil menerangkan perkawinan
seorang wanita hamil di luar nikah dengan pria yang menghamilinya tidak
dapat menghapus dosa zina yang mereka lakukan.
16
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pernikahan merupakan
salah satu wujud dari ibadah kepada Allah SWT, pernikahan ialah suatu ikatan
lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam
suatu rumah tangga melalui aqad yang dilakukan menurut hukum
syariat Islam. Menikah wajib bagi seseorang yang sudah siap baik mental
maupun fisik. Untuk melepaskan pernikahan dilakukan dengan talak, di dalam
islam talak diperbolehkan, tetapi sangat di benci oleh Allah, jika sudah talak
masih ada jalan yang digunakan untuk kembali, yaitu dengan rujuk.
III.2 SARAN
Sebagai salah satu umat islam sebaiknya setelah siap mental maupun
fisiknya, disegerakan menikah selain untuk menghindari zina, juga dapat menjadi
suatu ibadah jika dilakukan untuk mencadi ridho Allah SWT dan memenuhi
kewajiban sebagai umat islam.
17
IV.Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/7997556/Makalah_Pengertian_Munakahat
http://www.masuk-
islam.com/?s=MAKALAH+LENGKAP+TENTANG+MUNAKAHAT
https://www.academia.edu/8563608/Munakahat_pernikahan_dalam_islam
https://asmunistkip.wordpress.com/hukum-islam/keabsahan-perkawinan-di-
indonesia/
http://www.lbh-apik.or.id/uu-perk_penjelasan.htm
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/26834/node/18/uu-no-1-tahun-
1974-perkawinan
18