Anda di halaman 1dari 49

BAB 1

NEGARA HUKUM DAN KONSTITUSI

1.1 Pengertian Negara


Negara berbeda dengan bangsa. Jika bangsa merujuk pada kelompok orang atau
persekutuan hidup, sedangkan negara merujuk pada sebuah organisasi sekelompok orang yang
berada di dalamnya. Istilah negara merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris, state;
bahasa Belanda dan Jerman, staat, serta bahasa Prancis, etat. Kata-kata tersebut diambil dari
bahasa Latin, status atau statum, yang berarti keadaan yang tegak serta tetap atau sesuatu yang
memiliki sifat-sifat yang tegak serta tetap. Di Indonesia, istilah negara berasal dari bahasa
Sanskerta, yaitu nagari atau nagara yang berarti wilayah atau penguasa.

Secara terminologi, negara diartikan sebagai oraganisasi tertinggi di antara suatu


kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu hidup dalam daerah tertentu
dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai konstitutif dari
sebuah negara yang menyaratkan adanya unsur dalam sebuah negara yaitu rakyat, wilayah,
kedaulatan dan pengakuan dari negara lain.

Berikut ini pendapat beberapa pakar kenegaraan berikut ini tentang negara.

1. Aristoteles

Menurut Aristoteles, negara (polis) adalah suatu persekutuan dari keluarga dan desa
untuk mencapai kehidupan yang sebaikbaiknya.

2. Mac Iver

Negara adalah persembatanan (penarikan) yang bertindak lewat hukum yang


direalisasikan oleh pemerintah yang dilengkapi dengan kekuasaan untuk memaksa
dalam satu kehidupan yang dibatasi secara teritorial mempertegak syaratsyarat lahir
yang umum dari ketertiban sosial.

1
3. Logeman

Negara adalah organisasi kemasyarakatan yang dengan kekuasaannya bertujuan


untuk mengatur dan mengurus masyarakat tertentu.

1.2 Unsur-unsur Terbentuknya Negara


Unsur-unsur negara adalah bagian yang penting untuk membentuk suatu negara,
sehingga negara memiliki pengertian yang utuh. Jika salah satu unsur tidak terpenuhi, maka
tidak sempurnalah negara itu. Negara dapat memiliki status yang kokoh jika didukung oleh
minimal tiga unsur utama, yaitu rakyat, wilayah, dan pemerintah berdaulat. Selain itu, ada satu
unsur tambahan, yaitu pengakuan dari negara lain.

1. Rakyat
Suatu negara harus memiliki rakyat yang tetap. Rakyat merupakan unsur terpenting
dari terbentuknya negara. Rakyat menjadi pendukung utama keberadaan sebuah negara.
Hal ini karena rakyatlah yang merencanakan, mengendalikan, dan menyelenggarakan
sebuah negara. Dalam hal ini rakyat adalah semua orang yang berada di wilayah suatu
negara serta tunduk pada kekuasaan negara tersebut.

2. Wilayah
Adanya wilayah merupakan suatu keharusan bagi negara. Wilayah adalah tempat
bangsa atau rakyat suatu negara tinggal dan menetap. Wilayah yang dimaksud dalam
hal ini meliputi daratan, lautan, udara, ekstrateritorial, dan batas wilayah
negara.Wilayah merupakan unsur kedua setelah rakyat. Dengan adanya wilayah yang
didiami oleh manusia, negara akan terbentuk. Jika wilayah tersebut tidak ditempati
secara permanen oleh manusia, mustahil untuk membentuk suatu negara. Wilayah
memiliki batas wilayah tempat kekuasaan negara itu berlaku. Wilayah suatu negara
sebagai berikut.

Wilayah daratan, meliputi seluruh wilayah daratan dengan batas-batas tertentu


dengan negara lain.
Wilayah lautan, meliputi seluruh perairan wilayah laut dengan batas-batas yang
ditentukan menurut hukum internasional.
Wilayah udara atau dirgantara, meliputi wilayah di atas daratan dan lautan negara
yang bersangkutan.

2
3. Pemerintahan yang Berdaulat
Kedaulatan sangat diperlukan bagi sebuah negara. Tanpa kedaulatan, sebuah negara
tidak akan berdiri tegak. Negara tidak memiliki kekuasaan untuk mengatur rakyatnya
sendiri, terlebih mempertahankan diri dari negara lain. Oleh karena itu, kedaulatan
merupakan unsur penting berdirinya negara. Jadi, pemerintah yang berdaulat berarti
pemerintah yang mempunyai kekuasaan penuh untuk memerintah baik ke dalam
maupun ke luar. Kedaulatan suatu negara mempunyai empat sifat sebagai berikut.

Permanen. Artinya, kedaulatan itu tetap ada pada negara selama negara itu tetap ada
(berdiri) sekalipun mungkin negara itu mengalami perubahan organisasinya.
Asli. Artinya, kedaulatan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi,
tetapi asli dari negara itu sendiri.
Bulat/tidak terbagi-bagi. Artinya, kedaulatan itu merupakan satusatunya kekuasaan
yang tertinggi dalam negara dan tidak dapat dibagi-bagi. Jadi, dalam negara hanya
ada satu kedaulatan.
Tidak terbatas/absolut. Artinya, kedaulatan itu tidak dibatasi oleh siapa pun sebab
apabila bisa dibatasi berarti ciri kedaulatan yang merupakan kekuasaan tertinggi
akan hilang.

4. Pengakuan dari Negara Lain


Pengakuan dari negara lain diperlukan sebagai suatu pernyataan dalam hubungan
internasional. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya ancaman dari dalam
(kudeta) atau campur tangan negara lain. Selain itu, pengakuan dari negara lain
diperlukan untuk menjalin hubungan terutama dalam bidang ekonomi, politik, sosial,
budaya, dan pertahanan keamanan. Macam-macam bentuk pengakuan ialah sebagai
berikut.

Pengakuan de facto, artinya pengakuan menurut kenyataan. Suatu negara diakui


karena memang secara nyata telah memenuhi unsur-unsurnya sebagai negara.
Pengakuan de jure, artinya pengakuan berdasarkan hukum. Dalam hal ini, suatu
negara diakui secara formal memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh hukum
internasional untuk dapat berpartisipasi aktif dalam tata pergaulan internasional.

1.3 Sifat Negara


Miriam Budiardjo menyatakan bahwa setiap negara mempunyai sifat-sifat berikut:

3
1. Memaksa
Sifat memaksa artinya negara mempunyai kekuasaan untuk memaksa kekerasan
fisik secara sah. Tujuannya ialah agar peraturan perundang-undangan ditaati, ketertiban
dalam masyarakat tercapai, serta anarki (kekacauan) alam masyarakat dapat dicegah.
Alat pemaksanya bermacam-macam, seperti polisi, tentara, dan berbagai persenjataan
lainnya. Contohnya, setiap warga negara harus membayar pajak. Orang yang
menghindari kewajiban ini dapat dikenakan denda atau harta miliknya disita, bahkan
dapat dikenakan hukuman kurungan.

2. Monopoli
Sifat monopoli yaitu hak negara guna melaksanakan sesuatu sesuai dengan tujuan
bersama dari masyarakat. Contohnya, menjatuhkan hukuman kepada setiap warga
negara yang melanggar peraturan, menjatuhkan hukuman mati, mewajibkan warga
negaranya untuk mengangkat senjata jika negaranya diserang musuh, memungut pajak,
menentukan mata uang yang berlaku dalam wilayahnya, serta melarang aliran
kepercayaan atau aliran politik tertentu yang dinilai bertentangan dengan tujuan
masyarakat.

3. Mencakup semua
Sifat mencakup semua berarti semua peraturan perundang-undangan (misalnya
keharusan membayar pajak) barlaku untuk semua orang tanpa terkecuali. Hal ini
memang diperlukan karena kalau sesorang dibiarkan berada di luar ruang lingkup
aktivitas negara, maka usaha negara kearah tercapainya cita-cita negara.

1.4 Pengertian Konstitusi


Dari segi bahasa istilah konstitusi berasal dari kata constituer (Prancis) yang berarti
membentuk. Maksudnya yaitu membentuk, menata, dan menyusun suatu negara. Demikian
pula dalam bahasa Inggris kata constitute dapat berarti mengangkat, mendirikan atau
menyusun. Dalam bahasa Belanda, istilah konstitusi dikenal dengan sebutan gronwet yang
berarti undang-undang dasar.
Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan
suatu negara. Sistem itu berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau
memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan
yang berwenang dan ada yang tidak tertulis yang berupa kebiasaan dalam praktik

4
penyelenggaraan negara. Dengan demikian, pengertian konstitusi sampai dewasa ini dapat
menunjuk pada peraturan ketatanegaraan baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Selain itu, beberapa ahli juga mengemukakan pengertian konstitusi sebagai berikut.
1. E.C. Wade
Konstitusi adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas pokok dari badan
pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan tersebut.
2. KC. Wheare
Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara yang berupa
kumpulan peraturan yang membentuk an mengatur pemerintahan negara.
3. Herman Heller
Herman Heller membagi konstitusi menjadi tiga pengertian, yaitu:
Konstitusi yang bersifat politik sosiologis, yaitu konstitusi yang mencerminkan
kehidupan politik masyarakat.
Konstitusi yang bersifat yuris, yaitu konstitusi merupakan kesatuan kaidah yang
hidup di dalam mayarakat.
Konstitusi yang bersifat politis, yaitu konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah
sebagai undang-undang.
4. CF. Strong
Menurut CF. Strong, konstitusi merupakan kumpulan asas yang didasarkan
pada kekuatan pemerintah, hak-hak yang diperintah, serta hubungan-hubungan antara
keduanya yang diatur
5. Sri Soemantri
Konstitusi merupakan naskah yang memuat suatu bangunan negara dan sendi-
sendi sistem pemerintahan negara.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada dua
pengertian konstitusi, yaitu
Dalam arti luas, merupakan suatu keseluruhan aturan dan ketentuan dasar (hukum
dasar yang meliputi hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis yang
mengatur mengenai suatu pemerintahan yang diselenggarakan di dalam suatu
negara;
Dalam arti sempit, merupakan undang-undang dasar, yaitu suatu dokumen yang
berisi aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok dari
ketatanegaran suatu negara.

5
1.5 Kedudukan Konstitusi

Kedudukan konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan pada suatu negara sangat


penting karena menjadi ukuran kehidupan dalam bernegara dan berbangsa untuk mengetahui
aturan-aturan pokok yang ditujukan baik kepada penyelenggara negara maupun masyarakat
dalam ketatanegaraan. Kedudukan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Sebagai hukum dasar


Dalam hal ini, konstitusi memuat aturan-aturan pokok mengenai penyelengara
negara, yaitu badan-badan/lembaga-lembaga pemerintahan dan memberikan kekuasaan
serta prosedur penggunaan kekuasaan tersebut kepada badan-badan pemerintahan.

2. Sebagai hukum tertinggi


Dalam hal ini, konstitusi memiliki kedudukan yang lebih tinggi terhadap peraturan-
peraturan yang lain dalam tata hukum pada suatu negara. Dengan demikian, aturan-
aturan di bawah konstitusi tidak bertentangan dan harus sesuai dengan aturan-aturan
yang terdapat pada konstitusi.

1.6 Jenis-jenis Konstitusi


Konstitusi dapat dibedakan dalam dua macam.

1. Konstitusi tertulis
Yaitu suatu naskah yang menjabarkan (menjelaskan) kerangka dan tugas-tugas
pokok dari badan-badan pemerintahan serta menentukan cara kerja dari badan-badan
pemerintahan tersebut. Konstitusi tertulis ini dikenal dengan sebutan undang-undang
dasar.

2. Konstitusi tidak tertulis


Merupakan suatu aturan yang tidak tertulis yang ada dan dipelihara dalam praktik
penyelenggaraan negara di suatu negara. Konstitusi tidak tertulis ini dikenal dengan
sebutan konvensi.

1.7 Unsur-unsur Konstitusi


Unsur-unsur yang harus dimuat di dalam konstitusi menurut pendapat Lohman adalah:
1. Konstitusi sebagai perwujudan kontak sosial, yaitu merupakan perjanjian dari
kesepakatan antara warga negara dengan pemerintah;

6
2. Konstitusi sebagai penjamin hak asasi manusia, yaitu merupakan penentu hak dan
kewajiban warga negara dan badan-badan pemerintah;
3. Konstitusi sebagai forma regiments, yaitu merupakan kerangka pembangunan
pemerintah.

1.8 Sifat Konstitusi


Menurut pendapat dari C.F. Strong (dalam Miriam Budiardjo: 1985), suatu konstitusi
dapat bersifat kaku atau bisa juga supel tergantung pada apakah prosedur untuk mengubah
konstitusi itu sudah sama dengan prosedur membuat undang-undang di negara yang
bersangkutan atau belum. Dengan demikian, sifat dari konstitusi dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu
1. Konstitusi yang bersifat kaku (rigid), hanya dapat diubah melalui prosedur yang
berbeda dengan prosedur membuat undang-undang pada negara yang bersangkutan;
2. Konstitusi yang bersifat supel (flexible), sifat supel disini diartikan bahwa
konstitusi dapat diubah melalui prosedur yang sama dengan prosedur membuat
undang-undang pada negara yang bersangkutan.

1.9 Tujuan Konstitusi


Pada umumnya, konstitusi mempunyai tujuan untuk membatasi kekuasaan
penyelenggara negara agar tidak dapat berbuat sewenang-wenang serta dapat menjamin hak-
hak warga negara. Tujuan konstitusi ini merupakan suatu gagasan yang dinamakan dengan
konstitusionalisme. Maksud dari konstitusionalisme adalah suatu gagasan yang memandang
pemerintah (penyelenggara pemerintahan) sebagai suatu kumpulan kegiatan yang
diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat.

1.10 Fungsi Konstitusi


Fungsi konstitusi bagi suatu negara sebagai berikut.
1. Membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam menjalankan
kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya.
2. Memberi suatu rangka dan dasar hukum untuk perubahan masyarakat yang dicita-
citakan dalam tahap berikutnya.
3. Sebagai landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem ketatanegaraan
tertentu yang dijunjung tinggi oleh semua warga negaranya, baik penguasa maupun
rakyat (sebagai landasan struktural).

7
BAB II

WAWASAN NUSANTARA DAN KETAHANAN NASIONAL

2.1 Pengertian Geopolitik dan Geostrategi

Geopolitik adalah kekuatan dan kekuasaan yang dikembangkan berdasarkan


pemahaman tentang paham perang dan damai serta disesuaikan dengan kondisi dan konstelasi
geografi Indonesia. Sebagai acuan bersama geopolitik dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan
Negara yang setiap kebijkaannya dikaitkan dengan masalah masalah geografi wilayah atau
tempat tinggal suatu bangsa.
Geopolitik bertumpu pada geografi sosial (hukum geografis), mengenai situasi, kondisi,
atau konstelasi geografi dan segala sesuatu yang dianggap relevan dengan karakteristik
geografi suatu negara.
Geostrategi merupakan suatu strategi memanfaatkan kondisi geografi negara dalam
menentukan kebijakan, tujuan dan sarana untuk mencapai tujuan nasional. Geostrategi
diartikan pula sebagai metode untuk mewujudkan cita-cita proklamasi sebagaimana yang
diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. Ini diperlukan untuk mewujudkan dan
mempertahankan integrasi bangsa dalam masyarakat majemuk dan heterogen berdasarkan
pembukaan UUD 1845. Geostrategi Indonesia dirumuskan dalam wujud ketahanan Nasional.
Sebagai contoh pertimbangan geostrategis untuk negara dan bangsa Indonesia adalah
kenyataan posisi silang Indonesia dari berbagai aspek, disamping aspek geografi juga aspek-
aspek demografi, ideology, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan dan keamanan.
Sebagai satu kesatuan negara kepulauan, secara konseptual, geopolitik Indonesia
dituangkan dalam salah satu doktrin nasional yang disebut Wawasan Nusantara dan politik luar
negeri bebas aktif. sedangkan geostrategi Indonesia diwujudkan melalui konsep Ketahanan
Nasional yang bertumbuh pada perwujudan kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya
dan pertahanan keamanan. Dengan mengacu pada kondisi geografi bercirikan maritim, maka
diperlukan strategi besar (grand strategy) maritim sejalan dengan doktrin pertahanan defensif
aktif dan fakta bahwa bagian terluar wilayah yang harus dipertahankan adalah laut.
Implementasi dari strategi maritim adalah mewujudkan kekuatan maritim (maritime power)
yang dapat menjamin kedaulatan dan integritas wilayah dari berbagai ancaman. Selain itu
hubungan geopolitik dan geostrategi terdapat astra grata.

8
2.2 Perkembangan Konsep Geostrategi Indonesia
Pada awalnya perkembangan Geostrategi Indonesia digagas oleh Sekolah Staf dan
Komando Angkatan Darat (SSKAD) Bandung pada tahun 1962. isi konsepnya yaitu
pentingnya pengkajian terhadap perkembangan lingkungan strategi di kawasan Indonesia yang
ditandai dengan meluasnya pengaruh komunis. Sehingga pada saat itu, Geostrategi Indonesia
dimaknai sebagai strategi untuk mempertahankan, mengembangkan dan membangun
kemampuan territorial dan kemampuan gerilyawan untuk menghadapi ancaman komunis di
Indocina.
Pada tahun 1965-an Lembaga Ketahanan Nasional mengembangkan kosep Geostrategi
Indonesia yaitu untuk mengembangkan keuletan dan daya tahan, kekuatan nasional untuk
menghadapi dan menangkal ancaman, tantangan, hambatan serta gangguan yang bersifat
internal maupun eksternal.
Sejak tahun 1972, Lembaga Ketahanan Nasional terus melakukan pengkajian tentang
Geostrategi Indonesia yang lebih sesuai dengan konstelasi Indonesia sehingga Geostrategi
Indonesia dibatasi sebagai metode untuk mengembangkan potensi ketahanan nasional dengan
pendekatan kemanan dan kesejahteraan guna menjaga identitas kelangsungan serta integrasi
nasional agar tujuan nasional dapat tercapai.

2.3 Persamaan dan Perbedaan


Perbedaan antara Geopolitik dan Geostrategis
a) Kirstof mencoba untuk membedakan geografi politik dan geopolitik berdasarkan
fokusnya kajiannya. Geopolitik cenderung fokus pada fenomena geografis yang ada yang
kemudian diinterpretasikan secara politik dan mempelajari aspek politik dari fenomena
geografi tersebut. Sebaliknya, Geopolitik cenderung fokus pada fenomena politik yang
ada dan usaha-usaha dalam memberikan interpretasi geografis dan mempelajari aspek
geografis dari fenomena tersebut
b) Menurut Gottmann, Geopolitik merupakan studi tentang pengaruh faktor-faktor
geografis terhadap tindakan-tindakan politik. Sedangkan Geografi Politik mempelajari
hubungan antara institusi politik (negara) dan kondisi geografis sekitarnya. Agar lebih
jelas, Gottman menyatakan bahwa studi geografi politik bisa dikembangkan hanya
setelah mempelajari studi perantaranya, yaitu geografi
c) Geopolitik Ilmu yang mempelajari relasi antara kehidupan dan aktivitas politik
dengan kondisi-kondisi alam dari suatu negara.
Geopolitik Ilmu dari Geografi untuk maksud politik praktis.
9
Aspek yang dipelajari geografi politik dari suatu negara antara lain, tentang lokasi, luas,
dan bentuk wilayah suatu negara. Sedangkan obyek yang di pelajari geopolitik adalah
meneliti unsur-unsur untuk memperoleh data yang akan memberikan suatu konsep
strategi nasional sebagai suatu realisasi dari suatu kebijaksanaan suatu bangsa, unsur-
unsur tersebut diantaranya, Lingkungan alam, Transportasi dan Komunikasi, Sumber-
sumber Ekonomi, Penduduk Perseberangan, Lembaga-lembaga politik dan alat
politiknya, serta segala sesuatu yang menyangkut ruang.
Persamaan Geopolitik dan Geostrategi
Geopolitik adalah suatu studi yang mengkaji masalah-masalah geografi, sejarah dan ilmu
sosial, dengan merujuk kepada percaturan politik internasional. Geopolitik mengkaji
makna strategis dan politis suatu wilayah geografi, yang mencakup lokasi, luas serta
sumber daya alam wilayah tersebut. Geopolitik mempunyai 4 unsur pembangun, yaitu
keadaan geografis, politik dan strategi, hubungan timbal balik antara geografi dan politik,
serta unsur kebijaksanaan.
Sedangkan Geografi Politik (political geography) yang menekankan bahwa teritorial
ditafsirkan sebagai hubungan mendasar antara kedaulatan negara dengan tanah air
nasional yang terletak di jantung legitimasi dan praktik negara modern. Dimana hasilnya
adalah analisis-analisis atas wilayah, kekuasaan dengan ruang yang terfokus yang
berpusat pada negara
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa baik geopolitik maupun geografi politik
sama sama mengkaji mengenai keadaan geografis, politik, dan stategi pada suatu
negara. Hal ini berkaitan langsung dengan peranan-peranan geopolitik. Adapun peranan-
peranan tersebut adalah:
a. Berusaha menghubungkan kekuasaan negara dengan potensi alam yang tersedia;
b. Menghubungkan kebijaksanaan suatu pemerintahan dengan situasi dan kondisi alam;
c. Menentukan bentuk dan corak politik luar dan dalam negeri;
d. Menggariskan pokok-pokok haluan negara, misalnya pembangunan;
e. Berusaha untuk meningkatkan posisi dan kedudukan suatu negara berdasarkan teori
negara sebagai organisme, dan teori-teori geopolitik lainnya;
f. Membenarkan tindakan-tindakan ekspansi yang dijalankan oleh suatu negara.

2.4 Pengertian Ketahanan Nasional


Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas
ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam
10
menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang
datang dari dalam maupun luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam
dan membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta
perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

2.5 Ciri-ciri Ketahan Nasional


a. Merupakan kondisi sebagai prasyarat utama bagi negara berkembang
b. Difokuskan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan
kehidupan
c. Tidak hanya untuk pertahanan, tetapi juga untuk menghadapi dan mengatasi tantangan,
ancaman, hambatan, dan gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam, baik
secara langsung maupun tidak
d. Didasarkan pada metode astagrata; seluruh aspek kehidupan nasional tercermin dalam
sistematika astagarata yang terdiri atas 3 aspek alamiah (trigatra) dan lima aspek sosial
(pancagatra).
e. Berpedoman pada wawasan nasional. Wawasan nusantara merupakan cara pandang
bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Wawasan nusantara juga merupakan sumber utama dan landasan
yang kuat dalam menyelenggarakan kehidupan nasional sehingga wawasan nusantara
dapat disebut sebagai wawasan nasional dan merupakan landasan ketahanan nasional.

2.6 Hakikat Ketahanan Nasional


Kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan
hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara. Ketahanan nasional mengandung makna
keutuhan semua potensi yang terdapat dalam wilayah nasional, baik fisik maupun sosial ,
sehingga kelemahan dari satu aspek akan mempengaruhi yang lain. Ketahanan nasional
merupakan interaksi positif dari semua gatra kehidupan nasional yang terkandung dalam
astagatra.

2.7 Sifat-sifat Ketahanan Nasional


a. Manunggal artinya antara trigatra dan panca gatra, tidak campur aduk melainkan serasi,
seimbang dan harmonis.
b. Mawas ke dalam artinya untuk mewujudkan hakikat dan sifat nasional.

11
c. Kewibawaan artinya menjaga harkat dan martabat bangsa dan negara sebagai daya
pencegah dan penangkalan.
d. Berubah menurut waktu yaitu ketahanan nasional bersifat dinamis atau berubah sesuai
dengan fungsi dan waktu.
e. Tidak membenarkan adanya adu kekuasaan atau adu kekuatan.
f. Percaya pada diri sendiri. (self Confidence).
g. Tidak tergantung pada pihak lain (self Relience) yaitu ketahanan nasional dikembangkan
atas dasar kemampuan diri sendiri

2.8 Lingkungan Strategis

Dinamika lingkungan strategis memang selalu membawa implikasi baik positif maupun
negatif, secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat mempengaruhi jalannya
pembangunan nasional yang sedang terlaksana saat ini. Perkembangan lingkungan strategis
dapat melalui aspek-aspek astha gatra, aspek statis (demografi, geografi dan sumber daya alam)
dan aspek dinamis (ideologi, politik, ekonomi, social budaya dan pertahanan keamanan). Hal
inilah yang menjadi alas an mendasar setiap Negara perlu melakukan penelaahan dan
pengkajian lingkungan strategisnya masing-masing, baik dalam lingkup global, regional
maupun nasional agar Negara dapat menyusun strategi dan kebijakan yang tepat untuk
kepentingan nasionalnya.

Perkembangan Lingkungan strategis Dunia

Geostrategy across culture theory


Sebelumdansetelahperangdingin
Perubahab paradigm geostrategic dunia
Jumlahpenduduk yang terusmeningkat
Perlombaansejataperangperang Libya Timurtengah
PosmoGlobalisasi&posmoGeostrategi.

2.9 Paradigma Politik

Teori Modern
TeoriPerkembangan

Harapan dari paradigma Politik ini adalah Firdaus (Surga)

Perkembangan evidensiI lmu politik dan Geostrategy

12
Etika ditinjau dari Filsafat merupakan cara pikir yang mendalam (res-cogintans)
tentang sesuatu yang menjadi landasan berpikir abstrak maupun rasional untuk mencapai
tujuan tertentu, sedangkan res-extansa dibutuhkan pengembangan cara pikir yang harus sesuai
dengan aturan budaya manusia berada.

2.10 Paradigma Nasional

Pancasila
Pancasila sebagai paradigm dimaksud bahwa pancasila sebagai sistem nilai acuan,
kerangka acuan berpikir, pola acuan berpikir atau sebagai sistem nilai yang dijadikan
kerangka landasan, kerangka cara dan sekaligus kerangka arah / tujuan bagi yang
menyandangnya. Yang menyandangnya itu adalah : Bidang politik, Bidang Ekonomi,
Bidang Sosial Budaya, Bidang Hukum, dan Bidang kehidupan antar umat beragama,
memahami asal mula Pancasila.
Undang Undang Dasar 1945
Wawasan Nusantara
Ketahanan Nasional

2.11 Konsepsi Dasar Ketahanan Nasional


Astagatra, model ini merupakan perangkat hubungan bidang kehidupan manusia dan
budaya yang memanfaatkan kekayaan alam. Astagatra terdiri dari:
a) Trigatra, yaitu :
1. Gatra letak dan kedudukan geografi
Aspek yang menunjukan posisi, batas-batas dengan Negara lain, kondisi iklim
dan sebagainya, Indonesia terletak pada 6 LU 11 LS, 95 BT 141 BT, dilalui garis
khatulistiwa yang sehingga Indonesia mempunyai 2 musim, yaitu musim Hujan dan
kemarau.
2. Gatra keadaan kekayaan alam
Aspek ini merupakan aspek penyokong akan berlangsungnya kehidupan.
Kekayaan alam yang ada selama ini merupakan suatu modal untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Yang dalam UUD 1945 telah diatur bahwa Bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

13
3. Gatra keadaan dan kemampuan penduduk
Aspek kependudukan merupakan salah satu penentu stabilitas nasional.
Kemampuan penduduk yang tidak seimbang dengan pertumbuhan penduduk dapat
menimbulkan ancaman ancaman terhadap pertahanan nasional.
b) Pancagatra
1. Gatra ideology
Ideology suatu Negara dapat dijadikan dasar suatu Negara. Ideology merupakan
suatu konsep yang mendalam mengenai kehidupan yang dicita citakan serta yang
ingin dijuangkan dalam kehidupan nyata.
2. Gatra Politik
Dalam hal ini politik dapat diartikan sebagai asas, haluan, atau kebijaksanaan
yang digunakan untuk mencapai tujuan dan kekuasaan. Politik yang diterapkan dalam
suatu Negara berbeda beda dan sangat menentukan kehidupan politik di Negara yang
bersangkutan. Upaya Bangsa Indonesia untuk meningkatkan ketahanan di bidang
politik adalah upaya mencari keseimbangan dan keserasian antara keluaran dan
masukan berdasarkan pancasila dan merupakan pencerminan dari demokrasi
pancasila.
3. Gatra Ekonomi
Kegiatan ekonomi adalah seluruh kegiatan pemerintah dan masyarakat dalam
mengelola factor produksi dan distribusi barang dan jasa untuk kesejahteraan rakyat.
Kehidupan ekonomi yang tumbuh mantap dan merata akan melahirkan ideologi yang
di ikut menyelaraskan kehidupan politik dan perkembangan social budaya serta
mendukung perkembangan pertahanan dan keamanan.
4. Gatra Sosial budaya
Istilah social budaya di dalam ilmu pengetahuan menunjuk kepada dua segi
utama dari kehidupan bersama manusia itu segi kemasyarakatan dan segi kebudayaan.
Ketahanan social budaya dapat diartikan sebagai kondisi dinamik budaya bangsa yang
berisi keuletan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan
mengatasi ancaman, baik ancaman dari dalam maupun dari luar, yang membahayakan
kehidupan sosial NKRI berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Sedangkan esensi ketahanan budaya adalah pengaturan danpenyelengaraan kehidupan
social budaya. Dengan demikian ketahanan budaya merupakan pengembangan social
budaya dimana setiap warga masyarakat dapat mengembangkan kemampuan pribadi
dengan segenap potensi yang berdasarkan nilai nilai Pancasila.
14
5. Gatra Pertahanan dan Keamanan
Ketahanan pertahanan dan kemandirian dapat diartikan sebagai kondisi dinamik
kehidupan pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia. Yang berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional
dalam menghadapi dan mengatasi yang membahayakan indentitas, integritas dan
kelangsungan hidup bangsa berdasarkan 15ancasila dan UUD 1945. Ketahanan di
bidang keamanan adalah ketangguhan suatu bangsa dalam upaya bela Negara, dimana
seluruh IPOLEKSOSBUD HANKAM disusun dikerahkan secara terpimpin,
terintegrasi, terorganisasi untuk menjamin terselenggaranya Sistem Ketahanan
Nasional.

15
BAB III

KEWARGANEGARAAN, HAK DAN KEWAJIBAN, DAN BELA NEGARA

3.1 Pengertian Hak dan kewajiban Warga Negara

Hak adalah segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan oleh individu
sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan. Hak pada umumnya
didapat dengan cara diperjuangkan melalui pertanggungjawaban atas kewajiban .
Kewajiban adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai suatu keharusan / kewajiban
untuk dilaksanakan oleh individu sebagai anggota warga negara guna mendapatkan hak yang
pantas untuk didapat. Kewajiban pada umumnya mengarah pada suatu keharusan / kewajiban
bagi individu dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat
pengakuan akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut .
Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain , sehingga dalam
praktik harus dijalankan dengan seimbang . Jika hak dan kewajiban tidak berjalan secara
imbang dalam praktik kehidupan, maka akan terjadi suatu ketimpangan dalam pelaksanaan
kehidupan individu baik dalam kehidupan bermasyaraka, berbangsa, maupun bernegara.
Ketimpangan akan hak dan kewajiban yang terjadi akan menimbulkan gejolak dalam
kehidupan baik dari kalangan individu maupun kelompok. Gejolak tersebut merupakan bentuk
ketidakpuasan atas tidak berjalannya hak dan kewajiban secara seimbang. Oleh sebab itu, untuk
menghindari adanya gejolak pada masyarakat mengenai ketimpangan akan hak dan kewajiban
tersebut diperlukan kesadaran secara mendasar pada individu akan kewajiban yang harus
dipenuhi guna mendapatkan hak yang pantas dan sesuai atas pelaksanaan kewajiban tersebut.
Ditinjau dari etimologi kata, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak berarti milik,
kekuasaan yang benar atas sesuatu. Kewajiban berarti keharusan, atau sesuatu yang harus
dilakukan. Warga negara berarti pnduduk sebuah negara, yang berdasarkan keturunan, tempat
kelahiran dan sebagainya mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga
(anggota) dari negara itu. Hak dan kewajiban warga negara berarti kekuasaan yang benar atas
sesuatu dan yang harus dilakukan oleh penduduk sebuah negara.

16
3.2 Asas-asas Kewarganegaraan

Setiap negara mempunyai kebebasan dan kewenangan untuk menentukan asas


kewarganegaraan. Dalam asas kewarganegaraan dikenal dua pedoman yaitu:

a. Asas kelahiran (Ius soli)

Asas kelahiran (Ius soli) adalah penentuan status kewarganegaraan berdasarkan


tempat atau daerah kelahiran seseorang. Pada awalnya asas kewarganegaraan hanyalah
ius soli saja, sebagai suatu anggapan bahwa seseorang lahir di suatu wilayah negara,
maka otomatis dan logis ia menjadi warga negara tersebut, akan tetapi dengan tingginya
mobilitas manusia maka diperlukan asas lain yang tidak hanya berpatokan pada
kelahiran sebagai realitas bahwa orang tua yang memiliki status kewarganegaraan yang
berbeda akan menjadi bermasalah jika kemudian orang tua tersebut melahirkan di
tempat salah satu orang tuanya (misalnya di tempat ibunya). Jika asas ius soli ini tetap
dipertahankan maka si anak tidak berhak untuk mendapatkan status kewarganegaraan
bapaknya. Atas dasar itulah maka muncul asas ius sanguinis.

b. Asas keturunan (Ius sanguinis)

Asas keturunan (Ius sanguinis) adalah pedoman kewarganegaraan berdasarkan


pertalian darah atau keturunan. Jika suatu negara menganut asas ius sanguinis, maka
seseorang yang lahir dari orang tua yang memiliki kewarganegaraan suatu negara
seperti Indonesia maka anak tersebut berhak mendapat status kewarganegaraan orang
tuanya, yaitu warga negara Indonesia.

c. Asas perkawinan

Status kewarganegaraan dapat dilihat dari sisi perkawinan yang memiliki asas
kesatuan hukum, yaitu paradigma suami isteri atau ikatan keluarga merupakan inti
masyarakat yang mendambakan suasana sejahtera, sehat dan bersatu. Di samping itu
asas perkawinan mengandung asas persamaan derajat, karena suatu perkawinan tidak
menyebabkan perubahan status kewarganegaraan masing-masing pihak. Asas ini
menghindari penyelundupan hukum, misalnya seorang yang berkewarganegaraan asing
ingin memperoleh status kewarganegaraan suatu negara dengan cara berpura-pura
melakukan pernikahan denga perempuan di negara tersebut, setelah mendapat
kewarganegaraan itu ia menceraikan isterinya.

17
d. Unsur pewarganegaraan (naturalisasi)

Dalam naturalisasi ada yang bersifat aktif, yaitu seseorang yang dapat
menggunakan hak opsi untuk memilih atau mengajukan kehendak untuk menjadi warga
negara dari suatu negara. Sedangkan naturalisasi pasif, seseorang yang tidak mau
diwarganegarakan oleh suatu negara atau tidak mau diberi status warga negara suatu
negara, maka yang bersangkutan menggunakan hak repudiasi yaitu hak untuk menolak
pemberian kewarganegaraan tersebut.

3.3 Hak dan kewajiban Warga Negara Indonesia

Hak dan kewajiban Warga Negara Indonesia ditetapkan dalam UUD 1945 yaitu
tercantum di dalam pasal 27, pasal 28, pasal 29, pasal 30, dan pasal 31.

1. Pasal 27 ayat 1 menetapkan hak warga negara yang sama dalam hukum dan
pemerintahan, serta kewajiban untuk menjunjung hukum dan pemerintahan.
2. Pasal 27 ayat 2 menetapkan hak warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
3. Pasal 27 ayat 3 dalam Perubahan Kedua UUD 1945 menetapkan hak dan kewajiban
warga negara untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
4. Pasal 28 menetapkan hak kemerdekaan warga negara untuk berserikat, berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan.
5. Pasal 29 ayat 2 menyebutkan adanya hak kemerdekaan untukmemeluk agamanya
masing-masing dan beribadat menurut agamanya.
6. Pasal 30 ayat 1 dalam Perubahan Kedua UUD 1945 menyebutkan hak dan
kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam usaha pertahanan dan kemanan
negara.
7. Pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran.

3.4 Hak dan kewajiban Mahasiswa sebagai Warga Negara Indonesia

Mahasiswa atau mahasiswi adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani
pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi. Mahasiswa termasuk dalam

18
kalangan pemuda yang menjadi harapan bangsa. Sebagai agent of change mahasiswa berperan
besar membawa perubahan dalam diri bangsa Indonesia, untuk itu diperlukan generasi
mahasiswa yang bertanggung jawab serta memiliki kesadaran dan bisa mengimplementasikan
hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia.

Sebagai bagian dari Negara Indonesia mahasiswa merupakan insan yang memiliki
berbagai dimensi yaitu sebagai bagian dari sivitas akademika yang mempunyai hak dan
kewajiban yang sama dengan warga negara Indonesia lainnya. Hak dan kewajiban yang harus
ditanamkan dalam diri mahasiswa antara lain :

1. Kebebasan akademik menuntut dan mengkaji ilmu sesuai norma dan susila yang
berlaku dalam lingkungan akademik.
2. Memperoleh pengajaran dan layanan di bidang akademik sesuai dengan minat,
bakat, dan kemampuan.
3. Menyelesaikan studi lebih awal.
4. Memperoleh layanan informasi yang berkaitan dengan program studi serta hasil
belajarnya.
5. Memanfaatkan sumber daya melalui perwakilan organisasi mahasiswa yang ada di
kampus.
6. Mematuhi peraturan yang berlaku.
7. Memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan dan keamanan fakultas dan
kampus.
8. Menghargai ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
9. Menjunjung tinggi kebudayaan nasional.
10. Menjaga kewibawaan dan nama baik universitas atau kampus.

3.5 Makna Bela Negara

Bela Negara adalah tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh,
terpadu, dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air serta kesadaran hidup
berbangsa dan bernegara. Bagi warga negara Indonesia, usaha bela Negara dilandasi oleh
kecintaan pada tanah air (wilayah nusantara) dan kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia
dengan keyakinan padaa Pancasila sebagai dasar negara serta berpijak pada UUD 1945 serta
konstitusi Negara.

19
Wujud dari usaha bela Negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap warga negara untuk
berkorban demi mempertahankan kemerdekaan kedaulatan Negara, persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia, keutuhan wilayah nusantara dan yuridiksi nasional, serta nilai-nilai Pancasila
dan UUD 1945.

3.5.1. Bentuk Bela Negara

a. Secara Fisik
Segala upaya untuk mempertahankan kedaulatan negara dengan cara
berpartisipasi secara langsung dalam upaya pembelaan negara (TNI
Mengangkat senjata, Rakyat Berkarya nyata dalam proses Pembangunan).
b. Secara Non Fisik
Segala upaya untuk mempertahankan NKRI dengan cara
meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan
pada tanah air serta berperan aktif dalam upaya memajukan bangsa sesuai
dengan profesi dan kemampuannya.
3.5.2. Alasan dan Motivasi dalam Pembelaan Negara
Alasan dalam bela negara, antara lain:

a. Menghormati dan menghargai para pahlawan yang telah berjuang merebut


kemerdekaan
b. Ingin memajukan Negara
c. Mempetahankan Negara jangan sampai dijajah kembali
d. Meningkatkan harkat dan martabat bangsa di mata dunia internasional.
Motivasi dalam Pembelaan Negara

Usaha pembelaan negara bertumpu pada kesadaran setiap warga negara


akan hak dan kewajibannya. Kesadarannya demikian perlu ditumbuhkan melalui
proses motivasi untuk mencintai tanah air dan untuk ikut serta dalam pembelaan
negara. Proses motivasi untuk membela negara dan bangsa akan berhasil jika
setiap warga memahami keunggulan dan kelebihan negara dan bangsanya.
Dalam hal ini ada beberapa dasar pemikiran yang dapat dijadikan sebagai bahan
motivasi setiap warga nengara untuk ikut serta membela negara Indonesia.
1) Pengalaman sejarah perjuangan RI
2) Kedudukan wilayah geografis Nusantara yang strategis
3) Keadaan penduduk (demografis) yang besar

20
4) Kekayaan sumber daya alam
5) Perkembangan dan kemajuan IPTEK di bidang persenjataan
6) Kemungkinan timbulnya bencana perang.
3.5.3.Wujud Bela Negara (UU No.3 Tahun 2002)
a. Pendidikan Kewarganegaraan
b. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib
c. Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela
d. Pengabdian sesuai profesi

3.6 Hak dan Kewajiban Bela Negara sesuai Profesi Kedudukan Mahasiswa sebagai
Warga Negara Indonesia

Bela negara merupakan hak dan kewajiban warga negara Indonesia. Sesuai fungsi
warga serta tidak selalu diartikan dengan mengangkat senjata. Bukan hanya kewajiban dan
tanggung jawab Tentara Nasional Indonesia semata. Banyak peran mahasiswa dalam membela
negara di antaranya belajar dengan tekun, ikut kegiatan ekstrakurikuler, meningkatkan
kesadaran berbangsa dan bernegara termasuk menghayati arti demokrasi dengan menghargai
pendapat dan tidak memaksakan kehendak.

Organisasi secara umum memiliki peran untuk membina kesadaran bela negara di
lingkungan. Sebagai penyeimbang pemerintah yang memiliki tugas dan tanggung jawab sama
dengan mengomunikasikan dan memperjuangkan aspirasi serta kepentingan masyarakat. Di
samping memiliki pemimpin yang visioner dan berkarakter dengan kesadaran moral
kebangsaan bela negara yang tinggi. Sementara perguruan tinggi memiliki peran sebagai
sumber untuk mengisi komponen pertahanan negara dan tempat penggodokan sikap bela
negara melalui pendidikan yang diwujudkan dalam mata kuliah Kewarganegaraan, orientasi
studi ketahanan nasional, serta kegiatan resimen mahasiswa.

Mahasiswa harus berpartisipasi dalam meningkatkan bobot teknologi maupun dalam


konsep pertahanan negara. Kegiatan bela negara dapat dijadikan agenda rutin bagi mahasiswa
baru. Mereka mendapat pengenalan tentang nilai-nilai perjuangan para generasi terdahulu.
Semangat para pejuang dahulu dalam mempertahankan negara patut diteladani oleh generasi
masa kini yang cenderung lupa sejarah.

Kepedulian dan nasionalisme terhadap bangsa dapat pula ditunjukkan dengan


keseriusan menimba ilmu di bangku kuliah. Mahasiswa dapat mengasah keahlian dan
21
spesialisasi pada bidang ilmu yang mereka pelajari di perguruan tinggi, agar dapat meluruskan
berbagai ketimpangan sosial ketika terjun di masyarakat kelak.

Peran dan fungsi mahasiswa dapat ditunjukkan secara santun tanpa mengurangi esensi
dan agenda yang diperjuangkan. Semangat mengawal dan mengawasi jalannya reformasi,
harus tetap tertanam dalam jiwa setiap mahasiswa. Sikap kritis harus tetap ada dalam diri
mahasiswa, sebagai agen pengendali untuk mencegah berbagai penyelewengan yang terjadi
terhadap perubahan yang telah mereka perjuangkan. Dengan begitu, mahasiswa tetap
menebarkan bau harum keadilan sosial dan solidaritas kerakyatan.

3.7 Bela Negara

Bela negara adalah tekad, sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan
kepada negara kesatuan republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan uud 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. pembelaan negara bukan semata-mata tugas
tni, tetapi segenap warga Negara sesuai kemampuan dan profesinya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Konsep bela negara dapat diartikan secara fisik dan non-fisik, secara fisik dengan
mengangkat senjata menghadapi serangan atau agresi musuh, secara non-fisik dapat
didefinisikan sebagai segala upaya untuk mempertanankan Negara dengan cara meningkatkan
rasa nasionalisme, yakni kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap
tanah air, serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan Negara.

Landasan pembentukan bela negara adalah wajib militer. Bela negara adalah pelayanan
oleh seorang individu atau kelompok dalam tentara atau milisi lainnya, baik sebagai pekerjaan
yang dipilih atau sebagai akibat dari rancangan tanpa sadar (wajib militer). Beberapa negara
(misalnya Israel, Iran) meminta jumlah tertentu dinas militer dari masing-masing dan setiap
salah satu warga negara (kecuali untuk kasus khusus seperti fisik atau gangguan mental atau
keyakinan keagamaan). Sebuah bangsa dengan relawan sepenuhnya militer, biasanya tidak
memerlukan layanan dari wajib militer warganya, kecuali dihadapkan dengan krisis perekratan
selama masa perang.

Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Spanyol dan Inggris, bela negara
dilaksanakan pelatihan militer, biasanya satu akhir pekan dalam sebulan. Mereka dapat
melakukannya sebagai individu atau sebagai anggota resimen, misalnya Tentara Teritorial

22
Britania Raya Dalam beberapa kasus milisi bisa merupakan bagian dari pasukan cadangan
militer, seperti Amerika Serikat National Guard. Dinegara lain, seperti Republik China
(Taiwan), Republik Korea, dan Israel, wajib untuk beberapa tahun setelah seseorang
menyelesaikan dinas Nasional.

Sebuah pasukan cadangan militer berbeda dari pembentukan cadangan, kadang-kadang


disebut sebagai cadangan militer, yang merupakan kelompok atau unit personil militer tidak
berkomitmen untuk pertempuran oleh komandan mereka sehingga mereka tersedia untuk
menangani situasi tak terduga, memperkuat pertahanan Negara.

3.8 Pengertian Bela Negara di Indonesia

Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya. Tiap-tiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan syarat-syarat
tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.

Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan
berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus,
hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-
sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan
berbuat yang terbaik bagi bangsa dan Negara.

3.9 Unsur Dasar Bela Negara

1. Cinta Tanah Air


2. Kesadaran Berbangsa & bernegara
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara
4. Rela berkorban untuk bangsa & negara
5. Memiliki kemampuan awal bela Negara

23
3.10 Dasar Hukum

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 30 tertulis bahwa "Tiap-tiap


warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara." dan " Syarat-syarat
tentang pembelaan diatur dengan undang-undang." Jadi sudah pasti mau tidak mau kita wajib
ikut serta dalam membela negara dari segala macam ancaman, gangguan, tantangan dan
hambatan baik yang dating dari luar maupun dari dalam.

Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara:

1. Tap MPR No. VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan
Nasional.
2. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat
3. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara Rl.
Diubah oleh UU Nomor 1 Tahun 1988.
4. Tap MPR No. VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
5. Tap MPR No. VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
6. Amandemen UUD '45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3.
7. Undang-Undang No.3 tahun 2002 tenteng Pertahanan Negara.

3.11 Hak dan Kewajiban dalam Bela Negara

Dengan hak dan kewajiban yang sama setiap orang Indonesia tanpa harus dikomando
dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela negara. Membela negara tidak harus dalam
wujud perang tetapi bisa diwujudkan dengan cara lain seperti :

1. Ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti siskamling)


2. Ikut serta membantu korban bencana di dalam negeri
3. Belajar dengan tekun pelajaran atau mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan atau
PKn

24
3.12 Sumber Kekuatan Bela Negara
Sumber kekuatan bela negara apabila kita melihat dalam Undang Undang N0. 20
Tahun 1982. Pokok-pokok Pertahanan dan Keamanan Negara Republik Indonesia adalah
semua warga negara Indonesia. Rakyat Indonesia adalah sumber kekuatan bangsa yang
menjadi kekuatan dasar upaya pertahanan keamanan negara (Pasal 2 UU N0. 20 Th.1982).
Sedangkan dalam Undang Undang N0. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara dalam pasal
9 ayat 1 disebutkan pula bahwa Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara

Sesuai dengan Sishankamrata maka beberapa potensi harus dibina untuk mewujudkan
daya dan kekuatan tangkal dengan membangun, memelihara, dan mengembangkan segenap
komponen kekuatan pertahanan negara yang terdiri dari :

a. Rakyat terlatih (Ratih) sebagai komponen dasar

b. Angkatan bersenjata (ABRI) besertya cadangan Tentara Indonesia (Cad.TNI) sebagai


komponen utama.
c. Perlindungan masarakat (Linmas) sebagai komponen khusus
d. Sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan prasarana nasional sebagai kmponen
pendukung

Selanjutnya perwujudan penyelenggaraan pertahanan keamanan rakyat semesta itu


dilakukan melalui :

a. Memasarakatkan upaya pertahanan keamanan negara


b. Menegakkan Hak dan Kewajiban warga negara dalam bela negara menurut jalur /
wadah yang ditentukan oleh peraturan perundang- undangan
c. Mengamankan dan mendayagunakan sumber daya nasional dan prasarana nasional
untuk kepentingan pertahanan keamanan negara.

Hakekat sistem Pertahanan Keamanan negara Indonesia adalah Perlawanan Rakyat


Semesta yang memiliki sifat-sifat :

a. Kerakyatan, yaitu keikutsertaan seluruh rakyat warga negara sesuai dengan


kemampuan dan keahliannya dalam komponen kekuatan pertahanan keamanan negara.

25
b. Kesemestaan, yaitu seluruh daya bangsa dan negara mampu memobilisasikan diri
guna menanggulangi setiap bentuk ancaman baik dari luar negeri maupun dari dalam
negeri
c. Kewilayahan, yaitu seluruh wilayah negara merupakan tumpuhan perlawanan dan
segenap lingkungan didayagunakan untuk mendukung setiap bentuk perlawanan
secara berlanjut.

3.13 Bela Negara Paska UUD 1945 ( Amandemen )


Konsepsi pertahanan keamanan negara RI menurut UU N0. 20 Tahun 1982 yang
dengan adanya amandemen didalamnya ditegaskan bahwa sistem yang dipakai adalah Sistem
Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sihankamrata) dengan adanya amandemen UUD 1945
pada pasal 27 dan pada pasal 30 serta dengan diundangkannya UU No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia (HAM) maka panggilan tentang partisipasi, implementasi serrta realisasi
pembelaan warga negara Indonesia terhadap kedaulatan dan keuutuhan bangsa nampak lebih
eksplisit, lebih lebih setelah diundangkannya UU No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara.
Dalam pasal 27 UUD 1945 ( Amandemen) ayat 3 tersurat kata wajib iktu serta dalam
upaya pembelaan negara . Hal ini merupakan implementasi dari right of equality Jadi tidak
ada nilai diskriminatif.

Pada pasal 30 UUD 1945 (Amandemen) tentang pembelaan negara dan pertahanan
keamanan dimunculkan lagi (ayat 1 dan ayat 2) dan bahkan dalam ayat 2 juga dipertegas lagi
oleh UU N0. 20 Tahun 1982 dimana pertahanan dan keamanan dilaksanakan menlalui
Sishankamrata.

Selanjutnya dalam pasal 68 UU N0. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
memberikan penegasan bahwa upaya pembelaan negara itu wajib bagi setiap warga negara
,tetapi ada ketentuan menurut Undang-Undang.

Demikian pula yang diatur dalam UU N0. 3 Tahun 2002 dalam pasal 9 ayat 1
disebutkan pula bahwa Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela
negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara .

Menurut penjelasan UU N0. 3 Tahun 2002 dinyatakan bahwa upaya bela negara adalah
sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan

26
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan negara. Selanjutnya bela negara itu dalam era sekarang ini dapat dipahami
baik secaca fisik maupun secara non fisik.

Bela negara fisik adalah bagi warga negara yang langsung maju perang dengan
memanggul senjata , sedang bela negara non fisik adalah bela negara yang dilakukan oleh
warga negara yang tidak langsung maju perang dengan angkat senjata , tetapi dilaksanakan
melalui Pendidikan Kewarganegaraan dan pengabdian sesuai dengan profesinya
masingmasing.

Beberapa contoh bentuk bela negara non fisik adalah :

1. Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara ,taat, patuh terhadap peraturan


perundangan dan demokratis.
2. Menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus kepada
masarakat.
3. Beerperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara
4. Sadar mmembayar pajak untuk kepentingan bangsa dan negara.

Selanjutnya apbila kita kaji lebih dalam lebih operasional maka nalar, makna dan
pengertian tentang bela negara yang tercantum dibeberapa ayat dan pasal tersebut dimuka
ternyata terdapat nilai- nilai kesamaan (identik) dengan nilai nilai Ketahanan Nasional .
Bukankah hakekat pertahanan keamanan negara itu adalah dalam rangka terwujudnya
Ketahanan Nasional yang mantab dan kondusif ?

Tentang mengenai kaitan / hubungan Pembelaan Negara dengan Ketahanan Nasional


dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pembelaan Negara sebagai suatu sitem lebih menekankan pada komponen kekuatan ,
strategi dan sosialisasi.Sedang Ketahanan Nasional itu merupakan sasaran dan tujuan
dari upaya-upaya pembelaan negara. Tujuan Ketahanan Nasional akan diukur melelui
seberapa jauh keuletan warga negara dalam partisipasi dan implementasinya dalam
Ketahanan Nasional dan seberapa besar kekuatan ketangguhan warga negara dalam
Ketahanan Nasional.
2. Pembelaan Negara sebagai wujud partisipasi warga negara yang dilakukan secara
semesta dalam arti bahwa seluruh daya bangsa dan negara mampu memobilisasi diri

27
guna menanggulangi setiap bentuk ancaman baik yang datang dari luar negeri maupun
dari dalam negeri adalah dalam rangka memelihara dan meningkatkan Ketahanan
Nasional.
3. Perihal usaha atau upaya bela negara itu bagi warga negara bukan suatu kesadaran,
fakultatif , tetapi harus diterima sebagai suatu panggilan tugas dan kewajiban, karena
ancaman yang datang baik yang langsung maupun tidak langsung dapat timbul
sewaktu - waktu, dan pengingkaran terhadap kewajiban bela negara merupakan
karapuhan Ketahanan Nasional, yang pada gilirannya akan membahayakan identitas,
keutuhan, kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai tujuan nasionalnya.

Konkritisasi Persepsi dan Pengertian Pembelaan Negara. Persepsi dan pengertian


pembelaan negara tidak hanya berhenti atau terbatas pada pengetahuan dan pemahaman teori
dan konsep saja, tetapi yang lebih penting adalah harus dikongkritkan atau di
implementasikan dalam sikap dan perilaku.

Seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, terus meningkatnya


peradaban dunia di era globalisasi ini bangsa Indonesia hendaknya dapat memposisikan diri
secara fleksibel agar eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat tetap survive
dalam kapasitasnya sebagai negara yang berdaulat. Demikian pula dengan berlangsung orde
reformasi di Indonesia yang telah bergulir selama lebih satu dasa warsa dimana kran politik
dan demokrasi terbuka secara pasif. Kondisi yang demikian apabila tidak diiringi dengan
kesadaran bela negara warga negara Indonesia secara kongkrit maka yang mungkin terjadi
adalah akan menjungkirbalikkan persepsi dan pengertian pembelaan negara yang pada
gilirannya dapat mengganggu integritas dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk itu guna mengantisipasi hal-hal yang tidak kita inginkan , dan demi tetap
tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia , demi terciptanya tata kehidupan yang
kondusif menuju tercapainya tujuan nasional , maka potensi dan kekuatan bangsa serta
berbagai peluang yang ada harus dimanfaatkan secara sistemik dan terukur. Potensi,
kekuatan, peluang yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut :

1. Memaksimalkan fungsi Pancasila

Pancasila yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 memiliki
berbagai fungsi / peran bagi bangsa Indonesia. Pancasila jangan hanya dihafal dan
dimengerti saja tetapi harus dihayati dan diamalkan secara sungguh-sungguh oleh bangsa

28
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila jangan
dilupakan, jangan dikesampingkan dan jangan hanya sebagai slogan kehidupan.

2. Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia


Indonesia sebagai negara kepulauan yang dihuni oleh bebagai macam suku, ras,
agama, golongan, perlu adanya kesatuan pandang (visi) dalam mencapai apa yang dicita-
citakan , tanpa adanya persatuan dari berbagai unsur tersebut mustahil rasanya negara RI
akan hidup dan jaya selamalamanya.Bangsa Indonesia sepakat bahwa cara pandang
bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya sebagaimana telah dirumuskan dalam
wawasan nasionalnya yaitu Wawasan Nusantara, yang berperan membimbing bangsa
Indonesia dalam penyelenggaraan kehidupannya serta sebagai rambu-rambu dalam
perjuangan mengisi kemerdekaannya.

Dengan demikian bangsa Indonesia diharapka menyadari pentingnya persatuan ,


kesatuan dan keutuhan wilayah negara, serta lebih mengutamakan kepentingan nasional
daripada kepentingan pribadi, golongan, sehingga sadar berbakti, rela berkorban untuk
bangsa dan negaranya.

3. Wilayah Indonesia dengan segala sumber kekayaan alamnya


Wilayah RI yang terdiri dari darat laut dan udara ternyata sangat kaya, sangat banyak
memiliki sumber kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan demi kepentingan dan
kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Para pemimpin dan para elit politik perlu
menyadari dan membuat kebijakan dan keputusan yang dapat mengamankan dan
mengelola sumber-sumber kekayaan tersebut dengan semboyan bahwa kekayaan
negara yang kita miliki itu bukan warisan nenek moyangmu, tetapi itu adalah titipan anak
cucumu Dengan demikian maka dari generasi ke generasi akan tetap tumbuh semangat
nasionalisme dan patriotismenya.

4. Otonomi Daerah yang tetap dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia
Sesuai dengan pasal 18 UUD 1945 bahwa NKRI dibagi atas daerah-daerah propinsi
yang diabgi lagi menjadi daerah kabupaten dan kota. Sesuai dengan jiwa pasal 18
tersebut maka daerah diberi hak otonom, dan sesuai dengan UU N0. 22 Tahun 1999 jo
UU N0.25 Tahun 1999 dan UU N0 32 Tahun 2004 ,maka daerah kabupaten dan kota
diberikan hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, dengan kata lain
memiliki otonomi daerah. Diharapkan dengan otonomi daerah, pemerintah daerah dan

29
masyarakat didaerah dapat lebih memperdayakan dirinya dan melaksanakan
pembangunan daerahnya masing-masing. Otonomi daerah dimaksud adalah dalam
kerangka NKRI. Jadi tidak boleh ada daerah yang ingin menjadi negara dalam negara.

5. Aparat Keamanan

Stabilitas keamanan merupakan prasarat atau kunci kepercayaan luar negeri dan
dalam negeri untuk melakukan nations and caracter building Aparat keamanan
sesuai dengan tugas dan kewenangannya harus tetap setia pada Pancasila, UUD 1945,
Sapta Marga, Sumpah Prajurit. TNI dan Polri sebagai kekuatan inti dalam bela negara
agar terus ditingkatkan kesiap siagaan, profesionalismenya dan kesejahteraannya.

6. Supremasi Hukum

Penegakan hukum merupakan salah satu agenda reformasi di Indonesia. Hukum harus
ditegakkan, hukum harus diberlakukan secara adil dan semua warga negara wajib
menjunjung hukum tanpa kecuali. Hukum tidak boleh tebang pilih.

7. Dukungan Luar Negeri

Keberhasilan diplomasi pemerintah dalam rangka memperoleh dukungan negara-


negara lain terhadap keutuhan NKRI dan bantuan dana yang tidak mengikat masih perlu
dimantabkan, agar tidak berbalik bertentangan dan atau merugikan kepentingan
Indonesia.

30
BAB IV

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

1.1 Pengertian Korupsi


1.1.1 Definisi Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio (Fockema Andrea : 1951)
atau corruptus (Webster Student Dictionary : 1960). Selanjutnya dikatakan bahwa
corruptio berasal dari kata corrumpere, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari
bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah corruption, corrupt (Inggris),
corruption (Perancis) dan corruptie/korruptie (Belanda).Arti kata korupsi secara
harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian.

Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa


Indonesia, adalah kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan
ketidakjujuran(S. Wojowasito-WJS Poerwadarminta: 1978). Pengertian lainnya,
perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya (WJS Poerwadarminta: 1976).

1.1.2 Bentuk-Bentuk Korupsi

Bentuk/jenis tindak pidana korupsi dan tindak pidana yang berkaitan dengan
korupsi berdasarkan UU Tindak Pidana Korupsi dapat dikelompokkan :

1. Melawan hukum untuk memperkaya diri dan dapat merugikan keuangan


Negara
2. Menyalahgunakan kewenangan untuk kepentingan diri sendiri dan dapat
merugikan keuangan Negara
3. Menyuap pegawai negeri
4. Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya
5. Pegawai negeri menerima suap
6. Pegawai negeri menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatannya
7. Menyuap hakim
8. Menyuap advokat

31
9. Hakim dan advokat menerima suap
10. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan
11. Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi
12. Pegawai negeri merusakkan bukti
13. Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti
14. Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti

15. Pegawai negeri memeras


16. Pegawai negeri memeras pegawai yang lain
17. Pemborong berbuat curang
18. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang
19. Rekanan TNI/Polri berbuat curang
20. Pengawas rekanan TNI/Polri membiarkan perbuatan curang
21. Penerima barang TNI/Polri membiarkan perbuatan curang
22. Pegawai negeri menyerobot tanah negara sehingga merugikan orang lain
23. Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang diurusnya
24. Pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak lapor KPK
25. Merintangi proses pemeriksaan
26. Tersangka tidak memberikan keterangan mengenai kekayaannya
27. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka
28. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu
29. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau
memberi keterangan palsu
30. Saksi yang membuka identitas pelapor

1.2 Faktor Penyebab Korupsi


1.2.1 Faktor Internal
Merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri, yang dapat dirinci
menjadi:
a) Aspek Perilaku Individu
Sifat tamak/rakus manusia.
Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan karena mereka membutuhkan
makan. Korupsi adalah kejahatan orang profesional yang rakus. Sudah

32
berkecukupan, tapi serakah. Mempunyai hasrat besar untuk memperkaya
diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang dari dalam
diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus. Maka tindakan keras tanpa
kompromi, wajib hukumnya.
Moral yang kurang kuat
Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk
melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat,
bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk itu.
Gaya hidup yang konsumtif.
Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup seseong
konsumtif. Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapatan
yang memadai akan membuka peluang seseorang untuk melakukan
berbagai tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan
tindakan itu adalah dengan korupsi.
b) Aspek Sosial
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris
mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan
dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang
sudah menjadi traits pribadinya. Lingkungan dalam hal ini malah memberikan
dorongan dan bukan memberikan hukuman pada orang ketika ia
menyalahgunakan kekuasaannya.

1.2.2 Faktor Eksternal


Merupakan pemicu perilaku korup yang disebabkan oleh faktor di luar diri
pelaku.
a) Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang
dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi. Akibat sifat tertutup ini
pelanggaran korupsi justru terus berjalan dengan berbagai bentuk. Oleh karena
itu sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan tindak korupsi terjadi
karena :
Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi. Korupsi bisa
ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat menghargai
seseorang karena kekayaan yang dimilikinya. Sikap ini seringkali membuat
33
masyarakat tidak kritis pada kondisi, misalnya dari mana kekayaan itu
didapatkan.
Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah
masyarakat sendiri. Anggapan masyarakat umum terhadap peristiwa
korupsi, sosok yang paling dirugikan adalah negara. Padahal bila negara
merugi, esensinya yang paling rugi adalah masyarakat juga, karena proses
anggaran pembangunan bisa berkurang sebagai akibat dari perbuatan
korupsi.
Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi. Setiap
perbuatan korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kurang
disadari oleh masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sudah terbiasa
terlibat pada kegiatan korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka namun
tidak disadari.
Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan
diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan
pemberantasan. Pada umumnya masyarakat berpandangan bahwa masalah
korupsi adalahtanggung jawab pemerintah semata. Masyarakat kurang
menyadari bahwa korupsi itu bisa diberantas hanya bila masyarakat ikut
melakukannya.
b) Aspek ekonomi
Pendapatan tidak mencukupi kebutuhan. Dalam rentang kehidupan ada
kemung-kinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi.
Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas
diantaranya dengan melakukan korupsi.
c) Aspek Politis
Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang
dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai
dengan harapan masyarakat. Kontrol sosial tersebut dijalankan dengan
menggerakkan berbagai aktivitas yang melibatkan penggunaan kekuasaan
negara sebagai suatu lembaga yang diorganisasikan secara politik, melalui
lembaga-lembaga yang dibentuknya. Dengan demikian instabilitas politik,
kepentingan politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan sangat potensi
menyebabkan perilaku korupsi.

34
d) Aspek Organisasi
Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
Posisi pemimpin dalam suatu lembaga formal maupun informal
mempunyai pengaruh penting bagi bawahannya. Bila pemimpin tidak bisa
memberi keteladanan yang baik di hadapan bawahannya, misalnya berbuat
korupsi, maka kemungkinan besar bawahnya akan mengambil kesempatan
yang sama dengan atasannya.
Tidak adanya kultur organisasi yang benar
Kultur organisasi biasanya punya pengaruh kuat terhadap anggotanya.
Apabila kultur organisasi tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan
berbagai situasi tidak kondusif mewarnai kehidupan organisasi. Pada posisi
demikian perbuatan negatif, seperti korupsi memiliki peluang untuk terjadi.
Kurang memadainya sistem akuntabilitas
Institusi pemerintahan umumnya pada satu sisi belum dirumuskan
dengan jelas visi dan misi yang diembannya, dan belum dirumuskan tujuan
dan sasaran yang harus dicapai dalam periode tertentu guna mencapai hal
tersebut. Akibatnya, terhadap instansi pemerintah sulit dilakukan penilaian
apakah instansi tersebut berhasil mencapai sasaranya atau tidak. Akibat
lebih lanjut adalah kurangnya perhatian pada efisiensi penggunaan sumber
daya yang dimiliki. Keadaan ini memunculkan situasi organisasi yang
kondusif untuk praktik korupsi.
Kelemahan sistim pengendalian manajemen
Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak
pelanggaran korupsi dalam sebuah organisasi. Semakin longgar/lemah
pengendalian manajemen sebuah organisasi akan semakin terbuka
perbuatan tindak korupsi anggota atau pegawai di dalamnya.
Lemahnya pengawasan
Secara umum pengawasan terbagi menjadi dua, yaitu pengawasan
internal (pengawasan fungsional dan pengawasan langsung oleh pimpinan)
dan pengawasan bersifat eksternal (pengawasan dari legislatif dan
masyarakat). Pengawasan ini kurang bisa efektif karena beberapa faktor,
diantaranya adanya tumpang tindih pengawasan pada berbagai instansi,
kurangnya profesional pengawas serta kurangnya kepatuhan pada etika
hukum maupun pemerintahan oleh pengawas sendiri.
35
1.3 Dampak Masif Korupsi
1.3.1 Dampak Ekonomi
Berbagai macam permasalahan ekonomi lain akan mun-cul secara alamiah
apabila korupsi sudah merajalela dan berikut ini adalah hasil dari dampak ekonomi
yang akan terjadi, yaitu:
1. Lesunya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
Korupsi bertanggung jawab terhadap lesunya pertumbuhan ekonomi dan
investasi dalam negeri. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi
dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor
privat, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran
ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan resiko
pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan.
2. Penurunan Produktifitas
Dengan semakin lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi, maka tidak
dapat disanggah lagi, bahwa produktifitas akan semakin menurun. Hal ini
terjadi seiring dengan terhambatnya sektor industri dan produksi untuk bisa
berkembang lebih baik atau melakukan pengembangan kapasitas. Program
peningkatan produksi dengan berbagai upaya seperti pendirian pabrik-pabrik
dan usaha produktif baru atau usaha untuk memperbesar kapasitas produksi
untuk usaha yang sudah ada menjadi terkendala dengan tidak adanya
investasi.Penurunan produktifitas ini juga akan menyebabkan permasalahan
yang lain, seperti tingginya angka PHK dan meningkatnya angka
pengangguran. Ujung dari penurunan produktifitas ini adalah kemiskinan
masyarakat.
3. Rendahnya Kualitas Barang dan Jasa Bagi Publik
Rusaknya jalan-jalan, ambruknya jembatan, tergulingnya kereta api, beras
murah yang tidak layak makan, tabung gas yang meledak, bahan bakar yang
merusak kendaraan masyarakat, tidak layak dan tidak nyamannya angkutan
umum, ambruknya bangunan sekolah, merupakan serangkaian kenyataan
rendahnya kualitas barang dan jasa sebagai akibat korupsi. Korupsi
menimbulkan berbagai kekacauan di dalam sektor publik dengan mengalihkan
investasi publik ke proyek-proyek lain yang mana sogokan dan upah tersedia
lebih banyak. Pejabat birokrasi yang korup akan menambah kompleksitas
proyek tersebut untuk menyembunyikan berbagai praktek korupsi yang
36
terjadi.Pada akhirnya korupsi berakibat menurunkan kualitas barang dan jasa
bagi publik dengan cara mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan
bangunan, syarat-syarat material dan produksi, syarat-syarat kesehatan,
lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi kualitas
pelayanan pemerintahan dan infrastruktur dan menambahkan tekanan-tekanan
terhadap anggaran pemerintah
4. Menurunnya Pendapatan Negara Dari Sektor Pajak
Kondisi penurunan pendapatan dari sektor pajak diperparah dengan
kenyataan bahwa banyak sekali pegawai dan pejabat pajak yang bermain untuk
mendapatkan keuntungan pribadi dan memperkaya diri sendiri. Kita tidak bisa
membayangkan apabila ketidakpercayaan masyarakat terhadap pajak ini
berlangsung lama, tentunya akan berakibat juga pada percepatan
pembangunan, yang rugi juga masyarakat sendiri, inilah letak ketidakadilan
tersebut.
5. Meningkatnya Hutang Negara
Korupsi yang terjadi di Indonesia akan meningkatkan hutang luar negeri
yang semakin besar. Dari data yang diambil dari Direktorat Jenderal
Pengelolaan Hutang, Kementerian Keuangan RI, disebutkan bahwa total
hutang pemerintah per 31 Mei 2011 mencapai US$201,07 miliar atau setara
dengan Rp. 1.716,56 trilliun, sebuah angka yang fantastis.
Bila melihat kondisi secara umum, hutang adalah hal yang biasa, asal
digunakan untuk kegiatan yang produktif hutang dapat dikembalikan. Apabila
hutang digunakan untuk menutup defisit yang terjadi, hal ini akan semakin
memperburuk keadaan. Kita tidak bisa membayangkan ke depan apa yang
terjadi apabila hutang negara yang kian membengkak ini digunakan untuk
sesuatu yang sama sekali tidak produktif dan dikorupsi secara besar-besaran.

1.3.2 Dampak Sosial dan Kemiskinan Masyarakat


1. Mahalnya Harga Jasa dan Pelayanan Publik
Praktek korupsi yang terjadi menciptakan ekonomi biaya tinggi. Beban
yang ditanggung para pelaku ekonomi akibat korupsi disebut high cost
economy. Dari istilah pertama di atas terlihat bahwa potensi korupsi akan
sangat besar terjadi di negara-negara yang menerapkan kontrol pemerintah
secara ketat dalam praktek perekonomian. Alias memiliki kekuatan monopoli
37
yang besar, karena rentan sekali terhadap penyalahgunaan. Yang
disalahgunakan adalah perangkat-perangkat publik atau pemerintahan dan
yang diuntungkan adalah kepentingan-kepentingan yang bersifat pribadi.
Kondisi ekonomi biaya tinggi ini berimbas pada mahalnya harga jasa dan
pelayanan publik, karena harga yang ditetapkan harus dapat menutupi kerugian
pelaku ekonomi akibat besarnya modal yang dilakukan karena penyelewengan
yang mengarah ke tindak korupsi.
2. Pengentasan Kemiskinan Berjalan Lambat
Pengentasan kemiskinan dirasakan sangat lambat. Hal ini terjadi karena
berbagai sebab seperti lemahnya koordinasi dan pendataan, pendanaan dan
lembaga. Karena korupsi dan permasalahan kemiskinan itu sendiri yang pada
akhirnya akan membuat masyarakat sulit untuk mendapatkan akses ke
lapangan kerja yang disebabkan latar belakang pendidikan, sedangkan untuk
membuat pekerjaan sendiri banyak terkendala oleh kemampuan, masalah
teknis dan pendanaan.
3. Terbatasnya Akses Bagi Masyarakat Miskin
Korupsi yang telah menggurita dan terjadi di setiap aspek kehidupan
mengakibatkan high-cost economy, di mana semua harga-harga melambung
tinggi dan semakin tidak terjangkau oleh rakyat miskin. Kondisi ini
mengakibatkan rakyat miskin semakin tidak bisa mendapatkan berbagai
macam akses dalam kehidupannya.
Harga bahan pokok seperti beras, gula, minyak, susu dan sebagainya saat
ini sangat tinggi. Kondisi ini mengakibatkan penderitaan khusunya bagi bayi
dan anak-anak karena ketercukupan gizinya kurang. Untuk mendapatkan bahan
pokok ini rakyat miskin harus mengalokasikan sejumlah besar uang dari sedikit
pendapatan yang dimilikinya.
Rakyat miskin tidak bisa mengakses jasa dengan mudah seperti:
pendidikan, kesehatan, rumah layak huni, informasi, hukum dsb. Rakyat miskin
lebih mendahulukan mendapatkan bahan pokok untuk hidup daripada untuk
sekolah. Kondisi ini akan semakin menyudutkan rakyat miskin karena
mengalami kebodohan. Dengan tidak bersekolah, maka akses untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak menjadi sangat terbatas, yang pada
akhirnya rakyat miskin tidak mempunyai pekerjaan dan selalu dalam kondisi
yang miskin seumur hidup. Situasi ini layak disebut sebagai lingkaran setan.
38
4. Meningkatnya Angka Kriminalitas
Dampak korupsi, tidak diragukan lagi dapat menyuburkan berbagai jenis
kejahatan dalam masyarakat. Melalui praktik korupsi, sindikat kejahatan atau
penjahat perseorangan dapat leluasa melanggar hukum, menyusupi berbagai
oraganisasi negara dan mencapai kehormatan. Di India, para penyelundup yang
popular, sukses menyusup ke dalam tubuh partai dan memangku jabatan
penting. Di Amerika Serikat, melalui suap, polisi korup menyediakan proteksi
kepada organisasi-organisasi kejahatan dengan pemerintahan yang korup.
Semakin tinggi tingkat korupsi, semakin besar pula kejahatan.
5. Solidaritas Sosial Semakin Langka dan Demoralisasi
Korupsi yang begitu masif yang terjadi membuat masyarakat merasa tidak
mempunyai pegangan yang jelas untuk menjalankan kehidupannya sehari-hari.
Kepastian masa depan yang tidak jelas serta himpitan hidup yang semakin kuat
membuat sifat kebersamaan dan kegotong-royongan yang selama ini dilakukan
hanya menjadi retorika saja.

1.3.3 Runtuhnya Otoritas Pemerintah


1. Matinya Etika Sosial Politik
Korupsi bukan suatu bentuk tindak pidana biasa karena ia merusak sendi-
sendi kehidupan yang paling dasar yaitu etika sosial bahkan kemanusiaan.
Kejujuran sudah tidak ditegakkan lagi dan yang paradoksal adalah siapapun
yang meneriakkan kejujuran justru akan diberikan sanksi sosial dan politik oleh
otoritas menteri, aparat penguasa bahkan oleh masyarakat sendiri.
2. Tidak Efektifnya Peraturan dan Perundang-undangan
Aparat hukum yang semestinya menyelesaikan masalah dengan fair dan
tanpa adanya unsur pemihakan, seringkali harus mengalahkan integritasnya
dengan menerima suap, iming-iming, gratifikasi atau apapun untuk
memberikan kemenangan. Kondisi ini sudah semakin merata melanda aparat
hukum yang ada di negeri ini, sehingga memunculkan anekdot di masyarakat
bahwa hukum itu hanya adil bagi yang memiliki uang untuk menyuap,
sedangkan bagi masyarakat miskin keadilan hanyalah angan-angan saja.
Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku menjadi mandul karena setiap
perkara selalu diselesaikan dengan korupsi.

39
3. Birokrasi Tidak Efisien
Dalam kenyataan yang terjadi dalam birokrasi ini adalah ketidak efisienan.
Banyak investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya ke Indonesia,
namun untuk mendapatkan perizinan usaha dan investasi harus melalui
birokrasi yang panjang dan berbelit. Ada 10-12 prosedur (meja) yang harus
dilewati dan ketidak jelasan waktu penyelesaian pengurusan menjadi sangat
rentan terhadap tindakan korupsi. Pada akhirnya suap adalah jalan yang banyak
ditempuh untuk itu.Itu hanya sekedar contoh birokrasi dalam pengurusan izin
usaha dan investasi, bagaimana dengan yang lain, seperti birokrasi politik dan
sebagainya? Birokrasi seharusnya berorien-tasi kepada rakyat dengan
mengutamakan kepentingan rakyat. Apabila birokrasi masih mengedepankan
kepentingan sendiri atau kelompok, maka tidak pernah ada jaminan bahwa
birokrasi akan menjadi efisien.

1.3.4 Dampak Terhadap Politik dan Demokrasi


1. Munculnya Kepemimpinan Korup
Kondisi politik yang carut marut dan cenderung sangat koruptif
menghasilkan masyarakat yang tidak demokratis. Perilaku koruptif dan tindak
korupsi dilakukan dari tingkat yang paling bawah. Konstituen di dapatkan dan
berjalan karena adanya suap yang diberikan oleh calon-calon pemimpin partai,
bukan karena simpati atau percaya terhadap kemampuan dan
kepemimpinannya.Hubungan transaksional sudah berjalan dari hulu yang pada
akhirnya pun memunculkan pemimpin yang korup juga karena proses yang
dilakukan juga transaksional. Masyarakat juga seolah-olah digiring untuk
memilih pemimpin yang korup dan diberikan mimpi-mimpi dan janji akan
kesejahteraan yang menjadi dambaan rakyat sekaligus menerima suap dari
calon pemimpin tersebut.
2. Hilangnya Kepercayaan Publik pada Demokrasi
Demokrasi yang diterapkan di Indonesia sedang menghadapi cobaan berat
yakni berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi. Hal ini
dikarenakan terjadinya tindak korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh
petinggi pemerintah, legislatif atau petinggi partai politik. Kondisi ini
mengakibatkan berkurangnya bahkan hilangnya kepercayaan publik terhadap
pemerintahan yang sedang berjalan.
40
3. Hancurnya Kedaulatan Rakyat
Dengan semakin jelasnya plutokrasi yang terjadi, kekayaan negara ini
hanya dinikmati oleh sekelompok tertentu bukan oleh rakyat yang seharusnya.
Perusahaan besar mengendalikan politik dan sebaliknya juga politik digunakan
untuk keuntungan perusahaan besar.

1.3.5 Dampak Terhadap Penegakan Hukum


1. Fungsi Pemerintahan Mandul
Korupsi telah mengikis banyak kemampuan pemerintah untuk melakukan
fungsi yang seharusnya. Bentuk hubungan yang bersifat transaksional yang
lazim dilakukan oleh berbagai lembaga pemerintahan begitu juga Dewan
Perwakilan Rakyat yang tergambar dengan hubungan partai politik dengan
voter-nya, menghasilkan kondisi yang sangat rentan terhadap terjadinya
praktek korupsi.
2. Hilangnya Kepercayaan Rakyat Terhadap Lembaga Negara
Kondisi yang memprihatinkan ini ditengarai juga melibatkan berbagai
mafia, seperti mafia hukum dan mafia anggaran. Sungguh situasi yang paradox,
padahal, seharusnya suatu sistem hukum diciptakan oleh otoritas pemerintah
atas dasar kepercayaan masyarakat, dengan harapan bahwa melalui kedaulatan
pemerintah (government sovereignty), hak-hak mereka dapat dilindungi.
Dengan demikian, pemerintah menciptakan keteraturan dalam kehidupan
berbangsa serta bernegara. Sudah menjadi tugas dari lembaga-lembaga tersebut
untuk melaksanakannya, bukan sebaliknya.

1.3.6 Dampak Terhadap Pertahanan dan Keamanan


1. Kerawanan Hankamnas Karena Lemahnya Alusista dan SDM
Saat ini kita sering sekali mendapatkan berita dari berbagai media tentang
bagaimana negara lain begitu mudah menerobos batas wilayah Negara
Indonesia, baik dari darat, laut maupun udara. Hal ini mengindikasikan bahwa
sistem pertahanan dan keamanan Indonesia masih sangat lemah. Tentunya hal
ini sangat berhubungan dengan alat dan SDM yang ada.
2. Lemahnya Garis Batas Negara
Indonesia dalam posisinya berbatasan dengan banyak negara, seperti
Malaysia, Singapura, China, Philipina, Papua Nugini, Timor Leste dan
41
Australia. Perbatasan ini ada yang berbentuk perairan maupun daratan. Daerah-
daerah perbatasan ini rata-rata terisolir dan mempunyai fasilitas yang sangat
terbatas, seperti jalan raya, listrik dan energi, air bersih dan sanitasi, gedung
sekolah dan pemerintahan dan sebagainya. Kondisi ini mengakibatkan
masyarakat yang hidup di wilayah perbatasan harus menanggung tingginya
biaya ekonomi.
Hal ini akan semakin menimbulkan kerawanan pada perbatasan dan
berakibat melemahnya garis batas negara. Kondisi ini ternyata hampir merata
terjadi di wilayah perbatasan Indonesia. Perekonomian yang cenderung tidak
merata dan hanya berpusat pada perkotaan semakin mengakibatkan kondisi
wilayah perbatasan semakin buruk.

1.4 Nilai dan Prinsip Anti Korupsi


1.4.1 Nilai-Nilai Anti Korupsi
Nilai-nilai anti korupsi yang akan dibahas meliputi kejujuran, kepedulian,
kemandirian, kedisiplinan, pertanggungjawaban, kerja keras, kesederhanaan,
keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai inilah yang akan mendukung prinsip-prinsip anti
korupsi untuk dapat dijalankan dengan baik.
1. Kejujuran
Nilai kejujuran dalam kehidupan kampus yang diwarnai dengan budaya
akademik sangat-lah diperlukan. Nilai kejujuran ibaratnya seperti mata uang
yang berlaku dimana-mana termasuk dalam kehidupan di kampus. Jika
mahasiswa terbukti melakukan tindakan yang tidak jujur, baik pada lingkup
akademik maupun sosial, maka selamanya orang lain akan selalu merasa ragu
untuk mempercayai mahasiswa tersebut. Sebagai akibatnya mahasiswa akan
selalu mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Hal
ini juga akan menyebabkan ketidaknyamanan bagi orang lain karena selalu
merasa curiga terhadap mahasiswa tersebut yang terlihat selalu berbuat curang
atau tidak jujur. Selain itu jika seorang mahasiswa pernah melakukan
kecurangan ataupun kebohongan, akan sulit untuk dapat memperoleh kembali
kepercayaan dari mahasiswa lainnya. Sebaliknya jika terbukti bahwa
mahasiswa tersebut tidak pernah melakukan tindakan kecurangan maupun

42
kebohongan maka mahasiswa ter-sebut tidak akan mengalami kesulitan yang
disebabkan tindakan tercela tersebut. Prin-sip kejujuran harus dapat dipegang
teguh oleh setiap mahasiswa sejak masa-masa ini untuk memupuk dan
membentuk karakter mulia di dalam setiap pribadi mahasiswa.
2. Kepedulian
Rasa kepedulian seorang mahasiswa harus mulai ditumbuhkan sejak berada
di kampus. Oleh karena itu upaya untuk mengembangkan sikap peduli di
kalangan mahasiswa sebagai subjek didik sangat penting. Seorang mahasiswa
dituntut untuk peduli terhadap proses belajar mengajar di kampus, terhadap
pengelolalaan sumber daya di kampus secara efektif dan efisien, serta terhadap
berbagai hal yang berkembang di dalam kampus. Mahasiswa juga dituntut
untuk peduli terhadap lingkungan di luar kampus, terhadap kiprah alumni dan
kualitas produk ilmiah yang dihasilkan oleh perguruan tingginya.
3. Kemandirian
Kondisi mandiri bagi mahasiswa dapat diartikan sebagai proses
mendewasakan diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk
mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini penting untuk masa
depannya dimana mahasiswa tersebut harus mengatur kehidupannya dan
orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya sebab tidak mungkin
orang yang tidak dapat mandiri (mengatur dirinya sendiri) akan mampu
mengatur hidup orang lain. Dengan karakter kemandirian tersebut mahasiswa
dituntut untuk mengerjakan semua tanggung jawab dengan usahanya sendiri
dan bukan orang lain (Supardi : 2004).
4. Kedisiplinan
Menurut Sugono definisi kata disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada
peraturan (Sugono: 2008). Dalam mengatur kehidupan kampus baik akademik
maupun sosial mahasiswa perlu hidup disiplin. Hidup disiplin tidak berarti
harus hidup seperti pola militer di barak militier namun hidup disiplin bagi
mahasiswa adalah dapat mengatur dan mengelola waktu yang ada untuk
dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas baik dalam
lingkup akademik maupun sosial kampus.
Manfaat dari hidup yang disiplin adalah mahasiswa dapat mencapai tujuan
hidupnya dengan waktu yang lebih efisien. Disiplin juga membuat orang lain
percaya dalam mengelola suatu kepercayaan. Misalnya orang tua akan lebih
43
percaya pada anaknya yang hidup disiplin untuk belajar di kota lain dibanding
dengan anak yang tidak disiplin. Selain itu disiplin dalam belajar perlu dimiliki
oleh mahasiswa agar diperoleh hasil pembelajaran yang maksimal.
5. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu dari sebuah perbuatan
yang salah, baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab
tersebut berupa perwuju-dan kesadaran akan kewajiban menerina dan
menyelesaikan semua masalah yang telah di lakukan. Tanggung jawab juga
merupakan suatu pengabdian dan pengorbanan. Maksudnya pengabdian adalah
perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai
perwujudan kesetiaan, cinta kasih sayang, norma, atau satu ikatan dari semua
itu dilakukan dengan ikhlas.
6. Kerja keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata kemauan
menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan, tujuan jelas,
daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan, keteguhan,
tenaga, kekuatan, kelaki-lakian dan pantang mundur. Adalah penting sekali
bahwa kemauan mahasiswa harus berkembang ke taraf yang lebih tinggi karena
harus menguasai diri sepenuhnya lebih dulu untuk bisa menguasai orang lain.
Setiap kali seseorang penuh dengan harapan dan percaya, maka akan menjadi
lebih kuat dalam melaksanakan pekerjaannya. Jika interaksi antara individu
mahasiswa dapat dicapai bersama dengan usaha kerja keras maka hasil yang
akan dicapai akan semakin optimum.
Bekerja keras merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang
sesuai dengan target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi tidak berguna
jika tanpa adanya pengetahuan. Di dalam kampus, para mahasiswa
diperlengkapi dengan berbagai ilmu pengetahuan. Di situlah para pengajar
memiliki peran yang penting agar setiap usaha kerja keras mahasiswa dan juga
arahan-arahan kepada mahasiswa tidak menjadi sia-sia.
7. Sederhana
Gaya hidup mahasiswa merupakan hal yang penting dalam interaksi dengan
masyarakat di sekitarnya. Gaya hidup sederhana sebaiknya perlu
dikembangkan sejak mahasiswa me-ngenyam masa pen-didikannya. Dengan
gaya hidup sederhana, setiap mahasiswa dibiasakan untuk tidak hi-dup boros,
44
hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi semua kebutu-
hannya. Kerap kali kebutuhan diidentikkan dengan keinginan semata, padahal
tidak selalu kebutuhan sesuai dengan keinginan dan sebaliknya. Dengan
menerapkan prinsip hidup sederhana, mahasiswa dibina untuk
memprioritaskan kebutuhan di atas kein-ginannya. Prinsip hidup sederhana ini
merupakan para-meter penting dalam menjalin hubungan antara sesama
mahasiswa karena prinsip ini akan mengatasi permasala-han kesenjangan
sosial, iri, dengki, tamak, egois, dan yang sikap-sikap negatif lainnya lainnya.
Prinsip hidup seder-hana juga menghindari seseorang dari keinginan yang ber-
lebihan.
8. Keberanian
Jika kita temui di dalam kampus, ada banyak mahasiswa yang sedang
mengalami kesulitan dan kekecewaan. Meskipun demikian, untuk
menumbuhkan sikap keberanian, mahasiswa dituntut untuk tetap berpegang
teguh pada tujuan. Terkadang mahasiswa tetap diberikan pekerjaan-pekerjaan
yang sukar untuk menambahkan sikap keberaniannya. Kebanyakan kesukaran
dan kesulitan yang paling hebat lenyap karena kepercayan kepada diri sendiri.
Mahasiswa memerlukan keberanian untuk mencapai kesuksesan. Tentu saja
keberanian mahasiswa akan semakin matang diiringi dengan keyakinannya.
9. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak. Bagi mahasiswa karakter adil ini perlu sekali dibina sejak masa
perkuliahannya agar mahasiswa dapat belajar mempertimbangkan dan
mengambil keputusan secara adil dan benar.

1.4.2 Prinsip-Prinsip Anti-Korupsi


1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja.
Semua lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik
dalam bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level
budaya (individu dengan individu) maupun pada level lembaga (Bappenas:
2002). Lembaga-lembaga tersebut berperan dalam sektor bisnis, masyarakat,
publik, maupun interaksi antara ketiga sektor.

45
2. Transparansi
Salah satu prinsip penting anti korupsi lainnya adalah transparansi. Prinsip
transparansi ini penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari
transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara
terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik
(Prasojo : 2007). Selain itu transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol
bagi seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dalam bentuk yang
paling sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk
saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan, keterbukaan,
dan kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat berharga bagi para
mahasiswa untuk dapat melanjutkan tugas dan tanggungjawabnya pada masa
kini dan masa mendatang (Kurniawan : 2010).
3. Kewajaran
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran. Prinsip Fairness atau
kewajaran ini ditujukan untuk mencegah terjadinya manipulasi
(ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun
ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip kewajaran ini terdiri dari lima hal
penting yaitu komprehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran,
dan informatif.
4. Kebijakan
Prinsip anti korupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan. Pembahasan
mengenai prinsip ini ditujukan agar mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami kebijakan anti korupsi. Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata
interaksi agar tidak terjadi penyimpangan yang dapat merugikan negara dan
masyarakat. Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-
undang anti-korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan mengakses
informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-monopoli,
maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus
mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para
pejabat negara.
5. Kontrol kebijakan
Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan. Kontrol kebijakan
merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif dan
mengeliminasi semua bentuk korupsi. Pada prinsip ini, akan dibahas mengenai
46
lembaga-lembaga pengawasan di Indonesia, self-evaluating organization,
reformasi sistem pengawasan di Indonesia, problematika pengawasan di
Indonesia. Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi, evolusi dan reformasi.

1.5 Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti Korupsi


1.5.1 Gerakan Anti Korupsi
Gerakan anti-korupsi pada dasarnya adalah upaya bersama seluruh komponen
bangsa untuk mencegah peluang terjadinya perilaku koruptif. Dengan kata lain gerakan
anti korupsi adalah suatu gerakan yang memperbaiki perilaku individu (manusia) dan
sistem untuk mencegah terjadinya perilaku koruptif. Diyakini bahwa upaya perbaikan
sistem (sistem hukum dan kelembagaan serta norma) dan perbaikan perilaku manusia
(moral dan kesejahteraan) dapat menghilangkan, atau setidaknya memperkecil peluang
bagi berkembangnya korupsi di negeri ini.
Upaya perbaikan perilaku manusia antara lain dapat dimulai dengan
menanamkan nilai-nilai yang mendukung terciptanya perilaku anti-koruptif. Nilai-nilai
yang dimaksud antara lain adalah kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan,
tanggungjawab, kerja keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. Penanaman
nilai-nilai ini kepada masyarakat dilakukan dengan berbagai cara yang disesuaikan
dengan kebutuhan. Penanaman nilai-nilai ini juga penting dilakukan kepada
mahasiswa. Pendidikan anti- korupsi bagi mahasiswa dapat diberikan dalam berbagai
bentuk, antara lain kegiatan sosialisasi, seminar, kampanye atau bentuk-bentuk
kegiatan ekstra kurikuler lainnya. Pendidikan anti korupsi juga dapat diberikan dalam
bentuk perkuliahan, baik dalam bentuk mata kuliah wajib maupun pilihan.

1.5.2 Peran Mahasiswa


Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik
yang mereka miliki, yaitu: intelektualitas, jiwa muda, dan idealisme. Dengan
kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan idealisme
yang murni telah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran penting dalam
sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar perjalanan bangsa ini
telah terbukti bahwa mahasiswa berperan sangat penting sebagai agen perubahan (
agent of change ).

47
Dalam konteks gerakan anti-korupsi mahasiswa juga diharapkan dapat tampil
di depan menjadi motor penggerak. Mahasiswa didukung oleh kompetensi dasar yang
mereka miliki, yaitu: intelegensia, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk
menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki tersebut mahasiswa
diharapkan mampu menjadi agen perubahan, mampu menyuarakan kepentingan
rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi
watch dog lembaga-lembaga negara dan penegak hokum.

1.5.3 Keterlibatan Mahasiswa


1. Di Lingkungan Keluarga
Pelajaran yang dapat diambil dari lingkungan keluarga ini adalah tingkat
ketaatan seseorang terhadap aturan/tata tertib yang berlaku. Substansi dari
dilanggarnya aturan/tata tertib adalah dirugikannya orang lain karena haknya
terampas. Terampasnya hak orang lain merupakan cikal bakal dari tindakan
korupsi.
2. Di Lingkungan Kampus
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti-korupsi di lingkungan kampus
dapat dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu mahasiswanya
sendiri, dan untuk komunitas mahasiswa. Untuk konteks individu, seorang
mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar dirinya sendiri tidak berperilaku
koruptif dan tidak korupsi. Sedangkan untuk konteks komunitas, seorang
mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar rekan-rekannya sesama
mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan di kampus tidak berperilaku koruptif
dan tidak korupsi.
3. Di Masyarakat Sekitar
Hal yang sama dapat dilakukan oleh mahasiswa atau kelompok mahasiswa
untuk mengamati lingkungan di lingkungan masyarakat sekitar, misalnya:
a. Apakah kantor-kantor pemerintah menjalankan fungsi pelayanan kepada
masyarakatnya dengan sewajarnya: pembuatan KTP, SIM, KK, laporan
kehilangan, pelayanan pajak? Adakah biaya yang diperlukan untuk
pembuatan surat-surat atau dokumen tersebut? Wajarkah jumlah biaya dan
apakah jumlah biaya tersebut resmi diumumkan secara transparan sehingga
masyarakat umum tahu?

48
b. Apakah infrastruktur kota bagi pelayanan publik sudah memadai?
Misalnya: kondisi jalan, penerangan terutama di waktu malam,
ketersediaan fasilitas umum, rambu-rambu penyeberangan jalan, dsb.
c. Apakah pelayanan publik untuk masyarakat miskin sudah memadai?
Misalnya: pembagian kompor gas, Bantuan Langsung Tunai, dsb.d.
Apakah akses publik kepada berbagai informasi mudah didapatkan?
4. Di Tingkat Lokal Dan Nasional
Dalam konteks nasional, keterlibatan seorang mahasiswa dalam gerakan
anti korupsi bertujuan agar dapat mencegah terjadinya perilaku koruptif dan
tindak korupsi yang masif dan sistematis di masyarakat. Mahasiswa dengan
kompetensi yang dimilikinya dapat menjadi pemimpin (leader) dalam gerakan
massa anti korupsi baik yang bersifat lokal maupun nasional.
Berawal dari kegiatan-kegiatan yang terorganisir dari dalam kampus,
mahasiswa dapat menyebarkan perilaku anti korupsi kepada masyarakat luas,
dimulai dari masyarakat yang berada di sekitar kampus kemudian akan meluas
ke lingkup yang lebih luas. Kegiatan-kegiatan anti korupsi yang dirancang dan
dilaksanakan secara bersama dan berkesinambungan oleh mahasiswa dari
berbagai Perguruan Tinggi akan mampu membangunkan kesadaran masyarakat
akan buruknya korupsi yang terjadi di suatu negara.

49

Anda mungkin juga menyukai