Anda di halaman 1dari 8

TRIP GENERATION

Transportasi adalah proses beralihnya arus manusia dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain,
yang apabila tidak direncanakan dengan baik, integral dan sinergis, akan menimbulkan dampak
perkembangan lalulintas urban yang prosesif dan progresif. Penyakit-penyakit transportasi yang
dikhawatirkan akan terjadi adalah seperti kemacetan, kesemrawutan, kecelakaan, polusi, dan biaya
tinggi. Hal ini membutuhkan peran perencana transportasi (transportation planner) dalam perencanaan
dan analisis sistem transportasi, khususnya dalam hal pola pergerakan, analisis bangkitan dan tarikan,
hingga peramalan lalulintas (traffic forecasting).

Papacostas (1987) mengemukakan bahwa fungsi fundamental transportasi adalah menyediakan akses
yang efisien untuk memenuhi berbagai aktivitas dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia,
sedangkan tujuan perencanaan transportasi lebih pada proses prediksi permintaan transportasi dalam
menyusun alternatif pemecahan masalah. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Pignataro (1973) yang
mengemukakan bahwa perencanaan transportasi merupakan suatu proses yang bertujuan
mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan manusia dan barang bergerak atau berpindah
tempat dengan aman dan ekonomis.

Analisis transportasi, khususnya dalam hal kinerja jaringan jalan, selalu membutuhkan alat (tools) yang
tepat guna dan akurat, yang disebut dengan model.

1. 1. Dasar-dasar Pemodelan Transportasi

Model dapat didefinisikan sebagai representasi sederhana dalam suatu bagian kenyataan/realitas, yang
dikonsentrasikan pada elemen-elemen tertentu yang penting (Ortuzar dan Willumsen, 1994), sehingga
dapat dijelaskan bahwa pemodelan merupakan usaha untuk membuat penyederhanaan dari suatu
sistem dalam realita untuk tujuan tertentu.

Norojono (2001) membagi dua macam model , yakni model fisik dan model abstrak. Dalam perencanaan
transportasi model abstrak lebih banyak digunakan daripada model fisik.

Secara umum tujuan pemodelan transportasi adalah : untuk mengetahui perilaku atau karakteristik
sistem transportasi, dalam arti bagaimana keterkaitan yang ada antara komponen-komponen sistem,
untuk memprediksi perubahan yang mungkin terjadi pada karakteristik transport demand (misalnya arus
lalu lintas) sebagai akibat dari perubahan yang terjadi pada komponen sistem (seperti perubahan tata
guna lahan), dan sebagai alat analisis dan evaluasi berbagai alternatif.

Konsep awal pemodelan transportasi adalah model klasik yang disebut Four Step Model, yang bagannya
dapat dilihat di bawah ini.

Jaringan zona Data tahun dasar

Data perencanaan

masa depan
Data Base

Trip Generation

Trip Distribution

Modal Split

Traffic Assignment

Evaluasi

Gambar 1.1. Model Perencanaan Transportasi


(Sumber : Ortuzar&Wilumsen, 1994)

Trip Generation (Bangkitan Perjalanan)

Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal
dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau
zona. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa bangkitan perjalanan merupakan tahap pemodelan yang
berfungsi untuk memperkirakan dan meramalkan jumlah perjalanan (number of trip) yang berasal atau
meninggalkan suatu zona atau kawasan dan jumlah perjalanan yang masuk/datang atau tertarik/menuju
ke suatu zona atau kawasan pada waktu tertentu. Tujuan model ini adalah memperkirakan jumlah
perjalanan yang akan mulai atau berakhir pada masing-masing zona wilayah analisis dalam suatu
wilayah untuk suatu hari pada suatu tahun target tertentu. Jumlah lalu lintas bergantung pada kegiatan
kota, karena penyebab lalulintas ialah kebutuhan manusia untuk melakukan kegiatan berhubungan dan
mengangkut barang kebutuhannya. Bangkitan dan tarikan lalu lintas mencakup (Tamin, O.Z.,2000) :
1. Lalu lintas yang meninggalkan lokasi. (trip production)
2. Lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi.(trip attraction)

Sebelum diterapkan, model trip generation ini harus dikalibrasi dengan observasi yang didapat selama
tahun dasar dengan berbagai data dan survai perjalanan. Dalam model ini terdapat variabel independen
berupa tata guna lahan, karakteristik sosio-ekonomi dari kawasan yang dimaksud, serta kapasitas sistem
transportasi.

Variabel-variabel tersebut sangat mempengaruhi besaran trip generation, yang dapat dikategorikan
menjadi beberapa hal berikut ini.

1. Karakteristik Land Use (tata guna lahan), yang merupakan faktor fungsi penggunaan petak
lahan, seperti : perumahan, perkantoran, kawasan bisnis, pabrik dan sebagainya.

2. Karakteristik Sosio-Ekonomi, seperti :

a) Ukuran rumah tangga (family size), yang menghitung jumlah anggota keluarga yang
berpengaruh terhadap perjalanan.

b) Kepemilikan kendaraan (vehicle ownership), yakni perhitungan ketersediaan


kendaraan bermotor (vehicle availability) yang akan mempengaruhi trip rate dan
fasilitas bepergian.

c) Tipe satuan permukiman (type of dwelling unit), yang menghitung karakteristik


permukiman tetap (misalnya rumah tinggal), atau permukiman tidak tetap (misalnya
hotel, wisma dan penginapan).

d) Penghasilan keluarga (household income), yang berkaitan dengan kemampuan


perjalanan dari sebuah ukuran keluarga.

e) Jenis pekerjaan, yang berpengaruh terhadap pola perjalanan.

3. Kapasitas Sistem Transportasi, yaitu pelayanan transportasi yang disediakan dalam sebuah
wilayah, misalnya moda angkutan umum (yang juga dipengaruhi oleh kendaraan pribadi)
serta kualitas jalan.
Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis trip generation ini adalah : a) sebaran perjalanan
merupakan sebaran aktivitas, b) hubungan antara karakteristik perjalanan dan tata guna lahan dianggap
konstan, dan c) aktvitas perjalanan berkaitan erat dengan tujuan perjalanan.

Fokus utama dalam analisis bangkitan perjalanan biasanya adalah pada permukiman, dan bahwa
bangkitan perjalanan adalah fungsi dari kegiatan sosial atau ekonomi keluarga. Pada tingkat zona
analisis lalu lintas, tata guna lahan akan menghasilkan atau membangkitkan perjalanan. Zone juga
merupakan tujuan perjalanan, menarik perjalanan. Analisis dari tarikan perjalanan difokuskan kepada
tata guna lahan yang bukan pemukiman.

Hobbs, (1995) menyatakan perjalanan dengan aneka angkutan dan atau aneka maksud perjalanan
disederhanakan menjadi perjalanan yang ditandai dengan satu jenis angkutan dan satu maksud dengan
mengabaikan tahap-tahap antara pemberhentian untuk maksud sekunder .

Perjalanan sering kali dianggap sebagai produksi dari suatu guna lahan dan tertarik oleh guna lahan
lainnya. Sekitar tiga per empat dari semua perjalanan berbasis dari rumah tinggal, yaitu perjalanan yang
berangkat dan berakhir di rumah. Perjalanan yang berbasis bukan dari rumah terutama adalah
perjalanan antar tata guna lahan penarik, misalnya dari tempat kerja menuju restoran, dari tempat
belanja ke gedung bioskop, dari kantor ke dokter atau rumah sakit dan lain-lain. Bangkitan perjalanan
yang terjadi merupakan perkiraan jumlah pergerakan. yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona
dimana merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalu-lintas per satuan waktu.
Bangkitan perjalanan mencakup tentang perjalanan yang meninggalkan suatu lokasi dan perjalanan
yang menuju lokasi tersebut. Representasi sederhana bangkitan perjalanan dan tarikan perjalanan dapat
diperlihatkan dalam Gambar 1.1 (Tamin,O, Z., 1997).

Asal Tujuan

Gambar 1.2. Bangkitan dan Tarikan Perjalanan

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa Bangkitan perjalanan dalam prosesnya dapat dianalisis
secara terpisah menjadi 2 (dua) bagian, yaitu :
1. Produksi Perjalanan (Trip Production), atau perjalanan yang dihasilkan, yaitu jumlah
perjalanan/pergerakan yang dihasilkan oleh zona asal.

2. Penarik Perjalanan (Trip Attraction), atau perjalanan yang tertarik, yaitu jumlah
perjalanan/pergerakan yang tertarik ke zona tujuan.

Secara skematis proses model trip generation dapat digambarkan seperti Gambar 1.3. di bawah ini.

Tata Guna Lahan, Sosio-ekonomi, Kapasitas


Transportasi, Pembagian Zona, Tahun Target

Kalibrasi model Trip Generation

Jumlah Perjalanan, atau Produksi dan


Tarikan

Gambar 1.3. Struktur Model Trip Generation

Model-model Trip Generation :

a. Model Faktor Pertumbuhan (Growth Factor Method), merupakan metode paling sederhana, yakni
jumlah perjalanan di masa datang merupakan perkalian jumlah perjalanan saat ini dengan estimasi
tingkat pertumbuhannya.

b. Model Regresi Linear Berganda (Multiple Linear Regretion), dengan asumsi bahwa jumlah perjalanan
dianggap merupakan fungsi dari faktor- faktor penyebab.

c. Model Cross Classification atau Category Analysis, dengan cara membagi suatu zona dalam
beberapa kategori sesuai sifat-sifat zona tersebut. Misalnya jumlah perjalanan rata-rata per hari
akan berbeda sesuai dengan pendapatan per keluarga atau jumlah kendaraan bermotor yang
dimiliki.

Anda mungkin juga menyukai