Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi

Menurut LPM ITB (1997) , permasalahan transportasi bertambah

parah baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.

Permasalahan tersebut semakin bertambah parah melihat kenyataan bahwa

meskipun sistem prasarana trasnportasi sudah sangat terbatas, tetapi banyak

dari sistem prasarana tersebut yang berfungsi secara tidak efisien. Oleh

karena itu sangatlah penting untuk mengetahui secara akurat besarnya

kebutuhan akan trasnportasi pada masa mendatang sehingga sumberdaya

dapat dihemat dengan mengatur atau mengelola sistem prasarana

trasportasi yang dibutuhkan (Tamin, 2008). Maka untuk mengatasi

permasalahan di atas diperlukan perencanaan transportasi. Adapun menurut

Tamin, 2008, tujuan dasar perencanaan transportasi adalah memperkirakan

jumlah serta lokasi kebutuhan akan transportasi (misalnya menentukan total

pergerakan baik untuk angkutan umum maupun pribadi) pada masa yang

akan datang.

Konsep perencanaan transportasi yang paling popular adalah “ Model

Perencanaan Transportasi Empat Tahap” ( Four Stages Transport Model ),

yang terdiri dari :

1. Bangkitan dan tarikan pergerakan ( Trip Generation )


2. Distribusi pergerakan lalu lintas ( Trip Distribution )

3. Pemilihan moda ( Modal choice/modal split )

4. Pembebanan lalu lintas ( Trip Assigment )

2.2 Bangkitan dan tarikan pergerakan (Trip Generation)

Bangkitan dan tarikan pergerakan (Trip Generation) adalah tahapan

pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu

zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu

zona atau tata guna lahan (Tamin, 1997). Bangkitan pergerakan (Trip

Generation) adalah jumlah perjalanan yang terjadi dalam satuan waktu pada

suatu zona tata guna lahan ( Hobbs, 1995)

Waktu perjalanan bergantung pada kegiatan kota, karena penyebab

perjalanan adalah adanya kebutuhan manusia untuk melakukan kegiatan dan

mengangkut barsng kebutuhannya. Dalam prosesnya, bangkitan pergerakan

dianalisis secara terpisah menjadi 2 bagian (Miro, 2002), Yaitu:

a. Trip Production, merupakan banyaknya pergerakan yang dihasilkan oleh

zona asal, dengan kata lain merupakan pergerakan/ arus lalu-lintas yang

meninggalkan suatu kawasan/zona.

b. Trip Attraction, merupakan banyaknya pergerakan yang tertarik ke zona

tujuan, dengan kata lain merupakan pergerakan/arus lalu-lintas yang menuju

ke suatu kawasan/zona.

Tujuan akhir perencanaan tahapan bangkitan pererakan pada masa


sekarang yang akan digunakan untuk meramalkan pergerakan pada masa

mendatang.

Bangkitan dan tarikan perjalanan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1: Bangkitan dan Tarikan Perjalanan Sumber: Ofyar Z. Tamin (2000)

Bangkitan dan tarikan pergerakan biasanya dianalisa berdasarkan

zona. Data tata guan lahan (peubah X), data bangkitan pergerakan (P) dan

data tarikan pergerakan (A) yang didapat dari hasil survey (Black, 1978

dalam Ofyar Z. Tamin 1997).


Gambar 2.2: Bangkitan dan Tarikan Perjalanan (Tamin, 1997, 2000, 2008)

2.2.1 Jenis tata guna lahan

Jenis tata guna lahan yang berbeda (pemukiman, pendidikan dan

komersial) mempunyai cirri bangkitan lalu lintas yang berbeda, antara lain:

a. Jumlah arus lalu lintas

b. Jenis lalu lintas (pejalan kaki, truk, mobil)

c. Lalu lintas pada waktu tertentu (kantor menghasilkan arus lalu lintas

pagi dan sore hari, sedangkan pertokoan menghasilkan arus lalu lintas di

sepanjang hari).

2.2.2 Intensitas aktivitas tata guna lahan

Bangkitan pergerakan bukan saja beragam dalam jenis tata guna

lahan, tetapi juga tingkat aktivitasnya. Semakin tinggi tingkat penggunaan

sebidang tanah, semakin tinggi pergerakan arus lalu lintas yang dihasilkan.

Salah satu ukuran intensitas aktivitas sebidang tanah adalah kepadatannya

(Tamin, 2008).

2.3 Distribusi pergerakan lalu lintas ( Trip Distribution )

Distribusi pergerakan lalu lintas ( Trip Distribution ) adalah tahapan

pemodelan yang memperkirakan sebaran pergerakan yang meninggalkan

suatu zona atau yang menuju suatu zona.


Distribusi pergerakan dapat direpresentasikan dalam bentuk garis

keinginan ( desire line ) atau dalam bentuk Matrix asal tujuan, MAT (orign-

destination matrix/O-D matrix ).

Pola distribusi lalu lintas antara zona asal dan tujuan adalah hasil dari

dua hal yang terjadi secara bersamaan yaitu :

1. Lokasi dan intensitas tata guna lahan yang akan menghasilkan lalu

lintas.

2. Spatial separation ( pemisahan ruang ), interaksi antara 2 buah tata

guna lahan akan menghasilkan pergerakan.

a. Intensitas tataguna tanah

Makin tinggi tingkat aktivitas suatu tataguna tanah, makin tinggi

kemampuannya menarik lalu lintas.


Contoh: Supermarket menarik lalu lintas lebih banyak dibandingkan

rumah sakit (untuk luas yang sama).

b. Spatial separation

Jarak antara dua buah tataguna lahan merupakan batasan dari

adanya pergerakan. Jarak yang jauh atau biaya yang besar membuat

pergerakan antara dua buah zona menjadi lebih sulit.

c. Spatial separation dan intensitas tataguna lahan

Daya tarik suatu tata guna lahan berkurang dengan meningkatnya

jarak (efek spatial separation). Tata guna tanah cenderung menarik

lalu lintas dari tempat yang lebih dekat dibandingkan dengan tempat

yang jauh.

Jumlah lalu lintas antara dua buah tataguna lahan tergantung dari intensitas

kedua tataguna lahan dan spatial separation (jarak, waktu, dan biaya).

Jauh Interaksi Interaksi Interaksi


Jarak dapat rendah menengah
diabaikan
Dekat Interaksi Interaksi Interaksi
rendah menengah sangat tinggi
Intensitas tataguna lahan
antara 2 zona Kecil-kecil Kecil-besar Besar-besar

2.4 Pemilihan Moda ( Modal choice/modal split )

Jika terjadi interaksi antara dua tataguna tanah, seseorang akan

memutuskan bagaimana interaksi tersebut dilakukan. Biasanya interaksi


tersebut mengharuskan terjadinya perjalanan. Dalam kasus ini keputusan

harus ditentukan dalam hal pemilihan moda yang mana:

1. Pilihan pertama biasanya antara jalan kaki atau menggunakan

kendaraan.

2. Jika kendaraan harus digunakan, apakah kendaraan pribadi ( sepeda,

sepeda motor, mobil, dll ) atau angkutan umum ( bus, becak, dll).

3. Jika angkutan umum yang digunakan, jenis apa yang digunakan

( angkot, bus, kereta api, pesawat, dll ).

Pemilihan moda transportasi sangat tergantung dari:

1. Tingkat ekonomi/income = kepemilikan

2. Biaya transport

Orang yang mempunyai satu pilihan moda disebut dengan captive

terhadap moda tersebut. Jika terdapat lebih dari satu moda, moda

yang dipilih biasanya yang mempunyai rute terpendek, tercepat atau

termurah, atau kombinasi ketiganya. Faktor lain yang mempengaruhi

adalah ketidaknyamanan dan keselamatan.

2.5 Pembebanan lalu lintas ( Trip Assignment )

Pembebanan lalu lintas ( trip assignment ) adalah suatu proses

dimana permintaan perjalanan (yang didapat dari tahap distribusi)

dibebankan ke jaringan jalan.

1. Kendaraan pribadi, rute yang dipilih sembarang


2. Kendaraan umum, rute yang sudah ditentukan.

Pemilihan rute tergantung dari alternatif terpendek, tercepat, termurah, dan

juga diasumsikan bahwa pemakai jalan mempunyai informasi yang cukup

tentang kemacetan, kondisi jalan, dll, sehingga mereka dapat menentukan

rute terpendek. Hasil akhir dari tahap ini adalah diketahuinya volume lalu

lintas pada setiap rute.

2.6 Konsep pemodelan bangkitan pergerakan

Model dapat didefenisikan sebagai alat bantu atau media yang dapat

digunakan untuk mencerminkan dan menyederhanakan suatu realita (dunia

sebenarnya) secara terukur (Tamin, 1997), termasuk diantaranya:

1. Model fisik

2. Peta dan diagram (grafis)

3. Model statistika dan matematika (persamaan)

Semua model tersebut merupakan penyederhanaan realita untuk

tujuan tertentu, seperti memberikan penjelasan, pengertian, serta peramalan.

Pemodelan transportasi hanya merupakan salah satu unsur dalam

perencanaan transportasi. Lembaga pengambil keputusan masyarakat

administrator peraturan dan penegak hokum adalah beberapa unsure

lainnya.

Model merupakan penyederhanaan dari keadaan sebenarnya dan

model dapat memberikan petunjuk dalam perencanaan transportasi.


Karakteristik sistem transportasi untuk daerah-daerah terpilih seperti CBD

sering dianalisis dengan model. Model memungkinkan untuk mendapatkan

penilaian yang cepat terhadap alternatif-alternatif transportasi dalam suatu

daerah (Morlok, 1991 dalam Daniel, 2011).

2.6.1 Definisi dasar

Beberapa definisi dasar yang selalu digunakan dalam tahap

pemodelan bangkitan pergerakan (Tamin, 2008):

a. Perjalanan

Pergerakan satu arah dari zona asal ke zona tujuan, termasuk

pergerakan berjalan kaki. Berhenti secara kebetulan (misalnya berhenti

diperjalanan untuk mebeli rokok) tidak dianggap sebagai tujuan perjalanan,

meskipun perubahan rute terpaksa dilakukan.

b. Pergerakan berbasi rumah

Pergerakan yang salah satu atau kedua zona (asal dan / atau tujuan)

pergerakan tersebut adalah rumah.

c. Pergerakan berbasis bukan rumah

pergerakan yang salah satu arah atau kedua zona (asal dan / atau

tujuan) pergerakan tersebut adalah bukan rumah.

d. Bangkitan pergerakan digunakan untuk suatu pergerakan berbasis

rumah yang mempunyai tempat asal dan / atau tujuan adalah rumah

atau pergerakan yang berbasis bukan rumah.


e. Tarikan pergerakan digunakan untuk menyatakan suatu pergerakan

berbasis rumah yang mempunyai tempat asal dan/atau tujuan bukan

rumah atau pergerakan yang tertarik oleh pergerakan berbasis bukan

rumah.

f. Tahapan bangkitan pergerakan: sering digunakan untuk menetapkan

besarnya bangkitan pergerakan yang dihasilkan oleh rumah tangga

(baik untuk pergerakan berbasis rumah maupun berbasis bukan

rumah pada selang waktu tertentu (perjam atau perhari).

2.6.2 Klasifikasi Pergerakan

2.6.2.1 Berdasarkan tujuan pergerakan

Dalam kasus pergerakan berbasis rumah ada lima kategori tujuan

pergerakan yang sering digunakan (Tamin, 2008), yaitu:

a. Pergerakan ke tempat kerja

b. Pergerakan dengan tujuan pendidikan

c. Pergerakan ke tempat belanja

d. Pergerakan untuk kepentingan sosial dan rekreasi

e. Lain-lain

Dua tujuan pergerakan pertama (bekerja dan pendidikan) disebut tujuan

pergerakan utama yang merupakan keharusan untuk dilakukan setiap orang

setiap hari, sedangkan pergerakan tujuan lain sifatnya pilihan dan tidak

rutin dilakukan.
2.6.2.2 Berdasarkan waktu

Pergerakan biasanya dikelompokkan menjadi pergerakan pada jam

sibuk dan pada jam tidak sibuk. Proporsi pergerakan yang dilakukan oleh

setiap tujuan pergerakan sangat berfluktuasi atau bervariasi sepanjang hari.

2.6.2.3 Berdasarkan jenis orang

Hal ini merupakan salah satu jenis pengelompokan yang penting

karena perilaku pergerakan individu sangat dipengaruhi oleh atribut sosio

ekonomi. Atribut yang dimaksud adalah:

a. Tingkat pendapatan: biasanya terdapat tiga tingkat pendapatan di

Indonesia, tinggi, menengah, rendah.

b. Tingkat kepemilikan kendaraan biasanya terdapat empat tingkat 0,1,2,

atau lebih 2 per rumah tangga.

c. Ukuran dan struktur rumah tangga.

2.6.3 Model Bangkitan Pergerakan

2.6.3.1 Konsep Metode Analisa Regresi

Metode analisa regresi digunakan untk menghasilkan hubungann

antara dua variabel atau lebih dalam bentuk numerik, dan untuk melihat

bagaimana dua atau lebih peubah saling berkait, dimana telah diketahui

variabel mana yang variasinya dipengaruhi oleh variabel lainnya dan variabel

mana yang mempengaruhinya. Persamaan regresi ini merupakan persamaan

garis yang paling mewakili hubungan antara dua variabel tersebut.


a. Analisa Regresi Linear Sederhana

Variabel analisis regresi dibedakan menjadi dua jenis variabel yaitu

variabel bebas (X) dan variabel tak bebas (Y). hubungan linear dari 2 jenis

variabel tersebut dituliskan dalam persamaan Y = a + bX.......................

(2.1)

b. Analisa Regresi Linear Berganda

Dalam pemodelan bangkitan pergerakan, metode analisa regresi linear

berganda (Multiple Linear Regression Analysis) menggunakan metode

Stepwise yang memiliki persamaan yaitu:

Y = a+b1X1 + b2X2............+ bnXn ...............................................................(2.2)

Keterangan :

Y = Variabel tergantung (jumlah produksi perjalanan)


a = Konstanta (angka yang akan dicari)
b1b2...bn = Koefisien regresi (angka yang akan dicari)
X1X2...Xn = Variabel tidak tergantung (faktor-faktor berpengaruh)
X1 = Jumlah anggota keluarga rata-rata (jiwa)
X2 = Jumlah anggota keluarga yang bekerja (orang)
X3 = Jumlah anggota keluarga yang bersekolah (orang)
X4 = Jumlah penghasilan keluarga (orang)
X5 = Jumlah kepemilikan motor (unit)
X6 = Jumlah kepemilikan mobil (unit)
Setelah melakukan beberapa tahapan dan memperoleh nilai

persamaan, maka untuk mengetahui besaran produksi pergerakan yang

diperkirakan dihasilkan oleh perumahan tipe bangunan mewah (Y1) adalah:

Y1= a + b1X1 + b2X2............... + bnXn........................................................(2.3)

Untuk mengetahui besaran produksi pergerakan yang dihasilkan oleh

perumahan tipe bangunan menengah (Y2) adalah :

Y2= a + b1X1 + b2X2............... + bnXn....................................................(2.4)

Untuk mengetahui besaran produksi pergerakan yang dihasilkan oleh

perumahan tipe bangunan sederhana (Y3) adalah :

Y3= a + b1X1 + b2X2............... + bnXn...................................................(2.5)

Metode analisis regresi linear berganda digunakan untuk meghasilkan

hubungan dalam bentuk numerik dan untuk melihat bagaimana variabel

saling berkait. Ada beberapa asumsi statistik harus dipertimbangkan dalam

menggunakan metode analisis regresi linear berganda, sebagai berikut:

1. Variabel terikat (Y) merupakan fungsi linear dari variabel bebas (X).

2. Variabel, terutama variabel bebas adalah tetap atau telah diukur tanpa

galat.

3. Tidak ada korelasi antara variabel bebas.

4. Variansi dari variabel terikat terhadap garis regresi adalah sama untuk

nilai semua variabel terikat.


5. Nilai variabel terikat harus tersebar normal atau minimal mendekati

normal.

Sebagian besar studi tentang bangkitan pergerakan (Trip Generation)

yang berbasis rumah tangga menunjukkan bahwa variabel-variabel penting

yang berkaitan dengan produksi perjalanan seperti perjalanan ketempat

kerja, sekolah dan perdagangan (Tamin, 1997), yaitu:

1. Pendapatan

2. Kepemilikan kendaraan

3. Struktur rumah tangga

4. Ukuran rumah tangga

5. Nilai lahan

6. Kepadatan daerah pemukiman

7. Aksesibilitas

2.6.3.2 Analisis Model Perhitungan Bangkitan Pergerakan

Ada beberapa tahapan dalam pemodelan dengan metode analisis

regresi linear berganda (Algifari, 2000 dalam Daniel, 2011), adalah sebagai

berikut:

a. Analisa bivariat : yaitu analisis uji korelasi untuk melihat hubungan antar

variabel yaitu variabel terikat dengan variabel bebas. Variabel bebas

harus mempunyai korelasi tinggi terhadap variabel terikat dan sesama

variabel bebas tidak boleh saling berkorelasi. Apabila terdapat korelasi


diantara variabel bebas, pilih salah satu yang mempunyai nilai korelasi

yang terbesar untuk mewakili.

b. Analisis Multivariat: yaitu analisa untuk mendapatkan model yang paling

sesuai (fit) menggambarkan pengaruh satu atau beberapa variabel bebas

terhadap variabel terikatnya, dapat digunakan analisis regresi linear

berganda (Multiple Linear Regression Analysis). Tata cara pembuatan

suatu model analisis regresi linear berganda (Multiple Linear Regression

Analysis) adalah dengan cara sebagai berikut:

1. Membuat Matriks Korelasi Koefisien korelasi dapat bernilai positif atau

negatif. Nilai positif menunjukkan hubungan yang positif, yaitu

kemiringan garis regresi adalah positif, sementara bernilai negatif

menunjukkan hubungan yang negatif, yaitu kemiringan garis regresi

yang negatif.

2. Nilai R2, yaitu Analisis setiap kombinasi variabel tidak bebas terhadap

variabel bebas.

3. Hubungan yang kuat untuk bagi setiap variabel (nilai korelasi)

4. Uji-t

5. Uji-F

6. Uji Validasi

7. Uji linearitas

Beberapa kaidah statistic harus kita penuhi jika kita memakai metode
analisis regresi linier ini (sederhana dan berganda) untuk penelitian dan

peramalan berupa produser pengujian keabsahan hasil peramalan (Miro,

2005). Prosedur dimaksud di antaranya adalah:

1. Uji hubungan linier antara variabel terikat Y yang diramalkan dengan

variabel bebas x:

Pengujian statistik ini dilakukan untuk mengetahui hubungan linier

antara 2 variabel yang kita asumsikan memiliki keterkaitan atau

keterhubungan yang kuat, apakah kuat atau tidak. Kalau hubungan

variabel terikat Y dengan variabel bebas x ternyata tidak memiliki keterkaitan

yang kuat (lemah), maka data-data pengukuran seluruh variabel yang

dimasukkan ke dalam model harus ditransformasikan terlebih dahulu

(dilogaritmakan).

Adapun alat uji yang digunakan untuk hal ini adalah Koefisien Korelasi

dan Koefisien Determinasi. Koefisien korelasi sederhana (r) merupakan

angka yang mengukur kekuatan hubungan antara 2 (dua) variabel (terikat

dan bebas). Besarannya dapat dicari melalui paket program SPSS atau

microstat dan secara manual. Secara manual, r dapat dicari melalui

perumusan berikut (Dikutip Miro, 2005 dari Enns, 1985);


xy
∑ −(∑¿ ¿ x . y)/ n ¿

r= 2
....................................................(2.6)
 x  ( x)2 / n  y 2 ( y) 2 /
Dimana:

r = koefisisen korelasi sederhana

x dan y = variabel

n = jumlah pengamatan

Σ = simbol penjumlahan

Koefisien determinasi sederhana (r2) merupakan merupakan nilai yang

dipergunakan untuk mengukur besar kecilnya sumbangan/kontribusi

perubahan variabel bebas terhadap perubahan variabel terikat yang tengah

kita amati (Dikutip Miro, 2005 dari Supranto, 1983), yang secara manual

dapat ditentukan cukup dengan cara mengkuadratkan nilai r yang sudah kita

dapatkan dari formulasi diatas. Nilai r akan berkisar antara -1 sampai dengan

+1 (-1 < r < +1), tergantung kekuatan hubungan linier kedua variabel.

2. Uji – t (t – test)

Uji – t dilakukan untuk melihat apakah parameter (b1, b2, .... , bn) yang

melekat pada variabel bebas cukup berarti (signifikan) terhadap suatu

konstanta (a) nol atau sebaliknya. Kalau signifikan, maka variabel bebas

yang tekait dengan parameter harus ada dalam model. Adapun rumus untuk

mendapatkan t adalah :

(bl−B 0)
t= , k =1 ,2 , 3 , … , n ........................................................ (2.7)
Se(bk )

Dimana:
t = angka yang akan dicari

bk = koefisien regresi variabel bebas yang

ke-k Bo = hipotesisi nol

Se (bk) = simpangan baku koefisien regresi (parameter) b yang ke

(var bk) Bo = jumlah variabel/koefisien regresi

3. Uji – F (F – test)

Uji – F dilakukan untuk melihat apakah seluruh koefisien regresi dan

variabel bebas yang ada dalam model regresi linier berganda berbeda dari

nol atau nilai konstanta tertentu. Secara statistik, nilai uji – F ini dapat dihitung

melalui:

SSR /(K−1) ∑ (Y i¿−Ӯ )/(K −1) ¿


F= SSE /(n−k ) = .............................................
∑ (Y −Ŷ )/(N −K )
(2.8)

Dimana:

F = angka yang akan dicari

SSR(Σ(Yi-Ӯ) = jumlah kuadrat dari regresi

SSE(Σ(Yi-Ŷ) = jumlah kuadrat dari kesalahan

n = jumlah pengamatan

k = jumlah parameter (koefisien regresi)

Jika F-hitung > F-tabel, maka hipotesisi yang menyatakan seluruh koefisien

regresi dan variabel bebas berbeda dengan nool dapat diterima.

2.6.3.3 Konsep Metode Analisa Kategori


Metode analisa kategori dikembangkan pertama sekali pada The

Puget Sound Transportation Study pada tahun 1964. Metode analisa kategori

ini didasarkan pada adanya keterkaitan antara terjadinya pergerakan dengan

atribut rumah tangga. Asumsi dasarnya adalah tingkat bangkitan pergerakan

dapat dikatakan stabil dalam waktu untuk setiap stratifikasi rumah tangga

tertentu (Tamin, 1997).

1. Analisa kategori merupakan metode yang digunakan untuk

mengidentifikasikan hubungan antar berbagai variabel yang

berpengaruh terhadap aspek penentuan tujuan (destination). Konsep

dasarnya sederhana, dan variabel yang umum digunakan dalam

analisis kategori adalah: Ukuran rumah tangga (jumlah orang)

2. Kepemilikan kendaraan

3. Pendapatan rumah tangga

Kategori pada umumnya ditetapkan menjadi tiga dan kemudian rata-rata

tingkat bangkitan pergerakan (dari data empiris) dibebankan untuk setiap

kategori. Kategori ini kemudian digunakan untuk menentukan sifat

ketergantungan antar variabel. Persamaan analisis kategori yang digunakan

untuk bangkitan pergerakan dengan tujuan ‘p’ yang dilakukan oleh orang

berjenis ‘n’ di zona ‘I’ (Tamin, 1997).

Metode ini dikhususkan hanya pada basis perjalanan rumah (home based

trip) dengan pendekatan disagregat (per individu), karena faktor pendorong


timbulnya perjalanan adalah karakteristik-karakteristik rumah tangga yang

berkaitan dengan individu si pelaku perjalanan. (Miro, 2005).

Sebagai pendekatan analisis, metode ini harus melalui 4 tahapan sebagai

berikut (Dikutip Miro, 2005):

Tahap Pertama:

Menetapkan beberapa variabel utama di mana variabel-variabel ini

merupakan penggambaran karakteristik-karakteristik individu rumah tangga

yang ada di zona pemukiman yang kita teliti. Variabel-variabel berikut

diasumsikaan dapat dan telah terbukti menimbulkan serta mempengaruhi

produksi (bangkitan) perjalanan dari zona pemukiman penduduk:

- Variabel ukuran rumah tangga, merupakan jumlah orang yang mendiami

rumah tangga seperti 1, 2, 3, 4 orang dst.

- Variabel jumlah kendaraan yang dimilki oleh rumah tangga, merupakan

jumlah kendaraan (biasanya roda 4) yang dipunyai oleh suatu rumah tangga

misalnya 0, 1, 2 kendaraan, dst.

- Variabel tingkat pendapatan rumah tangga per satuan waktu/bulan,

merupakan penghasilan yang diterima oleh kepala rumah tangga dari hasil

pekerjaannya misalnya Rp. 500.000,- per bulan, dst.

- Variabel jumlah pekerja yang ada di dalam suatu rumah tangga, merupakan

jumlah orang yang sudah bekerjaa di rumah tangga itu. Misalnya 1 orang
yang bekerja, 2 orang yang bekerja, dst.

Tahap Kedua:

Mengalokasikan setiap rumah tangga yang telah kita survei secara

sampel melalui wawancara rumah tangga/daftar kuisoner kedalam setiap

kelas sedemikian rupa sehingga setiap kelas memuat beberapa rumah

tangga yang betul-betul sama tingkat karakteristiknya.

Tahap Ketiga:

Menentukan rata-rata tingkat perjalanan per rumah tangga pada

masing-masing kelas yang sudah kita tetapkan di tahap kedua dengan cara

membagi jumlah perjalanan pada kelas yang bersangkutan dengan jumlah

rumah tangga yang terdapat pada kelas tersebut.

Tahap Keempat:

Menetukan jumlah perjalanan masing-masing kelas dengan cara

mengalikan jumlah perjalanan rata-rata per rumah tangga pada kelas yang

bersangkutan dengan jumlah rumah tangga hasil perkiraan dan

mentotalkannya untuk seluruh kelas/kategori, sehingga didapatkan hasil

perkiraan jumlah perjalanan yang diproduksi oleh zona pemukiman yang teliti

itu per hari pada tahun rencana.

Qpi ∑in=p
kategori
TCi . Hc (i) i.......................................................................(2.9)

Dimana:

Qpi = Jumlah perjalanan yang diproduksi oleh zona pemukiman i yang


telah kita teliti per hari pada tahun rencana
Tci = Rata-rata tingkat perjalanan per rumah tangga yang ada dalam
kelas/kategori ci
Hci = Perkiraan jumlah rumah tangga yang ada dalam kelas/kategori ci
yang berlokasi di zona pemukiman i yang tengah kita teliti pada
tahun
rencana.

Anda mungkin juga menyukai