Nama : Tn. AS
Tanggal lahir : 7 Februari 1943 Agama : Islam
Usia : 76 tahun Pekerjaan : Montir
Jenis Kelamin : Laki-laki Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Bedahan RT 009 RW Status Pendidikan : SMA
001, Pabuaran, Cibinong, Bogor, Jawa No. Rekam Medis : 11177062
Barat
Masuk IGD : 6 Februari 2019
ANAMNESIS
Keluhan Utama
• Sesak yang memberat sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit (SMRS)
Riwayat Penyakit Sekarang
Kepala Normosefal
Mata Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, kedua pupil bulat isokor
Telinga Normotia, tidak ada deformitas, sekret, dan nyeri tekan, liang telinga tidak tampak hiperemis,
membran timpani intak
Hidung Tidak ada deformitas, rongga hidung tidak hiperemis, tidak ada sekret dan nyeri tekan
Mulut Bibir tidak pucat maupun sianosis, mukosa mulut lembab, oral hygiene baik
Leher KGB tidak membesar, trakea ditengah, JVP 5-0 cmH20, terdapat penggunaan otot bantu
napas sternokleidomastoideus
Ekstremitas Akral hangat, capillary refill time <2 detik, tidak ada edema
PEMERIKSAAN FISIK (PARU)
Inspeksi Pasien tampak sesak, terdapat penggunaan otot bantu napas suprasternal, tidak ada
retraksi sela iga, tidak ada venektasi, dada tampak simetris saat statis dan dinamis, rasio
antero-posterior dan lateral 2:3
Palpasi Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan ataupun emfisema subkutis, ekspansi dada simetris,
fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi Perkusi sonor di kedua lapang paru, batas paru-hati pada linea midklavikula kanan sela iga 6
peranjakan 2 jari, batas paru-lambung pada linea aksilaris anterior kiri sela iga 7
Auskultasi Vesikuler di kedua lapang paru, terdapat rhonki dan wheezing di kedua lapang paru
PEMERIKSAAN FISIK (JANTUNG)
Palpasi Iktus kordis teraba di linea midclavicula sinistra ICS V, tidak ada lifting, thrill, heaving, ataupun
tapping
Inspeksi Datar
Palpasi Supel, hepar dan lien tidak teraba, tidak terdapat nyeri tekan
Axis : normoaxis
Kesan :
Bronkopneumonia kanan
Dilatasi dan aterosklerosis aorta
Tidak tampak kardiomegali
DAFTAR MASALAH
DAN PENGKAJIAN
1. PPOK EKSASERBASI AKUT DAN PNEUMONIA
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
• Tn. AS, 76 tahun, datang dengan keluhan sesak • Tampak sakit sedang dengan kesadaran • Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
yang memberat sejak 3 hari SMRS. Sesak compos mentis. anemia (Hb 11,2 g/dL) dan leukositosis
sudah dirasakan hilang timbul sejak 3 bulan • Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 82 (20.220/uL).
yang lalu. Sesak lebih dirasakan pada saat kali/menit, pernapasan 28 kali/menit, suhu • Pada pemeriksaan Foto toraks didapatkan
pasien beraktivitas yang membaik dengan 36,2oC, dan SaO2 99% dengan O2 nasal kanul 3 adanya peningkatan corakan bronkovaskuler,
istirahat dan ketika cuaca dingin. Dalam 3 hari lpm. bronkopneumonia kanan, dan dilatasi serta
terakhir untuk berjalan ke kamar mandi saja • Pada pemeriksaan paru didapatkan pasien aterosklerosis aorta.
sudah membuat pasien sesak. Keluhan sesak tampak sesak, terdapat penggunaan otot bantu
disertai dengan batuk berdahak berwarna putih napas sternokleidomastoideus dan suprasternal,
kental berjumlah sedikit yang sulit untuk rasio antero-posterior dan lateral 2:3, bunyi
dikeluarkan. pernapasan vesikuler di kedua lapang paru, dan
• Dalam 1 minggu terakhir pasien juga terdapat rhonki serta wheezing di kedua lapang
mengalami demam hilang timbul, penurunan paru.
nafsu makan, dan penurunan berat badan (BB)
sekitar 1 – 2 kg.
• Pasien dirujuk dari RS Simpangan Depok dan
sebelumnya telah mendapatkan terapi O2 2 lpm
dan dilakukan inhalasi ventolin dan pulmicort
sebanyak 1 kali. Keluhan sedikit membaik.
• Pasien merokok selama sekitar 60 tahun
sebanyak 12 batang perhari.
• Pasien bekerja sebagai montir, di mana pasien
terpapar dengan debu dan asap kendaraan
selama sekitar 30 tahun.
1. PPOK EKSASERBASI AKUT DAN PNEUMONIA
Rencana Diagnostik Rencana Terapi Rencana Edukasi
Rencana
Rencana Terapi Rencana Edukasi
Diagnostik
• Pemeriksaan • Tidak ada terapi • Menjelaskan
indeks eritrosit tambahan keadaan pasien
dan rencana
terapi yang sesuai
dengan kondisi
pasien untuk
selanjutnya, serta
edukasi diet
3. DM TIPE II, NORMOWEIGHT, GULA DARAH TIDAK
TERKONTROL
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
Penunjang
• Pasien mengakatan • BB 60 kg, TB 170 • Pada pemeriksaan
memiliki riwayat cm, dengan IMT laboratorium
gula selama 5 tahun 20,8 kg/m2. didapatkan GDS
terakhir. 210 mg/dL.
• Obat-obatan gula
baru rutin diminum
oleh pasien sejak 1
tahun terkahir, yaitu
metformin 3 x 500
mg.
3. DM TIPE II, NORMOWEIGHT, GULA DARAH TIDAK
TERKONTROL
1. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Pocket guide to COPD diagnosis, management, and prevention; a guide for health care professionals; 2018.
2. Murray & Nadel’s textbook of respiratory medicine. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2010. p. 919 – 67.
3. Kasper, Fauci, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. Harrison’s principle of internal medicine. Edisi ke-19. New York: McGraw-Hill Education; 2015. p.1700 – 7.
4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK diagnosis dan tatalaksana. 2016.
5. WHO. The top 10 causes of death. [internet] 2019. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Asap rokok Genetik
• Perokok ringan (IB 0-200) • Mutasi gen serpina-1 yang
• Perokok sedang (IB 201- Polusi udara menyebabkan defisiensi
600) α-1 antitripsin (OR 4,34)
• Perokok berat (IB >600)
1. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Pocket guide to COPD diagnosis, management, and prevention; a guide for health care professionals; 2018.
2. Murray & Nadel’s textbook of respiratory medicine. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2010. p. 919 – 67.
3. Kasper, Fauci, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. Harrison’s principle of internal medicine. Edisi ke-19. New York: McGraw-Hill Education; 2015. p.1700 – 7.
4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK diagnosis dan tatalaksana. 2016.
PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI
Hipersekresi mukus
Eksaserbasi
Hipertensi pulmoner
Efek sistemik
1. Kasper, Fauci, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. Harrison’s principle of internal medicine. Edisi ke-19. New York: McGraw-Hill Education; 2015. p.1700 – 7.
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK diagnosis dan tatalaksana. 2016.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Pursed-lips breathing (mencucu saat bernapas), barrel chest,
retraksi dan hipertrofi otot bantu napas, pelebaran sela iga, dan
dapat terlihat denyut vena jugular.
Palpasi
Pelebaran sela iga dan fremitus raba melemah.
Perkusi
Hipersonor, batas jantung mengecil, diafragma letak rendah, dan
hepar terdorong ke bawah.
Auskultasi
Suara napas vesikuler dapat normal atau melemah, ronki dan
atau mengi, ekspirasi memanjang, dan bunyi jantung menjauh.
1. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Pocket guide to COPD diagnosis, management, and prevention; a guide for health care professionals; 2018.
2. Murray & Nadel’s textbook of respiratory medicine. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2010. p. 919 – 67.
3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK diagnosis dan tatalaksana. 2016.
DIAGNOSIS (2)
Pemeriksaan Penunjang
Faal paru
Spirometri
Dikatakan obstruksi apabila nilai FEV1/VC <0,70.
Derajat keparahan digunakan nilai FEV1/FEV1 prediksi.
1. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Pocket guide to COPD diagnosis, management, and prevention; a guide for health care professionals; 2018.
2. Murray & Nadel’s textbook of respiratory medicine. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2010. p. 919 – 67.
3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK diagnosis dan tatalaksana. 2016.
4. Han MK, Muellerova H, Curran-Everett D, et al. GOLD 2011 disease severity classification in COPDGene: a prospective cohort study. The Lancet Respiratory medicine. 2013; 1(1): 43-50.
PPOK EKSASERBASI AKUT
Merupakan kondisi perburukan akut pada gejala respirasi berhubungan dengan peningkatan inflamasi saluran napas, sekresi
mukus, dan gas trapping
Faktor yang paling sering memicu eksaserbasi akut adalah infeksi saluran napas
Gejala meliputi sesak memberat, batuk berdahak dengan produksi sputum meningkat dan berubah menjadi purulen, dan bunyi
napas disertai wheezing
Klasifikasi
Ringan Kondisi tanpa gagal napas, dengan laju respirasi 20-30 kali per menit, tanpa penggunaan otot bantu napas, tanpa perubahan status
mental, hipoksemia membaik dengan pemberian suplementasi O2 atau membutuhkan FiO2 <20%, dan tanpa peningkatan PaCO2.
Sedang Kondisi gagal napas akut tidak mengancam jiwa, laju respirasi > 30 kali per menit, penggunaan otot bantu napas, tanpa
perubahan status mental, hipoksemia membaik dengan pemberian suplementasi O2 atau membutuhkan FiO2 20-30%, dan terdapat
peningkatan PaCO2.
Berat Kondisi gagal napas akut mengancam jiwa, laju respirasi > 30 kali per menit, penggunaan otot bantu napas, perubahan status
mental akut, hipoksemia tidak membaik dengan pemberian suplementasi O2 atau membutuhkan FiO2 > 40%, terdapat peningkatan PaCO2,
dan terjadinya asidosis.
1. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Pocket guide to COPD diagnosis, management, and prevention; a guide for health care professionals; 2018.
2. Murray & Nadel’s textbook of respiratory medicine. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2010. p. 919 – 67.
DIAGNOSIS BANDING
1. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Pocket guide to COPD diagnosis, management, and prevention; a guide for health care professionals; 2018.
2. Murray & Nadel’s textbook of respiratory medicine. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2010. p. 919 – 67.
TATALAKSANA (PPOK EKSASERBASI AKUT)
Eksaserbasi berat membutuhkan rawat inap dan ventilasi mekanik, termasuk didalamnya asidosis respiratorik (PaCO 2 >
6.0 atau 45 mmHg dan pH arteri < 7,35) dan gagal napas akut.
1. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Pocket guide to COPD diagnosis, management, and prevention; a guide for health care professionals; 2018.
2. Murray & Nadel’s textbook of respiratory medicine. Edisi ke-5. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2010. p. 919 – 67.
REGIMEN TERAPI FARMAKOLOGI PPOK
1. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Pocket guide to COPD diagnosis, management, and prevention; a guide for health care professionals; 2018.
TERIMA KASIH