A. Definisi
Bronchopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang menyebar membentuk bercak-
bercak infitiat (konsolidasi) di aveoulus bronkiolus terminalis yang sebelumnya didahulu oleh
ISPA (Husain A, 1985).
Bronchopneumonia terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang tersumbat oleh eksudat muko
purulen yang membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berbeda didekatnya (Wong,
1996).
Bronchopneumonia merupakan salah satu jenis penyakit saluran pernafasan yang terjadi akibat
saluran infeksi akut diruang alveoli paru-paru,dapat melibatkan saluran bronkus pneumonia
lobaris atau lebih bercak (lobuler) jika terbatas pada alveoli berdampingan pada bronki
(Sacharine, 1997).
Bronchopneumonia dapat juga dikatakan suatu keradangan pada parenkim paru yang disebabkan
oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda aing (Hidayat, 2006).
Bronchopneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah khususnya pada
bronchus yang dapat mengenai parenkim paru (Mansjoer, 2000).
Kesimpulan dari penjelasan diatas adalah bronchopneumonia adalah peradangan pada parenkim
paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, parasit dll) yang menyebar
membentuk bercak-bercak infiltrat (konsolidasi) di alvioli.
B. Etiologi
Bakteri : Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia, dimana pada anak-anak serotipe
14, 1, 6, dan 9, Streptokokus dimana pada anak-anak dan bersifat progresif,Stafilokokus, H.
Influenza, Klebsiela, M. Tuberkulosis, Mikoplasma pneumonia.
Virus : Virus adeno, Virus parainfluenza, Virus influenza, Virus respiratori sinsisial.
Jamur : Kandida, Histoplasma, Koksidioides.
Protozoa : Pneumokistis karinii.
Bahan kimia :Aspirasi makanan/susu/isi lambung
Keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin, dan sebagainya).
C. Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh
bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan bagian
bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke
pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah
alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan
menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik
meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko
terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
A. Manifestasi klinis
1. Demam
Suhu mencapai 39,5oC 40,5oC bila terjadi proses inflamasi atau 103oF- 105o F.
Adanya sumbatan pada membran mukosa pada hidung menyebabkan saluran pernafasan
mengalami penyimpitan ambat eksudasi yang berhubungan dengan pemberian makanan pada
bayi yang mengalami gangguan pernafasan dengan didukung ambt dari atitis media dan sinusitis.
Sistem pernafasan yang mengalami infeksi untuk memanifestasikan pernafasan yang cepat dapat
juga disertai dengan cairan (rinorea) atau kental bernanah, tergantung dari tipe dan tempat
inflamasi.
1. Bunyi nafas
1. Tenggorokan luka
1. Mengismus
Dikompensasikan dengan sakit kepala, nyeri dan kekakuan punggung dan leher, peningkatan
suhu.
1. Anoneksia
1. Muntah
Anak mudah muntah jika sakit, hal ini menunjukan ada serangan infeksi,biasanya tidak lama
tetapi tetap terjadi selama sakit
1. Diare
Biasanya ringan kemudian berat, sering menyertai infeksi pernafasan dan dapat menyebabkan
dehidrasi
1. Nyeri perut
Spasme otot mungkin disebabkan karena faktor muntah, takut, gelisah dan ketegangan pada
anak.
B. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi oksigen
4. Penaturan cairan
6. Obat motropik seperti dobutamin atau dopamine kadang-kadang diperlukan bila terdapat
komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal prenatal.
1) Hipoksemia
2) Gagal nafas
3) Respiratori arrest
4) Restensi aputum
2. Bila terdapat gagal nafas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang didapatkan
terutama dari lemak.
C. Pemeriksaan penunjang
b. GDA : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit
paru yang ada.
c. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, aspirasi
transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme
penyebab.
d. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus,
kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
f. LED : meningkat
g. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan
jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia.
1. Pengkajian
1. Identitas.
Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak
dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang menurun akibat
KEP, penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan pengobatan antibiotik yang
tidak sempurna.
Nama, Umur , Jenis kelamin, Agama, Suku, Pekerjaan, Status perkawinan, Tanggal MRS,
Pengkajian, Penanggung jawab, Regester, Diagnosa masuk , Alamat
2. Riwayat Keperawatan.
i. Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan cuping hidupng,
serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja
berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama
beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai
kejang karena demam yang tinggi.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menularkan
kepada anggota keluarga yang lainnya.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal
musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa
menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun
lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
d. Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran
pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk
melawan infeksi sekunder.
f. Nutrisi.
2. Pemeriksaan persistem.
a. Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b. Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping hdidung, ronki,
wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan
tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya
konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak
dan pilek.
c. Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada orang tua yang
dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara
pemberian makanan/cairan personde.
d. Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum memahami alasan
anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai berat).
e. Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau malas
minum, ubun-ubun cekung.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
g. Sistem endokrin.
h. Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering, .
i. Sistem penginderaan.