Anda di halaman 1dari 28

BIDANG PERENCANAAN TRANSPORTASI

Istilah dan Pengertian Bidang Perencanaan Transportasi (Transport Planning)

a) Konsep perencanaan transportasi yang telah berkembang sampai saat ini


yaitu Model Perencanaan Transportasi 4 Tahap diantaranya yaitu Bangkitan
dan Tarikan Pergerakan (Trip Generation), Sebaran Pergerakan (Trip
Distribution), Pemilihan Moda (Moda Split), dan Pemilihan Rute (Trip
Assignment).

b) Bangkitan dan Tarikan pergerakan (Trip zgeneration), bangkitan pergerakan


yang berasal dari suatu zona atau TGL dan jumlah pergerakan yang tertarik
ke suatu tata guna lahan atau zona. Bangkitan pergerakan adalah tahapan
pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu
zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertatik ke suatu tata
guna lahan atau zona. Pergerakan lalulintas merupakan fungsi tata guna lahan
yang menghasilkan pergerakan lalu lintas

c) Sebaran pergerakan (Trip Distribution) sebran pergerakan adalah bagian dari


proses perencanaan transportasi yang berhubungan dengan pergerakan antar
zona dan menghubungkan interaksi antara TGL, jaringan transportasi dan
arus lalu lintas. Sebaran Pergerakan adalah bagian dari proses perencanaan
transportasi yang berhubungan dengan pergerakan antar zona dan
menghubungkan interaksi antara tata guna lahan, jaringan tranportasi, dan
arus lalulintas (Tamin, 2000).

d) Pemilihan moda (Moda Split) untuk mengetahui proporsi orang akan


menggunakan setiap moda (output MAT per moda). Pemilihan moda
merupakan peranan penting dalam perencanaan transportasi. Jika interaksi
terjadi antara dua tata guna lahan di suatu kota, seseorang akan memutuskan
bagaimana interaksi tersebut harus dilakukan salah satunya dengan pemilihan
moda menggunakan kendaraan ataupun berjalan kaki.

e) Pembebanan Rute (Trip Assignment) permintaan perjalanan dari tahap


distribusi dibebankan ke jaringan jalan. Pemilihan rute (trip assignment)
bertujuan untuk dapat mengidentifikasi rute-rute yng dipilih oleh pengendara
dalam suatu jaringan jalan. Pemilihan rute dapat diklasifikasikan berdasarkan
beberapa faktor pertimbangan yang didasarkan atas pengamatan bahwa tidak
semua pengendara dari suatu lokasi menuju lokasi lainnya akan memilih
suatu rute yang persis sama (Tamin, 1994).

f) Daerah studi adalah suatu ruang/objek yang dilakukan perencanaan dan


pemodelan untuk memprediksi kebutuhan transport yang ada di
dalam/dari/menuju ke daerah tersebut.

g) Zona adalah suatu kawasan dalam wilayah studi lalu lintas yang dianggap
mempunyai karakteristik yang homogen, baik dalam tata guna lahan maupun
pergerakannya (STP 2, 1992).

h) Tata guna lahan adalah aturan/perencanaan yang mengatur fungsi lahan


secara rasional agar tercipta keteraturan.

i) Pusat Kegiatan Kota (Central Bussines District) adalah daerah pusat kegiatan
yang merupakan pusat perdagangan, pusat pertokoan, pusat perkantoran,
pusat pendidikan, dan pusat industri yang dapat menimbulkan tarikan
perjalanan (STP 2, 1992).

j) Daerah Pusat Zona (Centroid) adalah titik semu pada suatu zona yang dapat
menggambarkan lokasi asal dan tujuan keseluruhan perjalanan pada zona
yang bersangkutan. Titik pusat zona ditempatkan pada lokasi-lokasi yang
memiliki bangkitan dan tarikan perjalanan tertinggi dan yang terpadat lalu
lintasnya pada masing-masing zona.

k) Zona Dalam (Internal Zone) adalah zona-zona yang ada di dalam daerah
studi (STP 2, 1992).

l) Zona Luar (Eksternal Zone) adalah zona–zona yang berada di luar daerah
studi (STP 2, 1992).

m) Aksesibilitas (Accessibility) adalah ukuran kemudahan mengenai cara lokasi


tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah atau susahnya lokasi
tersebut dicapai melalui sistem transportasi (Black, 1981).

n) Lahan terbuka (Open Space) yaitu daerah terbuka atau daerah yang belum
terbangun.

o) Lahan terbangun adalah lahan yang sudah mengalami proses Pembangunan.


p) Garis Keinginan (Desire Line) yaitu besarnya perjalanan dari satu zona ke
zona lain. Digambarkan dengan garis yang berbeda warna dan ketebalannya,
menunjukkan jumlah perjalanan antar zona.

q) Sampel adalah bagian dari populasi yang dipelajari dan hasilnya akan
menjadi gambaran bagi populasi aslinya.

r) Trip rate adalah rata-rata jumlah perjalanan produksi perjalanan (bangkitan)


atau dari jumlah tarikan perjalanan yang terkait dengan bangkitan penting
pada suatu wilayah.

s) Daerah kajian adalah suatu daerah geografis yang di dalamnya terletak semua
zona asal dan zona tujuan yg di perhitungkan dalam model membutuhkan
akan adanya transportasi.

t) Zona ‒> Suatu satuan ruang dalam tahapan perencanaan transportasi yang
mewakili suatu wilayah tertentu yang memiliki karakteristik tertentu pula.

u) Hal yang mendasar pada pembagian zona :

 Identifikasi system kegiatan yang signifikan di wilayah


 Identifikasi tingkat keseranngaman TGL

v) Tipe Pergerakkan =

 Eksternal-Eksternal ‒> Mempunyai zona asal dan tujuan yang berada


diluar daerah kajian. Pelaku pergerakkan ini tidak mempunyai
tujuan/kepentintingan sama sekali ke zona internal tetapi terpaksa
harus menggunakan system jaringan dalam daerah kajian dalam
proses pencapaian zona tujuannya.
 Internal-Eksternal ‒> Pergerakkan mempunyai salah satu zona (asal
dan tujuan) yang berada diluar daerah kajian (Zona eksternal)
 Internal-Internal ‒> Pergerakkan ini mempunyai zona asal/tujuan
yang berada di dalam daerah kajian ‒> Paling utama dalam proses
perencanaan transport. Tujuan utama untuk meramamalkan
pergerakkan tipe ini dan sekaligus menentukan kebijakan yang perlu
di ambil dalam menangkajinya.
 Pergerakkan intrazonal ‒> Mempunyai zona asal dan tujuan yang
berada di dalam zona internal tertentu.

w) Tujuan Perancanaan ‒> Memperkirakan jumlah serta lokasi kebutuhan akan


transportasi pada masa mendatang/pada tahun rencana yang akan di gunakan
untuk berbagai kebijakan investasi perencanaan transport.

x) Karakteristik Perencanaan =

 Multimoda = melibatkan banyak moda transportasi


 Multidisiplin = Disiplin keilmuan
 Multisektoral = Melibatkan Lembaga terkait
 Multiproblem = Permasalahan yang dihadapi

y) Perencanaan ‒> suatu proses pemikiran dengan cara tertentu tentang segala
aspek sesuatu yang akan dilakukan besok. Berdasarkan fakta dan fenomena
hari ini/besok untuk mencapai tujuan tertentu

z) Prinsip Dasar planning ‒> Menerus, Menyeluruh, Terkoordinasi

 Land Use adalah merencanakan penggunaan lahan dalam suatu Kawasan


yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi tertentu ; ex:
pemukiman,industri
SYARAT PENENTUAN ZONA

a) Batas zona diusahakan bertepatan dengan batas daerah/wilayah kajian

b) Besar zona konsisten dengan kerapatan jaringan tinjauan

c) Batas-batas zona dapat menggunakan batas administrasi, baku alam batas


jaringan/batas jenis TGL

d) Noda = tempat dimana ruas-ruas jalan berpotongan atau tempat dimana


orang/barang memasuki jaringan jalan.

e) Pusat zona = noda khusus dan merupakan noda yang menunjukkan asal dan
tujuan perjalanan

f) Menghubungkan ruas dengan pusat zona digunakan dummy luk/centroid


connector

g) Screen lines ‒-> sebuah garis yang membagi daerah studi menjadi 2 bagian
yang relative hampir sama dimana digunakan untuk menentukan lokasi TC
bagi kalibrasi hasil permodelan dalam wilayah studi tersebut

h) Pusat Zona ‒> Tempat dimulai /di akhirnya pergerakkan dari zona dan
kezona tersebut

‒-> Pergerakkan intrazonal tidak akan pernah tau bebankan ke


system jaringan

i) Kordon ‒> Daerah studi di Batasi oleh suatu garis batas kordon ditentukan
untuk tidak memotong jalan yang sama lebih dari 2x. Kordon ditentukan ->
Batas Alami -> Sungai, Jalan KA

j) METODE HOME INTERVIEW (HI) = Metode Bruton (1985)

Faktor penting yang termasuk dalam kategori ini adalah yang berkaitan
dengan ciri sosial-ekonomi pelaku perjalanan termasuk tingkat penghasilan,
kepemilikan kendaraan, struktur dan besarnya keluarga, kerapatan
pemukiman, macam pekerjaan dan lokasi tempat pekerjaan (Bruton, 1985).
dalam survei wawancara rumah tangga juga bisa ditanyakan karakteristik
pergerakan, misalnya jenis tata guna lahan zona asal dan zona tujuan, waktu
berangkat dan tiba, tujuan pergerakan, dan moda transportasi yang 110 Ofyar
Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi digunakan. Pengambilan
sampel 100% sangatlah tidak mungkin karena membutuhkan biaya yang
sangat besar, tenaga kerja yang sangat banyak, dan waktu proses yang sangat
lama. Bruton (1985) menyarankan beberapa nilai sampel yang telah
direkomendasikan untuk digunakan selama hampir 20 tahun

k) ROAD SIDE INTERVIEW (RSI) = (Ortuzar dan Willumsem, 1994)


Survei wawancara di tepi jalan juga menanyakan informasi yang sama
dengan survei lainnya, yaitu jenis kendaraan, tingkat isian penumpang, zona
asal dan tujuan, serta tujuan pergerakan. Salah satu kelemahan survei ini
adalah terganggunya arus lalulintas karena kendaraan harus berhenti untuk
diwawancarai. Kelemahan berikutnya adalah bahwa untuk suatu ruas jalan
yang cukup tinggi arus lalulintasnya, pengambilan sampel 100% hampir
tidak mungkin dapat dilaksanakan.

BIDANG MANAJEMEN REKAYASA LALU LINTAS (MRLL)

 Segmen jalan = Panjang jalan yang mempunyai karakteristik yang hampir sama.
Jalan ditentukan antara dua Simpang APILL dan/atau Simpang utama dengan kondisi
arus lalu lintas yang relatif sama
 Kodefikasi jalan
- Penomoran Node = Penomoran node dimulai dari nomor zona dan nomor node
yang berada di zona tersebut.
- Node 101 = Angka 1 di depan berarti node tersebut terletak di zona 1 dan angka
01 di belakang berarti ruas jalan urutan 01 di zona tersebut
- Penomoran link menyesuaikan arah node asal dan node tujuan
- Suatu link menghubungkan node asal 101 dan node tujuan 102. (101 – 102)
 emp (EKIVALENSI MOBIL PENUMPANG) = Faktor konversi berbagai jenis
kendaraan dibandingkan dengan mobil penumpang atau kend. ringan lainnya.
 smp (SATUAN MOBIL PENUMPANG) = Arus dari berbagai tipe kendaraan telah
diubah menjadi kendaraan ringan (termasuk mobil penumpang) dengan menggunakan
emp.
 Q (ARUS LALU-LINTAS) = Jumlah kendaraan bermotor yang melewati suatu titik
pada jalan per satuan waktu, (kend/jam, smp/jam atau LHRT (Lalu-lintas Harian Rata-
Rata Tahunan).
 SP / Separator (PEMISAHAN ARAH) = Pembagian arah lalu-lintas dalam kedua
arah jalan. (Biasanya dinyatakan sebagai persentase arus total pada setiap arah, contoh
50/50
 LoS (TINGKAT PELAYANAN KINERJA JALAN) = salah satu metode yang
digunakan untuk menilai kinerja jalan yang menjadi indikator dari kemacetan.
 C (KAPASITAS) = Arus lalu-lintas maximum yang dapat dipertahankan (tetap) pada
suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu. (smp/jam)
C = C0 x Fcw x FCsp x FCsf x FCcs
- CO (KAPASITAS DASAR (smp/jam))
- FCW / Factor Wide (FAKTOR PENYESUAIAN KAPASITAS UNTUK LEBAR
JALUR LALU LINTAS)
- FCSP / Factor Separator (FAKTOR PENYESUAIAN KAPASITAS UNTUK
PEMISAHAN ARAH)
- FCSF / Factor Side Friction (FAKTOR PENYESUAIAN KAPASITAS UNTUK
HAMBATAN SAMPING)
- FCCS / Factor City Sizes (FAKTOR PENYESUAIAN KAPASITAS UNTUK
UKURAN KOTA)
 DS (DERAJAT KEJENUHAN) = Rasio arus lalu-lintas terhadap kapasitas. Catatan:
Biasanya dihitung per jam. Nilai DS menunjukkan apakah segmen jalan tersebut
mempunyai masalah kapasitas atau tidak (tingkat kinerja)
DS = Q/C
Q : adalah volume lalu lintas, dalam SMP/jam, yang dalam analisis kapasitas terdiri
dari 2 (dua) jenis,
C : adalah kapasitas segmen jalan, dalam SMP/jam.
 SF / Side Friction (HAMBATAN SAMPING) = Dampak terhadap perilaku lalu-
lintas akibat kegiatan sisi jalan seperti pejalan kaki, penghentian angkot dan
kendaraan lainnya, kendaraan masuk dan keluar sisi jalan dan kendaraan lambat
 V / Velocity (KECEPATAN PERJALANAN (KECEPATAN TEMPUH) =
Kecepatan kendaraan (biasanya km/jam atau m/det)
 FV (KECEPATAN ARUS BEBAS) = Kecepatan kendaraan yang tidak dihalangi
oleh kendaraan lain.
 TT (WAKTU TEMPUH / WAKTU PERJALANAN) = Waktu total yang diperlukan
untuk melewati suatu panjang jalan tertentu, termasuk waktu-berhenti dan tundaan
pada simpang. Catatan: Waktu tempuh tidak termasuk berhenti untuk istirahat,
perbaikan kendaraan.
 MEDIAN = Daerah yang memisahkan arah lalu-lintas pada segmen jalan.
 LEBAR JALUR EFEKTIF (m) = Lebar rata-rata yang tersedia untuk pergerakan
lalu lintas setelah pengurangan akibat parkir tepi jalan, atau penghalang sementara
lain yang menutup jalur lalu-lintas
 Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) = adalah perangkat elektronik yang
menggunakan isyarat lampu yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk
mengatur Lalu Lintas orang dan/atau Kendaraan di persimpangan atau pada ruas
Jalan.
 Marka Jalan = Suatu tanda yang berada di permukaan jalan yang berfungsi untuk
mengarahkan arus lalu lintas serta membatasi daerah kepentingan lalu lintas.
 Pejalan Kaki = adalah setiap orang yang berjalan di Ruang Lalu Lintas Jalan.
 KEREB = Batas yang ditinggikan berupa bahan kaku antara tepi jalur lalu-lintas dan
trotoar.
 TROTOAR = Bagian jalan disediakan untuk pejalan kaki yang biasanya sejajar
dengan jalan dan dipisahkan dari jalur jalan oleh kereb.
 LHRT (Lalu Lintas Harian Rata-rata Tahunan) = adalah jumlah lalu lintas
kendaraan rata-rata yang melewati satu jalur jalan selama 24 jam dan diperoleh dari
data selama satu tahun penuh (365 hari)

 LHR (Lalu Lintas Harian) = adalah volume lalu lintas yang didapatkan dari nilai
rata – rata jumlah kendaraan selama beberapa hari pengamatan

 Kemacetan = adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu
lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan
 Jalan arteri = Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara berdaya guna.
 Jalan kolektor = Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah
jalan masuk dibatasi.
 Jalan lokal = Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi.
 Jalan lingkungan = Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan
dengan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata-rata rendah.
 Volume lalu lintas = adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu penampang
tertentu pada suatu ruas jalan tertentu dalam satuan waktu tertentu.
 Kordon Luar (Eksternal Cordon) = adalah Garis yang membatasi zona internal
dengan zona eksternal.
 Kordon dalam = adalah Garis yang membatasi memisahkan zona dalam dan zona
luar 1 2 (Jalan yang mengarah masuk ke CBD)
 Penampang melintang = proyeksi/potongan melintang tegak lurus sumbu jalan.
 Stop line = adalah garis batas di persimpangan atau traffic light, di mana pengendara
tidak boleh melewati garis tersebut ketika kendaraan berhenti.
 Rambu Lalu Lintas = adalah bagian perlengkapan Jalan yang berupa lambang,
huruf, angka, kalimat, dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan,
larangan, perintah, atau petunjuk bagi Pengguna Jalan.
 Peak Hour Period (Periode Jam Puncak) = rentang waktu sebelum dan sesudah
jam puncak volume kendaraan pada satu peak
 Output TC
1. Fluktuasi arus lalu lintas di suatu ruas jalan (masuk & keluar)
2. Proporsi jenis kendaraan
3. Volume jam puncak kendaraan
4. LHR = volume total selama survey/durasi jam survey
5. Periode jam puncak
 Pulau lalu lintas = bagian jalan yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan, dapat berupa
marka jalan atau bagian jalan yang ditinggikan.
 Persimpangan = simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau lebih ruas jalan
bertemu dan disini pulalah banyak terjadi konflik dalam lalu lintas.
 Jenis – Jenis pengendalian simpang =
1. Uncontolled
2. Manual
3. Prioritas
4. APILL
5. Bundaran
6. Lintasan Tidak Sebidang (flyover & Underpass)
 Simpang prioritas = suatu persimpangan yang dimana terdapat arus utama (mayor)
yang bersimpangan dengan jalan kecil (minor) dan yang mendapatkan hak untuk jalan
terlebih dahulu adalah kendaraan yang berada di jalan utama (mayor),
 Q / Queue (ANTRIAN) = Jumlah kendaraan yang antri dalam suatu pendekat (kend;
smp).
 D / Delay (TUNDAAN) = Waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melewati
suatu simpang dibandingkan terhadap situasi tanpa simpang. (TUNDAAN
LALULINTAS (DT) dan TUNDAAN GEOMETRIK (DG)
 PENDEKAT = Daerah dari lengan persimpangan jalan untuk kendaraan mengantri
sebelum keluar melewati garis-henti.
 QL (PANJANG ANTRIAN) = Panjang antrian kendaraan dalam suatu pendekat (m).
 NQ (ANTRIAN) = Jumlah kendaraan yang antri dalam suatu pendekat (kend; smp).
 NS (ANGKA HENTI) = Jumlah rata-rata berhenti per kendaraan (termasuk berhenti
berulang-ulang dalam antrian)
 i (FASE) = Bagian dari siklus-sinyal dengan lampu-hijau disediakan bagi kombinasi
tertentu dari gerakan lalu lintas (i = indeks untuk nomor fase)
 c (WAKTU SIKLUS) = Waktu untuk urutan lengkap dari indikasi sinyal (sbg.
contoh, diantara dua saat permulaan hijau yang berurutan di dalam pendekat yang
sama; det.)
 g (WAKTU HIJAU) = Fase untuk kendali lalu-lintas aktuasi kendaraan (det.)..
 ALL RED (WAKTU MERAH SEMUA) = Waktu di mana sinyal merah menyala
bersamaan dalam pendekat-pendekat yang dilayani oleh dua fase sinyal yang
berturutan (det.)
 AMBER (WAKTU KUNING) = Waktu di mana lampu kuning dinyalakan setelah
hijau dalam sebuah pendekat (det..).
 IG / Intergreen (ANTAR HIJAU) = Periode kuning+merah semua antara dua fase
sinyal yang berurutan (det.).
 LTI (WAKTU HILANG) = Jumlah semua periode antar hijau dalam siklus yang
lengkap (det).
 QTOT (ARUS TOTAL) = Arus kendaraan bermotor total pada persimpangan
dinyatakan dalam kend/j, smp/j atau LHRT.
 Kinerja ruas jalan = kemampuan ruas jalan untuk melayani kebutuhan arus lalu
lintas sesuai dengan fungsinya yang dapat diukur dan dibandingkan dengan standar
tingkat pelayanan jalan.

 KINERJA RUAS JALAN


1. V/C Ratio
V/C Ratio merupakan perbandingan antara volume lalu lintas dengan kapasitas ruas
jalan.

(PKJI 2023)
2. Kecepatan Perjalanan
Kecepatan perjalanan adalah kecepatan rata-rata kendaraan (km/jam) berdasarkan
perbandingan panjang jalan dengan waktu tempuh rata-rata kendaraan yang melalui
segmen jalan.

(PKJI 2023)
V = Kecepatan ruang rata-rata kendaraan ringan (km/jam)
L = Panjang Segmen (km)
TT = Waktu tempuh rata-rata dari kendaraan ringan sepanjang segmen jalan (jam)
3. Kepadatan
Kepadatan merupakan hasil perbandingan antara volume lalu lintas (smp) dengan
kecepatan.

(PKJI 2023)
D = Kerapatan lalu lintas (kend/km atau smp/km)
Q = Arus lalu lintas (kend/jam atau smp/jam)
V = Kecepatan ruang rata-rata (km/jam)

 KINERJA SIMPANG
1. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan adalah rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas pada ruas jalan
tertentu.

(PKJI 2023)
DS = Derajat Kejenuhan
Q = Arus total sesungguhnya (smp/jam)
C = Kapasitas sesungguhnya (smp/jam)
2. Tundaan Lalu Lintas
Tundaan rata-rata (detik/smp) adalah total waktu hambatan rata-rata yang dialami
oleh kendaraan sewaktu melewati suatu simpang.
- Tundaan Lalu lintas Simpang (DT1)
- Tundaan Lalu lintas Jalan Utama (DTMA)
- Tundaan Lalu lintas Jalan Minor (DTMI)
DTMI = (QTot x DT1 – QMA x DTMA) / QMI
- Tundaan Geometri Simpang (DG)
- Tundaan Simpang (D)
3. Peluang Antrian
Panjang antrian kendaraan dalam suatu pendekat. Batas-batas peluang antrian QP %
ditentukan dari hubungan QP % dan derajat kejenuhan serta ditentukan dengan grafik.

 Kecepatan perjalanan (journey speed) = kecepatan rata-rata kendaraan (km/jam)


berdasarkan perbandingan panjang jalan dengan waktu tempuh rata-rata kendaraan
yang melalui segmen jalan.
 Kecepatan sesaat (spot speed) = kecepatan kendaraan pada suatu saat dukur dari
suatu tempat yang di tentukan
 Kecepatan bergerak (running speed) = kecepatan kendaraan rata – rata pada suatu
jalur pada saat kendaraan bergerak dan di dapat dengan membagi panjang jalur dibagi
dengan lama waktu kendaraan bergerak menempuh jalur tersebut.
 Kecepatan percentil 85 = kecepatan yang digunakan oleh 85 persentil pengemudi
yang diharapkan dapat mewakili kecepatan yang sering digunakan pengemudi di
lapangan.

 Parkir = keadaan Kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa saat dan
ditinggalkan pengemudinya. (UU No. 22 Th 2009).
 KARAKTERISTIK PARKIR
1. Durasi Parkir (rentang waktu sebuah kendaraan parkir di suatu tempat (Satuan
menit atau jam)
2. Akumulasi Parkir
3. Tingkat Pergantian (Parking Turn Over
4. Tingkat Penggunaan (Occupancy Rate) (akumulasi kendaraan pada selang waktu
tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia dikalikan dengan 100%)
5. Volume Parkir (jumlah kendaraan yang telah menggunakan ruang parkir pada
suatu lahan parkir tertentu dalam satu satuan waktu tertentu (biasanya per hari)
6. Kapasitas Parkir (banyaknya kendaraan yang dapat dilayani oleh suatu lahan
parkir selama waktu pelayanan.
7. Indeks Parkir (persentase dari akumulasi jumlah kendaraan pada selang waktu
tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia dikalikan 100%.
 Satuan Ruang Parkir (SRP) = Ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan
(mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda motor), termasuk ruang bebas dan lebar
buka pintu
 Parkir On Street = parkir kendaraan dengan menggunakan badan jalan sebagai
tempat parkirnya.
 Parkir Off Street = yaitu parkir yang lokasi penempatan kendaraannya tidak berada
di badan jalan. Sistem parkir ini dapat berupa pelataran/taman parkir, dan bangunan
bertingkat khusus parkir.

BIDANG ANGKUTAN UMUM

1. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor.
2. Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel.
3. Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga
manusia dan/atau hewan.
4. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap Kendaraan yang digunakan untuk
angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran.
5. Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk
mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau
barang, serta perpindahan moda angkutan.
6. Halte adalah tempat pemberhentian Kendaraan Bermotor Umum untuk menaikkan
dan menurunkan penumpang.
7. Perusahaan Angkutan Umum adalah badan hukum yang menyediakan jasa
angkutan orang dan/atau barang dengan Kendaraan Bermotor Umum.
8. Pengguna Jasa adalah perseorangan atau badan hukum yang menggunakan jasa
Perusahaan Angkutan Umum.
9. Pengemudi adalah orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang
telah memiliki Surat Izin Mengemudi.
10. Penumpang adalah orang yang berada di Kendaraan selain Pengemudi dan awak
Kendaraan.
11. Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek adalah
Angkutan yang dilayani dengan mobil penumpang umum dan Mobil Bus umum dari
suatu tempat ke tempat lain, mempunyai asal-tujuan, lintasan, dan waktu yang tetap
dan teratur serta dipungut bayaran.
12. Standar Pelayanan Minimal adalah ukuran minimal pelayanan yang wajib dipenuhi
oleh Perusahaan Angkutan Umum dalam memberikan pelayanan kepada Pengguna
Jasa yang aman, selamat, nyaman, terjangkau, setara, dan teratur
13. Rencana Umum Jaringan Trayek adalah dokumen yang memuat rencana jaringan
Trayek dan kebutuhan kendaraan bermotor dalam satu kesatuan jaringan.
14. Jaringan Trayek adalah kumpulan dari Trayek yang menjadi satu kesatuan jaringan
pelayanan Angkutan orang.
15. Trayek adalah lintasan Kendaraan Bermotor Umum untuk pelayanan jasa Angkutan
orang dengan mobil Penumpang atau Mobil Bus yang mempunyai asal dan tujuan
perjalanan tetap, lintasan tetap, dan jenis kendaraan tetap serta berjadwal atau tidak
berjadwal.
16. Mobil Penumpang adalah Kendaraan Bermotor Angkutan orang yang memiliki
tempat duduk maksimal 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang
beratnya tidak Lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.
17. Mobil Bus adalah Kendaraan Bermotor Angkutan orang yang memiliki tempat duduk
lebih dari 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya lebih dari
3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.
18. Mobil Bus Kecil adalah Kendaraan Bermotor Angkutan orang yang beratnya lebih
dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram sampai dengan 5.000 (lima ribu) kilogram,
panjang maksimal 6.000 (enam ribu) milimeter, lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu
seratus) milimeter dan tinggi tidak lebih 1,7 (satu koma tujuh) kali lebar kendaraan.
19. Mobil Bus Sedang adalah Kendaraan Bermotor Angkutan orang yang beratnya lebih
dari 5.000 (lima ribu) kilogram sampai dengan 8.000 (delapan ribu) kilogram, panjang
maksimal 9.000 (sembilan ribu) millimeter, lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu
seratus) milimeter dan tinggi tidak lebih 1,7 (satu koma tujuh) kali lebar kendaraan.
20. Mobil Bus Besar adalah Kendaraan Bermotor Angkutan orang yang beratnya lebih
dari 8.000 (delapan ribu) kilogram sampai dengan 16.000 (enam belas ribu) kilogram,
panjang lebih dari 9.000 (sembilan ribu) milimeter sampai 12.000 (dua belas ribu)
milimeter, lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter dan tinggi
kendaraan tidak lebih 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter dan tidak lebih dari 1,7
(satu koma tujuh) kali lebar kendaraan.
21. Mobil Bus Maxi adalah Kendaraan Bermotor Angkutan yang beratnya lebih dari
16.000 (enam belas ribu) kilogram sampai dengan 24.000 (dua puluh empat ribu)
kilogram, panjang maksimal 12.000 (dua belas ribu) milimeter sampai 13.500 (tiga
belas ribu lima ratus) milimeter, lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
milimeter dan tinggi kendaraan tidak lebih 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter dan
tidak lebih dari 1,7 (satu koma tujuh) kali lebar kendaraan.
22. Mobil Bus Tempel adalah Kendaraan Bermotor Angkutan yang beratnya lebih dari
22.000 (dua puluh dua ribu) kilogram sampai dengan 26.000 (dua puluh enam ribu)
kilogram, panjang maksimal 13.500 (tiga belas ribu lima ratus) milimeter sampai
18.000 (delapan belas ribu) milimeter, lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima - 5 -
ratus) milimeter dan tinggi kendaraan tidak lebih 4.200 (empat ribu dua ratus)
milimeter dan tidak lebih dari 1,7 (satu koma tujuh) kali lebar kendaraan.
23. Mobil Bus Tingkat adalah Kendaraan Bermotor Angkutan yang beratnya lebih dari
21.000 (dua puluh satu ribu) kilogram sampai dengan 24.000 (dua puluh empat ribu)
kilogram, panjang maksimal 9.000 (sembilan ribu) milimeter sampai 13.500 (tiga
belas ribu lima ratus) milimeter lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
milimeter dan tinggi kendaraan tidak lebih 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter.
24. Angkutan Lintas Batas Negara adalah Angkutan dari satu kota ke kota lain yang
melewati lintas batas negara dengan menggunakan Mobil Bus umum yang terikat
dalam Trayek.
25. Angkutan Antarkota Antarprovinsi adalah Angkutan dari satu kota ke kota lain
yang melalui antar daerah kabupaten/kota yang melalui lebih dari 1 (satu) daerah
provinsi dengan menggunakan Mobil Bus umum yang terikat dalam Trayek.
26. Angkutan Antarkota Dalam Provinsi adalah Angkutan dari satu kota ke kota lain
yang melalui antar daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah provinsi dengan
menggunakan Mobil Bus umum yang terikat dalam Trayek.
27. Angkutan Perkotaan adalah Angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam
kawasan perkotaan yang terikat dalam Trayek.
28. Angkutan Pedesaan adalah Angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu
daerah kabupaten yang tidak bersinggungan dengan Trayek Angkutan perkotaan.
29. Angkutan Massal adalah pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bermotor
umum dalam kawasan perkotaan yang menggunakan mobil bus dengan kapasitas
angkut massal dan dilengkapi dengan lajur khusus.
30. Mobil Penumpang (MPU) adalah mobil penumpang yang digunakan sebagai
kendaraan umum.
31. Biaya Pokok adalah besaranuntuk menghasilkan satu satuan unit produksi jasa
angkutan.
32. Armada adalah asset berupa kendaraan mobil bus/MPU yang
dipertanggungjawabkan perusahaan, baik yang dalam keadaan siap guna ataupun
dalam konservasi
33. Tarif adalah besarnya biaya yang dikenakan kepada setiap penumpang kendaraan
angkutan penumpang umum yang dinyatakan dalam rupiah
34. Kapasitas Kendaraan Adalah Jumlah Maksimum Penumpang yang Dapat Diangkut
Dalam Satu Kendaraan. Secara Real Operasional Di Lapangan, Kapasitas Kendaraan
Terdiri Dari 8 Seat Tempat Duduk, 11 Seat Tempat Duduk, Dan 24 Seat Tempat
Duduk.
35. Survey Statis adalah survey yang dilakukan dari luar kendaraan dengan mengamati /
menghitung / mencatat informasi dari setiap kendaraan penumpang umum yang
melintas di ruas jalan pada setiap arah lalu lintas, serta di pintu masuk dan pintu
keluar terminal.
36. Frekuensi Angkutan Adalah Jumlah Perjalanan Kendaraan Dalam Waktu Tertentu.
Secara Relatif Frekwensi Tinggi Dapat Diartikan Bahwa Jumlah Perjalanan Dalam
Suatu Periode Tertentu Banyak. Sebaliknya, Frekwensi Rendah Dapat Diartikan
Sebagai Jumlah Perjalanan Dalam Suatu Periole Tertentu Adalah Sedikit.
37. Headway atau waktu antara adalah jarak antara kendaraan yang satu terhadap
kendaraan lain di depannya. Headway dalam angkutan umum dapat menggunakan
satuan waktu maupun satuan jarak.
38. Load factor merupakan perbandingan antara jumlah penumpang yang berada
didalam kendaraan pada jam sibuk pagi, jam tidak sibuk dan jam sibuk sore dengan
kapasitas kendaraan dalam bentuk persentase. jumlah penumpang dibagi kapasitas
kendaraannya.
39. Layover time adalah waktu yang digunakan suatu kendaraan untuk singgah di
terminal .
40. Travel time adalah waktu yang diperlukan angkutan umum untuk menempuh
perjalanan dari tempat asal ke tujuan akhir.
41. RTT adalah singkatan dari Round Trip Time yaitu waktu perjalanan bis setelah
berangkat dari titik 1 sampai dengan bis tersebut siap untuk berangkat kembali dari
titik 1 untuk perjalanan selanjutnya.
42. Pelayanan adalah banyaknya kendaraan penumpang umum per satuan waktu.
Besarannya dapat dinyatakan dalam kendaraan/jam atau kendaraan/hari.
43. Analisis Kinerja Angkutan Umum
- Analisis Kinerja Jaringan
1. Keinginan Orang Berjalan (KOB) (Sesuai standar perkotaan : 300-400, diluar
kota : 600-700)
2. Cakupan Pelayanan ( Rumus : Panjang trayek x (2 x KOB), menyesuaikan daerah
lokasi)
3. Nisbah (Perbandingan luas wilayah terbangun dengan cakupan pelayanan)
4. KT AU (Ketersediaan Angkutan Umum : Perzona) (Perbandingan panjang jalan
yang ada di zona terhadap panjang trayek yang ada di zona tersebut)

- Analisis Kinerja Operasional/pelayanan


1. Panjang Trayek Merupakan panjang lintasan yang dilalui oleh suatu angkutan
umum pada trayek tertentu
2. Frekuensi/Rit Pengertian untuk angkutan kota dan angdes adalah jumlah
kendaraan yang melewati pada satu titik dalam satu jam untuk trayek yang sama,
Jumlah seluruh perjalanan dalam satu hari, 1 rit = 2 perjalanan, *catatan : perhitungan
rit dipake untuk trayek tidak berjadw
3. Headway (Jarak antara kendaraan satu dengan kendaraan dibelakangnya = 1/F)
4. Lay Over Time (Waktu singgah)
5. Jam Operasional (JO) (Jam kendara dari mulai beroperasi sampai dengan selesai
beroperasi)
6. Travel Time (Waktu tempuh kendaraan angkutan umum dari titik O ke D,
*catatan : tidak harus terminal)
7. Round Trip Time (waktu tempuh kendaraan dari O sampai Kembali ke O, rumus =
(2 x Travel time) + ( 2 x LOT)
8. Load Factor (Rumus = kapasitas kendaraan (diperoleh dari buku uji) : jumlah
penumpang)
9. Kecepatan (Untuk AU digunakan kecepatan perjalanan yaitu terdiri dari : delay
time (waktu tundaan) dan running time (waktu berjalan) terhadap Panjang trayek)
10. Loading Profile (Trayek dibagi menurut segmen) Dilakukan survey untuk
mengetahui Jumlah penumpang naik dan turun, Load factor segmen, Kecepatan
segmen, Jumlah kantong penumpang, Ttitk lokasi kantong penumpang Teknik
pembagian segmen : a. Berdasarkan TGL (untuk jenis trayek liniear) b. Bedasarkan
NODE (untuk jenis trayek non-liniear)

- Analisis Kinerja Kepengusahaan


1. Tingkat Utilitas (Jumlah kendaraan yang beroperasi dengan jumlah kendaraan
yang dimiliki/tersedia)
2. Jumlah Penumpang Terangkut
 Rumus perkendaraan = Load factor x kapasitas
 Rumus per-jam a. untuk berjadwal = jumlah penumpang perkendaraan x
frekuensi b. untuk tidak berjadwal = tidak ada nilai
 Rumus per-hari a. untuk tidak berjadwal = jumlah penumpang perkendaraan x
rit b. untuk berjadwal = jumlah penumpang perkendaraan x F x JO
 Rumus per-trayek
a. untuk tidak berjadwal = jumlah penumpang perkendaraan x rit x jumlah
armada
b. untuk berjadwal = jumlah penumpang perkendaraan x F x JO x Jumlah Armada
3. Tingkat pendapatan (Rumus = Jumlah penumpang x tarif)
4. Kilometer Tempuh
 Rumus perkendaraan = panjang trayek
 Rumus per-jam
a.untuk tidak berjadwal = tidak ada nilai
b.untuk berjadwal = Panjang trayek x frekuensi
 Rumus per-hari
c. untuk tidak berjadwal = Panjang trayek x rit
d.untuk berjadwal = Panjang trayek x F x JO
 Rumus per-trayek c. untuk tidak berjadwal = Panjang trayek x rit x jumlah
armada d.untuk berjadwal = Panjang trayek x F x JO x Jumlah Armada
5. Tingkat Biaya (Rumus = BOK (*data sekunder atau dihitung langsung) x
Kilometer tempuh)
6. BCR (Rasio Pendapatan/Tingkat Biaya) (Rumus = perbandingan antara
tingkat pendapatan dan tingkat biaya) Terjadi 3 kemungkinan : kurang dari 1
artinya rugi , =1 artinya impas atau lebih dari 1 artinya untung)
7. Kilometer Kosong (kilometer yang tidak ada pendapatan, biasanya dihitung
dari pool ke lintasan trayek, Rumus = jarak kilometer kosong x BOK

BIDANG KESELAMATAN

1. DRK Black Site:


DRK adalah daerah rawan kecelakaan, dimana untuk mengetahui lokasi yang menjadi daerah
rawan kecelakaan adalah berdasarkan data kecelakaan setelah kecelakaan tersebut terjadi.
Umumnya, data DRK ini bisa didapat dari kepolisian. Daerah rawan kecelakaan lalu lintas
adalah daerah yang mempunyai jumlah kecelakaan lalu lintas tinggi, resiko dan kecelakaan
tinggi pada suatu ruas jalan (Warpani, 1999). Kriteria yang dapat digunakan untuk
mengetahui DRK adalah :

2. Black Spot

adalah lokasi pada jaringan jalan dimana frekuensi kecelakaan atau jumlah kecelakaan
lalulintas dengan korban mati, atau kriteria kecelakaan lainnya, per tahun lebih besar daripada
jumlah minimal yang ditentukan. Atau secara praktis bila dikaitkan dengan spesifikasi
panjang jalan adalah sebuah persimpangan, atau bentuk yang spesifik seperti Jembatan, atau
panjang jalan yang pendek, biasanya tidak lebih dari 0,3 km (Dirjenhubdat, 2007).
3. Black Link

adalah panjang jalan yang mengalami tingkat kecelakaan, atau kematian, atau kecelakaan
dengan kriteria lain per Kilometer per tahun, atau per kilometer kendaraan yang lebih besar
daripada jumlah minimal yang telah ditentukan. Secara praktis bila dikaitkan dengan
spesifikasi panjang jalan, lebih dari 0,3 km, tapi biasanya terbatas dalam satu bagian rute
dengan karakteristik serupa yang panjangnya tidak lebih dari 20 km (Dirjenhubdat, 2007).

4. Black Area

adalah wilayah dimana jaringan jalan mengalami frekuensi kecelakaan, atau kematian, atau
kriteria kecelakaan lain, per tahun yang lebih besar dari jumlah minimal yang ditentukan.
Secara praktis, wilayah yang meliputi beberapa jalan raya atau jalan biasa, dengan
penggunaan tanah yang seragam dan yang digunakan untuk strategi manajemen lalulintas
berjangkauan luas. Di daerah perkotaan wilayah seluas 5 kilometer per segi sampai 10
kilometer per segi cukup sesuai (Dirjenhubdat, 2007)

5. DPK

DPK adalah daerah potensi kecelakaan, dimana untuk mengetahui wilayah yang memiliki
potensi kecelakaan adalah dengan melakukan analisis secara ilmiah. Dasar penentuan DPK
adalah dari hasil survai wawancara kepada masyarakat tentang daerah mana yang memiliki
potensi untuk terjadinya kecelakaan. Tekhnis survey wawancara kepada masyarakat tersebut
dapat dilakukan secara bersamaan dengan survey Home Interview (HI) bidang perencanaan.

6. Fatalitas Laka

Fatalitas laka dapat diklasifikasikan menjadi korban meninggal dunia, luka berat, atau pun
luka ringan.

7. Biaya Kecelakaan Jalan

Biaya kecelakaan lalu lintas adalah besarnya total kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan
lalu lintas di wilayah studi. Besaran biaya kecelakaan ini adalah total dari direct cost dan
indirect cost yang terjadi akibat kecelakaan lalu lintas di wilayah studi tersebut.
Teknik pemeringkatan lokasi kecelakaan dapat dilakukan dengan pendekatan tingkat
kecelakaan dan statistik kendali mutu (quality control statistic), atau pembobotan
berdasarkan nilai kecelakaan (Pedoman Penanganan Lokasi Rawan Kecelakaan Lalu Lintas,
2004). Salah satu metode untuk menghitung angka kecelakaan adalah dengan menggunakan
metode EAN (Equivalent Accident Number) (Pignataro, 1973), yang merupakan pembobotan
angka ekivalen kecelakaan mengacu pada biaya kecelakaan lalu lintas. EAN dihitung dengan
menjumlahkan kejadian kecelakaan pada setiap kilometer panjang jalan kemudian dikalikan
dengan nilai bobot sesuai tingkat keparahan. Nilai bobot standar yang digunakan adalah
Meninggal dunia (MD) = 12, Luka berat (LB) = 6, Luka ringan (LR) = 3, Kerusakan
kendaraan (K) = 1 (Soemitro, 2005).
Rumus EAN:
EAN = 12 MD + 6 LB + 3 LR + 1 K
1. Penentuan lokasi rawan kecelakaan dilakukan berdasarkan angka kecelakaan tiap
kilometer jalan yang memiliki nilai bobot (EAN) melebihi nilai batas tertentu. Nilai
batas ini dapat dihitung antara lain dengan menggunakan metode Batas Kontrol Atas
(BKA) dan Upper Control Limit (UCL).
2. Nilai Batas Kontrol Atas (BKA) ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:
BKA = C + 3 √C (2)
Dimana: C = Rata-rata angka kecelakaan EAN
3. Nilai UCL (Upper Control Limit) ditentukan dengan menggunakan persamaan
berikut:
UCL = λ+ψ×√([(λ⁄m)+((0.829)⁄m)+(1⁄2×m) ] ) (3)
Dimana: λ = Rata-rata angka kecelakaan EAN
Ψ = Faktor probabilitas = 2.576
m = Angka kecelakaan ruas yang ditinjau (EAN)
8. Tipe Kecelakaan
Analisis tipe kecelakaan dilakukan terhadap data kecelakaan yang didapatkan. Tipe
kecelakaan antara lain kecelakaan depan-depan (head on collision), kecelakaan tabrak
samping (rear on collision), kecelakaan lepas kendali atau kecelakaan tunggal, kecelakaan
belakang-depan, dll.

9. Severity Indeks adalah jumlah kematian per tiap kecelakaan.

10. Jh
Jarak pandang henti adalah jarak minimum yang diperlukan oleh pengemudi untuk
menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat ada halangan di depan. Jarak
pandang henti terdiri dari dua jarak, yaitu jarak tanggap dan jarak pengereman.
JARAK PANDANG HENTI (Jh) Jh terdiri atas 2 (dua) elemen jarak, yaitu:
a. Jarak Tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak pengemudi
melihat suatu halangan yang menyebabkannya harus berhenti sampai saat pengemudi
menginjak rem.
b. Jarak Pengereman (Jhr) adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan
sejak pengemudi menginjak rem sampai kendaraan berhenti.

11. Spot Speed


Spot speed adalah salah satu metode pengambilan sampel kecepatan di lapangan. Spot
speed adalah kecepatan sesaat kendaraan yang diukur ketika kendaraan melintas pada
suatu titik yang di inginkan pada ruas jalan tertentu. Salah satu cara mengukur kecepatan
sesaat kendaraan adalah menggunakan metode Moving Car Observed (MCO) yaitu
metode pengukuran yang mengikut sertakan pengamat dalam kendaraan yang bergerak
mengikuti arus lalu lintas.
12. Persentil 85
Kecepatan 85 persentil adalah sebuah kecepatan lalu lintas dimana 85% dari pengemudi
mengemudikan kendaraannya di jalan tanpa dipengaruhi oleh kecepatan lalu lintas yang
lebih rendah atau cuaca yang buruk (Abraham, 2001). Dengan kata lain, kecepatan 85
persentil merupakan kecepatan yang digunakan oleh 85 persentil pengemudi yang
diharapkan dapat mewakili kecepatan yang sering digunakan pengemudi di lapangan
(Sendow, 2004). Maka, tujuan dari metode ini adalah untuk menentukan batas kecepatan
yang ideal pada ruas jalan yang ditinjau berdasarkan kecepatan rata-rata kendaraan
13. Distribusi Poisson
Untuk meramalkan frekuensi kejadian kecelakaan yang mungkin terjadi pada wilayah
studi dapat dilakukan analisis terhadap data kecelakaan yang ada pada kabupaten/kota
dengan menggunakan formula distribusi poisson.

BIDANG INTEGRASI ANTARMODA

- Acces Cost Disutility : menentukan jumlah biaya yang terbuang oleh pengguna jasa
per moda transportasi yang digunakan menuju stasiun maupun meninggalkan stasiun.
Dibagi menjadi tiga kategori yaitu Acces Cost Disutility per orang per hari, per orang,
dan per tahun yang terbadi menjadi tiga strata golongan pendapatan rendah,
menengah, dan tinggi.
- Aksesibilitas : Kemudahan Mencapai tujuan
- Analisis Intermodalitas Fasilitas Simpul: Melihat tingkat fasilitas intermodalitas yang
ada di simpul.
- Analisis Potensi Intermodal Mobility: Menganalisis seberapa besar potensi yang
dihasilkan suatu kota untuk melihat tingkat intermodal mobility yang ada di suatu
zona.
- Angkutan Antarmoda : Angkutan orang/penumpang dengan melalukan perjalanan
paling sedikit menggunakan 2 moda yang berbeda dalam satu rangkaian perjalanan
- Angkutan Massal : Angkutan yang memuat banyak orang untuk berpindah dari satu
tempat ke tempat lain
- Angkutan Multimoda : Angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit 2 moda
angkutan berbeda atas dasar satu kontrak sebagai dokumen
- Aspek Keterpaduan Moda : Untuk menganalisis tingkat keterpaduan antarmoda dapat
digunakan parameter indicator kinerja keterpaduan moda dengan cara mengevaluasi
kinerja kerterpaduan moda dengan indikator kinerja keterpaduan moda yaitu dengan
mengetahui keterpaduan jaringan prasarana, jaringan pelayanan, dan pelayanan.
- Approach Time : waktu yang digunakan kapal sejak kapal mulai bergerak memasuki
pelabuhan sampai dengan kapal mulai bertambat di dermaga yang ditandai dengan
saat terikatnya tali tambat pertama di dermaga untuk kapal masuk dan waktu yang
digunakan oleh kapal sejak lepasnya tali tambat sampai dengan saat kapal
meninggalkan perairan pelabuhan.

- Bus Stop : Tempat henti tanpa perlindungan


- Desire Line (garis keinginan) merupakan garis lurus yang mengambarkan hubungan
antar asal dan tujuan sebuah pergerakan.
- Drop off : Penurunan penumpang
- Efektif : Hemat (Time)
- Efisien : Biaya (cost)
- Eksisting : kondisi yang ada atau keadaan yang terjadi saat itu (ketika
ditinjau/diobservasi)
- Fasilitas Peraihan Moda Dengan Jaringan Berbeda (Intermodal Transfer Point): titik
sambung antara dua jenis moda dari dua jenis jaringan yang berbeda.Contohnya
antara jaringan sungai dan jaringan jalan, atau kereta api
- Fasilitas Peralihan Moda (Transfer Point): Menarik Penumpang angkutan pribadi
untuk berintegrasi dengan angkutan umum
- Halte : Tempat henti dalam perlindungan
- Indikator Kinerja pada Simpul transportasi: Aksesibilitas Pada Tiap Simpul
Transportasi, Penyediaan Moda Lanjutan Pada Simpul Transportasi, waktu
intermodalitas.
- Integrasi Antarmoda : Manajemen sistem transportasi public yang mengkombinasikan
2 moda atau lebih untuk mewujudkan pelayanan transportasi yang efektif dan efisien
- Integrasi Fisik : Infrastruktur /prasarana untuk menunjang transportasi yang
terintegrasi harus direncanakan, dirancang dan dibangun untuk mendekatkan jarak
antarjaringan moda transportasi melalui kemudahan konektivitas perjalanan dalam hal
ini yang dimaksud
- Integrasi Fungsi : terintegrasinya rencana pengembangan fungsi dari sistem
transportasi yang dibangun sehingga memberikan nilai kemanfaatan yang besar dalam
pelayanan transportasi multimoda.
- Integrasi Jadwal : mengkoordinasi jadwal untuk mengurangi waktu tunggu dalam
proses transfer antarmoda
- Integrasi jaringan : terintegrasinya sistem jaringan prasarana dan jaringan pelayanan
baik intramoda maupun antarmoda.
- Integrasi kelembagaan : tersinerginya koordinasi antarlembaga dalam suatu kerangka
perencanaan, pelaksanaan dan pengoperasian dari berbagai moda yang saling
terintegrasi
- Integrasi Pembiayaan : terintegrasinya rencana pembiayaan khususnya dalam skema
pembiayaan pembangunan sedemikian sehingga terwujud sinergi yang saling
mendukung antarmoda.
- Integrasi waktu pelaksanaan : terintegrasi rencana waktu pelaksanaan dari setiap
moda baik dari proses perencanaan, pembangunan hingga tahap pengoperasiannya.
- Inventarisasi : kelayakan fasilitas yang tedapat di setiap simpul
- Jaringan Antarmoda : Jaringan yang tersambung antar jenis moda yang tersedia di
suatu tempat
- Kiss and ride : parkir jangka pendek, yang didesain untuk memaksimalkan
pergantian kendaraan, memfasilitasi arus lalu lintas.
- Layout : Tata letak
- MIM (modal interaction matrix) / Hubungan antar moda : keterkaitan antarmoda
dengan fasilitas untuk meningkatkan kinerja antarmoda
- Mobilitas : Alat perpindahan
- Moda Penghubung : Moda yang menghubungkan sebelum dan sesudah menggunakan
moda utama
- Moda Pengumpan : transportasi yang melayani bagian kota yang berada di luar
jangkauan sistem transportasi untuk menghubungkan Kawasan yang tidak terlayani
moda utama
- Moda terusan : moda yang digunakan setelah menggunakan moda utama untuk
memungkin perjalanan yang lebih efisien dan menghemat waktu maupun biaya
- Moda Utama : Moda yang digunakan dalam perjalanan jarak yang cukup jauh
- Negative value : Hasil pengurangan dari eksisting dan nilai harapan
- Nilai Desired : Nilai keingingan penumpang
- Nilai Existing : Nilai sesungguhnya
- Normalized score : menghitung besaran nilai interaksi antara moda dengan fasilitas
secara keseluruhan.
- OD : Origin Destination/asal tujuan
- Park and ride : Kegiatan parkir kendaraan pribadi di tempat parkir dan kemudian
melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus atau Kapal
- Parkir : keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat semetara
- Pedestrian : pergerakan atau sirkulasi atau perpindahan orang atau manusia dari satu
tempat ke titik asal (origin) ketempat lain sebagai tujuan (destination) dengan berjalan
kaki berupa trotoar, pavement, sidewalk, pathway, plaza dan mall.
- Peningkatan Kinerja : Perencanaan fasilitas pejalan kaki dan fasilitas penyebarangan,
Fasilitas Halte, Pola Sirkulasi Penumpang
- Pick Up : Penjemputan Penumpang
- Segment Disutility: Untuk menentukan segmen penumpang dari gerbang masuk
sampai naik ke kereta dan menghitung total waktu yang terbuang akibat melakukan
perpindahan atau pergerakan dengan berbagai hambatan yang ada.
- Simpul Transportasi : Titik temu antar moda transportasi
- Titik transhipment : Titik simpul seperti pelabuhan dengan konsolidasi pergerakan
penumpang/barang
- Transportasi antarmoda: mempunyai kontrak terpisah di setiap perjalanannya. Jadi,
akan ada lebih dari satu pihak atau entitas yang bertanggung jawab atas pengiriman.
- Transportasi multimoda : hanya perlu satu kontrak dan itu sudah mencakup semua
perjalanan dengan satu pengangkut yang bertanggung jawab penuh serta memastikan
akan barang bisa terkirim hingga ke lokasi tujuan.
- Transportasi : Perpindahan manusia / barang dari satu tempat ke tempat lainnya
dengan menggunakan sebuah kendaraan
- Trip Segment Analysis(TSA) : menentukan kemudahan perjalanan antara segmen
fasilitas dan moda di dalam simpul, yang bertujuan membandingkan disutilitas
segmen maupun biaya oleh pengguna jasa dengan masing-masing moda yang
digunakan
- Trotoar : jalur pejalan kaki yang terletak pada daerah milik jalan yang diberi lapisan
permukaan dengan elevasi yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan
pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan.
- TSH: jumlah ton barang yang dibongkar / muat per kapal dalam 1 (satu) jam selama
kapal tertambat.

Anda mungkin juga menyukai