BAB II
DASAR TEORI
Analisis dampak lalu lintas adalah suatu hasil kajian yang menilai tentang efek-efek
yang ditimbulkan oleh lalu lintas yang dibandingkan oleh suatu pembangunan pusat
kegiatan dan/atau pengembangan kawasan baru pada suatu ruas jalan terhadap jaringan
transportasi di sekitarnya. Studi analisis dampak lalu lintas adalah studi yang meliputi
kajian terhadap jaringan jalan di bagian dalam kawasan sampai dengan jalan di sekitar
kawasan pusat kegiatan dan atau pengembangan kawasan baru yang terpengaruh dan
merupakan akses jalan dari dan menuju kawasan tersebut. (UU No. 22 tahun 2009)
pusat kegiatan yang menimbulkan bangkitan lalu lintas yang cukup besar, seperti pusat
perkantoran pusat perbelanjaan, terminal, dan lain-lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa
1. Tahap konstruksi / pembangunan. Pada tahap ini akan terjadi bangkitan lalu lintas
akibat angkutan material dan mobilisasi alat berat yang membebani ruas jalan pada
rute material.
2. Tahap pasca konstruksi / saat beroperasi. Pada tahap ini akan terjadi bangkitan lalu-
lintas dari pengunjung, pegawai dan penjual jasa transportasi yang akan membebani
II-7
Bab II Dasar Teori
yang intensitasnya tergantung pada jenis tata guna lahannya. Bila terdapat
dan lain-lain tentu akan menimbulkan tambahan bangkitan dan tarikan lalu lintas baru
akibat kegiatan tambahan di dalam dan sekitar kawasan tersebut. Karena itulah,
Analisis dampak lalu-lintas harus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
keseluruhan proses perencanaan, evaluasi rancang bangun dan pemberian ijin. Untuk itu
dampak lalu lintas sebelum pembangunan dimulai. Di dalam analisis dampak lalu lintas,
perkiraan banyaknya lalu-lintas yang dibangkitkan oleh fasilitas tersebut merupakan hal
yang mutlak penting untuk dilakukan. Termasuk dalam proses analisis dampak lalu
lintas adalah dilakukannya pendekatan manajemen lalu lintas yang dirancang untuk
ada.(Dikun, 1993)
5 (lima) faktor / elemen penting yang akan menimbulkan dampak apabila sistem guna
lahan berinteraksi dengan lalu lintas. Kelima elemen tersebut adalah (Djamal,1993):
1. Elemen Bangkitan / Tarikan Perjalanan, yang dipengaruhi oleh faktor tipe dan kelas
2. Elemen Kinerja Jaringan Ruas Jalan, yang mencakup kinerja ruas jalan dan
persimpangan.
II-8
Bab II Dasar Teori
ke dan dari lahan yang dibangun, kebutuhan fasilitas ruang parkir dan penyediaan
Teknis dalam melakukan analisis dampak lalu-lintas, sebagai berikut (The Institution of
II-9
Bab II Dasar Teori
Dari keseluruhan tahapan diatas, penelitian ini tidak melakukan tahapan analisis
dampak lingkungan, pengaturan tata letak internal, analisis angkutan umum dan analisis
pejalan kaki, pengendara sepeda dan penyandang cacat. Analisis dampak lingkungan
tidak dilakukan oleh karena telah dilakukan pada awal pembangunan. Pengaturan tata
letak internal tidak dilakukan mengingat swalayan tersebut telah terbangun dan
beroperasi.
Model adalah alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk menggambarkan dan
menyederhanakan suatu realita secara terukur. Model penyederhanaan dari realita untuk
mendapatkan tujuan tertentu, yaitu penjelasan dan pengertian yang lebih mendalam
serta kepentinga peramalan. Perkembangan pengunaan model dalam berbagai studi dan
sampaii dengan saat ini da yang umum digunakan adalah ‘Model Perencanaan
Transportasi Empat Tahap. Model perencanaan ini merupakan gabungan dari beberapa
seri submodel yang masing-masing harus dilakukan secara bertahap dan berurutan,
model perencanaan transportasi empat tahap terdiri dari sebagai berikut (Fidel, 2004) :
lalu lintas yang dibangkitkan oleh suatu kawasan persatuan waktu. Tujuan dasar tahap
parameter tata guna lahan dengan jumlah perjalanan yang menuju ke suatu kawasan
atau jumlah perjalanan yang meninggalkan suatu kawasan. Pada tahap bangkitan
perjalanan untukk meramalkan jumlah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang pada
setiap kawasan asal menggunakan data mengenai tingkat bangkitan perjalanan, sosio-
ekonomi, serta tataguna lahan. Salam proses peramalan bangkitan perjalanan dianalisa
Merupakan banyaknya (jumlah) perjalanan / pergerakan yang dihasilkan oleh zona asal
lahan/zona/kawasan.
II-11
Bab II Dasar Teori
arus lalu lintas yang menuju atau datang kesuatu lokasi tata guna lahan / zona /
kawasan.
pergerakan yang berasal dari satu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang
tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona. Pergerakan lalu lintas merupakan merupakan
fungsi tata guna lahan yang yang menghasilkan pergerakan lalu-lintas. Bangkitan ini
mencangkup :
Hasil keluaran dari perhitungan bangkitan dan tarikan lalu lintas berupa jumlah
kendaraan, orang, atau angkutan barang per satuan waktu, misalnya kendaraaan/jam.
Kita dapat dengan mudah menghitung jumlah orang atau kendaraan yang masuk atau
keluar dari suatu luas tanah tertentu dalam satu hari (atau satu jam) untuk mendapatkan
II-12
Bab II Dasar Teori
tarikan dan bangkitan pergerakan. Bangkitan dan tarikan tersebut tergantung pada dua
Jenis tata guna lahan yang berbeda (pemukiman, pendidikan dan komersial) mempunyai
Lalu-lintas pada waktu tertentu (misalkan pertokoan akan menghasilkan arus lalu-lintas
sepanjang hari)
Tabel 2.1 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan dari Beberapa Aktivitas Tata Guna
Lahan
Bangkitan / Tarikan pergerakan bukan saja beragam dalam jenis tata guna lahan tetapi
Metode analisis yang dipakai dalam tahap bangkitan perjalanan sangat tergantung pada
II-13
Bab II Dasar Teori
basis perjalanan dan pendekatan analisis yang dilakukan. Ada dua metode analisis yang
dapat dipakai dalam tahap bangkitan perjalanan, kedua metode ini terkait dengan basis
Metode analisa yang paling umum dipakai dalam tahap pemodelan bangkitan perjalanan
adalah Model Regresi Linier dan Metode Klasifikasi Silang. Pada studi ini digunakan
Metode Regresi Linier oleh karena itu hanya akan diberikan teori tentang Model
Regresi Linier. Model Regresi Linier merupakan salah satu dari model-model yang
Pada tahap bangkitan perjalanan, untuk perjalanan berbasis zona (kawasan), metode
berupa karakteristik sosio ekonomi zona asal dengan variable terkait berupa jumlah arus
lalu litas (perjalanan) dari zona asal yang diamati ke zona tujuan dan juga memberikan
asil berupa besaran angka perkiraan jumlah perjalanan dari asal ke tujuan yng
berbasis zona. Terdpat dua bentuk metode analisis register linier, yaitu:
Analisis ini hanya menghubungkan variable terikat dengan 1 ( satu ) buah variable
bebas yang mempengaruhi naik turunnya variable terikat yang diamati dengan asumsi
Bentuk umum dari etode analisi ini adalah, dengan berbasis persamaan fungsi
Y = a + bx + e
Atau
Q = a + bTGL + e
Dimana :
manusia, kendaraan, dan barang dari titik asal ke titik tujuan yang akan
diperkirakan.
x atau TGL = Variabel bebas (independent Variable) berupa faktor yang berpengaruh
TGL sama dengan nol dalam arti tidak berubah / tetap, maka Y atau
Merupakan teknik analisis regresi yang menghubungkan satu variabel terikat dengan
dua atau lebih variabel-variabel bebas yang dianggap atau mungkin mempengaruhi
II-15
Bab II Dasar Teori
e = nilai kesalahan yang mewakili seluruh faktor-faktor yang kita anggap tidak
Teknik ini merujuk pada model Bangkitan Perjalanan yang telah dikembangkan terlebih
dahulu. Informasi yang digunakan dari model rujukan adalah trip production or trip
attraction rates yang terkait dengan zona bangkitan perjalanan di dalam wilayah studi.
perjalanan dikembangkan berdasarkan tipe tata guna lahan dan intensitas kegiatan dari
suatu daerah. Lima karakteristik utama yang berpengaruh terhadap analisa tingkat
bangkitan perjalanan :
1. Jumlah dari tingkat bangkitan perjalanan, pada umumnya didapat dari hasil
bengkitan perjalanan per unit kegiatan (missal, 1000m 2) dan jumlah dari kegiatan
2. Jumlah perjalanan dari dan menuju suatu daerah selama jam puncak yang
3. Jumlah perjalanan dari dan menuju uatu daerah selama jam puncak pada daerah
sumber penghasilan perjalanan. Volume jam puncak pada suatu daerah berbeda
II-16
Bab II Dasar Teori
ITE memberikan suatu daftar tingkat bangkitan perjalanan, yang digunkan sebagai
prinsip untuk analisa lalu lintas (traffic analysis), yang secara berkala informasi tersebut
3. Cross Classification
Model ini merupakan pengembangan dari model Trip-Rate dan digunkan sebagai
disagregat. Model. Di dalam konteks Bangkitan Perjalanan dari zona pemukinan, rumah
terjadinya perjalanan. Kategori ini terdiri dari 3 atau 4 variabel terkait, dimana tiap
II-17
Bab II Dasar Teori
berhubungan dengan sejumlah asal perjalanan yang ada untuk tiap zona dari wilayah
yang diamati dengan sejumlah tujuan perjalanan berlokasi dalam zona lai dalam
wilayah tersebut. Pada tahap ini moda dan rute tidak menjadi focus analisis, tetapi lebih
delam sistem transportasi sering dijelaskan dalam bentuk arus perjalanan (kendaraan,
penumpang dan barang) yang bergerak dari zona sal ke zon tujuan di dalam daerah
Asal – Tujuan (MAT). MAT adalah matriks berdimensi dua yang berisi informasi
menganai bersamanya pergerkan antar lokasi (zona) di dalam daerah tertntu. Baris
menyatakan zona asal dalam kolom menyatakan zona tujuan, sehingga sel matriksny
menyatakan besarnya arus dari zona asal ke zona tujuan. Dalam hal ini notasi Tid
bergerakan dari zona asal i ke zona tujuan d selama selang waktu tertentu.
Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mendapatkan MAT metode tersebut
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu metode Konvesional dan metode Tidak
gambar berikut:
II-18
Bab II Dasar Teori
jumlah (dalan arti proposi) orang dan baramg yang akan menggunakan atau memilih
berbagai moda transportasi yang tersedia untuk melayani suatu titik asa-tujuan tertentu,
Model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui proposi orang yang akan
menggunakan setiap moda. Proses ini dilakukan dengan maksud untuk mangkalibarasi
model pemilihan moda pada tahun dasar dengan mengetahui peubah bebas (atributa)
model dapat digunakan untuk meramalkan pemilihan moda dengan menggunakan nilai
mejadi tiga sebagian dijelaskan sebagai berikut ini (Benakiva and Lerman, 1985):
1. Ciri Penggunaan Jalan, faktor berikut ini diyakini akan sangat mempengaruhi
pemilihan moda :
Pendapat
Tujuan Pergerakan
Jarak perjalanan
3. Ciri fasilitas moda transportasi, hal ini dapat dikelompokan menjadi dua kategori.
a. Faktor kuantitatif
- Biaya transportasi
keteraturan.
4. Ciri kota atau zona, ciri yang dapat mempengaruhu pemilihan moda adalah jarak
dari pusat kota dan kepadatan penduduk. Dari semua model pemilihan moda,
II-20
Bab II Dasar Teori
b. Tujuan pergerakan
Model pembebanan lalu lintas merupakan tahap akhir dari proses analisa pemerintahan
perjalanan. Data masukan yang utama pada proses analisa permintaan perjalanan. Data
masukan yang utama pada proses pembebanan jaringan jalan berupa matriks asal
tujuan, jaringan yang telah diberi kode dan karakteristik jaringan seperti waktu tempuh.
Pada prosedur pembebanan ini dilakukan pemilihan rute perjalanan dari zona tujuan
Aplikasi pembebanan jaringan jalan ini dapat dikelompokan ke dalam dua hal yaitu
untuk pengujian suatu rencana jangka panjang (strategis), misalnya usula pembangunan
jalan bebas hambatan dan untuk rencana jangka pendek menengah seperti penelitian
terhadap usulan manajemenlalu lintas pada kawasan lokal. Jaringan jalan dapat
dispesifikasikan sebagai grafik yang terdiri dari sekumpulan elemen terbatas yang
Dalam jaringan pembebanan lalu lintas terdapat beberapa unsur penting, diantaranya :
a. Simpul (node), adalah suatu titik pertemua dari dua ruas jalan atau lebih, yang
b. Segmen (link), adalah segmen jalan yang menghubungkan dua titik simpul (node),
dimana ada sepanjang segmen tersebut terdapat karakteristik lalu lintas yang
homogen. Link berisi informasi mengenai panjang jalan. Jumlah lajur lalu lintas,
jenis kendaraan (moda) yang beroperasi, fungsi-fungsi arus lalu lintas (fungsi
II-21
Bab II Dasar Teori
c. Pusat zona (zone centroid), yang mempresentasikan suatu titik di dalam zona
sebagai titik awal dan akhir perjalanan, biasanya hanya terdapat satu buah dalam
zona
d. Persimpangan, biasanya pada perpotongan dua penggal jalan atau pada titik ubah
Perbedaan dalam tujuan dan presepsi menghasilakn proses penyebran kendaraan pada
setiap rute, yang dalam hal ini disebut proses stokastik (mempertimbangkan perannya)
dalam pemilihan rute. Metode analisi pembebanan jarungan jalan sangat bergantung
pada salah satu bagian analisis. Tapi sebaliknya, jika unsur stokastik dihilangkan, maka
perhitungan kapasitas jalan (v/c) rasio sangat diperlukan (Tamin, 2000). Dua unsur yang
ekstrim dan controversial ini mengakibatkan adanya 4 (empat) metode dalam analisis
Model ini tidak memperdulikan pengaruh kendala kapasitas suatu ruas jalan, apakah
ruas jalannya padat (macet) atau sebaliknya (lancar), maka seluruh pemakaian jalan
(pelaku perjalanan) akan memilih ruas jalan yang jaraknya dekat, waktu singkat dan
II-22
Bab II Dasar Teori
Model ini sesuai dengan hukum Wardrop dalam pembebanan arus alau lintas pada suatu
ruas dalam jaringan jalan yang menghubugkan suatu zona asal dengan zona tujuan.
Hukum wardrop menyatakan bahwa pemakai jalan akan terpengaruh oleh variable
kepadatan volume lalu lintas (v/c ratio-tingkat kemacetan) yaitu, apabila suatu ruas jalan
sudah macet, pemakai jalan akan memili ruas jalan yang tingkat kemacetannya redah
sehingga terjadi keseimbangan antara ruas jalan yang pertama dengan ras jalan yang
erakhir.
Model ini dipakai berdasarkan pasa asumsi bahwa para pelaku perjalanan yanf akan
mengunakan rute alternatif, perilakunya tidak dipengaruhi sedikit pun oleh kondisi
ruas jalan yang macet (kendala kapasitas), sehingga masing-masing individu pelaku
perjalanan memiliki presepsi yang berbeba-beda tetang rure terbaik (jarak pedek, waktu
Model ini menggabungkan unsur random (stokastik) dengan kepadatan arus lalu lintas
pada suatu rute. Model pendekatannya mengikuti fungsi biaya yang dipengaruhi oleh
kepadatan volume lalu lintas pada suatu jlan. Setiap ruas jalan memiliki peluang yang
saa untuk dipilih pengguna ruas jalan, karena masing-masing pengguna memiliki
presepsi yang berbeda-beda (relatif) terhadap rute jalan mana yang ongkos
perjalanannya murah.
Hubungan antara lalu-lintas dengan tata guna lahan dapat dikembangkan melalui suatu
II-23
Bab II Dasar Teori
perjalanan dan faktor guna lahan yang dicatat dalam inventaris perencanaan.
- Pemilihan moda, suatu keputusan yang dibuat untuk memilih moda perjalanan
Volume lalu-lintas ruas jalan adalah jumlah atau banyaknya kendaraan yang melewati
suatu titik tertentu pada ruas jalan dalam suatu satuan waktu tertentu (MKJI, 1997).
Volume lalu-lintas dua arah pada jam paling sibuk dalam sehari dipakai sebagai dasar
untuk analisa unjuk kerja ruas jalan dan persimpangan yang ada. Untuk kepentingan
a. Kendaraan Ringan (Light Vehicle/LV) yang terdiri dari Jeep, Station Wagon, Colt,
II-24
Bab II Dasar Teori
Tabel 2.4 Nilai Ekivalen Mobil Penumpang (emp) untuk Ruas Jalan (MKJI, 1997)
Tabel 2.5 Nilai Ekivalen Mobil Penumpang (EMP) untuk Persimpangan (MKJI,
1997)
Menurut MKJI (1997), kinerja ruas jalan dapat diukur berdasarkan beberapa parameter,
diantaranya :
dihitung dari panjang jalan dibagi waktu tempuh rata-rata yang melalui segmen.
Dalam MKJI (1997) kecepatan arus bebas kendaraan ringan (FV) dinyatakan dengan
II-25
Bab II Dasar Teori
persamaan :
Dimana :
Kapasitas jalan perkotaan dihitung dari kapasitas dasar. Kapasitas dasar adalah jumlah
kendaraan maksimum yang dapat melintasi suatu penampang pada suatu jalur atau jalan
selama 1 (satu) jam, dalam keadaan jalan dan lalu-lintas yang mendekati ideal dapat
dicapai. Besarnya kapasitas jalan dapat dijabarkan sebagai berikut (MKJI, 1997)
Dimana :
Co = kapasitas dasar
A. Kapasitas Dasar
Besarnya kapasitas dasar jalan kota yang dijadikan acuan adalah sebagai berikut:
II-26
Bab II Dasar Teori
Kapasitas
Tipe Jalan Keterangan
SMP/jam
4 lajur dipisah atau jalan satu
1650 per lanjur
arah
4 lajur tidak dipisah 1500 per lajur
2 lajur tidak sipisah 2900 kedua arah
Lebar Jalan
Tipe Jalan FCw Keterangan
Efektif
4 lajur dipisah atau jalan satu
arah 3.00 0.92 per lajur
3.25 0.96
3.50 1.00
3.75 1.04
4.00 1.08
4 lajur tidak dipisah 3.00 0.91 per lajur
3.25 0.95
3.50 1.00
3.75 1.05
4.00 1.09
2 lajur tidak sipisah 5.00 0.56 kedua arah
6.00 0.87
7.00 1.00
8.00 1.14
9.00 1.25
10.00 1.29
11.00 1.34
Besarnya faktor penyesuaian pada jalan tanpa menggunakan pemisah tergantung kepada
II-27
Bab II Dasar Teori
Faktor penyesuaian kapasitas jalan antar kota terhadap lebar jalan dihitung dengan
II-28
Bab II Dasar Teori
Catatan :
- Tabel tersebut di atas menganggap bahwa lebar bahu di kiri dan kanan jalan
sama, bila lebar bahu kiri dan kanan berbeda maka digunakan nilai rata-ratanya.
- Lebar efektif bahu adalah lebar yang bebas dari segala rintangan, bila di tengah
Tabel 2.11 Emp Untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi (MKJI, 1997)
emp
Arus lalu MC
Tipe jalan : Jalan tak
lintas Total Lebar Jalur Lalu
terbagi HV
dua arah Lintas
(Kend/jam) <6 >6
Dua lajur tak terbagi 0 1.30 0.5 0.4
( 2/2 UD ) > 1800 1.20 0.35 0.25
Empat lajur tak teragi 0 1.30 0.4
( 4/2 UD ) > 3700 1.20 0.25
II-29
Bab II Dasar Teori
G. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan didefinisikan sebagai rasio arus lalu lintas Q (smp/jam) terhadap
kapasitas C (smp/jam) digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja
segmen jalan. Nilai DS menunjukan apakah segmen jalan tersebut mempunyai masalah
DS = Q/C
BATAS
TINGKAT
KARAKTERISTIK LALU LINTAS LINGKUP
PELAYANAN
V/C
melakukan optimasi penggunaan prasarana yang ada, baik pada saat sekarang maupun
terhadap tipe, kecepatan dan pemakai jalan yang berbeda untuk meminimumkan
II-30
Bab II Dasar Teori
2.11 SPSS
Menurut Sutopo (2016) Kualitas dan kuantitas sample sangat menentukan kualitas hasil
suatu penelitian, karena dari sample-lah karakter suatu populasi akan digeneralisasi
sebagai hasil dari suatu penelitian. Pernyataan yang diajukan dalam kuesioner harus
jelas dan mudah dimengerti untuk mengurangi kesalahan interpretasi responden dalam
pengisian kuesioner. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang efisien bila
peneliti mengetahui secara pasti data atau informasi yang dibutuhkan tersebut diukur.
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur
apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2011). Untuk mengetahui apakah kuesioner yang
kita susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur maka perlu diuji
dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item dengan skor total kuesioner.
Pengujian validitas tiap butir kuesioner dengan menggunakan teknik korelasi produk
momen antara skor tiap butir kuesioner dengan skor total (jumlah tiap skor kuesioner).
Indtrumen dikatakan valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif dan
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya atau diandalkan. Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tersebut
tetap konsisten bila dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama. Alat ukr
dikatakan reliabel jika menghasilkan hasil yang sama meskipun dilakukan pengukuran
II-31
Bab II Dasar Teori
dengan metode Cronbach’s Alpha. Kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s
Dalam (Didik Setyawarno, 2016) pengujian dengan menggunakan SPSS juga dapat
menggunakan one tailed (satu sisi) dan two tailed (dua sisi) dalam menentukan kriteria
penolakan dalam pengujian hipotis. Perbedaannya adalah jika one tailed atau sering disebut
uji satu arah atau uji satu sisi. Kunci dalam menentukan pengujian one tailed (satu sisi)
yaitu dalam perumusan hipotesis disebutkan arah hipotesisnya (positif, negtif, lebih besar,
lebih kecil). Contoh:Ha: Ada pengaruh positif antara X terhadap Y; Ha: Rata-rata A lebih
besar dari rata-rata B; Ha: Ada hubungan negative antara X terhadad Y. Perhatikan ilustrasi
wilayah kritis atua daerah penolakan dalam pengujian satu sisi (Kurva Distribusi Z)
Dalam uji satu sisi, ada dua jenis, yaitu sisi kiri atau negatife (-α) dan sisi kanan atau
positif (α). Sisi kiri atau arah negatif, maka Nilai statistik hitung Z dibandingan dengan
Distribusi Z tabel negatif. Karna wilayah kritis terletak di sebelah kiri taraf signifikansi
(-maka tandanya “lebih kecil”, sehingga kriteria penolakan: Ho ditolak jika Z hitung < -Z
Sisi kanan atau arah positif, maka Nilai statistik hitung Z dibandingan dengan Distribusi Z
tabel positif. Karna wilayah kritis terletak di sebelah kanan taraf signifikansi (α), maka
tandanya “lebih besar”, maka kriteria penolakan: Ho ditolak jika Z hitung > Z (α).
II-32
Bab II Dasar Teori
Sedangkan two tailed atau sering disebut uji dua arah,atau uji dua sisi. Kunci dalam
menentukan penggunaan uji dua arah yaitu dalam perumusan hipotesis tidak disebutkan
arahnya. Contoh: Ha: Ada pengaruh antara X terhadap Y; Ha: Terdapat perbadaan antara A
dan B; Ha: Ada hubungan antara X terhada Y. Perhatikan ilustrasi wilayah kritis atua
Karena dua sisi (sisi kanan dan sisi kiri) maka taraf signifikansi (α) dibagi dua sehingga
sisi kiri dibatasi oleh {-Z(α/2)} dan sisi kanan dibatasi oleh {Z(α/2)}, sehingga daerah
penolakan untuk pengujian dua sisi ada dua yaitu Ho ditolak jika Z hitung < Z tabel {-
2.12 Kuisioner
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui”. Sedangkan menurut Sugiyono (2008:199)
“Angket atau kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab”.
II-33
Bab II Dasar Teori
Kuesioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner atau
angket langsung yang tertutup karena responden hanya tinggal memberikan tanda pada
data
d. Menghemat tenaga
c. Setelah selesai dijawab segera disusun untuk diolah sesuai dengan standar yang
Dalam penelitian dengan populasi yang anggotanya sedikit / kecil maka penelitian dapat
sampel lagi.Penelitian semacam ini jelas akan memberikan hasil yang relatif lebih baik
karena seluruh anggota populasinya diteliti. Namun bila populasi yang diteliti adalah
besar / sangat besar maka meneliti seluruh anggota populasi sangatlah tidak mungkin
II-34
Bab II Dasar Teori
dilakukan, dan dalam kondisi seperti ini maka penelitian dilakukan dengan sampel yang
sehingga tepat dan tidaknya perkiraan terhadap karakter populasi tersebut sangatlah
ditentukan oleh kualitas dan kuantitas / ukuran sampel. Inilah peran sampel dalam sautu
penelitian sehingga agar sampel yang dipilih dapat mewakili populasi penarikan suatu
sampel harus dilakukan dengan metode yang tepat dan sesuai dengan situasi yang
dihadapi (Budi Purwadi, 2001). Sampel adalah sebuah himpunan bagian dari sebuah
populasi, namun sebagian dari populasi yang diambil dengan cara – cara yang tidak
sesuai dan benar tidaklah dapat disebut sebagai sampel (Masri Singarimbun dkk, 1987).
Sampel yang baik pada dasarnya adalah sampel yang refresentatif, yang dapat
memberikan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti.
Dalam hal menentukan ukuran / jumlah sampel akan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
3. Rencana analisa
Ada beberapa rumus yang lazim digunakan untuk menentukan ukuran sampel, namun
demikian dalam penggunaannnya tidak ada yang bersifat mutlak ( paling benar ).
Beberapa
II-35
Bab II Dasar Teori
Rumus n = Z2 S2 / C2
n : Jumlah sample
diketahui dan tidak dapat dihitung maka didekati dengan S ( standart deviasi dari
sample ) yang sebenarnya juga belum bisa dihitung sebelum ada sample.
C : Selisih antara nilai rata-rata sample dengan nilai rata – rata populasi yang
II-36
Bab II Dasar Teori
II-37
Bab II Dasar Teori
5 Josef Sumajuow ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS MKJI 1997. Parameter yang berdirinya Rumah Sakit Unsrat di nilai derajat kejenuhan tertinggi yang terjadi Berdasarkan kondisi volume yang masih
(Universitas Sam (ANDALALIN) KAWASAN KAMPUS digunakan untuk mengevaluasi kawasan kampus Unsrat maka akan pada ruas adalah 0,68 < 1,00, berarti tingkat rendah dan kondisi geometrik simpang yang
Ratulangi, 2014) UNIVERSITAS SAM RATULANGI kinerja persimpangan, ruas jalan menimbulkan tarikan dan pelayanan ruas jalan tersebut masuk dalam baik maka kondisi geometrik yang ada sudah
dan jalinan yang ditinjau adalah bangkitan lalu lintas pada jalanjalan kategori C dengan batas lingkup (V/C) 0,45-0,74 dapat berfungsi sebagai pintu masuk maupun
nilai derajat kejenuhan (DS), yang sekitar Rumah Sakit dan akan yaitu kondisi arus stabil, tetapi kecepatan keluar kampus Universitas Sam Ratulangi.
dianggap normal jika lebih kecil menambah volume lalu lintas. Hal operasi dan gerak kendaraan dipengaruhi oleh
dari 0,8. lain yang mempengaruhi besar volume lalu lintas. jumlah pergerakan
kemacetan lalu lintas disebabkan yang masuk/keluar kampus Universitas Sam
pula oleh adanya pergerakan Ratulangi melalui ruas jalan Wolter Monginsidi
kendaraan keluar masuk pusat sebesar 870 smp/jam. Sedangkan di ruas yang
perbelanjaan dan kendaraan yang satunya lagi melalui ruas jalan Kampus Barat
menyeberang jalan (Depan Gereja Kampus) jumlah pergerakan yang
masuk/ keluar kampus Universitas Sam
Ratulangi melalui ruas jalan Wolter
II-38
Bab II Dasar Teori
7 Ewa Hącia (Maritime The impact of tourist traffic on the Survey of the number of visitors phenomenon of increasing in accordance with European Union regulations The increasing number of tourists has an
University of functioning concentration of tourism in the in the field of sustainable transport, the impact on the increased demand for goods and
Szczecin,2016) of Polish seaside health resorts Polish seaside regions, with development services, resulting in more
particular emphasis on health of urban freight transport based on vehicles congestion, pollution, noise, etc.
resorts. Particular attention is paid with alternative drives (especially electrical) Implementation of the tourist needs requires
to the negative aspects of this will take place in the near appropriate organization in the field of
phenomenon in the field of future. city logistics
emerging
difficulties in the city logistics
8 P.Ponnurangama, Traffic Impact Analysis (TIA) for System Dynamics (SD) impacts of developments on traffic impact study is not only suggesting short new circulation of traffic movement may be
Dr.G.Umadevib Chennai IT Corridor service levels of transportation term management measures but also it introduced as a trial on a non peak
(bCollege of facilities in Chennai city and to addresses the problem in a holistic way through day to check its adequacy in terms
Engineering Guindy, provide an early warning on the simulation modelling effort to ensure requirements of the study corridor
2016) robustness of travel demand for sustainable solutions.
both present and future situation
II-39
Bab II Dasar Teori
10 XIA Xi1, HE ZhaoCheng , Traffic Impact Analysis of Urban Level of Service (LOS) Standard ; applies PARAMICS to simulate the Link Delay : When the volume Ketika volume lalu lintas kurang dari Q,
SUN WenBo , CHEN Intersections with PARAMICS simulation traffic operation in the continues to increase, the improvement of FCS menerapkan ruang tunggu yang komprehensif
ZhanQiu, and GONG Comprehensive Waiting Area on comprehensive waiting area becomes more obvious, and the UCS is superior tidak hanya tidak dapat ditingkatkan
JunFeng (Sun Yat-sen Urban Intersection Based on adopted to the WCS until operasi lalu lintas tetapi juga memperburuk
University,2014) PARAMICS by a certain entrance at a crossing the volume is larger than 1.3Q ; Queue Length : lalu lintas. Melakukan FCS akan meningkatkan
intersection and take a traffic When the volume continues to increase, operasi lalu lintas persimpangan
impact analysis for the the queue length decreases obviously under efektif hingga volume lalu lintas lebih besar
comprehensive waiting FCS, and the UCS is superior to the WCS until dari Q. UCS akan meningkatkan operasi lalu
area. the volume is larger lintas persimpangan sampai
than 1.15Q ; Passing Vehicles : When the volume lalu lintas terus meningkat pada 1,15Q-
inputting volume is larger than Q, the 1,4Q. Dari indeks kendaraan yang lewat, tidak
improvement of FCS is more obvious, and the ada yang jelas
UCS is superior to the WCS berbeda apakah akan menerapkan ruang
until the volume is larger than 1.15Q. tunggu yang komprehensif atau tidak.
II-40