TEACHING
Perseptor: dr. Hertika Hardja, Sp.PD
Presentan:
Winda Ayu Fitriana 12100117148
Pasien • Usia
• Jenis kelamin
: 46 tahun
: Wanita
• Pekerjaan : Pedagang
• Alamat : Ciparay
• Status Marital : Menikah
• Agama : Islam
• Tanggal Masuk RS : 7 Agustus 2018
• Tanggal pemeriksaan : 7 Agustus 2018
Keluhan
Utama Bengkak-bengkak
Riwayat Pasien datang ke poli Al
Penyakit Ihsan dengan keluhan bengkak-
Kerja
Tatalaksana • Umum
Edukasi mengenai penyakit
Inhalasi O2 2-4 L dengan nasal canule
Pasang IV Line NaCl
• Khusus
– Furosemide 40 mg 1-0-0
– Spironolactone 25 mg 0-0-1
– Bisoprolol 5 mg 1x1
– Valsartan 160 mg 1x1
– Omeprazole 20 mg 1x1
Prognosis • Quo ad vitam: dubia ad bonam
Cardiac output
Etiologi
– Peningkatan beban
kontraksi vent.
(hipertensi
pulmonal, stenosis
aorta, stenosis
pulmonal, coartasio
aorta, hipertrofi
kardiomiopati)
– Peningkatan beban
volume (regurgitasi
aorta, mitral, trikuspid,
dan shunt: ASD, VSD,
PDA)
– Obstruksi terhadap
pengisian ventrikel
(stenosis mitralis atau
trikuspidalis)
• Kelainan miokardium
– Iskemik miokardium
– Miokarditis
– Kardiomiopati
– Kelainan metabolik
kanan:
Hidrotoraks
• Jugular venous pressure meningkat
• Kelainan traktus digestivus: mual, muntah,
meteorismus
• Kelainan hepar: hepar membesar, kenyal/lunak,
nyeri tekan, tes faal hati terganggu, kadang-
kadang ikterus
• Splenomegali
• Kelainan ginjal: oligouria, albuminuria,
uremia
• Sianosis perifer
• Waktu sirkulasi meningkat
• Central venous pressure meningkat
• Tekanan cairan serebrospinal
meningkat
Klasifikasi • Kelas 1: tidak terlihat tanda /gejala disfungsi
Killip ventrikel kiri (kematian 6%)
• Kelas 2: Gallop S3/kongesti pulmoner ringan
samp[ai moderat (kematian 30%)
• Kelas 3: edema paru berat yang akut
(kematian 40%)
• Kelas 4: sindroma syok (kematian 80-90%)
Manifestasi Gejala:
Dyspneu
Klinis/Diagnosa - Orthopneu (sesak saat posisi
berbaring)
- PND (terbangun di malam
hari karena sesak)
Breathlessness
Reduce exercise tolerance
Batuk malam hari Fatigue, membutuhkan waktu
lama untuk recovery setelah
Mengi aktivitas
Sesak Edema perifer
Tanda
Takikardi
Takipneu
Peningkatan JVP
Hepatojugular reflux
S3 gallop
Ronkhi basah
Efusi pleura
Kardiomegali
Hepatomegali
Gagal Jantung
KELUHAN GEJALA
(Plasma norepineprine
• Baro receptor
(Pada Arcus Ao, Sinus caroticus)
Aktifitas Neurohumoral (2)
Saraf simpatis
( * Vasokontstriksi (after load )
* Kontraktilitas miokard
Frekwensi (Beban , 02 dibutuhkan )
* Vaskontriksi renal (exceresie NA, Air )
kongesti
Peranan Renin Angiotensin Aldosteron Sistim
Gagal jantung
CO Angiotensinogen (Hepar)
GFR
Saraf simpatis
Renin
Angiotensin I
Angiotensin converting
Angiotensin II enzyme (ACE) (Paru-paru)
Arteriolar Venous
Kontraksi Ventrikel
CO
Kiri Kanan
Left sided CHF Right sided CHF
DC kiri DC kanan
Left backward F. Right backward failure
Kriteria • Diagnosis gagal jantung
kongestif didasarkan pada
Diagnosis gejala-gejala yang ada
dan penemuan klinis
disertai dengan pemeriksaan
penunjang antara lain foto
thorax, EKG, ekokardiografi,
pemeriksaan laboratorium
rutin, dan pemeriksaan
biomarker.
• Kriteria Diagnosis :
Kriteria Framingham dipakai
untuk diagnosis gagal jantung
kongestif
Pemeriksaan • Pemeriksaan Laboratorium Rutin :
Pemeriksaan darah rutin lengkap,
Penunjang elektrolit, blood urea nitrogen
(BUN),kreatinin serum, enzim hepatik,
dan urinalisis. Juga dilakukan
pemeriksaan gula darah, profil lipid.
• Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan EKG 12-lead dianjurkan.
Kepentingan utama dari EKG adalah
untuk menilai ritme, menentukan
adanya left ventrikel hypertrophy
(LVH) atau riwayat MI (ada atau tidak
adanya Q wave). EKG Normal biasanya
menyingkirkan kemungkinan adanya
disfungsi diastolik pada LV.
Pemeriksaan • Radiologi
Penunjang
Doppler, dimana dapat memberikan penilaian
semikuantitatif terhadap ukuran dan fungsi LV begitu
pula dengan menentukan keberadaan abnormalitas pada
katup dan/atau pergerakan dinding regional (indikasi
adanya MI sebelumnya). Keberadaan dilatasi atrial kiri
dan hypertrophy LV, disertai dengan adanya
abnormalitas pada pengisian diastolic pada LV yang
ditunjukkan oleh pencitraan, berguna untuk menilai
gagal jantung dengan EF yang normal.
• MRI juga memberikan analisis komprehensif terhadap
anatomi jantung dan sekarang sering dipakai
dalam penilaian massa dan volume LV.
• Petunjuk paling berguna untuk menilai fungsi LV adalah
EF (stroke volume dibagi dengan end-diastolic volume).
Karena EF mudah diukur dengan pemeriksaan
noninvasive dan mudah dikonsepkan.
- Tindakan Umum :
Diet (hindarkan obesitas, rendah garam 2 g pada gagal jantung ringan
dan 1 g pada gagal jantung berat, jumlah cairan 1 liter pada
gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
Hentikan rokok
Batasi konsumsi alkohol 20-30 g/hari pada yang lainnya.
Aktivitas fisik (latihan jasmani : jalan 3-5 kali/minggu selama 20-
30menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit dengan
beban 70-80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan
dan sedang).
Istirahat baring pada gagal jantung akut, berat dan eksaserbasi akut
Penatalaksanaan
a. Angiotensin converting enzyme Inhibitor (ACE I)
Obat-obat yang termasuk ACE I mempunyai mekanisme kerja
menurunkan sekresi angiotensin II dan aldosteron dengan cara
menghambat enzim yang dapat mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II. Termasuk juga dapat mengurangi kejadian remodeling
jantung serta retensi air dan garam.
a. Beta bloker
Berdasarkan guideline dari ACC/AHA direkomendasikan menggunakan
β-blocker pada semua pasien gagal jantung kongestif yang masih stabil
dan untuk mengurangi fraksi ejeksi jantung kiri tanpa kontraindikasi
ataupun adanya riwayat intoleran pada β-blockers. Mekanisme kerja dari
β- blocker sendiri yaitu dengan menghambat adrenoseptor beta (beta-
bloker) di jantung, pembuluh darah perifer sehingga efek vasodilatasi
tercapai. Beta bloker dapat memperlambat konduksi dari sel jantung dan
juga mampu meningkatkan periode refractory.
Penatalaksanaan
c. ARB
Mekanisme ARB yaitu menghambat reseptor angiotensin II pada subtipe
AT1. Penggunaan obat golongan ARB direkomendasikan hanya untuk
pasien gagal jantung dengan stage A, B, C yang intoleran pada
penggunaan ACE I.
d. Diuretik
Mekanisme kompensasi pada gagal jantung kongestif yaitu dengan
meningkatkan retensi air dan garam yang dapat menimbulkan edema baik
sistemik maupun paru. Penggunaan diuretik pada terapi gagal jantung
kongestif ditujukan untuk meringankan gejala dyspnea serta mengurangi
retensi air dan garam. Diuretik yang banyak digunakan yaitu dari
golongan diuretik tiazid seperti hidroklorotiazid (HCT) dan golongan
diuretik loop yang bekerja pada lengkung henle di ginjal seperti
furosemid.
Penatalaksanaan
e. Antagonis aldosteron
Antagonis aldosteron mempunyai mekanisme kerja menghambat
reabsorpsi Na dan eksresi K. Spironolakton merupakan obat golongan
antagonis aldosteron dengan dosis inisiasi 12,5 mg perhari dan 25 mg
perhari pada kasus klinik yang bersifat mayor.
f. Digoksin
Digoksin merupakan golongan glikosida jantung yang mempunyai sifat
inotropik positif yang dapat membantu mengembalikan kontraktilitas dan
meningkatkan dari kerja jantung. Digoxin memiliki indeks terapi sempit
yang berarti dalam penggunaan dosis rendah sudah memberikan efek
terapi. Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian pada penggunaan
digoxin dan diperlukan monitoring ketat bila dikhawatirkan terjadi
toksik.
Penatalaksanaan
g. Nitrat dan hidralazin
Nitrat dan hidralazin mempunyai efek hemodinamik yang saling
melengkapi. Hidralazin sebagai vasodilator pembuluh darah arteri yang
dapat mengurangi resisten pembuluh darah sistemik serta meningkatkan
stroke volume dan cardiac output. Hidralazin memiliki mekanisme yaitu
dengan menghambat inositoltrifosfat (IP3) pada retikulum sarkoplasma
yang berfungsi untuk melepaskan ion kalsium intraseluler dan terjadi
penurunan ion kalsium intraseluler. Nitrat sebagai venodilator utama
(dilatasi pembuluh darah) dan menurunkan preload (menurunkan beban
awal jantung) dengan mekanisme aktivasi cGMP (cyclic Guanosine
Monophosphate) sehingga menurunkan kadar ion kalsium intraseluler.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Diuretik Dosis inisial Rekomendasi harian Efek samping utama
maksimum (mg)
Loop diuretics
Tiazid
Hidroklorotiazid 25 50-75 Hipokalemia, hipo