Lima keputusan strategis sangat berkaitan erat dengan lima cara meramalkan kemenangan di bab III
1. Ia yang mengetahui kapan dapat masuk dalam pertempuran (3.45)
2. Ia yang memahami cara menempatkan pasukan yang besar dan kecil (3.46)
3. Ia yang mampu menyatukan dirinya dengan para perwira dan prajuritnya sehingga menjadi satu
pikiran, semangat dan tujuan akan menang (3.47)
4. Ia yang proaktif dan memiliki persiapan yang baik serta menunggu musuhnya yang tidak siap, akan
menang (3.48)
5. Ia yang cakap dan tidak harus menghadapi campur tangan dari penguasanya, akan menang (3.49)
Seorang ahli perang adalah orang yang tidak saja mampu beradaptasi dengan berbagai situasi
pertempuran yang senantiasa berubah, tetapi juga mampu memanfaatkan dataran demi keuntungan
8.13 Jadi, jenderal yang mengetahui cara mengubah dan menyesuaikan diri pada keadaan yang berubah-
ubah sehingga mampu mendapatkan berbagai keuntungan adalah jenderal yang terampil dalam
menerapkan seni perang
8.14 Jenderal yang terbiasa dengan dataran tetapi tidak mengetahui cara mengubah dan menyesuaikan diri
dengan berbagai situasi yang berubah-ubah tidak akan mampu memanfaatkan apa yang ditawarkan oleh
dataran itu
8.15 Dalam komando militer, jika jenderal tidak dapat menguasai seni variasi dan kemampuan
beradaptasi, ia tidak akan mampu menempatkan pasukannya untuk mendapatkan keuntungan yang
maksimal meskipun ia memahami lima pertimbangan strategis
8.16 Jadi, ahli strategi yang bijaksana akan selalu menimbang-nimbang dan mempertimbangkan segala
faktor yang mendukung dan tak mendukung dalam berbagai pertimbangannya yang mendalam
Pentingnya Pertimbangan Mendalam
Jenderal memegang kunci dari setiap hasil pertempuran. Peran sebagai pengendali nasib dan
penjaga perdamaian negara, perannya sebagai pemersatu pasukan, kemampuannya untuk memelihara
kode moral dan mempertahankan hukum serta ketertiban. Secara khusus jenderal harus mampu untuk :
1. Memasukan berbagai faktor pendukung dalam berbagai faktor yang tidak mendukung sehingga misi
dapat dicapai.
8.17 Dengan memfaktorkan berbagai faktor yang mendukung (di dalam berbagai faktor yang tidak
mendukung), misi dapat dicapai dengan penuh keyakinan
2. Memasukan berbagai faktor yang tidak mendukung dalam berbagai faktor yang mendukung sehingga
berbagai bencana dapat dicegah.
8.18 Dengan memfaktorkan berbagai faktor yang tidak mendukung (dalam berbagai faktor yang
mendukung), berbagai bencana dan krisis dapat dicegah
Seseorang bahkan harus berupaya untuk menetralisi berbagai bahaya dan mengubah keadaan yang tidak
mendukung demi keuntungannya. Di lain pihak, seseorang juga tidak boleh terhanyut oleh berbagai
peluang sehingga ia dibutakan terhadap berbagai bahaya yang melekat dalam peluang itu.
Strategi Menghadapi Panglima Perang Tetangga
1. Penggunaan intimidasi dan ancaman untuk memaksa para panglima perang dari negara-negara
tetangga untuk tunduk dan menyerah. Strategi ini berguna khususnya ketika seseorang yang sangat
kuat berkuasa sementara negara-negara tetangga lemah dan terpecah-pecah (3.24 , 3.25) yang di
dalamnya adalah strategi menyerang musuh bila seseorang jauh lebih unggul dalam hal kekuatan.
8.19 Jadi, taklukan para panglima perang negara tetangga melalui penggunaan intimidasi dan ancaman
2. Menciptakan berbagai kesulitan dan masalah untuk mengusik dan melelahkan para panglima perang
dari negara-negara tetangga. Strategi ini serupa dengan 1.40 dan 6.6 yaitu ketika musuh beristirahat
dengan baik, gunakan berbagai metode untuk melelahkannya.
8.20 Usiklah dan lelahkan para panglima perang negara tetangga dengan terus menerus menciptakan
masalah dan kegiatan
3. Menggunakan berbagai umpan dan keuntungan untuk memengaruhi gerakan dan perilaku para
panglima perang dari negara tetangga. Strategi ini serupa dengan 1.34 , 5.33 , 6.4.
8.21 Percepatlah dan arahkan gerakan para panglima perang dari negara tetangga dengan menawarkan
berbagai keuntungan dan umpan
Sikap Proaktif Sebagai Kunci untuk Menghadapi Musuh
8.22 Jadi, dalam pelaksanaan perang, seseorang tidak boleh mengandalkan kegagalan musuh untuk
datang, melainkan pada kesiapan diri sendiri untuk menghadapinya
8.23 Seseorang tidak boleh mengandalkan diri pada kegagalan musuh dalam menyerang, tetapi pada
kemampuan idir sendiri untuk membangun suatu pertahanan tidak terkalahkan
Entah dalam menyerang atau bertahan seseorang harus mengambil suatu sikap proaktif. Contoh
agar serangannya berhasil, orang harus mengetahui susunan dan rancangan pertahan musuh. Agar berhasil
bertahan, seseorang harus mampu memperkirakan dengan tepat di mana musuh kemungkinan akan
menyerang. Pada saat yang sama, pertahanan harus kuat sedemikian rupa sehingga tidak terkalahkan.
Pernyataan ini sama dengan 6.12 6.15 dan 6.29 6.36 dan 3.48, poinnya agar dapat unggul dalam
peperangan, seseorang harus menjadi proaktif sehingga selalu selangkah lebih maju dibandingkan musuh.
Bahkan jika, seseorang sesekali tertipu, ia harus menanggapinya dengan cepat sehingga pemulihan dapat
dilakukan tanpa diketahui oleh musuh. Untuk melakukan semua itu diperlukan kemampuan menguasai
seni variasi dan kemampuan beradaptasi.
Lima Jebakan untuk Seorang Jenderal
1. Jika seorang jenderal sembrono, ia dapat terbunuh. Seperti Koboi Barat yang senang menarik
pelatuk. Kesembronoan tidak boleh dicampur dengan keberanian (1.12). Kesembronoan mengacu
pada orang yang bertarung hanya untuk matik. Sementara ia bertarung tanpa rasa takut, ia juga
gampang terbunuh karena bertarung dengan bodoh dan tanpa membuat strategi.
8.25 Jika ia sembrono, ia bisa terbunuh
2. Jika seorang jenderal bersikap seperti pengecut dan begitu ingin hidup, iaa dapat ditangkap dengan
mudah. Seperti Tuan Penakut yang merasa gentar terhadap hampir setiap hal. Seorang jenderal
yang demikian tidak memiliki keberanian moral untuk menhadapi segala tantangan ataupun
mengambil risiko. Sebaliknya, ia akan mencari jalan tercepat dan termudah untuk menyelamatkan diri
sendiri. Jadi, setiap kali diancam ia akan langsung menyerah.
8.26 Jika ia pengecut dan begitu ingin hidup, ia dapat tertangkap
3. Jika seorang jenderal mudah naik darah dan mudah marah, ia dapat diusik. Seperti Tuan Pemarah
yang berespons pada gangguan yang sekecil apapun. Seperti 1.38 menyebutkan pentingnya
mengganggu dan menjengkelkan seorang jenderal yang mudah marah. Seperti 3.15 dan 3.17,
gambaran mengenai konsekuesnsi berat dari seorang jenderal yang tidak sabaran, yang terlalu cepat
menyerang kota-kota yang dikelilingi tembok tanpa persiapan memadai.
8.27 Jika ia cepat marah dan mudah marah, ia dapat dipancing
4. Jika jenderal peka terhadap penghormatan, ia dapat dibuat terhina. Seperti Tuan yang Gampang
Tersinggung yang begitu egois. Ia adalah tipe orang yang ingin menang seberapa pun harganya,
tetapi ia tak banyak mengetahui segala konsekuensinya. Ia bertentangan dengan apa yang dianjurkan
oleh Sun Zi 6.16 di mana ia banyak menyebutkan bahwa seorang ahli perang sejati adalah orang yang
tampaknya tak terlihat dan tanpa jejak. Dan juga dalam 4.18. Jadi, ahli perang adalah orang yang
sepenuhnya tidak peduli terhadap penggormatan dan ia tidak meributkannya.
8.28 Jika ia peka terhadap penghormatan, ia dapat dihina
5. Jika seorang jenderal terlalu berbelas kasih kepada orang, ia dapat diganggu dan diusik. Seperti
Orang Baik yang akhirnya tidak menyenangkan siapa pun, tetapi memberikan beban dan
penderitaan kepada dirinya sendiri.
8.29 Jika ia terlalu berbelas kasih kepada orang, ia akan diganggu dan diusik
8.30 Kelima sifat ini merupakan jebakan dan kesalahan terbesar seorang jenderal dan merupakan
penyebab berbagai bencana dalam operasi militer apa pun
8.31 Kehancuran dari suatu pasukan dan kematian dari para jenderal disebabkan oleh kelima bahaya ini
8.32 Semua itu harus dipelajari dan diperiksa secara menyeluruh