PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
4. Keadaan sementara yang tidak disengaja namun menjadi ketetapan
(temporary circumstances that inadvertently become permanent)
5. Kebiasaan (habits)
6. Sikap (attitude)
7. Politik (politic)
8. Kekurangan (fee)
4
6. Biaya dan Nilai (Cost and Worth) Pada Rekayasa Nilai perlu
diperhatikan tentang perbedaan antara arti nilai dan biaya. Hal ini
bertujuan untuk mempermudah analisa yang akan dilakukan
7. Kebiasaan dan Sikap (Habits and attituded) Kebiasaan dan sikap
seseorang seringkali berpengaruh dalam hal pengambilan keputusan
terutama saat menghadapi permasalahan
8. Rencana Kerja Rekayasa Nilai (VE Job Plan) Pendekatan yang
sistematis dan yang terorganisir adalah kunci utama Rekayasa Nilai
yang berhasil
9. Manajemen hubungan antara pelaku dalam Rekayasa Nilai (Managing
the owner/ Designer/ Value Consultan) Memelihara hubungan yang
baik antar tim Rekayasa Nilai dengan seluruh unsur yang terlibat.
5
Format of The Value Engineering 40 Hours Workshop
The Two Days
Charette
Japanese Compact Study
Contractor Change Proposal
Other as Aplicable to the Project
Location Outsite Work Environment
Inside Work Environment
The Timing of Study Inception
Brief
Sketch Design
Construction Stage
Combination of Above
Continuous Process
Evaluation of Alternative Weightmatrix
Other Mathematical Technique
Voting
Subjective Evaluation
6
Pelaksanaan Rekayasa Nilai di Indonesia tergolong baru apabila
dibandingkan dengan Negara-negara lain (Jepang, Amerika Serikat),
sehingga dalam pelaksanaannya mengalami kendala pengetahuan
yang mendalam mengenai pelaksanaan Rekayasa Nilai. Hal tersebut
dapat mengakibatkan kurang maksimalnya hasil yang diperoleh dari
pelaksanaannya.
4. Kurangnya sikap tegas atau inisiatif dari owner untuk melakukan
Rekayasa Nilai, sehingga para perencana, kontraktor dan pihak lain
yang tergabung tidak melakukan Rekayasa Nilai.
5. Tidak adanya insentif dari penghematan yang dihasilkan sehingga
kurang menarik bagi pelaksana Rekayasa Nilai, karena tidak adanya
hasil yang didapat dalam melakukan Rekayasa Nilai pada suatu
proyek karena hanya menguntungkan pihak owner saja.
6. Terbatasnya waktu dan biaya
Terbatasnya waktu dan biaya untuk melakukan Rekayasa Nilai
sehingga kurangnya kesadaran pelaku proyek untuk melakukan
Rekayasa Nilai
7. Kurangnya profesionalisme
Tidak adanya keberadaan asosiasi praktisi Rekayasa Nilai bagi
penerapan Rekayasa Nilai di Indonesia. Lain halnya dengan di Negara
Amerika Serikat dan Jepang yang memiliki asosiasi praktisi Rekayasa
Nilai yang melakukan dukungan terhadap pelaksanaan dan
pengembangan Rekayasa Nilai
8. Konflik yang terjadi antara pada Stakeholder
9. Kurangnya komunikasi
10. Wewenang pengambilan keputusan yang terbagi
11. Kurangnya dukungan dari pihak lain yang terkait
12. Kurangnya fleksibilitas dalam kontrak dalam mengatur Rekayasa
Nilai
13. Budaya dan proses pelaksanaan Rekayasa Nilai yang berbeda-beda
7
2.2 Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan
2.2.1 Tenaga Kerja
Dalam pelaksanaan pekerjaan, tenaga kerja dibagi menjadi beberaoa
bagian sebagai berikut :
1. Tenaga kerja ahli adalah pegawai yang ditempatkan dalam pekerjaan
proyek yang sedang berlangsung yang memegang peranan penting
terhadap sistem kordinasi dan sistem manajemen dengan tenaga kerja
lainnya yang menghasilkan prestasi yang baik dalam melaksanakan
pekerjaan. Meliputi tenaga pelaksana yang tingkat pendidikannya
sarjana, sarjana muda dan memiliki pengalaman dibidang
masingmasing
2. Mandor, dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis dalam tarap
tertentu, misalnya : dapat membaca gambar konstruksi, dapat membuat
perhitungan ringan, dan dapat membedakan kualitas bahan bangunan
yang akan digunakan, menangani pekerjaan acuan, pembesian,
pengecoran dan mengawasi pekerjaan tenaga kerja bawahannya.
3. Tenaga tukang, harus ahli dalam bidangnya berdasarkan pengalaman
dan cara kerja yang sederhana. Tukang dalam proyek dibagi menjadi
lima bagian yaitu tukang besi (rebarman), tukang batu (mason), tukang
kayu (carpenter), tukang las (Welder) dan tukang listrik (ME). Tukang
besi mengurusi segala macam kegiatan yang berhubungan dengan
pembesian/ pemasangan tulangan. Tukang batu bertugas dalam
pengecoran dan pembuatan lantai kerja. Tukang kayu bertugas untuk
mengurusi segala macam pekerjaan yang berhubungan dengan kayu
baik bekisting hingga servis lainnya.
4. Tenaga kasar, memerlukan kondisi yang kuat dan sehat untuk
pengangkutan bahan, alat dan lain-lain
5. Tenaga keamanan (security), bertugas menjaga keamanan lokasi
proyek, prosedur penerimaan tamu serta membuka dan menutup pintu
jika ada kendaraan proyek yang akan keluar masuk lokasi proyek.
9
3. Untuk mencegah terjadinya pemborosan dalam penggunaan sumber
daya Cost Estimate (estimasi biaya) atau dalam istilah populer yang
disebut dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) sebelumnya harus
dipahami sebagai Rencana Anggaran Biaya yang diserahkan
kontraktor sebagai harga penawaran dan diserahkan pada waktu
mengikuti pelelangan.
Dalam menyusun Project Cost Estimate (PCE) atau Rencana Anggaran
Biaya (RAB) setidaknya secara sederhana dapat dipilah menjadi dua langkah,
yakni tahap persiapan dan tahap penyusunan RAB itu sendiri. Hal tersebut
dikarenakan bahwa dalam penyusunan RAB ada dua faktor utama yang
senantiasa dipadukan yakni faktor pengalaman dan faktor analisis biaya
konstruksi (meliputi upah, tenaga kerja dan bahan) secara ringkas proses
penyusunan anggaran biaya jembatan atau gedung dapat dilihat di bawah ini :
11
2.3.4 Metode Penjadwalan Proyek
Menurut Waryanto (2001), secara garis besar teknik-teknik dalam
penjadwalan proyek dikelompokkan menjadi : Bar Chart , Metode linier dan
metode Network.
1. Bar Chart (Gant Chart)
2. Metode Linier
12
Daftar Pustaka
13