Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi baik bangunan maupun


strukturainnya diperlukan biaya agar proyek dapat berjalan. Sebelum pemilik
bangunan memutuskan untuk melanjutkan proyek ke tahap desain dan konstruksi,
anggaran biaya perlu disiapkan terlebih dahulu. Anggaran biaya ini sering menjadi
kendala, karena merupakan batas jumlah uang yang harus dibelanjakan untuk
melaksanakan suatu proyek konstruksi. Penghematan biaya dalam usaha mencapai
efisiensi penggunaan dana perlu dilakukan, adapun cara untuk melakukan
penghematan dengan metode rekayasa nilai.
Manajemen yang baik dalam konstruksi harus bisa menerapkan efisiensi
tenaga kerja, bahan dan peralatan. Peningkatan produktivitas tenaga kerja harus
menjadi perhatian besar dalam hal pengendalian biaya fasilitas yang dibangun.
Penanganan materi yang meliputi pengadaan, persediaan, fabrikasi dan servis
lapangan, memerlukan perhatian khusus untuk pengurangan biaya. Apa yang paling
dibutuhkan sekarang adalah perencanaan strategis dalam peningkatan produktivitas
tenaga kerja, manajemen bahan serta penggunaan alat-alat konstuksi untuk
pengurangan biaya
Dan estimasi biaya konstruksi merupakan hal penting dalam proyek
konstruksi. Ketidak akuratan estimasi dapat memberikan efek negatif pada seluruh
proses konstruksi dan semua pihak yang terlibat. Estimasi biaya berdasarkan
spesifikasi dan gambar kerja yang disiapkan owner harus menjamin bahwa pekerjaan
akan terlaksana dengan tepat dan kontraktor dapat menerima keuntungan yang layak
Estimasi biaya konstruksi dikerjakan sebelum pelaksanaan fisik dilakukan dan
memerlukan analisis detail dan kompilasi dokumen penawaran dan lainnya.

1
1.2 Tujuan Penulisan

Agar dapat memahami tentang Rekayasa nilai, penerapan efisiensi tenaga


kerja, bahan dan peralatan penyusunan Estimasi Biaya pada Proyek Konstruksi.

1.3 Rumusan Masalah


1. Penerapan Rekayasa Nilai pada Proyek Konstruksi
2. Penerapan Efesiensi Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan pada Proyek Konstruksi
3. Penyusunan Estimasi Biaya Pada Proyek Konstruksi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Rekayasan Nilai


Secara umum pengertian dari rekayasa nilai adalah teknik yang
menggunakan pendekatan dengan menganalisis nilai terhadap fungsinya. proses
yang ditempuh adalah menekankan pengurangan biaya sejauh mungkin dengan tetap
memelihara kualitas serta reabilitas yang diinginkan. Sedangkan rekayasa nilai
menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Rekayasa nilai adalah Usaha yang terorganisasi secara sistematis dan
mengaplikasikan suatu teknik yang telah diakui, yaitu teknik
mengidentifikasikan fungsi produk atau jasa yang bertujuan memenuhi fungsi
yang diperlukan dengan harga yang terendah (paling ekonomis). (Imam
Soeharto, 1995 yang dikutip dari Society Of American Value Engineers)
2. Rekayasa Nilai adalah Evaluasi sistematis atas desain engineering suatu proyek
untuk mendapatkan nilai yang paling tinggi bagi setiap dolar yang dikeluarkan.
Selanjutnya Rekayasa Nilai mengkaji dan memikirkan berbagai komponen
kegiatan seperti pengadaan, pabrikasi, dan konstruksi serta kegiatan-kegiatan
lain dalam kaitannya antara biaya terhadap fungsinya, dengan tujuan
mendapatkan penurunan biaya proyek secara keseluruhan. (E.R. Fisk 1982)
3. Rekayasa Nilai adalah Sebuah teknik dalam manajemen menggunakan
pendekatan sistematis untuk mencari keseimbangan fungsi terbaik antara biaya,
keandalan dan kinerja sebuah proyek. (DellIsola).
Beberapa hal yang mendasari rekayasa nilai sangat penting dipahami oleh
setiap perencana dan pelaksana proyek sehingga dapat menyebabkan biaya-biaya
yang tidak perlu muncul setiap kegiatan proyek berlangsung, hal-hal tersebut antara
lain:
1. Kekurangan waktu (lack of time)
2. Kekurangan informasi (lack of information)
3. Kekurangan ide/ gagasan (lack of idea) 4. Kesalahan konsep
(misconceptions)

3
4. Keadaan sementara yang tidak disengaja namun menjadi ketetapan
(temporary circumstances that inadvertently become permanent)
5. Kebiasaan (habits)
6. Sikap (attitude)
7. Politik (politic)
8. Kekurangan (fee)

2.1.1 Waktu Penerapan Rekayasa Nilai


Penerapan rekayasa nilai harus diusahakan pada tahap konsep
perencanaan. Sebab mempunyai fleksibilitas yang maksimal untuk
mengadakan perubahan-perubahan tanpa menimbulkan biaya tambahan untuk
perencanaan ulang. Dengan berkembangnya proses perencanaan, biaya untuk
mengadakan perubahanperubahan akan bertambah, sampai akhirnya sampai
pada suatu titik yang tidak mempunyai penghemtan yang dapat dicapai.

2.1.2 Konsep Dasar Rekayasa Nilai


1. Analisa Fungsi (Function Analysis) Analisis fungsi merupakan basis
utama di dalam value engineering karena analisis inilah yang
membedakan VE dari teknik-teknik penghematan biaya lainnya.
Analisa fungsi ini diidentifikasi dengan menggunakan deskripsi yang
terdiri dari dua kata , yaitu kata kerja dan kata benda
2. Berpikir kreatif (Creatif Thinking) Dalam melakukan analisa
dibutuhkan suatu pengembangan suatu konsep/ gagasan/ pikiran baru
yang belum ada pada pemikiran sebelumnya
3. Model Pembiayaan (cost model) Model pembiayaan ini digunakan
sebagai metode untuk mengatur biaya ke dalam fungsinya melalui
perbandingan Basic Cost dan Actual Cost sehingga dapat dengan
mudah diidentifikasi dan diukur
4. Biaya Siklus Hidup (Life Cycle Costing) Analisis ini dilakukan untuk
menentukan alternatif dengan biaya paling rendah
5. Teknik dalam Analisa Fungsi (Function Analysis Technique/ FAST)
Adalah Suatu teknik kunci digunakan untuk mendefinisikan dan
menguraikan struktur fungsional

4
6. Biaya dan Nilai (Cost and Worth) Pada Rekayasa Nilai perlu
diperhatikan tentang perbedaan antara arti nilai dan biaya. Hal ini
bertujuan untuk mempermudah analisa yang akan dilakukan
7. Kebiasaan dan Sikap (Habits and attituded) Kebiasaan dan sikap
seseorang seringkali berpengaruh dalam hal pengambilan keputusan
terutama saat menghadapi permasalahan
8. Rencana Kerja Rekayasa Nilai (VE Job Plan) Pendekatan yang
sistematis dan yang terorganisir adalah kunci utama Rekayasa Nilai
yang berhasil
9. Manajemen hubungan antara pelaku dalam Rekayasa Nilai (Managing
the owner/ Designer/ Value Consultan) Memelihara hubungan yang
baik antar tim Rekayasa Nilai dengan seluruh unsur yang terlibat.

2.1.3 Komponen Sistem Rekayasa Nilai


Penerapan rekayasa nilai dilakukan dengan cara yang berbeda sesuai
dengan yang dianggap cocok dengan kondisi masing-masing. Dalam sistem
rekayasa nilai terdapat beberapa alternatif dari setiap komponen yang ada,
kemudian komponenkomponen tersebut digabungkan dan menjadi sebuah
system rekayasa nilai. Komponen system rekayasa nilai dapat dilihat pada
Tabel berikut :

Sistem Rekayasa Nilai Kompoen Rekayasa Nilai


Function Definition Based on Project Function
Based on Space Function
Based on Elemental Function
Function Evaluation Lowest Cost to Perform Function
FAST Diagram Use
Don't Use
Allocated Cost to Function Yes
No
Callculated Worth Yes
No
Generation of Alternative Brainstorming
Other Creative Techniques
Organisation of The Study Group Approach External Team
Design Mix
Mixture of Two
Value Engineering Facilitator Independent
In House

5
Format of The Value Engineering 40 Hours Workshop
The Two Days
Charette
Japanese Compact Study
Contractor Change Proposal
Other as Aplicable to the Project
Location Outsite Work Environment
Inside Work Environment
The Timing of Study Inception
Brief
Sketch Design
Construction Stage
Combination of Above
Continuous Process
Evaluation of Alternative Weightmatrix
Other Mathematical Technique
Voting
Subjective Evaluation

2.1.4 Hambatan Dalam Pelaksanaan Rekayasa Nilai


Menurut majalah konstruksi (Februari 1992) dan penelitian yang
dilakukan oleh Cheah dan Ting (2004) dalam Chandra (2006), dapat dilihat
beberapa hambatan dalam aplikasi Rekayasa Nilai antara lain :
1. Definisi yang salah tentang Rekayasa Nilai
Rekayasa Nilai bukan semata-mata hanya untuk pemotongan biaya,
namun lebih kearah pendekatan yang sistematis untuk menghilangkan
biaya yang tidak perlu dengan mempertimbangkan fungsi proyek
tersebut.
2. Kontribusi Rekayasa Nilai yang kurang terukur
Rekayasa Nilai tidak hanya memberikan konstribusi pada
penghematan biaya tetapi masih ada kontribusi lainnya yang dapat
disumbangkan, namun hanya saja masih sulit untuk diukur dan belum
banyak diketahui oleh penerima jasa. Informasi tentang
keberhasilannya umumnya sampai batas penyelenggara proyek saja,
tidak sempat untuk direkam dan disebarluaskan sebagai suatu prestasi.
3. Kurangnya pengetahuan tentang Rekayasa Nilai

6
Pelaksanaan Rekayasa Nilai di Indonesia tergolong baru apabila
dibandingkan dengan Negara-negara lain (Jepang, Amerika Serikat),
sehingga dalam pelaksanaannya mengalami kendala pengetahuan
yang mendalam mengenai pelaksanaan Rekayasa Nilai. Hal tersebut
dapat mengakibatkan kurang maksimalnya hasil yang diperoleh dari
pelaksanaannya.
4. Kurangnya sikap tegas atau inisiatif dari owner untuk melakukan
Rekayasa Nilai, sehingga para perencana, kontraktor dan pihak lain
yang tergabung tidak melakukan Rekayasa Nilai.
5. Tidak adanya insentif dari penghematan yang dihasilkan sehingga
kurang menarik bagi pelaksana Rekayasa Nilai, karena tidak adanya
hasil yang didapat dalam melakukan Rekayasa Nilai pada suatu
proyek karena hanya menguntungkan pihak owner saja.
6. Terbatasnya waktu dan biaya
Terbatasnya waktu dan biaya untuk melakukan Rekayasa Nilai
sehingga kurangnya kesadaran pelaku proyek untuk melakukan
Rekayasa Nilai
7. Kurangnya profesionalisme
Tidak adanya keberadaan asosiasi praktisi Rekayasa Nilai bagi
penerapan Rekayasa Nilai di Indonesia. Lain halnya dengan di Negara
Amerika Serikat dan Jepang yang memiliki asosiasi praktisi Rekayasa
Nilai yang melakukan dukungan terhadap pelaksanaan dan
pengembangan Rekayasa Nilai
8. Konflik yang terjadi antara pada Stakeholder
9. Kurangnya komunikasi
10. Wewenang pengambilan keputusan yang terbagi
11. Kurangnya dukungan dari pihak lain yang terkait
12. Kurangnya fleksibilitas dalam kontrak dalam mengatur Rekayasa
Nilai
13. Budaya dan proses pelaksanaan Rekayasa Nilai yang berbeda-beda

7
2.2 Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan
2.2.1 Tenaga Kerja
Dalam pelaksanaan pekerjaan, tenaga kerja dibagi menjadi beberaoa
bagian sebagai berikut :
1. Tenaga kerja ahli adalah pegawai yang ditempatkan dalam pekerjaan
proyek yang sedang berlangsung yang memegang peranan penting
terhadap sistem kordinasi dan sistem manajemen dengan tenaga kerja
lainnya yang menghasilkan prestasi yang baik dalam melaksanakan
pekerjaan. Meliputi tenaga pelaksana yang tingkat pendidikannya
sarjana, sarjana muda dan memiliki pengalaman dibidang
masingmasing
2. Mandor, dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis dalam tarap
tertentu, misalnya : dapat membaca gambar konstruksi, dapat membuat
perhitungan ringan, dan dapat membedakan kualitas bahan bangunan
yang akan digunakan, menangani pekerjaan acuan, pembesian,
pengecoran dan mengawasi pekerjaan tenaga kerja bawahannya.
3. Tenaga tukang, harus ahli dalam bidangnya berdasarkan pengalaman
dan cara kerja yang sederhana. Tukang dalam proyek dibagi menjadi
lima bagian yaitu tukang besi (rebarman), tukang batu (mason), tukang
kayu (carpenter), tukang las (Welder) dan tukang listrik (ME). Tukang
besi mengurusi segala macam kegiatan yang berhubungan dengan
pembesian/ pemasangan tulangan. Tukang batu bertugas dalam
pengecoran dan pembuatan lantai kerja. Tukang kayu bertugas untuk
mengurusi segala macam pekerjaan yang berhubungan dengan kayu
baik bekisting hingga servis lainnya.
4. Tenaga kasar, memerlukan kondisi yang kuat dan sehat untuk
pengangkutan bahan, alat dan lain-lain
5. Tenaga keamanan (security), bertugas menjaga keamanan lokasi
proyek, prosedur penerimaan tamu serta membuka dan menutup pintu
jika ada kendaraan proyek yang akan keluar masuk lokasi proyek.

Komponen dari Tenaga Kerja yaitu:

1. Produktivitas Tenaga Kerja


2. Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas pekerjaan di Site
8
3. Karakteristik Tenaga Kerja

2.2.2 Manajemen Bahan


Manajemen bahan merupakan unsur penting dalam perencanaan
proyek dan kontrol. Bahan mewakili biaya besar dalam konstruksi, sehingga
pengadaan meminimalkan biaya pembelian merupakan peluang penting
untuk mengurangi biaya.
Manajemen Bahan terdiri dari:
1. Pengadaan dan Pengiriman Bahan
2. Inventory Control
3. Tradeoffs of Costs dalam Manajemen Material.
4. Excavating (Penggalian) and Loading (Pemuatan)
5. Compaction and Grading

2.3 Estimasi Biaya


2.3.1 Rencana Anggranan Biaya
Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah suatu rencana anggaran biaya
yang akan dikeluarkan pada suatu proyek dimana hal itu didasarkan pada
gambar kerja. Dalam aplikasinya di lapangan Rencana Anggaran Biaya
merupakan alat untuk mengendalikan jumlah biaya penyelesaian pekerjaan
secara berurutan sesuai dengan yang telah direncanakan.Rencana Anggaran
Biaya ini berada pada proposal biaya di luar proposal teknis yang merupakan
kelengkapan administrasi sebuah perusahaan jasa konstruk.Selain itu juga
RAB merupakan perkiraan yang dibuat sebelum pelaksanaan suatu proyek
fisik dimulai. Yang dibuat oleh :
Pemilik (owner)
Konsultan teknik
Perencana kontraktor
Tujuan pembuatan RAB adalah :
1. Agar biaya pembangunan yang dibutuhkan dapat diketahui
sebelumnya
2. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kemacetan dalam
proses pembangunan.

9
3. Untuk mencegah terjadinya pemborosan dalam penggunaan sumber
daya Cost Estimate (estimasi biaya) atau dalam istilah populer yang
disebut dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) sebelumnya harus
dipahami sebagai Rencana Anggaran Biaya yang diserahkan
kontraktor sebagai harga penawaran dan diserahkan pada waktu
mengikuti pelelangan.
Dalam menyusun Project Cost Estimate (PCE) atau Rencana Anggaran
Biaya (RAB) setidaknya secara sederhana dapat dipilah menjadi dua langkah,
yakni tahap persiapan dan tahap penyusunan RAB itu sendiri. Hal tersebut
dikarenakan bahwa dalam penyusunan RAB ada dua faktor utama yang
senantiasa dipadukan yakni faktor pengalaman dan faktor analisis biaya
konstruksi (meliputi upah, tenaga kerja dan bahan) secara ringkas proses
penyusunan anggaran biaya jembatan atau gedung dapat dilihat di bawah ini :

Rencana Anggaran Biaya pelaksanaan proyek dibuat berdasarkan


rencana anggaran penawaran yang digunakan sebagai patokan biaya
penyelesaian proyek yang harus diikuti oleh setiap unit yang dalam kendali
seorang manajer proyek. Sebagai penetapan harga dalam suatu pelelangan
ada 2 estimasi, yaitu :
1. Estimasi perencanaan (Engineers Estimate atau EE)
2. Estimasi pemilik (Owners Estimate atau OE)
10
2.3.2 Tahapan Penyusunan Biaya Proyek
Pada umumnya biaya proyek terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya
bahan atau peralatan, adapun tahapan penyusunan biaya adalah sebagai
berikut :
Perhitungan Volume Pekerjaan Rumus perhitungan volume pekerjaan :
Volume untuk luasan item pekerjaan (m2) = panjang x lebar
Volume untuk kubikasi item pekerjaan (m3) = panjang x lebar x tinggi
Volume panjang item pekerjaan (m) = panjang / tinggi Volume untuk
borongan (ls, unit, buah) = sesuai kesepakatan

2.3.3 Analisis Harga Satuan Pekerjaan


Harga satuan upah dan bahan di setiap daerah berbeda sehingga dalam
menghitung dan menyusun anggaran biaya suatu proyek, harus berpedoman
pada Harga Satuan Pekerjaan.Analisa BOW umumnya digunakan dalam
menyusun dan menghitung Harga Satuan Pekerjaan. BOW (Burger lifke
Open Bare Worken) ialah suatu ketentuan umum yang ditetapkan Direktorat
BOW tanggal 28 Februari 2921 Nomor 5372 A pada zaman penjajahan
Belanda. Analisa BOW hanya dapat dipergunakan pekerjaan yang bersifat
tradisional yang memakai peralatan konvesional. Sedangkan bagi pekerjaan
yang menggunakan peralatan modern/ alat berat, analisa BOW tidak dapat
dipergunakan sama sekali. Tentu saja beberapa bagian analisa BOW yang
tidak relevan lagi dengan kebutuhan pembangunan, baik bahan maupun upah
tenaga kerja. Namun demikian, analisa BOW masih dapat dipergunakan
sebagai pedoman dalam menyusun anggaran biaya bangunan (Ibrahim,
1994).

11
2.3.4 Metode Penjadwalan Proyek
Menurut Waryanto (2001), secara garis besar teknik-teknik dalam
penjadwalan proyek dikelompokkan menjadi : Bar Chart , Metode linier dan
metode Network.
1. Bar Chart (Gant Chart)
2. Metode Linier

12
Daftar Pustaka

Utus Hari Pristianti NRD 3107100549, Makalah Tugas Akhir RC 091380


Penerapan Rekayasa Nilai Pada Pembangunan Gedung RSUD Gambiran Tahap
I : ITS

Dian Arumningsih 2006, PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK


PEMBANGUNAN JEMBATAN PATIHAN KABUPATEN SRAGEN : Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Dewi Tambunan, Labor, Material and Equipment Utilization : UMB

13

Anda mungkin juga menyukai