Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas rahmat dan kasih karunia-Nya,
penulisan referat dengan judul Pinta dan Yaws dapat diselesaikan dengan baik. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada dr. Mahdar Johan, Sp.KK atas bimbingan dan saran beliau
selama penulisan referat ini. Penulis juga berterimakasih kepaa pihak yang membantu, baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penulisan referat ini.

Dalam kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan permohonan maaf atas segala
kesalahan baik yang disengaja maupun tidak. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam referat ini. Oleh karena itu, segala saran atau kritik yang membangun akan dijadikan sebagai
pemacu untuk membuat karya yang lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap semoga referat
ini bermanfaat bagi kita semua.

Sukabumi, 13 Maret 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar1

Daftar Isi.2

Bab I. PENDAHULUAN..3

1.1.Latar Belakang..3
1.2.Tujuan Referat..3

Bab II. TINJAUAN PUSTAKA...4

2.1.Epidemiologi.4

2.2.Patofisiologi..4

2.3.Manifestasi Klinis.8

2.4.Klasifikasi11

2.5.Diagnosis & Diagnosis Banding..11

2.6.Penatalaksanaan...13

2.7.Pencegahan..14

2.8.Prognosis..15

Bab III. KESIMPULAN..16

DAFTAR PUSTAKA...17

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Treponema pallidum mencakup tiga subspecies treponema antigenic yang sangat
terkait. Organisme ini menyebabkan penyakit klinis yang berbeda dan tidak dapat
dibedakan oleh tes yang ada. Treponema patogenk manusia termasuk tiga subspecies
Treponema pallidum (yaitu, subsp. Pallidum (sifilis)), subs. Endemicum (bejel), dan subsp.
Pertenue (frambusia)) dan T. caratium (pinta).
Pinta adalah treponematosis endemic disebabkan oleh Treponema caratium. Ini
adalah penyakit kuno yang pertama kali dijelaskan pada abad ke-16 di Aztec dan Karib
Amerindian. Pada tahun 1938, treponema bisa dibedakan dari orang-orang yang
menyebabkan frambusia dan sifilis yang ditunjukkan pada lesi pasien Kuba. Pinta ditandai
dengan lesi kulit kronis yang terjadi terutama pada orang dewasa muda.
Frambusia atau yaws adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram
negative. Banyak dijumpai pada daerah-daerah tropis dengan curah hujan dan kelembaban
yang tinggi, antara lain di Afrika Utara, Eropa timur, Amerika Tengah, Amerika Selatan,
Kepulauan Karibia, Indonesia dan kepulauan sekitar ekuator Asia Tenggara. Pada musim
hujan dengan kelembaban udara yang tinggi, penularan penyakit ini meningkat,
menyebabkan kejadian kasus baru bertambah. Selain itu, muncul juga erupsi pada kasus-
kasus laten sehingga menghasilkan angka kejadian kasus yang tinggi.

3
BAB II
Tinjauan Pustaka
B. Pinta
1. Epidemiologi
Pinta terjadi pada fokus yang tersebar di daerah pedesaan Amerika Tengah dan
Selatan. Pada tahun 1950, sekitar 1 juta kasus pinta dilaporkan di Amerika Tengah dan
Selatan. Pada tahun 1980-an, 20% seropositive ditemukan di daerah pedesaan terpencil
Panama. Prevalensi saat pinta tidak diketahui, tetapi hanya beberapa ratus kasus telah
dilaporkan per tahun. Pinta adalahyang paling jinak dari treponematoses endemic dan
kulit merupakan satu-satunya organ yang terlibat. Pinta mempengaruhi anak-anak dan
orang dewasa dari berbagai usia. Usia puncak kejadian adalah 15-30 tahun. Tidak ada
perbedaan antara frekuensi pria dan wanita.
2. Patofisiologi
Seperti treponematoses lainnya, pinta diklasifikasikan menjadi tehap awal dan
akhir. Tahap awal terjadi lesi awal dan lesi sekunder, sedangkan tahap akhir terdiri dari
fase laten dan tahap tersier.
Setelah masa inkubasi sekitar 2-3 minggu, lesi awal muncul pada kulit. Lesi primer
adalah papula dan arythematosquamous plak biasanya ditemukan pada permukaan
terkena kaki, punggung kaki, lengan atau tangan. Lesi perlahan membesar dan menjadi
berpigmen dan hyperkeratosis. Hal ini sering disertai dengan limfadenopati regional.
Lesi disebarluaskan, disebut sebagai pintids, mirip dengan lesi primer dan dapat
muncul 3-9 bulan setelah infeksi. Lesi sekunder bervariasi dalam ukuran dan lokasi dan
menjadi berpigmen dengan usia.
Laten atau tersier pinta ditandai dengan perburukan perubahan pigmen,
hipokromia, lesi achromic, dan hiperpigmentasi dan lesi atrofi. Perubahan pigmen
sering menghasilkan penampilan berbintik-bintik pada kulit. Lesi mungkin tampak
merah, putih, biru, ungu, dan coklat.
3. Manifestasi Klinis
Pinta unik diantara treponematoses nonvenereal karna memiliki lesi saja. Lesi
primer : lesi primer bermanifestasi sebagai penggabungan papula bersisik dan plak
yang meluas lebih dari 10 cm tetapi tidak membentuk ulkus.

4
Lesi sekunder : lesi sekunder terjadi 3-12 bulan setelah lesi awal. Lesi muncul
sebagai papul bersisik kecil dan terjadi di lokasi yang sama dengan lesi primer. Lesi
sekunder dan kadang-kadang lesi primer mengembagkan variable dyschromia : slate-
blue, ungu, coklat, abu-abu, atau hitam. Pada akhirnya, pinta dapat bermanifestasi
achromia lengkap, menyerupai vitiligo. Atrofi kuli, ditandai dengan kerutan pada kulit,
juga dapat dilihat.

C. Frambusia atau Yaws


1. Epidemiologi
Frambusia ini lebih sering terjadi pada anak-anak 5 sampai 15 tahun dan ditularkan
melalui kontak langsung kulit-ke-kulit dengan lesi menular. Transmisi dapat difasilitasi
oleh perilaku di kulit penerima, goresan tersebut atau gigitan serangga. Frambusia
terjadi terutama didaerah pedesaan di lingkungan yang panas dan lembab.
Subspesies pertenue telah diidentifikasi pada primata di Afrika (17% dari populasi
gorila liar di Republik Demokratik Kongo membawa subspecies pertenue), studi
menunjukkan bahwa eksperimental inokulasi manusia dengan penyebab isolat
frambusia sebesar .9,58 Namun, tidak ada bukti transmisi antara manusia dan primata,
atau dari frambusia di negara-negara seperti Kamboja, Malaysia, dan Vietnam, di mana
kontak antara orang dan monyet umum. Program pemberantasan frambusia oleh WHO
dan NICEF di 46 negara menyebabkan pengurangan dalam jumlah kasus dari perkiraan
50 juta di 1952, untuk 2 5 juta pada tahun 1964. Pada akhir 1970-an, penyakit mulai

5
muncul kembali, yang mengakibatkan WHO pada tahun 1978 untuk memperbaharui
upaya pemberantasan penyakit, ada bukti yang berkembang bahwa jumlah kasus di
beberapa negara terus meningkat.
2. Etiologi
a. Treponema pallidum subspecies pertenue
Treponema pallidum adalah bakteri penyebab penyakit frambusia dari
subspecies pertenue termasuk Genus Treponema termasuk bakteri anaerob, Filum
Spirochaeles, Kelas Spirochaetes, Ordo Spirochaetales, Family Spirochaetaceae.
Treponema pallidum subspecies pertenue penyebab frambusia yang tidak dapat
ditemukan pada histopatologi, serologi dan imunologi atau terapi dari jenis bakteri
treponema seperti Treponema pallidum subspecies pallidum yang menyebabkan
sifilis dan Treponema pallidum subspecies carateum yang menyebabkan penyakit
pinta.
Treponema pertenue adalah bakteri spirochete berbentuk spiral dengan
lapisan paling luar dan membrane sitoplasmik dan sebuah lapisan tipis
peptidoglikan. Bakteri tesebut memiliki flagella periplasmic atau endoflagella,
yang terdapat pada ruang periplasmic. Filament flagella mempunyai lapisan
struktur pelindung pada permukaan yang terdiri dari 4 polipeptida.
T. pertenue ditemukan sebagai organisme mikroaerofilik dapat bertahan
dengan baik dalam waktu lebih dari 30 jam. Secara perlahan tumbuh dan pada
bakteri tersebur menunjukan bahwa pada in vivo maupun in vitro memiliki
keterbatasan metabolism dan pertumbuhan yang belum diidentifikasi. Penelitian
sebelumnya memperlihatkan bahwa kemampuan bakteri untuk memetabolisme
glukosa dan sintesis DNA, RNA dan protein. Frambusia adalah penyakit kulit
menular yang dapat berpindah dari orang sakit frambusia kepada orang sehat
dengan luka terbuka atau cederaJ trauma. Frambusia bukan merupakan penyakit
menular seksual, akan tetapi menular melalui berbaginya alat makan dan minum
sama dengan penularan melalui kulit ke kulit.
b. Faktor yang berpengaruh terhadap penularan frambusia
a. Jarang ganti pakaian
b. Bergantian memakai pakaian yang sama

6
dengan pasien
c. Personal hygiene dan sanitasi
lingkungan yang buruk
d. Tinggal didaerah padat penduduk
3. Patofisiologi
Treponema pallidum subspecies pertenue ditularkan secara intradermal antara
manusia melalui penularan pus yang terdapat pada lesi terbuka. Pus tersebut mengandung
treponema, yang masuk pada tubuh host yang mengalami abrasi pada kulit atau membrane
mukosa. Treponema berpindah sel epitel melalui jalur antara sel dan menempel pada
permukaan yang dilapisi oleh fibronektin pada matrix ekstraseluler pada sel host.
Penempelan pada fibronektin menyebabkan peningkatan sintesis pada fibroblast dalam
sel. Antibody dalam sirkulasi darah menempel pada antigen treponema dan mencetuskan
teijadinya respon inflamasi yang meningkatkan besamya lesi.
Rendahnya konsentrasi antigen memperlihatkan permukaan sel T. pertenue
dihipotesiskan menjadi penyebab dari pathogenesis bakteri, karena terbatasnya permukaan
antigen menurunkan kemampuan antibodi sel host yang mengenali antigen. Pemeriksaan
radioimmunoprecipitation membuktikan bahwa subspecies pertenue mempunyai
penurunan ekspresi protein oada permukaan sel yang memiliki perbedaan dengan
subspecies pallidum. Antigen yang menjadi immunodominan dalam T. pertenue adalah
antigen dengan molekul 47 kDa, yang memperlihatkan pada subspecies T.pallidum.
antibody monoclonal 11E3 dan 13C6 bereaksi dengan antigen pada permukaan sel
bakterinya pada respon imun yang melawan bakteri.
Pada penelitian menjelaskan antara T. pallidum dan T. pertenue, pada pemeriksaan
binding assay dan mikroskop electron memperlihatkan bahwa antigen pada permukaan sel
T. pallidum tapi pada permukaan bakteri T. pertenue mengalami penurunan. Beberapa
penelirian mengindikasikan bahwa menurunnya antigen 47 kDa mengalami pathogenesis
dengan menurunkan kepekaan bakteri oleh antibody host.
Ditemukannya immunoglobulin M dan immunoglobulin G pada system imun
neonates dan guinea pigs dewasa memperlihatkan resiko infeksi pada anakanak, yang
terlihat dari epidemiologi terjadinya frambusia pada anak-anak berusia dibawah 15 tahun.
Pada sebuah penelitian memperlihatkan guinea pigs dewasa memperlihakan peningkatan

7
antibody sebanyak lima kali yang telah terpapar T. pertenue dibandingkan dengan
neonates. Antibody yang didapatkan lebih banyak pada dewasa tiga sampai enam minggu
setelah infeksi, ketika neonates tidak mencapai puncak setelah enam sampai sembilan
minggu setelah paparan bakteri.
Banyak aspek pada pathogenesis bakteri T. pertenue yang masih belum diketahui
tapi perbedaan antibody, antigen, dan berbagai jenis protein memperlihatkan kompleks
yang berbeda pathogenesis dengan subspecies T. pallidum.

4. Manifestasi Klinis

8
1. Primer : setelah periode inkubasi bakteri Treponema pallidum pertenue selama 3
minggu. Lesi primer terbentuk setelah garukan, gigitan atau abrasi pada kulit yang
mengalami luka terbuka. Frambusia terbentuk krusta berwama coklat dan berukuran
diameter 1 - 5 cm. Krusta yang mengeras dan lalu terlepas yang berbentuk mirip
dengan raspberry. Raspberry tersebut berisi bakteri treponema, membuat lesi tersebut
sangat infeksius. Selama fase ini, seseorang yang terinfeksi dapat mengalami
limfadenopati, demam dan nyeri sendi. Frambusia sembuh secara spontan dalam 2-9
bulan, meninggalkan scar atrofi dengan central yang hipopigmentasi dan tepi
hiperpigmentasi.
2. Sekunder : setelah fase primer 6 - 1 6 minggu kemudian, sebuah lesi kulit berupa
erupsi, lesi tulang dan keluhan konstitusional lainnya muncul. Lesi secara kutan
muncul namun lebih kecil dengan diameter berukuran lebih dari 2 cm, dan biasanya
berlokasi di mulut dan hidung. Lesi pada fase sekunder terdapat ulkus dan ekskresi
cairan peradangan dengan treponema yang dapat mengering menjadi krusta. Lesi
tersebut pada permukaan kulit dapat menjadi menebal, menjadi plak hiperkeratotik
yang dapat menjadi flsura atau erosi. Lesi macular dan hiperkeratotik pada telapak
tangan dan telapak kaki, yang mitip pada lesi yang ditemukan pada pasien sifilis.
Seseorang yang terinfeksi dapat mengalami nyeri osteopetrosis (pengerasan tulang).
Beberapa perubahan tulang secara dini dapat diobservasi dengan radiograf.
Manifestasi selama fase ini adalah geneally non-scarring dan reversible. Pasien dapat
mengalami kekambuhan lebih dari 5 tahun setelah infeksi awal. Penyakit kemudian
memasuki sebuah periode non infeksi dimana pasien tidak mengalami gejala atau
tanda apapun.
3. Tersier : setelah 5 - 1 5 tahun, merupakan fase terlambat dan ditandai dekstruksi lesi
di kulit, lesi di tulang dan secara neurologi dan kerusakan mata. Pelebaran dan
berkurangnya rasa nyeri pada nodul subkutan dan abses, nekrosis dan ulkus. Ulkus
yang terbentuk pada fase ini dapat menjadi infeksius. Ulkus tersebut dapat membentuk
kelompok yang bila sembuh membentuk keloid, yang membentuk deformitas dan
kontraktur.

9
10
5. Klasifikasi Frambusia
Frambusia menular : initial lesions gejala permulaan, multiple papillomata yang
tersebar, Wet crab yaws bubul, other early skin lesion yaitu gejala dini lain pada
kulit, hyperkeratosis
Frambusia tidak menular : bone andjoint lesions gejala pada tulang dan sendi
Gummata ulcer Gangosa Other manifestation
Pasien dalam masa laten

11
6. Diagnosis
Diagnosis frambusia dibuat oleh evaluasi klinis dari lesi dan dikonfirmasi oleh adanya
treponema pada mikroskop gelap bidang serum yang diperoleh dengan meremas dasar
dari lesi.
Radiologi Studi radiologis tidak spesifik tetapi bisa termasuk salah satu temuan
berikut:
striations permukaan (periostitis)
penebalan kortikal dengan membungkuk (saber shin deformitas)
reaksi periosteal
ekspansi tulang
berbentuk guma kehancuran
pemisahan epifisis
scan tulang seperti bintang frontal.
Tes Serologis
Tes serologi untuk frambusia identik dengan untuk sifilis pada penyakit kelamin,
termasuk yang cepat yaitu dengan tes reagen plasma (RPR), tes Venereal Disease
Research Laboratory (VDRL), fluorescent treponemal antibody absorption (FTA-
ABS) , T pallidumimmobilization (TPI), dan T pallidum hemagglutination assay
(TPHA). RPR dan VDRL reaktif 2-3 minggu setelah timbulnya lesi primer, dan
mereka umumnya tetap reaktif di semua tahapan.
Tes serologi dapat membedakan frambusia dari treponematoses nonvenereal
lainnya; Oleh karena itu, diagnosis akhimya berdasarkan korelasi temuan klinis,
sejarah epidemiologi, dan hasil serologi positif yang sugestif frambusia. Biopsi lesi
akhir mungkin diperlukan untuk menunjukkan histopatologi karakteristik
Histologi
Histologis Temuan histologis di frambusia awal meliputi acanthosis,
papillomatosis, dan spongiosis. Treponema ditemukan di epidermidis. Eksositosis
neutrophilic dengan formasi intraepidermal microabscess adalah penemuan yang

12
paling khas. Dermis memiliki moderat untuk padat menyusup granulomatosa yang
terutama terdiri dari sel-sel plasma dan limfosit, dengan beberapa histiosit, neutrofil,
dan eosinofll. Tidak seperti sifilis, proliferasi endotel tidak ada atau rendah.
Frambusia akhir memiliki temuan histologis mirip dengan sifilis tersier, termasuk
menyusup dermal intens terdiri dari sel epiteloid, sel raksasa, limfosit, dan fibroblas.
Kaseasi nekrosis juga dapat diamati. Sel plasma dan histiosit, berbeda dengan
frambusia awal, langka.
Perak noda (Steiner) dapat digunakan untuk mengidentifikasi berbagai treponema
antara keratinosit di frambusia awal. Mereka terlihat dalam pola mirip pita atau dalam
kelompok di epidermis. Tidak seperti T pallidum, yang ditemukan di kedua epidermis
dan dermis, T pallidumpertenue hampir seluruhnya epidermotropic.
Mikroskop elektron dari lesi awal menunjukkan treponema langka di cluster dalam
ruang antar epidermis antara sel-sel inflamasi, dalam sitoplasma makrofag, dan pada
dermis.
7. Diagnosis Banding
- Sifllis
Gambaran yang hampir mirip dengan sifllis karena disebabkan oleh bakteri yang sama
dengan penyebab sifllis. Namun pada sifllis dapat ditemukan penularannya melalui
riwayat hubungan seksual.
- Kusta
Gambaran efloresensi yang hampir mirip dengan kusta, akan tetapi pada penyakit kusta
ditemukan adanya anaestesi pada lesi.
- Ulkus tropikum
Luka yang sangat nyeri dan biasanya terdapat pada tungkai bawah, berbeda dengan
frambusia, luka menunjukkan batas atau bagian tepi yang tegas. Gambaran pada ulkus
tersebut dapat ditemukan adanya nanah yang dapat masuk ke lebih dalam yaitu daerah
tendon ataupun tulang.
8. Penatalaksanaan
Obat pilihan utama adalah benzatin penisilin. Sebagai alternative pengobatan dapat
diberikan tetrasiklin, doksisiklin, dan eritromisin.

13
Pengobatan yang dianjurkan
UMUR NAMA OBAT DOSIS CARA LAMA
PEMBERIAN PEMBERIAN
Pilihan utama
< 10 tahun Benzatin 600.000 IU Injeksi IM Dosis tunggal
10 tahun Penisilin 1.200.000 IU Injeksi IM
Anak/dewa Azitromisin 30 mg/kgBB, Oral
sa maks. 2 gr
Alternative
< 12 tahun Eritromisin 8-10 mg/kgBB/6 Oral 15 hari
jam
8-15 tahun Tetrasiklin atau 250mg, 4x/hr Oral
> 15 tahun eritromisin 500mg, 4x/hr Oral
> 8 tahun Doksisiklin 2-5 Oral
mg/kgBB/6jam
Dewasa 100 mg, 2x/hr Oral
9. Pencegahan
Berbagai jenis antibiotic seperti tetrasiklin yang dapat digunakan untuk mengobati
pasien yang terinfeksi. Medikamentosa digunakan untuk pencegahan yang biasa
digunakan untuk mengobati berbagai stage pada frambusia dengan penisilin G
benzathine karena efek samping yang minimal. Tetrasiklin dapat meningkatkan
hipoprotrombinemic menghasilkan dalam memperlambat terbentuknya clot pada darah
atau dapat menyebabkan terjadinya perdarahan secara tiba-tiba.
10. Prognosis
Jika frambusia tidak diobati, frambusia bisa menjadi kronis, kambuh penyakit
setelah 5-15 tahun, dengan manifestasi klinik pada kulit, tulang, dan sendi. Pada
kebanyakan pasien, frambusia masih terbatas pada kulit, tetapi tulang dan keterlibatan
sendi dapat terjadi. Meskipun lesi pada frambusia menghilang secara spontan, infeksi
bakteri sekunder dan jaringan parut dapat terjadi yang dapat menimbulkan komplikasi
urn urn.

14
Dalam 10% kasus frambusia, pasien memasuki tahap akhir (tahap tersier) ditandai
dengan lesi kulit yang destruktif dan sangat deformasi tulang dan lesi sendi. Kerusakan
jaringan terjadi di frambusia stage akhir ireversibel. Neurologis dan oftalmologi juga
dapat teijadi. Kambuh dapat terjadi interval hingga 5 tahun setelah infeksi

15
BAB III
Kesimpulan
Frambusia ditularkan melalui kontak kulit langsung dan terutama mempengaruhi
anak-anak muda dari 15 tahun, dengan puncak insidensi pada mereka yang berusia 6-
10 tahun. Mirip dengan sifllis, frambusia bisa bertahan selama bertahun-tahun sebagai
kronis, kambuh penyakit.
Frambusia terns menjadi endemik di sepanjang daerah tropis yang ditandai dengan
suhu panas, kelembaban tinggi, dan hujan deras. Kondisi ini, ditambah dengan keadaan
kemiskinan, sanitasi yang buruk, kepadatan penduduk, dan kurangnya pengawasan
kesehatan masyarakat, memungkinkan untuk frambusia.
Faktor yang mempengaruhi penularan penyakit frambusia yaitu jarang ganti
pakaian, bergantian memakai pakaian yang sama dengan pasien, personal hygiene dan
sanitasi lingkungan yang buruk, tinggal didaerah padat penduduk.
Penisilin merupakan obat pilihan untuk frambusia. Setelah suntikan penisilin
tunggal, lesi awal menjadi tidak menular setelah 24 jam dan sembuh dalam 1-2 minggu.
Tetrasiklin, eritromisin, atau doxycycline harus dipertimbangkan untuk pasien yang
alergi terhadap penisilin.

16
Daftar Pustaka
1. Santos MA, et al. Yaws: Rebound of a forgotten disease. Global Dermatology.
2015. 2(3): 143-147.
2. Mitja O, et al. Yaws. February 13, 2013
3. Mitja O, et al. Outcome predictors in treatment of yaws. Emerging Infectious
Diseases. June 201 l . Vol . 17: 6.
4. Galadari HI, et al. Yaws. Medscape. Agustus 2015.
5. Pusponegoro E. Frambusia. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI. Jakarta. 2015.
Edisi 7: 146-150.
6. Capuano C, et al. Yaws in the western pacific region: a review of the literature.
Journal of Tropical Medicine. 2011 Rapose A. Yaws and pinta - the pain is gone
but the memories remain. Journal of ancient diseases & preventive remedies. 2013.
1:1.
7. Seenivasan MH. Treponema pertenue, Treponema carateum, Treponema
endemicum (Yaws, Pinta, Bejel). Guided Medline Search. December 2015.
8. Manirakiza A, et al. Clinical outcome of skin yaws lesions after treatment with
benzathinebenzyl penicillin in a pygmy population in Lobaye, Central African
Republic. BMC Research Notes 2011,4:543.
9. Gerstl S, et al. Prevalence study of yaws in the democratic republic of Congo using
the lot quality assurance sampling method. Plos One. July 2009. Volume 4 Issue 7.

17

Anda mungkin juga menyukai