Sebab permukiman kumuh di kawasan permukiman pancuran, Kota
Salatiga
Aspek pertama yang menjadi penyebab adanya permukiman kumuh di
kawasan permukiman pancuran ini adalah ketersediaan lahan yang sedikit dari perkembangan jumlah hunian, sehingga membuat masyarakat urbanis mengabaikan aturan-aturan dasar tentang pengadaan bangunan rumah seperti; kualitas bahan, jenis ruang, garis sempadan jalan atau jarak antar rumah. Dari sinilah terbentuk masalah-masalah yang mulai mengakar di kawasan permukiman pancuran, diantaranya; munculnya bangunan permanen dan tidak permanen baru di badan jalan maupun di trotoar yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan dan kenyamanan pengguna jalan, pemanfaatan daerah sungai oleh masyarakat urbanis untuk kegiatan ekonomi yang menjadikan terganggunya fungsi sungai secara maksimal, tidak adanya jarak antar bangunan yang mengakibatkan rumah menjadi tidak sehat, kumuhnya permukiman akibat aktivitas kawasan yang terlalu berlebihan sehingga menyebabkan lingkungan hunian menjadi tidak sehat dan tidak nyaman untuk ditinggali, tidak berfungsinya saluran drainase kota di kawasan tersebut, sampah dan limbah akibat aktivitas warga yang tidak dikelola dengan baik sehingga menyebabkan pemandangan yang kotor, serta kurangnya sarana dan prasarana beserta pemeliharaannya.
Aspek kedua yang menjadi penyebab adanya permukiman kumuh di kawasan
permukiman pancuran ini adalah perihal perbedaan kondisi ekonomi masyarakat, dimana mayoritas penghuni permukiman merupakan kaum urbanis dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Mereka sengaja datang dan tinggal di daerah pusat perdagangan untuk menghemat biaya perjalanan dari tempat mereka tinggal ke tempat kerja yang berada di daerah pusat perdagangan tersebut seperti pasar.
Sedangkan penyebab kekumuhan di kawasan permukiman pancuran, Kota
Salatiga terdiri dari 3 faktor yaitu status kepemilikan bangunan, lama tinggal penghuni, dan tingkat penghasilan. Status kepemilikan bangunan memiliki pengaruh terhadap kekumuhan kawasan karena disebabkan oleh perilaku para pendatang yang tidak merasa ikut memiliki dan menjaga bangunan yang mereka tempati, sehingga dapat berdampak terhadap terjadinya kerusakan bangunan. Lama tinggal penghuni memiliki pengaruh karena disebabkan oleh cara pandang penghuni yang merasa hanya tinggal untuk sementara waktu dan tidak merasa memiliki bangunan, sehingga perlindungan dan pelestarian terhadap bangunan tidak terlalu diperhatikan oleh masyarakat. Sedangkan tingkat penghasilan memiliki pengaruh karena disebabkan oleh ketidakmampuan penghuni dalam memperbaiki bangunan hunian mereka dengan besar penghasilan yang ada.
3.4. Solusi permukiman kumuh di kawasan permukiman pancuran, Kota