Anda di halaman 1dari 13

16

BAB V PERENCANAAN TRANSPORTASI

5.1 Pendahuluan
Perencanaan transportasi : adalah suatu kegiatan perencanaan sistem transportasi
yang sistematis yang bertujuan menyediakan layanan transportasi baik sarana maupun
prasarananya disesuaikan dengan kebutuhan bagi masyarakat.
Perkembangan terakhir mengarah pada perencanaan transportasi yang
berkelanjutan (sustainable transportation) : memadukan antara efesiensi
transportasi, pertumbuhan ekonomi, dan kelestarian sumber daya

Interaksi Tata Guna Lahan dan Transportasi


Sistem transportasi secara garis besar terdiri dari 3 sub sistem :
- sub sistem tata guna lahan
- sub sistem lalulintas
- sub sistem suplai transportasi
ketiganya saling beinteraksi, yang dapat digambarkan sbb :

TATA GUNA SUPLAI


LAHAN TRANSPORTASI

LALULINTAS

Pembangunan suatu areal lahan akan menyebabkan timbulnya lalulintas yang akan
mempengaruhi penyediaan atau suplai sarana maupun prasarana transportasi.
Sebaliknya penyediaan / suplai transportasi yang baik akan mempengaruhi pola
pemanfaatan lahan krn tingkat aksesibilitas meningkat. Interaksi ketiga sub sistem
tersebut dipengaruhi regulasi dan kebijakan .
Perencanaan transportasi diperlukan sebagai konsekuensi dari pertumbuhan kondisi
lalulintas dan perluasan wilayah.

DASAR – DASAR REKAYASA TRANSPORTASI Hartono Guntur R, ST., MT


17

5.2 Teknik Perencanaan dan Pemodelan Transportasi


Teknik perencanaan transportasi pada dasarnya berupa pemodelan. Pemodelan yang
konvensional / klasik dan paling populer digunakan mengikuti 4 tahapan yang disebut
four steps model, yaitu mengikuti tahapan :
1. bangkitan perjalanan (trip generation)
2. distribusi perjalanan (trip distribution)
3. pemilihan moda (mode choice)
4. pembebanan lalulintas (traffic assigment) atau pemilihan rute

i j

Arus meninggalkan zona i Arus memasuki zona j

Untuk setiap pasangan zona i dan j berapa arus dari i ke j

Angkutan pribadi

Angkutan umum

Dari i ke j, brp yg menggunakan angkutan pribadi dan


brp yg menggunakan ankutan umum

Rute angkutan pribadi Rute angkutan umum

DASAR – DASAR REKAYASA TRANSPORTASI Hartono Guntur R, ST., MT


18

BANGKITAN PERJALANAN
Bangkitan perjalanan dapat dibagi menjadi 2 :
1. perjalanan yg meninggalkan suatu lokasi atau zona = bangkitan / produksi (trip
production)
2. perjalanan yg menuju suatu zona = tarikan / atraksi (trip atraction)

i j

Bangkitan perjalanan dari i Tarikan perjalanan menuju j

Berdasar basisnya, perjalanan dibagi 2 :


1. Perjalanan berbasis rumah tangga : perjalanan berasal dari rumah
2. Perjalanan bukan berbasis rumah tangga : perjalanan bukan berasal dari rumah

RUMAH BANGKITAN TARIKAN KANTOR

Perjalanan berbasis RT (home based)

BANGKITAN TARIKAN

KANTOR PASAR

TARIKAN BANGKITAN

Perjalanan berbasis bukan RT (non-home based)

Pada perjalanan berbasis RT diasumsikan orang yang masuk dan keluar kantor adalah
berjumlah sama karena dari rumah tangga yang sama.
Pada perjalanan berbasis bukan RT orang yang masuk dan kelura kantor berjumlah sama
karena bisa berasal dari berbagai tempat (misalnya pasar)

DASAR – DASAR REKAYASA TRANSPORTASI Hartono Guntur R, ST., MT


19

 Satuan perjalanan :
- orang per satuan waktu : rata-rata ataupun total selama 1 jam ataupun 1 hari
- kendaraan per satuan waktu
 Tata guna lahan sangat mempengaruhi bangkitan perjalanan, yaitu :
- luasnya
- tipe / jenis peruntukannya : pemukiman, pendidikan, CBD (central business
district)
- jumlah aktivitas dan intensitasnya
 Lalulintas yang dibangkitkan akan berbeda dalam hal :
- volumenya
- tipenya : pejalan kaki, kendaraan barang, kendaraan pribadi
- waktunya : misal ; kantor mempunyai bangkitan pagi dan sore, pertokoan
menghasilkan lalulintas yg berfluktuasi tiap harinya, kawasan wisata
membangkitkan perjalanan pada akhir minggu
 Pendekatan Model Bangkitan Perjalanan, antara lain :
a) model regresi linier berganda : data didapat dari survei wawancara rumah tangga
(home interview).
b) model analisis kategori : idem
c) model faktor pertumbuhan : data didapat dari survei wawancara tepi jalan (road
side interview)
d) pendekatan lain yaitu : ANN (Artificial Neural Network) = jaringan saraf buatan
Dari berbagai studi empiris, bangkitan perjalanan merupakan fungsi dari : jumlah
penduduk, income per kapita, kepemilikan kendaraan, luas lahan industri, dll
 Model Tarikan Perjalanan dipengaruhi variabel tata guna lahan : lapangan kerja, luas
daerah, luas kantor, luas toko, kapasitas parkir, dll.
 Namun demikian model persamaan bangkitan perjalanan lebih bisa dipercaya / handal
dibanding model tarikan perjalanan. Mengapa ? ? ?

DASAR – DASAR REKAYASA TRANSPORTASI Hartono Guntur R, ST., MT


20

DISTRIBUSI PERJALANAN
 Tujuan pemodelan distribusi perjalanan adalah mengkalibrasi persamaan hasil
observasi lapangan supaya seakurat mungkin mendekati pola perjalanan (dari asal ke
tujuan ) yang sebenarnya.
- kalibrasi : pemilihan parameter yang mengoptimalkan ukuran kesesuaian, yaitu
penggunaan persamaan untuk kondisi dan situasi yang berbeda dg pd saat
persamaan dibuat  Ykalibrasi = Yawal + konstanta
- estimasi : pencarian nilai parameter shg persamaan model mendekati data hasil
observasi  supaya hasil hitungan mendekati hasil observasi  Yhit = Yobs
- validasi : penggunaan model dengan menggunakan data asli suatu daerah
 Data – data penting pada tahap ini adalah :
- data Matrik Asal – Tujuan
- data Matrik Hambatan, yaitu hambatan yg berupa : waktu, biaya, atau jarak antar
zona satu dengan zona yang lain
- data Distribusi Frekuensi Pergerakan untuk tiap kategori hambatan
Bagan proses kalibrasi model distribusi perjalanan :

MATRIK
ASAL-TUJUAN

GRAFIK DISTRIBUSI
PANJANG PERJALANAN

MATRIK
BIAYA

Matrik Asal – Tujuan (Origin – Destination) berperan sangat penting dalam


perencanaan transportasi. Matrik ini menggambarkan pola pergerakan dari asal ke

DASAR – DASAR REKAYASA TRANSPORTASI Hartono Guntur R, ST., MT


21

tujuan, bisa berupa wilayah (zona) atau lingkup yang lebih kecil, misal di
persimpangan jalan
1
Ke Dari1234Oi1-26542010025-

20 26 2457160034090-702004567322-
700Dj507891006611600
54 5
5

673 571

4 22 24 2
40

70 90

Metode konvensional untuk mendapatkan matrik : Wawancara tepi jalan (road side
interview)
Wawancara di rumah (home
Metode interview)
Langsung Foto udara
Mengikuti mobil (moving car
observer)
dll

Metode MAT
konvensional Metode Analogi
Uniform
Rata-rata
Fratar
Detroit
Furness
Metode Tak
Langsung
Metode Sintetis
Model Opportunity
Model Gravity
Model Gravity -
Opportunity

Metode tak konvensional : metode entropi

DASAR – DASAR REKAYASA TRANSPORTASI Hartono Guntur R, ST., MT


22

 Pendekatan Model Distribusi Perjalanan


Beberapa pendekatan tak langsung yang biasa digunakan :
1) Model Faktor Pertumbuhan (metode analogi) : Tij = F x tij
2) Model Gravitasi (metode sintetis)
PEMILIHAN MODA
 Tujuan pemodelan pemilihan moda adalah untuk mengetahui proporsi perjalanan
yang menggunakan moda tertentu.
 Prosesnya : melakukan kalibrasi model/persamaan yang didapat pada tahun dasar
(base year) / saat ini
 Asumsi penting :
- individu / seseorang melakukan pembandingan sebelum memutuskan untuk
memilih moda tertentu
- seseorang memilih moda yang memberikan kepuasan / utilitas maksimal. Misal
moda dengan: waktu terpendek, biaya termurah, ternyaman, atau teraman
 Jenis model yang terkenal dan paling sering digunakan berdasarkan faktor error:
- Model Probit, mengasumsikan faktor error  terdistribusi normal
- Model Logit, faktor error diasumsikan terdistribusi weibull
 Jenis model paling populer berdasarkan jenis data :
- Model dengan Data RP (Revealed Preference ) : data diperoleh berdasarkan
kondisi sebenarnya suatu jenis moda, misal : tiket, frekuensi, fasilitas dll
- Model dengan Data SP (Stated Preference) : data diperoleh melalui kuisioner yg
berisi pilihan kondisi imajiner / khayalan suatu moda
 Jenis biaya yang mempengaruhi pengambilan keputusan :
Arti biaya dalam dunia transportasi bukan sekedar nilai nominal uang yang
harus dikeluarkan, contoh biaya : ketidaknyaman, ketidakamanan, keterlambatan,
ketidakselamatan, polusi, dll
a) Biaya Aktual / Biaya Sumberdaya :
- baru dirasakan dampaknya jangka panjang, misal : biaya krn polusi,
keselamatan
- sebagai dasar pembuatan keputusan untuk investasi
- mencerminkan total keseluruhan biaya

DASAR – DASAR REKAYASA TRANSPORTASI Hartono Guntur R, ST., MT


23

b) Biaya Persepsi / Biaya yang Dirasakan :


- dirasakan jangka pendek, biasanya berupa biaya krn : tiket, ketidaknyamanan,
dan keterlambatan
- untuk keperluan peramalan dan analisis perilaku pengguna
- mencerminkan hanya sebagian elemen biaya
 Captive Users : pengguna moda transportasi yang ‘terjebak’,
- pengguna yang tidak punya pilihan lain / tidak bebas memilih moda
- biasanya pengguna angkutan umum reguler, misal : para pelajo
- sangat tidak elastis : kalaupun harga tiket dinaikkan mereka tetap menggunakan
angkutan umu krn tidak punya pilihan lain (keterbatasan ekonomi)

PEMBEBANAN LALULINTAS / PEMILIHAN RUTE


 Pembebanan lalulintas adalah proses dimana pergerakan antara 2 zona (atau lebih)
dengan moda tertentu dilimpahkan / dibebankan pada rute tertentu
 Tujuan pemodelan :
a) Untuk menilai kekurangan sistrans yang ada dengan cara melakukan pembebanan
perjalanan di masa datang (Yestimasi) kepada sistrans yang ada sekarang
b) Untuk mengevaluasi dampak akibat poin a)
c) Untuk menentukan prioritas pembangunan
d) Menyediakan data mengenai volume dan lama perjalanan tiap rute
 Analisis pemilihan rute terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu :
- alasan pemakai jalan memilih suatu rute dibandingkan dengan rute yang lain
- pengembangan model yang menggabungkan alasan pemilihan suatu rute dengan
sistrans yang ada
- kemungkinan terjadinya perbedaan persepsi mengenai rute terbaik
- kemacetan dan kondisi fisik jalan membatasi jumlah arus lalulintas di jalan
tersebut

DASAR – DASAR REKAYASA TRANSPORTASI Hartono Guntur R, ST., MT


24

Ilustrasi
Suatu kota mempunyai satu ruas jalan tembus dengan kapasitas 1000 kend / jam dan
sebuah jalan lingkar dengan jarak lebih panjang dengan kapasitas 3000 kend / jam

JALAN LINGKAR

A B
JALAN TEMBUS

Asumsikan pada jam sibuk pagi terdapat 3500 kendaraan mendekati kota dan setiap
kendaraan memilih rute terpendek (jalan tembus). Sangat kecil kemungkinan semua
kendaraan bisa lewat jalan tembus karena akan sangat macet. Beberapa kendaraan
akan memilih jalan lingkar walaupun lebih jauh untuk menghindari kemacetan.
Suatu saat akan terjadi kondisi stabil, yaitu dimana tidak dimungkinkan lagi
pengendara akan memilih rute lain yang lebih baik karena kedua rute mempunyai
biaya yang sama dan minimum  kondisi keseimbangan (equlibrium).
Akhirnya tidak semua kendaraan akan memilih jalan tembus dengan berbagai alasan
kualitatif (kenyamanan, keselamatan, keindahan dll). Perbedaan persepsi akan
menghasilkan penyebaran kendaraan pada setiap rute sehingga tercipta proses
stokastik (tidak pasti) dalam pemilihan rute
 Alasan pemilihan rute sangat menentukan jenis model yang digunakan. Terdapat 3
hipotesa alasan yang menghasilkan model yang berbeda :
a) All or nothing assigment
Asumsi : pemakai jalan secara logika menggunakan rute terpendek yang
meminimalkan hambatan (waktu, jarak, ataupun biaya) dan semua lalulintas lewat
pada rute yang sama tersebut dengan anggapan semua pengendara mengetahui
rute terpendek tersebut
b) Multipath assigment
Asumsi : pemakai jalan tidak mengetahui secara pasti rute yang tercepat. Masing-
masing menggunakan rute yang menurut mereka adalah yang terpendek. Sehingga
terdapat banyak rute yang dilalui

DASAR – DASAR REKAYASA TRANSPORTASI Hartono Guntur R, ST., MT


25

c) Probabilistic assigment
Asumsi : pemakai jalan mempertimbangkan faktor lain selain jarak, waktu, dan
biaya dalam memilih rute, misal : keamanan, kenyamanan, keindahan
pemandangan dll yang bersifat kualitatif
 Beberapa model pelimpahan rute :
a) Model All or Nothing (AON)
- paling sederhana, tercepat, termudah
- hanya tergantung pada asumsi pribadi dan ciri fisik jalan yang akan dilewati
- tidak tergantung pada tingkat kemacetan
- realistis untuk jalan luar kota atau pada kota kecil dimana jalan tidak terlalu
macet dan hanya mempunyai rute alternatif yang terbatas
b) Model stokastik / model banyak rute
- lebih realistis dibanding AON
- memperhitungkan variasi persepsi waktu tempuh antara pengendara
- pengendara tidak tahu secara pasti mana rute yang tercepat, sehingga
pemilihan rute lebih acak
- mengabaikan efek kemacetan
c) Model batasan – kapasitas (Capacity Restraint )
- mempertimbangkan efek kemacetan
- mempertimbangkan batasan kapasitas / arus yang mampu ditampung jalan
d) Model keseimbangan (ekuilibrium)
- model terbaik untuk kondisi jalan macet
- terbaik untuk kota-kota besar
- kelemahan : memerlukan waktu yang lamam untuk proses komputer
5.3 Kebijakan dan Regulasi
Kebijakan dan regulasi transportasi sangat tergantung pada karakteristik suatu
wilayah urban, rural, regional, atau lingkup yang lebih luas yaitu negara. Kebijakan
dan regulasi berpengaruh terhadap perencanaan transportasi, yaitu mempengaruhi tiap
tahapan four stages model.
Sehingga perencanaan transportasi perlu dilakukan secara komprehensif dengan
selalu melihat keterkaitan aspek-aspek kebijakan dan regulasi.

DASAR – DASAR REKAYASA TRANSPORTASI Hartono Guntur R, ST., MT


26

 Mengapa regulasi dibutuhkan ?


1) Untuk mengcover terjadinya ketidaksesuaian antara teori dan kenyataan. Teori
pada dasarnya benar sedangkan kenyataannya kondisi pasar transportasi
membuat teori tidak berlaku. Misal : terjadinya monopoli
2) Adanya pengaruh politik yaitu campur tangan pemerintah sehingga tjd
inkonsistensi antara teori dan kenyataan
 Kebijakan pada dasarnya relaksasi atau pengendoran dari regulasi / peraturan 
hanya untuk sebagian kelompok  kelemahan : KKN
 Beberapa contoh kebijakan dalam bidang transportasi :
- kebijakan berupa pencabutan subsidi (silang), keuntungan : mjd kompetitif 
privatisasi
- pengendoran peraturan penerbangan di USA, dll
 Regulasi bidang swasta
1) Ijin : usaha skala kecil  terbatas
2) Lisensi
3) Franchise / waralaba : usaha skala besar. Misal : pemberian franchise dari
restoran-restoran siap saji / fast food Amerika (KFC, CFC, Mc Donald dll)
kepada pihak tertentu di Indonesia  lebih luang dan leluasa / otonom
Bagaimana penerapan di dunia transportasi Indonesia?? Misal di bidang
angkutan umum : masih terbatas pada skala ijin, misal ijin trayek. Di kota-
kota besar sudah pada taraf pemberian lisensi. Sedangkan franchise seperti
keleluasaan menangani trayek masih belum ada
 Regulasi angkutan umum
Mengapa sangat penting ?? Krn :
1) Adanya ketidaksempurnaan pasar :
- oligopoli : badan usaha sedikit : misal tjd diskriminasi tarif berdasar
kualitas pelayanan (ekonomi, AC, Eksekutif, dll)
- duopoli : hanya ada dua badan usaha
- monopoli : dulu : GIA, PT KAI, PT DI dll
2) Adanya eksternalitas : yaitu biaya yang ditimbulkan trannportasi thd
masyarakat, misal : polusi, kecelakaan, ketidaknyamanan dll

DASAR – DASAR REKAYASA TRANSPORTASI Hartono Guntur R, ST., MT


27

Beberapa contoh regulasi dalam bidang transportasi : 3 in 1, jalan satu arah,


penerapan tarif minimum, tarif parkir progresif, lajur prioritas dll.
5.4 Jaringan Transportasi
Konsep jaringan sangat diperlukan untuk analisis dengan alasan : karakteristik lokasi
prasarana transportasi yang tetap seperti : terminal, ruas jalan, simpang mempunyai
jenis dan kualitas pelayanan yang berbeda.
 Macam – macam jaringan : grid, radial, cincin radial, spiral, heksagonal, delta
 Elemen – elemen jaringan : simpul (node) dan ruas (link)
5.5 Proses Perencanaan Transportasi
7 – an : menetapkan arahan bagi penyediaan layanan transportasi (supply)
disesuaikan dengan kebutuhan, dengan cara yang paling tepat dan dengan sumber
daya yang ada
Perencanaan transportasi : memperkirakan kebutuhan transportasi di masa
mendatang dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Proses perencanaan transportasi mempunyai tahapan – tahapan yang bervariasi
tergantung kondisi ekonomi, sosial, lingkungan suatu wilayah. Namun secara umum
dan sederhana dapat diringkaskan sebagai berikut :
a) Perumusan tujuan dan sasaran : disesuaikan dengan tujuan pengembangan suatu
wilayah
b) Pengumpulan data : primer / lapangan dan sekunder / instansional
c) Estimasi pola perjalanan masa mendatang : barang, penumpang, populasi, tata
guna lahan,dll
d) Perencanaan jaringan : sarana dan prasarana
e) Analisis alternatif : alokasi poin c ke dalam poin d dengan moda dan rute tertentu
f) Evaluasi berdasar biaya, dampak, dan pelaksanaan
g) Pemilihan dan pelaksanaan
5.6 Transportasi Perkotaan dan Regional
Perencanaan transportasi perkotaan pada dasarnya sama dengan proses perencanaan
transportasi secara umum. Sedangkan transportasi regional mempunyai lingkup
wilayah yang lebih luas yaitu antar kota (dalam propinsi, antar propinsi, ataupun antar
selat). Perbedaan : baca sendiri

DASAR – DASAR REKAYASA TRANSPORTASI Hartono Guntur R, ST., MT


28

5.7 Transportasi yang berkelanjutan (sustainable transportation)

DASAR – DASAR REKAYASA TRANSPORTASI Hartono Guntur R, ST., MT

Anda mungkin juga menyukai