Anda di halaman 1dari 40

PRESENTASI KASUS : PPOK EKSASERBASI AKUT

dr. Sonya Aprelladiva

Pendamping : dr. Eti Sutarti


DPJP : dr. Hermawan Setiyanto, SpP
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

 Nama : Tn. AS
 Tanggal lahir : 7 Februari 1943  Agama : Islam
 Usia : 76 tahun  Pekerjaan : Montir
 Jenis Kelamin : Laki-laki  Status Pernikahan : Menikah
 Alamat : Bedahan RT 009 RW  Status Pendidikan : SMA
001, Pabuaran, Cibinong, Bogor, Jawa  No. Rekam Medis : 11177062
Barat
 Masuk IGD : 6 Februari 2019
ANAMNESIS

Dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis dengan istri pasien pada tanggal 7


Februari 2018 di ruangan seruni bawah RSUD Cibinong

Keluhan Utama
• Sesak yang memberat sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit (SMRS)
Riwayat Penyakit Sekarang

• Sesak hilang timbul, • Sesak dan batuk berdahak


lebih dirasakan pada dirasakan semakin Sekarang
saat beraktivitas (co : 1 minggu memberat, untuk berjalan
menaiki tangga) dan ke kamar mandi saja sudah
membaik dengan SMRS membuat sesak
istirahat, memberat • Warna dahak tidak pernah • Pasien dirujuk dari
pada pagi hari, malam berubah menjadi kuning,
hari, atau ketika • Demam hilang timbul RS Simpangan Depok
kehijauan, ataupun dan sebelumnya telah
cuaca dingin. Kadang • Penurunan nafsu bercampur dengan darah
terdapat serangan makan mendapatkan terapi
• Keluhan nyeri dada, mual, O2 2 lpm dan
sesak pada malam • Penurunan BB sekitar muntah, nyeri ulu hati,
hari tanpa bunyi 1 – 2 kg dilakukan inhalasi
bengkak, dan keringat ventolin dan
‘ngik-ngik’ malam disangkal
• Batuk berdahak pulmicort 1 kali
• Pasien biasa tidur dengan 1 • Setelah diberikan
berwarna putih kental bantal
berjumlah sedikit oksigen dan
• BAK dan BAB normal dilakukan inhalasi,
yang sulit untuk
dikeluarkan 3 bulan sesak masih dirasakan

SMRS 3 hari SMRS meskipun sedikit


berkurang dari
sebelumnya
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Dahulu


• Pasien memiliki riwayat operasi katarak pada mata kiri pada tahun 2018
• Pasien memiliki riwayat gula selama 5 tahun terakhir. Obat-obatan gula baru rutin
diminum oleh pasien sejak 1 tahun terkahir, yaitu metformin 3 x 500 mg
• Riwayat alergi, asma, tuberkulosis, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, ginjal,
dan hati pada pasien disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


• Keluhan sesak dan batuk seperti pasien pada keluarga disangkal
• Riwayat alergi, asma, tuberkulosis, diabetes melitus, tekanan darah tinggi, penyakit
jantung, ginjal, dan hati pada keluarga disangkal
ANAMNESIS

Riwayat Kebiasaan dan Sosial


• Pasien merokok selama sekitar 60 tahun sebanyak 12 batang perhari
• Pasien bekerja sebagai montir, di mana pasien terpapar dengan debu
dan asap kendaraan selama sekitar 30 tahun
• Tidak terdapat keluhan serupa pada lingkungan sekitar pasien baik di
rumah maupun tempat kerja
• Pembayaran dengan BPJS
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum Tampak sakit sedang


Kesadaran Kuantitatif Compos mentis
Tekanan Darah 130/80 mmHg
Nadi 82 kali/menit, kuat, reguler
Suhu 36,2oC
Pernapasan 28 kali/menit, dangkal, reguler
Saturasi Oksigen 99% dengan O2 nasal kanul 3 lpm
Indeks Massa Tubuh BB: 60 kg
TB: 170 cm
IMT: 20,8 kg/m2
PEMERIKSAAN FISIK

Kulit Tidak kering, pucat, maupun sianosis, turgor baik

Kepala Normosefal

Mata Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, kedua pupil bulat isokor

Telinga Normotia, tidak ada deformitas, sekret, dan nyeri tekan, liang telinga tidak tampak hiperemis,
membran timpani intak

Hidung Tidak ada deformitas, rongga hidung tidak hiperemis, tidak ada sekret dan nyeri tekan

Mulut Bibir tidak pucat maupun sianosis, mukosa mulut lembab, oral hygiene baik

Leher KGB tidak membesar, trakea ditengah, JVP 5-0 cmH20, terdapat penggunaan otot bantu
napas sternokleidomastoideus
Ekstremitas Akral hangat, capillary refill time <2 detik, tidak ada edema
PEMERIKSAAN FISIK (PARU)

Inspeksi Pasien tampak sesak, terdapat penggunaan otot bantu napas suprasternal, tidak ada
retraksi sela iga, tidak ada venektasi, dada tampak simetris saat statis dan dinamis, rasio
antero-posterior dan lateral 2:3

Palpasi Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan ataupun emfisema subkutis, ekspansi dada simetris,
fremitus kanan sama dengan kiri

Perkusi Perkusi sonor di kedua lapang paru, batas paru-hati pada linea midklavikula kanan sela iga 6
peranjakan 2 jari, batas paru-lambung pada linea aksilaris anterior kiri sela iga 7

Auskultasi Vesikuler di kedua lapang paru, terdapat rhonki dan wheezing di kedua lapang paru
PEMERIKSAAN FISIK (JANTUNG)

Inspeksi Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi Iktus kordis teraba di linea midclavicula sinistra ICS V, tidak ada lifting, thrill, heaving, ataupun
tapping

Perkusi Batas jantung kanan di linea sternalis kanan ICS V


Batas jantung kiri di linea midclavicula sinistra ICS V
Batas pinggang jantung di linea parasternalis kiri ICS II

Auskultasi BJ I-II regular, tidak ada murmur maupun gallop


PEMERIKSAAN FISIK (ABDOMEN)

Inspeksi Datar

Auskultasi Terdapat bising usus 3 kali/menit

Palpasi Supel, hepar dan lien tidak teraba, tidak terdapat nyeri tekan

Perkusi Timpani, shifting dullness negatif


LABORATORIUM (6 FEBRUARI 2019)
Analisa Hasil Nilai Rujukan Analisa Hasil Nilai Rujukan

Hemoglobin 11.2 g/dL 13.7 – 17.5 g/dL


SGOT 17 mg/dL <37 u/L
Hematokrit 34.8% 40 – 48 %

Trombosit 441.000/L 150.000 – SGPT 16 mg/dL <42 g/dL


400.000/L

Glukosa 210 mg/dL 70 – 200 mg/dL


Darah
Leukosit 20.220/L 5.000 – 10.000/L
Sewaktu
EKG (6 FEBRUARI 2019)

 Ritme : Sinus rhythm

 Heart Rate : 95 kali/menit regular

 Axis : normoaxis

 Gelombang P : 0,12 detik

 PR interval : 0,20 detik

 QRS durasi : 0,08 detik

 ST segment : Tidak terdapat ST elevasi dan ST


depresi
RONTGEN THORAX PA (6 FEBRUARI 2019)

 Cor tidak membesar, dilatasi, dan kalsifikasi aorta


 Sinuses dan diafragma normal
 Pulmo :
 Hili normal
 Corakan bronkovaskuler bertambah
 Infiltrat di lapang paru kanan

 Kesan :
 Bronkopneumonia kanan
 Dilatasi dan aterosklerosis aorta
 Tidak tampak kardiomegali
DAFTAR MASALAH
DAN PENGKAJIAN
1. PPOK EKSASERBASI AKUT DAN PNEUMONIA
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
• Tn. AS, 76 tahun, datang dengan keluhan sesak • Tampak sakit sedang dengan kesadaran • Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
yang memberat sejak 3 hari SMRS. Sesak compos mentis. anemia (Hb 11,2 g/dL) dan leukositosis
sudah dirasakan hilang timbul sejak 3 bulan • Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 82 (20.220/uL).
yang lalu. Sesak lebih dirasakan pada saat kali/menit, pernapasan 28 kali/menit, suhu • Pada pemeriksaan Foto toraks didapatkan
pasien beraktivitas yang membaik dengan 36,2oC, dan SaO2 99% dengan O2 nasal kanul 3 adanya peningkatan corakan bronkovaskuler,
istirahat dan ketika cuaca dingin. Dalam 3 hari lpm. bronkopneumonia kanan, dan dilatasi serta
terakhir untuk berjalan ke kamar mandi saja • Pada pemeriksaan paru didapatkan pasien aterosklerosis aorta.
sudah membuat pasien sesak. Keluhan sesak tampak sesak, terdapat penggunaan otot bantu
disertai dengan batuk berdahak berwarna putih napas sternokleidomastoideus dan suprasternal,
kental berjumlah sedikit yang sulit untuk rasio antero-posterior dan lateral 2:3, bunyi
dikeluarkan. pernapasan vesikuler di kedua lapang paru, dan
• Dalam 1 minggu terakhir pasien juga terdapat rhonki serta wheezing di kedua lapang
mengalami demam hilang timbul, penurunan paru.
nafsu makan, dan penurunan berat badan (BB)
sekitar 1 – 2 kg.
• Pasien dirujuk dari RS Simpangan Depok dan
sebelumnya telah mendapatkan terapi O2 2 lpm
dan dilakukan inhalasi ventolin dan pulmicort
sebanyak 1 kali. Keluhan sedikit membaik.
• Pasien merokok selama sekitar 60 tahun
sebanyak 12 batang perhari.
• Pasien bekerja sebagai montir, di mana pasien
terpapar dengan debu dan asap kendaraan
selama sekitar 30 tahun.
1. PPOK EKSASERBASI AKUT DAN PNEUMONIA
Rencana Diagnostik Rencana Terapi Rencana Edukasi

• AGD • O2 3 lpm • Menjelaskan keadaan


• Mikroskopis sputum • Bed rest pasien dan rencana terapi
• Spirometri • Frutrolit / 8 jam iv yang sesuai dengan
kondisi pasien untuk
• Inhalasi combiven selanjutnya
pulmicort 3 x 1
• Metilprednisolon 3 x 62,5
mg iv
• Vicillin 3 x 1 g iv
• Teosal 3 x 1 tablet po
• Sanadril DMP syrup 3 x
CI po
• PCT 3 x 500 mg tablet po
(kalau perlu)
2. ANEMIA EC. DEFISIENSI BESI DD/ INFEKSI DD/ PENYAKIT
KRONIK
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
• Tn. AS, 76 tahun, datang dengan keluhan • Tampak sakit sedang dengan kesadaran • Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
sesak yang memberat sejak 3 hari SMRS. compos mentis. anemia (Hb 11,2 g/dL) dan leukositosis
Sesak sudah dirasakan hilang timbul sejak • BB 60 kg, TB 170 cm, dengan IMT 20,8 (20.220/uL).
3 bulan yang lalu. Sesak lebih dirasakan kg/m2. • Pada pemeriksaan Foto toraks didapatkan
pada saat pasien beraktivitas dan ketika • Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 82 adanya peningkatan corakan
cuaca dingin. Keluhan sesak disertai kali/menit, pernapasan 28 kali/menit, suhu bronkovaskuler, bronkopneumonia kanan,
dengan batuk berdahak berwarna putih 36,2oC, dan SaO2 99% dengan O2 nasal dan dilatasi serta aterosklerosis aorta.
kental berjumlah sedikit yang sulit untuk kanul 3 lpm.
dikeluarkan.
• Pada pemeriksaan mata didapatkan
• Dalam 1 minggu terakhir pasien juga
konjungtiva tidak anemis dan kulit tidak
mengalami demam hilang timbul, pucat.
penurunan nafsu makan, dan penurunan
• Pada pemeriksaan paru didapatkan pasien
berat badan (BB) sekitar 1 – 2 kg.
tampak sesak, terdapat penggunaan otot
• Pasien dirujuk dari RS Simpangan Depok
bantu napas sternokleidomastoideus dan
dan sebelumnya telah mendapatkan terapi suprasternal, rasio antero-posterior dan
O2 2 lpm dan dilakukan inhalasi ventolin lateral 2:3, bunyi pernapasan vesikuler di
dan pulmicort sebanyak 1 kali. Keluhan kedua lapang paru, dan terdapat rhonki
sedikit membaik. serta wheezing di kedua lapang paru.
• Pasien merokok selama sekitar 60 tahun
sebanyak 12 batang perhari.
• Pasien bekerja sebagai montir, di mana
pasien terpapar dengan debu dan asap
2. ANEMIA EC. DEFISIENSI BESI DD/ INFEKSI DD/ PENYAKIT
KRONIK

Rencana
Rencana Terapi Rencana Edukasi
Diagnostik
• Pemeriksaan • Tidak ada terapi • Menjelaskan
indeks eritrosit tambahan keadaan pasien
dan rencana
terapi yang sesuai
dengan kondisi
pasien untuk
selanjutnya, serta
edukasi diet
3. DM TIPE II, NORMOWEIGHT, GULA DARAH TIDAK
TERKONTROL
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
Penunjang
• Pasien mengakatan • BB 60 kg, TB 170 • Pada pemeriksaan
memiliki riwayat cm, dengan IMT laboratorium
gula selama 5 tahun 20,8 kg/m2. didapatkan GDS
terakhir. 210 mg/dL.
• Obat-obatan gula
baru rutin diminum
oleh pasien sejak 1
tahun terkahir, yaitu
metformin 3 x 500
mg.
3. DM TIPE II, NORMOWEIGHT, GULA DARAH TIDAK
TERKONTROL

Rencana Diagnostik Rencana Terapi Rencana Edukasi

• Pemeriksaan kontrol • Metformin 3 x 500 mg • Menjelaskan keadaan


gula darah harian, pasien dan rencana
GDP, dan GD2PP terapi yang sesuai
dengan kondisi pasien
untuk selanjutnya,
serta edukasi diet
untuk mengurangi
konsumsi gula,
aktivitas fisik
intensitas sedang 3 – 5
kali perminggu selama
30 – 60 menit, dan
PROGNOSIS

 Ad vitam : Dubia ad bonam


 Ad functionam : Dubia ad bonam
 Ad sanationam : Dubia ad bonam
FOLLOW-UP
8 FEBRUARI 2019
 S/ Pasien masih merasa sesak namun berkurang. Keluhan batuk masih dirasakan pasien dan sulit untuk mengeluarkan dahak. Pasien juga mengalami mual
dan nyeri ulu hati. Keluhan muntah disangkal.
 O/ KU : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis
TD : 140/80 mmHg, HR : 84 kali/menit, RR : 24 kali/menit, T : 36,3°C, SaO2 : 99% dengan O2 nasal kanul 3 lpm
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Paru : Vesikuler di kedua lapang paru, terdapat rhonki di kedua lapang paru, tidak terdapat wheezing
Jantung : BJ I-II regular, tidak ada murmur maupun gallop
Abdomen: Terdapat bising usus 4 kali/menit, terdapat nyeri tekan regio epigastrium
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
 A/- PPOK eksaserbasi akut dan pneumonia

- Anemia ec. defisiensi besi dd/ infeksi dd/ penyakit kronik


- DM tipe II, normoweight, gula darah tidak terkontrol
- Dispepsia
 P/ - Omeprazol 1 x 40 mg iv
- Sucralfat syrup 3 x CI po
- Terapi lain lanjutkan
9 FEBRUARI 2019
 S/ Pasien masih merasa sesak namun semakin berkurang. Keluhan batuk masih dirasakan pasien dan sulit untuk mengeluarkan dahak.
Keluhan mual dan nyeri ulu hati masih ada namun berkurang
 O/ KU : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis
TD : 130/70 mmHg, HR : 80 kali/menit, RR : 24 kali/menit, T : 36,5°C, SaO2 : 99% dengan O2 nasal kanul 3 lpm
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Paru : Vesikuler di kedua lapang paru, terdapat rhonki di kedua lapang paru, tidak terdapat wheezing
Jantung : BJ I-II regular, tidak ada murmur maupun gallop
Abdomen: Terdapat bising usus 3 kali/menit, terdapat nyeri tekan regio epigastrium
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
 A/- PPOK eksaserbasi akut dan pneumonia

- Anemia ec. defisiensi besi dd/ infeksi dd/ penyakit kronik


- DM tipe II, normoweight, gula darah tidak terkontrol
- Dispepsia
 P/- Terapi lanjutkan
10 FEBRUARI 2019
 S/ Pasien masih merasa sesak namun semakin berkurang. Keluhan batuk masih dirasakan pasien namun berkurang. Keluhan
mual dan nyeri ulu hati sudah tidak ada.
 O/ KU : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis
TD : 120/70 mmHg, HR : 82 kali/menit, RR : 22 kali/menit, T : 36,2°C, SaO2 : 99% dengan O2 nasal kanul 3 lpm
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Paru : Vesikuler di kedua lapang paru, terdapat rhonki di kedua lapang paru, tidak terdapat wheezing
Jantung : BJ I-II regular, tidak ada murmur maupun gallop
Abdomen: Terdapat bising usus 4 kali/menit, tidak terdapat nyeri tekan
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
 A/- PPOK eksaserbasi akut dan pneumonia

- Anemia ec. defisiensi besi dd/ infeksi dd/ penyakit kronik


- DM tipe II, normoweight, gula darah tidak terkontrol
 P/- Terapi lanjutkan
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI DAN EPIDEMIOLOGI

 PPOK merupakan adanya hambatan aliran udara


persisten yang ireversibel dan bersifat progresif.
Biasanya ditandai dengan tiga kelainan:
 Emfisema
 Bronkitis kronik
 Penyakit bronkiolus

 Berdasarkan data WHO, PPOK merupakan penyebab


kematian nomor 3 di dunia yang bertanggung jawab
atas 3 juta kematian pada tahun 2016.
 Di Indonesia, 4,8 juta orang mengalami PPOK dengan
90% pasien memiliki riwayat merokok.

1. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Pocket guide to COPD diagnosis, management, and prevention; a guide for health care professionals; 2018.
2. Murray & Nadel’s textbook of respiratory medicine. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2010. p. 919 – 67.
3. Kasper, Fauci, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. Harrison’s principle of internal medicine. Edisi ke-19. New York: McGraw-Hill Education; 2015. p.1700 – 7.
4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK diagnosis dan tatalaksana. 2016.
5. WHO. The top 10 causes of death. [internet] 2019. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Asap rokok Genetik
• Perokok ringan (IB 0-200) • Mutasi gen serpina-1 yang
• Perokok sedang (IB 201- Polusi udara menyebabkan defisiensi
600) α-1 antitripsin (OR 4,34)
• Perokok berat (IB >600)

Status sosial ekonomi


Infeksi saluran napas rendah Tumbuh kembang
berulang • Pajanan polusi ↑ paru kurang baik
• Malnutrisi

Usia lanjut dan jenis


Asma Bronkitis kronik
kelamin laki-laki

1. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Pocket guide to COPD diagnosis, management, and prevention; a guide for health care professionals; 2018.
2. Murray & Nadel’s textbook of respiratory medicine. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2010. p. 919 – 67.
3. Kasper, Fauci, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. Harrison’s principle of internal medicine. Edisi ke-19. New York: McGraw-Hill Education; 2015. p.1700 – 7.
4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK diagnosis dan tatalaksana. 2016.
PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

Keterbatasan aliran udara dan air trapping

Gangguan pertukaran gas

Hipersekresi mukus

Eksaserbasi

Hipertensi pulmoner

Efek sistemik

1. Kasper, Fauci, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. Harrison’s principle of internal medicine. Edisi ke-19. New York: McGraw-Hill Education; 2015. p.1700 – 7.
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK diagnosis dan tatalaksana. 2016.
DIAGNOSIS

 Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi
 Pursed-lips breathing (mencucu saat bernapas), barrel chest,
retraksi dan hipertrofi otot bantu napas, pelebaran sela iga, dan
dapat terlihat denyut vena jugular.
 Palpasi
 Pelebaran sela iga dan fremitus raba melemah.

 Perkusi
 Hipersonor, batas jantung mengecil, diafragma letak rendah, dan
hepar terdorong ke bawah.
 Auskultasi
 Suara napas vesikuler dapat normal atau melemah, ronki dan
atau mengi, ekspirasi memanjang, dan bunyi jantung menjauh.

1. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Pocket guide to COPD diagnosis, management, and prevention; a guide for health care professionals; 2018.
2. Murray & Nadel’s textbook of respiratory medicine. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2010. p. 919 – 67.
3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK diagnosis dan tatalaksana. 2016.
DIAGNOSIS (2)
 Pemeriksaan Penunjang
 Faal paru
 Spirometri
 Dikatakan obstruksi apabila nilai FEV1/VC <0,70.
 Derajat keparahan digunakan nilai FEV1/FEV1 prediksi.

 Arus puncak ekspirasi dengan peakflow meter


 Memantau variabilitas harian pagi – sore yang mana pada PPOK
variabilitasnya <20%.
 Uji bronkodilator
 Diberikan salbutamol 400-800 ug , bila peningkatan FEV1 <12%
dan 200 mL atau APE <20%, maka menginsikasikan obstruksi
ireversibel.  Foto toraks PA dan lateral
 Pemeriksaan darah (Hb, Ht, leukosit), AGD, CT-  Hiperinflasi dan hiperlusen  Diafragma mendatar
 Jantung menggantung (tear drop
scan, dan bakteriologi  Pelebaran ruang retrosternal
heart)
 Pelebaran sela iga
1. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Pocket guide to COPD diagnosis, management, and prevention; a guide for health care professionals; 2018.  Peningkatan corakan bronkovaskular
2. Murray & Nadel’s textbook of respiratory medicine. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2010. p. 919 – 67.
3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK diagnosis dan tatalaksana. 2016.
KLASIFIKASI

1. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Pocket guide to COPD diagnosis, management, and prevention; a guide for health care professionals; 2018.
2. Murray & Nadel’s textbook of respiratory medicine. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2010. p. 919 – 67.
3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK diagnosis dan tatalaksana. 2016. 
4. Han MK, Muellerova H, Curran-Everett D, et al. GOLD 2011 disease severity classification in COPDGene: a prospective cohort study. The Lancet Respiratory medicine. 2013; 1(1): 43-50.
PPOK EKSASERBASI AKUT

 Merupakan kondisi perburukan akut pada gejala respirasi berhubungan dengan peningkatan inflamasi saluran napas, sekresi
mukus, dan gas trapping
 Faktor yang paling sering memicu eksaserbasi akut adalah infeksi saluran napas
 Gejala meliputi sesak memberat, batuk berdahak dengan produksi sputum meningkat dan berubah menjadi purulen, dan bunyi
napas disertai wheezing
 Klasifikasi
 Ringan  Kondisi tanpa gagal napas, dengan laju respirasi 20-30 kali per menit, tanpa penggunaan otot bantu napas, tanpa perubahan status
mental, hipoksemia membaik dengan pemberian suplementasi O2 atau membutuhkan FiO2 <20%, dan tanpa peningkatan PaCO2.
 Sedang  Kondisi gagal napas akut tidak mengancam jiwa, laju respirasi > 30 kali per menit, penggunaan otot bantu napas, tanpa
perubahan status mental, hipoksemia membaik dengan pemberian suplementasi O2 atau membutuhkan FiO2 20-30%, dan terdapat
peningkatan PaCO2.
 Berat  Kondisi gagal napas akut mengancam jiwa, laju respirasi > 30 kali per menit, penggunaan otot bantu napas, perubahan status
mental akut, hipoksemia tidak membaik dengan pemberian suplementasi O2 atau membutuhkan FiO2 > 40%, terdapat peningkatan PaCO2,
dan terjadinya asidosis.

1. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Pocket guide to COPD diagnosis, management, and prevention; a guide for health care professionals; 2018.
2. Murray & Nadel’s textbook of respiratory medicine. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2010. p. 919 – 67.
DIAGNOSIS BANDING

1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK diagnosis dan tatalaksana. 2016.


TATALAKSANA (PPOK STABIL)

1. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Pocket guide to COPD diagnosis, management, and prevention; a guide for health care professionals; 2018.
2. Murray & Nadel’s textbook of respiratory medicine. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2010. p. 919 – 67.
TATALAKSANA (PPOK EKSASERBASI AKUT)

 SABA dengan atau tanpa SAMA


 Kortikosteroid sistemik
 Dapat meningkatkan fungsi paru (FEV1), oksigenasi, dan memperpendek dari waktu pulih, dan durasi rawat inap, namun
tidak boleh melebihi 5-7 hari.
 Antibiotik
 Terapi maintenance dengan bronkodilator kerja panjang
 Berdasarkan klasifikasi PPOK eksaserbasi akut
 Eksaserbasi ringan  bronkodilator kerja pendek.
 Eksaserbasi sedang  bronkodilator kerja pendek ditambah dengan antibiotik dan/atau kortikosteroid oral.

 Eksaserbasi berat  membutuhkan rawat inap dan ventilasi mekanik, termasuk didalamnya asidosis respiratorik (PaCO 2 >
6.0 atau 45 mmHg dan pH arteri < 7,35) dan gagal napas akut.

1. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Pocket guide to COPD diagnosis, management, and prevention; a guide for health care professionals; 2018.
2. Murray & Nadel’s textbook of respiratory medicine. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2010. p. 919 – 67.
REGIMEN TERAPI FARMAKOLOGI PPOK

1. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Pocket guide to COPD diagnosis, management, and prevention; a guide for health care professionals; 2018.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai