Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian ibu berkaitan erat dengan tingginya kasus kehamilan resiko tinggi,
yaitu kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi besar yang dapat
mengencam keselamatan ibu dan janin yang dikandungnya selama masa kehamilan,
melahirkan maupun pada masa nifas (Hadijanto B, 2008).
Adapun penyebab dari tingginya angka kematian ibu di dunia dan di Indonesia
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Penyebab langsung meliputi: perdarahan (42%), eklamsi (13%), abortus (11%),
partus lama (9%) dan penyebab lainnya (15%). Sedangkan penyebab tidak langsung
diantaranya: faktor pendidikan rendah, sosial ekonomi rendah, sistem pelayanan
kesehatan yang kurang memadai dan lain-lain (Manuaba IBG, 2008).
Penyebab langsung kematian ibu oleh karena perdarahan sampai saat ini masih
memegang peran penting sebagai penyebab utama kematian maternal, sekalipun dinegara
maju, terutama pada kelompok sosial ekonomi lemah. Perdarahan dapat terjadi sebelum
persalinan (antepartum bleeding) seperti abortus, plasenta previa, dan solusio plasenta.
Selain itu perdarahan juga dapat terjadi sesudah persalinan (post partum bleeding) seperti
atonia uteri, robekan jalan lahir, retensio plasenta, dan inversi uterus (Hadijanto B, 2008).
Diantara semua penyebab terjadinya perdarahan tersebut, plasenta previa
marupakan salah satu penyebab perdarahan yang memberi kontribusi sekitar (20%) dari
seluruh kejadian perdarahan pada kehamilan trimester ketiga (Callahan et al.,2001).
Kejadian plasenta previa cukup jarang yaitu sekitar (0,3%-0,6%) dari seluruh persalinan.
Dengan penatalaksanaan dan perawatan yang baik, mortalitas perinatal adalah 50 per
1000 kelahiran hidup (Saifuddin AB, 2007).
Selain itu perubahan-perubahan hematologik sebagai respon terhadap kehamilan
juga dapat menyebabkan kelainan pada plasenta seperi plasenta previa. Dalam praktek
rutin, konsentrasi HB kurang dari 11 gr/dl pada trimester pertama dan kurang dari 10 g/dl
pada trimester ke dua dan ke tiga diusulkan menjadi batas bawah untuk anemia dalam
kehamilan (Chalik, 2008).
Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2007, angka kematian
ibu yaitu 228/100.000 kelahiran hidup , dan tahun 2008, 4.692 jiwa ibu melayang dimasa
kehamilan, persalinan dan nifas. Adapun faktor penyebab langsung kematian ibu adalah
perdarahan 40-60 %, preeklamsi dan eklampsi 20-30%, infeksi 20-30 %, dll (Depkes RI,
2010).Perdarahan obsteri yang tidak dengan cepat ditangani dengan transfusi darah atau
cairan infus dan fasilitas penanggulangan lainnya (misalnya upaya pencegahan dan/atau
mengatasi syok, seksio sesaria, atau histerektomi dan terapi antibiotika yang sesuai),
prognosisnya akan fatal bagi penderita.
Berdasarkan uraian di atas dan juga untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas maka, penulis tertarik untuk membahas mengenai Konsep Teori
dan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan abortus.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep teori dan asuhan keperawatan pada
klien dengan Abortus.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari Abortus
2. Mengetahui jenis-jenis Abortus
3. Mengetahui etiologi Abortus
4. Mengetahui patofisiologi Abortus
5. Mengetahui WOC Abortus
6. Mengetahui manifestasi klinis Abortus
7. Mengetahui pemeriksaan laboratorium
8. Mengetahui penatalaksanaan Abortus
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Antepartum Bleeding.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi Abortus


Abortus (bahasa latin : abortus) adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan
20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum
38 minggu namun setelah 2 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran premature. Ini adalah
suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk tumbuh. Apabila
janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya
adalah kelahiran prematur.
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa
mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badannya
telah mencapai lebih daripada 500 gram atau umur kehamilan lebih daripada 20 minggu
(Sastrawinata et al., 2005). Abortus spontan merujuk kepada keguguran pada kehamilan
kurang dari 20 minggu tanpa adanya tindakan medis atau tindakan bedah untuk mengakhiri
kehamilan (Griebel et al., 2005).

2.2. Klasifikasi Abortus


Berdasarkan jenisnya, abortus dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1) Abortus spontan
Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
Terjadinya dnegan sendirinya tanpa disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis atau medicinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah.
2) Abortus provokatus
Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia
kandungan 20 minggu. Dan abortus buatan dibagi lagi menjadi 2 macam, antara lain :
a. Abortus provokatus theraupetika/medisinalis
Abortus ini merupakan abortus karena tindakan yang berdasarkan indikasi medis
apabila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu.
b. Abortus provokatus kriminalis
Merupakan abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal dan
biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.
Berdasarkan pembukaan portio, abortus juga dibagi menjadi:

a. Abortus imminens (threatened)


Abortus iminens merupakan tingkat permulaan dan acaman terjadinya abortus
didiagnosa bila seseorang wanita hamil kurang daripada 20 minggu mengeluarkan
darah sedikit pada vagina, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik
dalam kandungan sehingga dapat dipertahankan dengan tindakan konservatif.
Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, dapat pula disertai
sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi. Polip
serviks, ulserasi vagina, karsinoma serviks, kehamilan ektopik, dan kelainan trofoblast
harus dibedakan dari abortus iminens karena dapat memberikan perdarahan pada
vagina. Pemeriksaan spekulum dapat membedakan polip, ulserasi vagina atau
karsinoma serviks, sedangkan kelainan lain membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi
(Sastrawinata et al., 2005).
b. Abortus insipiens (inevitable)
Merupakan suatu abortus yang sedang mengancam, ditandai dengan pecahnya selaput
janin dan adanya serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi
hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran sehingga
kehamilan ini tidak dapat dipertahankan. Ditandai nyeri pertut bagian bawah atau
nyeri kolik uterus yang hebat. Pada pemeriksaan vagina memperlihatkan dilatasi
serviks dengan bagian kantong konsepsi menonjol.Hasil pemeriksaan USG mungkin
didapatkan jantung janin masih berdenyut, kantong gestasi kosong (5-6, 5 minggu,
uterus kosong (3-5 minggu) atau perdarahan subkhorionik banyak di bagian bawah
Berdasarkan pengeluaran konsepsinya, abortus juga dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Abortus inkompletus (incomplete)
Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus. Pada
pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam
kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Pada
USG didapatkan endometrium yang tipis dan irregular.
b. Abortus Kompletus (Complete)
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penserita
ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak
mengecilSelain itu, tidak ada lagi gejala kehamilan dan uji kehamilan menjadi
negative. Pada pemeriksaan USG didapatkan uterus yang kosong.
c. Missed Abortus
Missed abortion adalah embrio atau fetus telah meninggal dlalam kandungan
sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih
tertahan dalam kandungan selama 8 minggu atau lebih. Biasanya didahului tanda
abortus imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah
pengobatan.
Abortus tertunda adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada
dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Pada abortus
tertunda akan dijimpai amenorea, yaitu perdarahan sedikit-sedikit yang berulang
pada permulaannya, serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan
tambah rendah. Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit
(Mochtar, 1998).
Berdasarkan jumlah kejadiannya, abortus dibedakan menjadi :
Abortus habitualis (habitual abortion)
Abortus habitual adalah abortus spontan yang terjadi berturut-turut tiga kali atau
lebih. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil namun kehamilannya
berkahir sebelum 28 minggu.
2.2 Etiologi
Hal yang dapat menyebabkan abortus dapat dibagi menjadi :
1. Infeksi
a. Infeksi akut virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis, herpes simplex , toxo
plasmosis
b. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus
c. Parasite, misalnya malaria
d. Infeksi kronis, sifilis, biasanya menyebabkan aborted pada trimester kedua.
Tuberkolosis paru aktif, pneumonia.
2. Keracunan, misalya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll
3. Penyakit kronis misalnya : hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit
jantung, toxemia gravidarum.
4. Gangguan fisiologis, misalnya shok, ketakutan, dll.
5. Trauma fisik.
6. Penyebab yang bersifat lokal, fibroid, inkompetensia, serviks, radang pelvis kronis,
endometritis, retrovensi kronis, hubungan seksuan berlebihan sewaktu hamil,
sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus
7. Kelainan alat kandungan
8. Penyebab dari segi janin/ plasenta
9. Kematian janin akibat kelainan bawaan
10. Kelainan kromosom
11. Lingkungan yang kurang sempurna
Secara umum, terdapat tiga faktor yang boleh menyebabkan abortus spontan yaitu
faktor fetus, faktor ibu sebagai penyebab abortus dan faktor paternal. Lebih dari 80
persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan, dan kira-kira setengah dari
kasus abortus ini diakibatkan oleh anomali kromosom. Setelah melewati trimester
pertama, tingkat aborsi dan peluang terjadinya anomali kromosom berkurang
(Cunningham et al., 2005).
Faktor-faktor penyebab terjadinya abortus spontan
1. Faktor fetal
Sekitar 2/3 dari abortus spontan pada trimester pertama merupakan anomali
kromosom dengan dari jumlah tersebut adalah trisomi autosom dan sebagian
merupakan triploidi, tetraploidi atau monosomi 45x
2. Faktor maternal
a. Faktor-faktor endokrin
b. Faktor faktor anatomi
c. Faktor-faktor immunologi
d. Trombofilia
e. Infeksi
f. Faktor faktor eksogen meliputi bahan-bahan kimia: gas anatesi, air yang tercemar,
dioxin, pestisida, gaya hidup seperti merokok dan alkholisme, radiasi

2.3 Patofisiologi
Abortus biasanya disertai dengan perdarahan didalam disedua basalis dan peribahan
nekrotik di dalam jaringan jaringan yang berdekatan dengan tempat perdarahan. Ovum
yang terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi benda asing didalam
uterus sehingga merangsang kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin.
Komplikasi abortus: Perdarahan, perforasi, infeksi, syok

2.4 Pemeriksaan penunjang


1) Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
2) Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
3) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.

2.5 Penatalaksanaan

1. Konservatif
Pada abortus insipiens dan abortus inkompletus, bila ada tanda-tanda syok maka
diatasi dulu dengan pemberian cairan dan transfuse darah.
Pemberian obat uterotonika: zat yang meningkatkan kontraksi uterus. Hanya
digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta penanganan
perdarahan post partum.
Contoh: Metergin, Oksitosin, Misoprostol.
Obat antibiotika
Contoh: Amoxicillin, Ampicillin.
Obat penguat rahim.
Obat penguat rahim adalah sejenis hormon sintetik yang berfungsi sebagai
pengganti hormon estrogen dan progesteron. Contoh: obat yang mengandung
Allylestrenol (Preabour, Alynol, Pregnolin, Pregtenol, Presmaton, Prestrenol,
Progeston)

2. Aktif
Curetage : Suction Curetage, Curetage biasa

2.7 WOC
2.8 Asuhan Keperawatan Abortus
1. Pengkajian
A. Identitas Umum
Biodata, identitas ibu hamil dan suaminya.
B. Keluhan Utama
Keluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan 28 minggu.
C. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu
Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus
seperti seksio sasaria curettage yang berulang-ulang.Kemungkinan klien
mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta mengalami penyakit
menular seperti hepatitis.Kemungkinan pernah mengalami abortus
Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan. Perdarahan tanpa rasa nyeri.
Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20
minggu.
Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya.
Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini.
Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.
Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan
penyakit menular.
Riwayat Obstetri
Riwayat Haid/Menstruasi
Minarche : 12 th
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Baunya : amis
Keluhan pada haid : tidak ada keluhan nyeri haid
Riwayat kehamilan dan persalinan
Multigravida
Kemungkinan abortus
Kemungkinan pernah melakukan curettage
Riwayat nifas
Lochea Rubra
Bagaimana baunya, amis
Banyaknya 2 kali ganti duk besar
Tentang laktasi
Colostrum ada
D. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Suhu tubuh : suhu akan meningkat jika terjadi infeksi
Tekanan darah : akan menurun jika ditemui adanya tanda syok
Pernapasan : nafas jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi
Nadi : nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok

E. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan Head to toe
1) Kulit : normal
2) Kepala : warna, keadaan dan kebersihan dalam batas normal
3) Mata : biasanya konjungtiva anemis
4) Muka : Biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat
5) Thorax : biasanya bunyi afas vesikuler, jenis pernapasan
thoracoabdominal
6) Abdomen
Inspeksi : terdapat striae gravidarum
Palpasi :
Leopold I : janin sering belum cukup bulan sehingga fundus uteri
masih rendah
Leopold II : sering dijumpai kesalahan letak janin
Leopold III : Bagian terbawah janin belum turun apabila letak kepala
masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak diatas pintu atas
panggul
Leopold IV : kepala janin belum masuk pintu atas panggul
Perkusi : Reflex lutut +/+
Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat atau lambat.
7) Genetalia : pada vagina keluar darah berwarna merah muda
8) Ekstremitas : kemungkinan edema atau varies. Kemungkinan akral
dingin.
2. Pola Sistem
i. Pola Nutrisi
Sulistyawati (2012 : 169) mengemukakan pola nutrisi dikaji untuk
menanyakan ibu hamil apakah menjalani diet khusus, bagaimana
nafsu makannya, jumlah makanan dan minuman atau cairan yang
masuk.
ii. Pola Eliminasi
Menurut Mufdillah (2009 : 13) pola eliminasi dikaji untuk
mengetahui berapa kali ibu BAB dan BAK, adakah kaitannya dengan
obstipasi atau tidak.
iii. Pola aktifitas dan istirahat
Menurut Mufdillah (2009 : 13) pengkajian pada pola aktifitas dan
istirahat yaitu untuk mengetahui aktifitas ibu berlebihan atau tidak,
adakah trauma atau kecelakaan kerja yang dialami ibu hamil karena
hal ini dapat menyebabkan Abortus. Berapa jam ibu tidur siang dan
malam.
iv. Personal Hygiene
Personal hygiene menurut Sulistyawati (2012 : 171) perlu dikaji
untuk mengetahui bagaimana klien menjaga kebersihan dirinya
terutama daerah genetalia, karena jika kebersihan genetalia kurang
dapat memicu terjadinya infeksi. Infeksi mikroplasma pada tracture
genetalis dapat menyebabkan Abortus.
v. Pola seksual
Hidayat (2006 : 43) mengemukakan bahwa pola seksual dikaji untuk
mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan suami isteri dalam
seminggu

F. Pemeriksaan Penunjang
Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14gr%)
Leokosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun (normal
250ribu 500 ribu).
2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko syok hipovolemik sehubungan dengan adanya perdarahan.
2) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kehamilan yang
bermasalah.
3) Resiko terjadi distress janin sehubungan dengan kelainan letak placenta, tidak
adekuatnya perfusi darah ke plasenta post seksio.
4) Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada
segmen bawah rahim

3. Intervensi Keperawatan
1) Risiko Syok hipovolemik sehubungan dengan adanya perdarahan.
NOC NIC
Tujuan Shock Management
Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1. Monitoring status hemodinamika (ex:
selama 2x24jam risiko syok hipovolemik HR, TD, MAP, CVP)
berkurang 2. Monitoring pola nafas untuk
Kriteria Hasil mengidentifikasi gejala edema paru
Shock Severity Hipovolemic (0419) 3. Monitoring suara nafas tambahan
1. Tingkat kehilangan darah 4. Monitoring suara jantung tambahan
2. Reaksi transfusi darah 5. Monitoring adanya edema perferal
3. Status sirkulasi 6. Monitoring hasil laboratorium
4. Status respirasi pertukaran gas (hemokonsentrasi: Hct, BUN,
5. Tingkat keparahan trauma: laserasi Kreatinin serum)
6. TTV kembali dalam batas normal 7. Monitoring intake output cairan
7. Kulit tidak lagi dingin 8. Kolaborasi pemberian obat untuk
mengurangi pengeluaran cairan (ex:
furosemide, spironolakton)
9. Memonitoring efek samping
pemberian obat-obatan
10. Managemen infus IV (ex: cairan
pocket RBC) hindari penggunaan
cairan hipotonik
11. Berikan posisi kepala ditinggikan
agar meningkatkan ventilasi
12. Memonitoring kembali perdarahan
pertoneal untuk mengidentifikasi
adanya komplikasi

2) Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kehamilan yang


bermasalah.
NOC NIC
Tujuan Anxiety Reduction
Setelah dilakukan asuhan selama 1x24jam 1. Gunakan pendekatan yang
kecemasan klien teratasi dengan menenangkan
Kriteria Hasil 2. Nyatakan dengan jelas harapan
Anxiety Control (1211) terhadap pelaku pasien
1. Klien mampu mengidentifikasi dan 3. Jelaskan semua prosedur dana pa
mengungkapkan gejala cemas yang dirasakan selama prosedur
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan 4. Temani pasien untuk memberikan
dan menunjukkan teknik untuk keamnan dan mengurangi takut
mengontrol cemas 5. Berikan informasi factual mengenai
3. Vital sign dalam batas normal diagnosis, tindakan prognosis
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, Bahasa 6. Libatkan keluarga untuk
tubuh dan tingkat aktivitas mendampingi klien
menunjukkan berkurangnya 7. Instruksikan pada pasien untuk
kecemasan menggunakan teknik relaksasi
8. Dengarkan dengan penuh perhatian
9. Identifikasi tingkat kecemasan
10. Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
11. Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
12. Kelola pemberian obat anti-cemas
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Ny. A, 29 tahun datang ditemani suaminya,dengan keluhan keluar darah pervaginam sejak
1 hari, darah berwarna merah segar, keluar gumpalan. Dilakukan pemeriksaan leopold teraba
letak janin, pada saat dilakukan pemeriksaan dengan doppler DJJ: 136x/menit. Pada saat
dilakukan pemeriksaan VT ostium uteri tidak ada pembukaan, perdarahan kurang lebih 200
cc. skala nyeri 2.TD : 110/70 mmHg, Nadi : 72 x/ menit, Suhu : 36,8 C, Respirasi : 18
x/menit.

I. IDENTITAS

1. Klien

Nama : Ny. A
Umur : 29 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Surabaya
Tanggal masuk : 26 September 2016
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Sumber : Suami klien
Diagnosa Medis : Abortus

2. Penanggung jawab

Nama : Tn. B
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta
Alamat : Surabaya
Hubungan dgn klien : Suami

II. RIWAYAT PENYAKIT

1. Keluhan Utama
Klien mengeluh keluar darah melalui vaginanya, keluar darah berwarna merah
segar.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien datang dengan perdarahan pervaginam sejak 1 hari.

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Didalam keluarga klien belum ada yang mengalami kejadian seperti klien.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Sebelumnya klien pernah mengalami kejadian seperti ini, 2 tahun yang lalu
terjadi aborsi.

5. Riwayat Kesehatan Yang Lain

Sebelumnya Klien pernah mengalami keguguran sekali tahun 2014 umur


kehamilan 19 minggu.

6. Riwayat Perkawinan

Klien mengatakan sudah menikah 6 tahun dan klien hanya memiliki suami
yang dicintainya.

7. Riwayat Obstetri
Riwayat Haid/Menstruasi
Minarche : 12 th
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Baunya : amis
Keluhan pada haid : tidak ada keluhan nyeri haid
8. Riwayat kehamilan dan persalinan
G3P1A1, klien mengatakan anak yang pertama lahir secara persalinan
normal BB: 2750 gram dengan jenis kelamin laki-laki.
9. Pola Kebiasaan
1) Pola Nutrisi
Klien mengatakan sebelum sakit makan 3x sehari, klien juga makan
bauh-buahan dan cemilan, sejak sakit nafsu makan menurun, klien
mengatakan porsi yang diberikan, mual (-), muntah (-), minum
sehari 2 gelas aqua kecil = 500 cc.
2) Pola Eliminasi
Klien mengatakan sebelum sakit tidur terganggu, kadang-kadang klien
BAB dan BAK jarang 2 hari sekali, BAK berwarna agak kemerahan,
BAB dengan konsistensi agak lunak berwarna coklat.
3) Pola Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan sebelum sakit tidur terganggu, kadang-kadang klien
merasakan nyeri pada pinggang, sering pusing bahkan cepat lelah sejak
sakit klien gedrest total, pusing.
4) Pola Kebersihan Diri
Klien mengatakan sebelum sakit mandi lebih dari 3 x 4 sehari, sejak
sakit klien jarang mandi dan hanya seka.Kuku bersih, performa rapi,
rambut disisir.
5) Pola Aktivitas
Sebelum sakit klien melakukan aktivitas mandiri, sejak sakit aktivitas
dibantu keluarga, nyeri sendi.
10. Riwayat Psikologis
Klien mengatakan cemas dengan kondisinya dan juga kondisi kehamilannya
yang sekarang, karena waktu kehamilan yang keduaklien pernah keluar darah
seperti sekarang ini, dan terjadi aborsi,klien takut keguguran karena banyak
darah yang keluar, klien tampak cemas, dan sering menanyakan tentang
kondisi kehamilannya.
11. Riwayat Sosial
Klien mengatakan sebelum sakit akrab dengan masyarakat dan mengikuti
kegiatan sosial, sejak sakit tidak pernah, hanya komunikasi dengan suami dan
perawat, interaksi dengan klien satu ruangan tidak ada
12. Riwayat Spritual
Klien mengatakan sebelum sakit menjalankan shalat 5 waktu dan berdoa agar
kehamilannya tidak ada masalah, sejak sakit klien shalat 5 waktu jarang dan
berdoa demi kesembuhannya
III. PENGKAJIAN TANDA-TANDA VITAL

TD : 110/70 mmHg Nadi :72 x/menit


T : 36,8 C
RR : 18 x/menit

IV. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Compos mentis, GCS: 4 5 6.

2. Kepala

Bentuk simetris, tidak berketombe,kulit kepala bersih, pertumbuhan rambut


merata, tidak ada lesi, tidak ada nyeri.

3. Kulit

Warna kulit muka putih bintik-bintik hitam, turgor kulit cepat kembali, tidak
ada oedem, tidak ada peradangan, CRT < 3 detik.

4. Penglihatan/ Mata

Bola mata simetris, pergerakan bola mata normal, reflex pupil terhadap cahaya
normal,kornea bening, konjungtiva tidak anemis, ketajaman penglihatan
normal.

5. Penciuman/ Hidung

Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, tidak ada peradangan, tidak ada polip.

6. Pendengaran/ Telinga

Bentuk daun telinga simetris, letaknya simetris, tidak ada peradangan, fungsi
pendengaran baik, ada serumen, tidak ada cairan.

7. Mulut

Bibir warna pucat dan tampak kering.Gigi agak kuning, tidak ada perdarahn
gusi.Lidah tampak bersih, fungsi pengecapan baik, tidak ada stomatitis.

8. Leher

Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, pergerakan bebas.

9. Dada/ Pernafasan
Bentuk simetris, bentuk dan pergerakan dinding dada simetris, tidak ada suara
nafas tambahan,tidak ada nyeri tekan.

10. Abdomen

Bentuk simetris, nyeri tekan skala 2, gerakan peristaltic usus normal.Leopold


teraba janin, DJJ 136x/menit.

11. Sistem Reproduksi

Ostium uteri tidak ada pembukaan, terdapat perdarahan, perdarahan kurang


lebih 200 cc. Terdapat linea alba.

12. Ekstremitas Atas/ Bawah

Tidak ada gangguan.

V. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah


DS : Klien mengeluh keluar Perdarahan Resiko syok hipovolemik
darah melalui vaginanya,
keluar darah berwarna
merah segar.
DO : - terdapat perdarahan
pada pemeriksaan alat
reproduksi
- Perdarahan 200 cc
- CRT < 2 detik
DS : - Klien mengeluh Plasenta previa Risiko gangguan
keluar darah melalui hubungan ibu dan janin
vaginanya, keluar darah
berwarna merah segar
DO : - terdapat perdarahan
pada pemeriksaan alat
reproduksi
- Leopold tidak teraba
janin
- DJJ tidak terdengar
DS : - Klien mengatakan Ancaman kematian janin Ansietas
cemas dengan kondisinya
dan juga kondisi
kehamilannya yang
sekarang, karena waktu
kehamilan yang keduaklien
pernah keluar darah seperti
sekarang ini, dan terjadi
aborsi,klien takut keguguran
karena banyak darah yang
keluar, klien tampak cemas,
dan sering menanyakan
tentang kondisi
kehamilannya
DO : - Bibir klien terlihat
pucat
- Nada bicara klien
agak bergetar
- Klien terlihat gelisah
VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan adanya perdarahan

2. Risiko gangguan hubungan ibu dan janin berhubungan dengan plasenta previa

3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian janin

VII. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan adanya perdarahan

NOC NIC
Tujuan Shock Management
Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1. Monitoring status hemodinamika (ex:
selama 2x24jam risiko syok hipovolemik HR, TD, MAP, CVP)
berkurang 2. Monitoring pola nafas untuk
Kriteria Hasil mengidentifikasi gejala edema paru
Shock Severity Hipovolemic (0419) 3. Monitoring suara nafas tambahan
1. Tingkat kehilangan darah 4. Monitoring suara jantung tambahan
2. Reaksi transfusi darah 5. Monitoring adanya edema perferal
3. Status sirkulasi 6. Monitoring hasil laboratorium
4. Status respirasi pertukaran gas (hemokonsentrasi: Hct, BUN,
5. Tingkat keparahan trauma: laserasi Kreatinin serum)
6. TTV kembali dalam batas normal 7. Monitoring intake output cairan
7. Kulit tidak lagi dingin 8. Kolaborasi pemberian obat untuk
mengurangi pengeluaran cairan (ex:
furosemide, spironolakton)
9. Memonitoring efek samping
pemberian obat-obatan
10. Managemen infus IV (ex: cairan
pocket RBC) hindari penggunaan
cairan hipotonik
11. Berikan posisi kepala ditinggikan
agar meningkatkan ventilasi
12. Memonitoring kembali perdarahan
pertoneal untuk mengidentifikasi
adanya komplikasi

2. Risiko gangguan hubungan ibu dan janin berhubungan dengan plasenta previa

NOC NIC
Tujuan 1. Jelaskan sensasi yang mungkin akan
Setelah dilakukan intervensi dialami pasien.
keperawatan 2 x 24 jam risiko gangguan 2. Edukasi adanya tanda-tanda yang
hubungan ibu dan janin teratasi harus dilaporkan ( misalnya,
Kriteria Hasil peningkatan perdarahan, peningkatan
Pengetahuan Kehamilan kram dan keluarnya gumpalan-
Perilaku kesehatan prenatal gumpalan atau jaringan ).
Control risiko 3. Dorong orang-orang yang berarti
Deteksi risiko buat klien untuk memberikan
Keparahan gejala dukungan sebelum, selama atau
Tanda-tanda vital setelah aborsi, jika diinginkan.
4. Bantu persalinan, sesuai kebutuhan,
tergantung pada umur gestasi janin.
5. Monitor tanda-tanda vital

3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian janin

NOC NIC
Tujuan 1. Bimbingan antisipasif
Setelah dilakukan intervensi 2. Pengurangan kecemasan
keperawatan 2 x 24 jam ansietas teratasi 3. Peningkatan koping
Kriteria Hasil 4. Dukungan emosional
Tingkat kecemasan 5. Perawatan kehamilan risiko tinggi
Control kecemasan diri 6. Fasilitasi meditasi
Konsentrasi
Koping
Control diri terhadap distorsi pemikiran
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Angka kematian ibu berkaitan erat dengan tingginya kasus kehamilan resiko tinggi,
yaitu kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi besar yang dapat
mengencam keselamtan ibu dan janin yang dikandungnya selama masa kehamilan,
melahirkan maupun pada masa nifas (Hadijanto B, 2008).
Adapun penyebab dari tingginya angka kematian ibu di dunia dan di Indonesia
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Penyebab langsung kematian ibu oleh karena perdarahan sampai saat ini
masih memegang peran penting sebagai penyebab utama kematian maternal.
Perdarahan dapat terjadi sebelum persalinan (antepartum bleeding) seperti abortus,
plasenta previa, dan solusio plasenta.
Antepartum bleeding adalah perdarahan yang terjadi pada akhir usia
kehamilan.Abortus yaituancaman atau pengeluraran hasil konsepsi (pertemuan sel telur
dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram, sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Terdapat 3 macam abortus yaitu
abortus spontan, abortus buatan, dan abortus terapeutik. Berdasarkan jenisnya terdapat 6
macam yaitu abortus imminens (threatened), abortus insipiens (inevitable), abortus
inkompletus (incomplete), abortus kompletus (Complete), missed abortus, dan abortus
habitualis (habitual abortion).Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang
letaknya normal pada fundus/korpus uteri yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu dan
sebelum janin lahir. Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam, solusio
plasenta diklasifikasikan menjadi solusio plasenta yang nyata/tampak (revealed),
solusio plasenta tersembunyi (concealed), dan solusio plasenta tipe campuran (mixed).
Sedangkan berdasarkan jumlah perdarahan yang terjadi, solusio plasenta terbagi
menjadi solusio plasenta ringan, solusio plasenta sedang, dan solusio plasenta berat.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.Klasifikasi
plasenta previa yaitu lasenta previa totalis, plasenta previa lateralis, plasenta previa
marginalis, dan plasenta letak rendah.
Perdarahan obsteri yang tidak dengan cepat ditangani dengan transfusi darah atau
cairan infus dan fasilitas penanggulangan lainnya (misalnya upaya pencegahan dan/atau
mengatasi syok, seksio sesaria, atau histerektomi dan terapi antibiotika yang sesuai),
prognosisnya akan fatal bagi penderita.

4.2. Saran
Informasi mengenai antepartum bleeding (APB) yang telah didapatkan oleh
mahasiswa diharapkan tidak hanya sekedar diketahui, tetapi juga bisa dipahami dan
dapat diaplikasikan dalam pelaksanaan praktik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Chalik, T.M.A., 2008. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan. Dalam:
Prawirohardjo, Sarwono., 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan I. Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Cunningham FG, Macdonald PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC. 2001. Obstetrical
Haemorrhage. William Obstetrics 21th edition. Prentice Hall International Inc
Appleton. Lange USA.
Cunningham FG, et all. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta, EGC.
Dutta, D.C., 2004. Text Book Of Obstetrics Including Perinatology and Contraception. Edisi
ke-6. Calcuta: Central.
Faiz, AS and Ananth, CV. 2003. Etiology and risk factors for placenta previa: An overview
and meta-analysis of observational studies. Journal of MaternalFetal and Neonatal
Medicine.
Griebel, C.P., Halvorsen, J., Golemon, T.B., and Day, A.A., 2005. Management of
Spontaneous Abortion. American Family Physician
Mansjoer, Arif, dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Mose, JC. 2004. Perdarahan Antepartum dalam: Sastrawinata S. Ilmu Kesehatan
Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta: EGC.
Nugroho. Taufan. 2010. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Oxorn, H. 2003.Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan Human of Labor
and Birth, Jakarta : Yayasan Essentia Medica
Prawirohardjo S, Hanifa W. 2002.Kebidanan Dalam Masa Lampau, Kini dan
Kelak. Dalam: IlmuKebidanan, edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Rachimhadhi T. 2002. Perdarahan Antepartum. Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi III. Jakarta:
YayasanBina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Rustam Mochtar, Prof, Dr.1998. Sinopsi obstetric Jakarta : EGC
Sastrawinata, Sulaiman. Et al. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Edisi
2.Jakarta : EGC.
Scearce, J and Uzelac, PS., 2007. Third-trimester vaginal bleeding. In: AH DeCherney et al.
(eds). Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and Gynecology, 10th ed. New
York: McGraw-Hill
Winknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Yeyeh,Ai Rukiyah.2010.Asuhan Kebidanan Patologi.Jakarta:Trans Info Media
Obstetric,William.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai