Perkembangan Islam Pada Masa Modern
Perkembangan Islam Pada Masa Modern
2. Sastra
Pada masa pembaharuan telah bermunculan para sastrawan yang karya-karya sastranya
bersifat islami di berbagai negara, misalnya :
Seorang sastrawan dan pemikir besar, menjelang abad ke-20 telah lahir di Pakistan (1877-
1938) yang bernama Muhammad Iqbal. Beliau telah mengungkapkan filsafatnya dalam
bentuk puisi dengan menggunakan bahasa Urdu dan Persi. Dan karya puisinya, yang penting
adalah Asrari Khudi, di samping karya filsafatnya yang berjudul The Reconstruction of
Religious Thoughs in Islam (kedua buku ini sudah diterjemahkan dan diterbitkan dalam
Bahasa Indonesia). Beliau juga telah menulis beberapa prosanya dalam Bahasa Inggris dan
Arab.
Mustafa Luffi Al-Manfaluti (1876-1926) seorang sastrawan dan ulama Al-Azhar (Mesir)
termasuk pengarang cerita pendek bergaya semi klasik dan semi modern.
Dr. Muhammad Husain Haekal (1888-1956) pengarang Mesir terkenal, yang telah menulis
Hayatu Muhammad (Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW, telah terbit dalam terjemahan
Bahasa Indonesia) adalah juga seorang sastrawan dan dianggap perintis karya sastra modern
setelah novelnya yang berjudul Zainab terbit tahun 1914. Beliau juga banyak menulis kritik
sastra dan cerita pendek.
Jamil Siqdi Az-Zahawi (1863-1936) di Irak terkenal sebagai perintis sajak modern dan
seorang penyair tua yang bernada keras dan dikenal sebagai pembela hak-hak wanita bersama-
sama dengan Maruf Ar-Rasafi (1877-1945).
Abdus Salam Al-Ujaili (lahir 1918) adalah seorang sastrawan di Suriah yang juga seorang
dokter medis, aktif dalam penulisan novel dan cerita pendek.
Peranan perempuan dalam perkembangan sastra modern ternyata tidak banyak. Dari yang
sedikit itu, misalnya Binti Syati yang sebenarnya bernama Aisyah Abdurrahman. Beliau
meraih gelar doktor dalam sastra klasik, terkenal sebagai sastrawati, wartawati dan editor
harian Al-Ahram Mesir. Selain itu, beliau banyak menekuni Al-Quran, lalu menulis tafsir Al-
Quran dari segi sastra. Sastrawati lainnya seperti Fatwa Tawqan dan Nazek Al-Malaikah
(Palestina) serta Layla Baalbaki (Lebanon).