Anda di halaman 1dari 21

27

BAB V PENERAPAN GAMBAR

A. GAMBAR KONSTRUKSI GEOMETRIS


Seorang juru gambar harus terampil menggunakan alat-alat
menggambar, misalnya penggaris T, sepasang penggaris segitiga,
jangka, sablon, dll. Sebelum membuat gambar kerja, seorang
calon drafter harus banyak berlatih menggambar bentuk-bentuk
geometris.
Garis yang paling pendek adalah titik. Kumpulan titik-titik yang
beraturan dan memenuhi persamaan tertentu disebut garis. Garis-
garis yang disusun sedemikian rupa akan menjadi bentuk
geometris. Bentuk-bentuk geometris sederhana antara lain dapat
dilihat pada Gambar 5.1

Gambar 5.1 Bentuk-bentuk geometris sederhana


28

Beberapa langkah menggambar konstruksi garis lurus dan


lengkung yang perlu diketahui, antara lain :
1. Membagi garis AB menjadi lima bagian sama panjang, caranya:
a) Tarik garis l yang membentuk sudut sembarang
terhadap garis AB.
b) Bagilah garis l menjadi 5 bagian yg sama,
didapat titik-titik 1, 2, 3, 4, dan 5. Hubungkan titik 5 dg B,
didapat garis BC.
c) Tariklah garis-garis sejajar BC melalui titik-titik
1, 2, 3, 4 didapat titik-titik 1’, 2’, 3’, 4’. Garis AB sudah terbagi
5 sama panjang.

Gambar 5.2 Membagi garis menjadi 5 bagian sama panjang


2. Menggambar garis tegak lurus dg menggunakan mistar T dan
segitiga atau dua buah segitiga, caranya :
a) Letakkan mistar T atau sebuah segitiga, sehingga sisinya
dengan garis AB
b) Letakkan sebuah segitiga lain dengan sebuah sisinya
menempel sisi mistar T atau sisi segitiga pertama melalui
titik D, dan tariklah garis melalui titik D. Garis CD tegak lurus
AB.
29

Gambar 5.3 Melukis garis tegak lurus


3. Melukis segilima beraturan dg sisi yang diketahui, misal
segilima beraturan dengan sisi AB (Gambar 5.4)

Gambar 5.4 Melukis Segilima Beraturan dg satu sisi diketahui


Caranya :
a) Buat garis tegak lurus AB dan membagi AB
menjadi dua bagian sama panjang
b) Buat dengan jangka CD = AB
c) Buatlah garis lewat titik A dan titik D. Ukur
dengan jangka DE = ½ AB. Buat busur yang berjari-jari DE
dengan pusat titik D yang memotong perpanjangan garis CD
di titik F.
d) Buatlah busur yang berjari-jari AB dengan titik
pusat A, B, dan F, sehingga didapat titik G dan H.
e) Hubungkan titik-titik G, A, B, H, F sehingga
terbentuk segilima beraturan.
4. Melukis segi enam beraturan dalam lingkaran
a) Diketahui lingkaran dengan jari-jari r dan berpusat di O.
Garis sumbu berpotongan dengan lingkaran pada titik-titik1,
2, 3, dan 4
b) Dengan pusat titik 1 dan 2, dengan menggunakan jangka
buat busur lingkaran pada titik A, B, C, dan D
30

c) Hubungkan titik 1, A, 2, D, dan B. Segi enam beraturan telah


terbentuk

Gambar 5.5 Melukis Segienam beraturan dalam lingkaran


5. Melukis segibanyak beraturan atau segi-n beraturan dalam
lingkaran, dengan n adalah jumlah sisi segibanyak beraturan.
Misal diambil n = 7

Gambar 5.6 Melukis segi 7 beraturan dalam lingkaran


Caranya :
a) Bagilah diameter lingkaran D menjadi n bagian
sama panjang, yaitu 7 bagian sama panjang. Namailah AF
b) Garis tengah FA dan BG diperpanjang keluar
lingkaran sepanjang AF, sehingga didapat titik C dan D.
31

c) Hubungkan C dan D. Garis CD memotong


lingkaran di E (yang terdekat dengan garis tengah FA yang
dibagi menjadi 7).
d) Panjang sisi segi n = 7 beraturan adalah jarak
titik E ke titik 3 (selalu titik 3)
e) Dengan menggunakan jangka bagilah busur
lingkaran D menjadi 7 bagian yang sama panjang, dengan
panjang = panjang yg didapat dari poin d)
f) Segi 7 beraturan sudah terbentuk
6. Melukis segi banyak beraturan dengan panjang sisi yang telah
ditentukan. Caranya
a) Tentukan sisi AB. Buatlah setengah lingkaran
dengan jari-jari AB berpusat di A, didapat garis tengah BC
b) Bagilah BC menjadi 7 bagian sama panjang
c) Buatlah busur dengan jari-jari BC dengan pusat
titik B dan C. Kedua busur ini berpotongan di D.
d) Hubungkan D dengan E (BE = 5/7BC), DE
diperpanjang hingga memotong lingkaran di F
e) Hubungkan A dan F. Buatlah garis sumbu
(garis bagi dua) dari AF dan AB. Kedua garis sumbu
berpotongan di O, yang merupakan titik pusat lingkaran luar
segi 7 beraturan.
f) Dengan pusat di O buat lingkaran
g) Dengan menggunakan jangka, bagilah
lingkaran dengan panjang sisi AB.
32

Gambar 5.7 Melukis segi 7 beraturan dengan sisi tertentu


B. GAMBAR PROYEKSI
Gambar kerja dalam bidang teknik dibuat dengan cara proyeksi.
Proyeksi ada 2 macam :
I. Proyeksi Piktorial (gambar pandangan tunggal)
II. Proyeksi Ortogonal (gambar pandangan majemuk)

Proyeksi Piktorial ada 3 macam :


1. Proyeksi Aksonometri, ada 3 macam :
a) proyeksi isometri
b) proyeksi dimetri
c) proyeksi trimetri
2. Proyeksi Miring, ada beberapa macam
3. Proyeksi Perspektif, ada 3 macam :
a) perspektif satu titik (perspektif sejajar)
b) perspektif dua titik (perspektif sudut)
c) perspektif tiga titik (persepektif miring)
Proyeksi Ortogonal pada umumnya ada 2 macam :
1. Proyeksi Eropa (Proyeksi Kuadran I)
2. Proyeksi Amerika (Proyeksi Kuadran III)

I. PROYEKSI PIKTORIAL
Pengertian gambar proyeksi : lihat gambar 5.8 dan 5.9
Terdapat 3 titik A, B, dan C. Di antara titik A, B, dan C ada bidang
datar P. Jika titik A dihubungkan dengan garis lurus terhadap B
33

dan C maka didapat titik potong garis-garis tersebut pada bidng P


di titik D dan E. Titik D dan E disebut titik proyeksi.

Gambar 5.8 Proyeksi Titik

Proyeksi benda pada bidang proyeksi P disebut proyeksi


perspektif dan gambarnya disebut gambar perspektif (Gambar
5.9).

Gambar 5.9 Proyeksi Perspektif

Gambar proyeksi yang menyajikan bentuk benda dalam satu


pandangan 3 dimensi disebut gambar pandangan tunggal, atau
lebih sering disebut gambar piktorial.
34

1. Proyeksi Aksonometri
Ada 3 bentuk proyeksi aksonometri, yaitu isometri, dimetri dan
trimetri. Lihat Gambar 5.10

Gambar 5.10 Tiga bentuk proyeksi aksonometri


Keterangan gambar :
a) Proyeksi isometri (panjang AB = AD = AE, sudut a = b = c)
b) Proyeksi dimetri (panjang AD = AE, sudut a = c)
c) Proyeksi trimetri

Untuk menggambarkan benda dengan cara proyeksi


aksonometri dapat digunakan tabel berikut :
Tabel 5.1 Sudut Proyeksi dan Skala Perpendekan
Cara Proyeksi Sudut Proyeksi (0) Skala Perpendekan (%)
  Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z
ISOMETRI 30 30 82 82 82

DIMETRI 15 15 73 73 96
30 30 86 86 71
40 40 54 92 92

TRIMETRI 20 10 64 83 97
30 15 65 86 92
35

30 20 72 83 89
35 25 77 85 83
45 15 65 92 86

Cara menggunalan tabel :


Misal kita akan menggambar kubus dengan rusuk 100mm
secara isometri, maka sudut  =  = 300 AD = AB = AE = 82% x
100 = 82mm.
Jika akan menggambarkan balok dg p = 100mm ; l = 50mm ; t =
40mm secara dimetri dengan sudut proyeksi 150, maka AD
(panjang) = 0,73 x 100 = 73mm, AB (lebar) = 0,73 x 50 =
36,5mm, dan AE (tinggi) = 0,96 x 40 = 38,4mm.

2. Proyeksi Miring
Benda bisa diletakkan sesukannya, tetapi biasanya permukaan
depan dari benda diletakkan sejajar dengan bidang proyeksi.
Sehingga bentuk permukaan depan tergambar dalam ukuran
sebenarnya. Sudut yang menggambarkan kedalaman biasanya
600, 450, 300. Panjang sisi AB bisa ditentukan sembarang :
- Jika AB = panjang sebenarnya disebut gambar Cavalier.
- Jika AB = ½ panjang sebenarnya disebut gambar
Cabinet.
Jenis- jenis proyeksi miring dapat dilihat pada Gambar 5.11
36

Gambar 5.11 Jenis Proyeksi Miring

3. Proyeksi Perspektif
Gambar ini banyak digunakan dalam bidang arsitektur. Dalam
gambar perspektif, garis-garis sejajar benda bertemu dalam
satu titik, yang dinamakan titik hilang. Berdasar jumlah titik
hilang dibedakan menjadi 3 jenis seperti terlihat pada Gambar
5.12

Gambar 5.12 Jenis Proyeksi Perspektif

Salah jenis proyeksi lain yaitu proyeksi sejajar atau proyeksi


pararel yaitu gambar perspektif dg titik pengelihatan berada di titik
yang jauhnya tak terhingga. Garis-garis proyeksinya akan menjadi
garis yang sejajar. Seperti terlihat pada Gambar 5.13

Gambar 5.14 Proyeksi Sejajar


37

II. PROYEKSI ORTOGONAL


Definisi
Jika pada proyeksi sejajar seperti Gambar 5.14 garis-garis
proyeksinya tegak lurus bidang proyeksi P, maka cara proyeksi itu
disebut proyeksi ortogonal.
Proyeksi ortogonal memberikan gambaran lengkap dari benda
dengan beberapa bidang proyeksi. Dengan menggabungkan
gambar proyeksi dari beberapa bidang proyeksi tersebut dapat
diperoleh gambaran yang jelas dari benda tersebut. Bidang yang
penting biasanya diletakkan sejajar dengan bidang proyeksi
vertikal.
Karena proyeksi ortogonal memberikan gambaran dari benda
dalam beberapa bidang proyeksi, maka cara proyeksi ini juga
dikenal dengan istilah gambar pandangan majemuk.

Cara Pandang dalam Proyeksi Ortogonal


Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 5.15 dan 5.16

Gambar 5.15 Cara Pandang


38

Gambar 5.16 Proyeksi Ortogonal

Selanjutnya :
Pandangan dari arah A disebut Pandangan Depan
Pandangan dari arah B disebut Pandangan Atas
Pandangan dari arah C disebut Pandangan Samping Kiri
Pandangan dari arah D disebut Pandangan Samping Kanan
Pandangan dari arah E disebut Pandangan Bawah
Pandangan dari arah F disebut Pandangan Belakang

Cara menggambar proyeksi ortogonal


Ada 4 kuadran yang perlu diketahui dalam proyeksi ortogonal,
yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III, dan kuadran IV. Untuk
lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 5.17
39

Gambar 5.17 Sistem Kuadran

1. Cara Proyeksi Kuadran I (Proyeksi Eropa)


Lebih dikenal dengan istilah Proyeksi E, yang dapat dipelajari
dengan gambar sebagai berikut :

Gambar 5.18 Proyeksi Eropa


Bidang-bidang proyeksi diumpamakan sebagai kotak (kubus),
kemudian dibuka sehingga semua sisi terletak pada satu bidang
vertikal. Sebagai patokan adalah pandangan depan (dari arah
A), selanjutnya :
- Pandangan atas (B) terletak di bawah
- Pandangan bawah (E) terletak di atas
- Pandangan kiri (C) terletak di kanan
- Pandangan kanan (D) terletak di kiri
- Pandangan belakang (F) boleh ditempatkan sebelah kanan
atau kiri
40

Proyeksi E banyak dipakai di negara-negara Eropa, kecuali


Belanda

2. Cara Proyeksi Kuadran III (Proyeksi Amerika)


Lebih dikenal dengan Proyeksi A
- Pandangan depan dari arah A
- Pandangan atas (B) terletak di atas
- Pandangan bawah (E) terletak di bawah
- Pandangan kiri (C) terletak di kiri
- Pandangan kanan (D) terletak di kanan
- Pandangan belakang (F) boleh di kanan atau di kiri

Gambar 5.19 Proyeksi Amerika


Proyeksi ini banyak digunakan di negara-negara Pasifik seperti
USA, Kanada, Jepang, Korea, dan Australia.

Lambang proyeksi dan aturan penyajian gambar


Dalam standar ISO (ISO/DIS 128) telah ditetapkan bahwa kedua
cara proyeksi boleh digunakan. Tetapi kedua cara ini jangan
dipakai dalam satu gambar. Cara proyeksi yang dipakai harus
41

dijelaskan dalam gambar, diletakkan di bagian kanan bawah


kertas gambar. Sesuai anjuran ISO penjelasan cara proyeksi yang
diipakai dalam gambar menggunakan lambang berikut :

Gambar 5.20 Lambang Proyeksi

Untuk menggambar pandangan benda, pandangan depan diambil


sebagai pokok pandangan. Namun perlu diperhatikan bahwa
dalam gambar kerja jumlah pandangan perlu dibatasi seminimal
mungkin. Contoh-contoh gambar proyeksi sederhana :

Gambar 5.21 Gambar satu pandangan


Untuk benda berbentuk poros seperti Gambar 5.21 cukup dengan
satu pandangan, yaitu dengan memberi simbol  untuk diameter

Gambar 5.22 Gambar dua pandangan


42

Gambar 5.23 Gambar tiga pandangan utama

Dari contoh-contoh tersebut dapat dipahami bahwa yang dimaksud


pandangan depan dalam hal ini adalah bagian benda yang dapat
memberikan cukup keterangan mengenai bentuk khas atau fungsi
benda. Untuk benda-benda yang memiliki permukaan miring dapat
diberi pandangan tambahan seperti Gambar 5.24.

Gambar 5.24 Pandangan tambahan (khusus)

Apabila benda yang diperlukan gambarnya hanya sebagian, maka


dibuat pandangan sebagian (Gambar 5.25). Pandangan sebagian
dibatasi garis kontinyu bebas. Pandangan setempat digambar
dengan garis tebal pada Gambar 5.25 dengan maksud untuk
memberi penjelasan tentang bentuk dan ukuran alur sambungan
pasak.
43

Gambar 5.25 Pandangan sebagian dan setempat

C. GAMBAR POTONGAN
Tujuan : membuat benda menjadi lebih jelas, tidak rumit dan
mudah dipahami
Pengertian : prinsip dari pemotongan adalah menghilangkan
bagian yang menghilangkan bagian yang menutupi untuk
memperlihatkan bagian-bagian yang tersembunyi.

Gambar 5.26 Prinsip gambar potongan


Cara menggambar :
Hasil pandangan dalam gambar potongan akan mengubah garis
bayangan (garis potong-potong) menjadi garis tebal, krn bagian
depannya dibuang sehingga bagian dalam yg kurang jelas menjadi
tampak.
a) Potongan seluruhnya dan potongan separo
Gambar 5.27 menunjukkan jika tidak dibuat gambar potongan
akan terlihat rumit dan sulit dalam memberikan ukuran. Agar
jelas, maka dibuat gambar potongan seperti Gambar 5.28. Jika
benda bentuknya simetri, maka potongan separo cukup
44

mewakili (Gambar 5.28 b). Gambar 5.28 disebut gambar


potongan utama, yaitu bidang potongnya melalui sumbu dasar

Gambar 5.27 Gambar benda simetri tanpa dipotong

Gambar 5.28 Gambar potongan benda simetri


b) Simbol potongan benda
Garis potong digambarkan dengan garis bergores tipis yang
dipertebal ujungnya. Pada ujung garis diberi tanda panah yang
menunjukkkan arah yang dilihat pada bagian potongannya,
dengan diberi simbol huruf di dekat tanda panahnya. Lihat
Gambar 5.29

Gambar 5.29 Simbol Potongan Benda


45

Untuk memotong penampang yang bercabang atau membelok


digambarkan dengan garis tebal pada belokan atau perubahan
arahnya (Gambar 5.30)

Gambar 5.30 Simbol Potongan yang membelok


c) Garis arsir pada penampang potong
o Garis digambarkan dengan garis tipis miring 45 0 terhadap
garis luar benda atau garis sumbu benda.

Gambar 5.31 Garis Arsir


o Untuk mengarsir penampang sebuah benda yang terpisah
harus diarsir dengan kemiringan yang sama. Garis untuk
benda lain yang berdekatan dibuat dengan kemitingan yang
berbeda atau harak arsirannya berbeda.

Gambar 5.31 Arsiran penampang yang terpisah berdekatan


o Jarak antar garis arsir disesuaikan menurut luas bidang
benda potong. Bila bidang arsir sangat luas, kita hanya
mengarsir di daerah luar benda.
46

Gambar 5.32 Garis arsir pada bidang yang luas


o Potongan-potongan sejajar dari benda yang sama, yang
terdapat pada potongan yang membelok di arsir searah,
tetapi tidak segaris lurus dan dibatasi dengan garis sumbu

Gambar 5.33 Arsiran pada potongan meloncat


o Bila penunjukan ukuran terpaksa hrs dibuat pada
penampang potong karena tidak mungkinditarik keluar
benda maka angka ukuran tidak boleh terpotong oleh arsiran

Gambar 5.34 Aturan angka ukuran dalam arsiran


o Penampang-penampang potong benda-benda yang tipis
misal pelat, baja profil, paking dsbnya dapat digambar
dengan garis tebal atau seluruh penampang potongnya
dihitamkan.
47

Gambar 5.35 Potongan benda tipis

Anda mungkin juga menyukai