Anda di halaman 1dari 153

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn

MELALUI PENDEKATAN THINK-PAIR-SHARE

(Penelitian Tindakan Pada Kelas IV MI Cibeureum Legok


Kabupaten Sukabumi)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan


Untuk Memenuhi Syarat mencapai Gelar Sarjana (S. Pd)

Oleh

UNUY NURHASANAH
NIM: 809018300701

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


DUAL MODE SYSTEM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
ABSTRAK

Nurhasanah Unuy, 2014. Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui


Pendekatan Think-Pair-Share. Skripsi, Program Studi Kependidikan Islam,
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Dual Mode System,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini dilaksanakan di MI Cibeureuem Legok Kabupaten Sukabumi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PKn melalui
pendekatan Think-Pair-Share. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV Tahun
Pelajaran 2012-2013 dengan jumlah 36 siswa.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus yang terdiri atas empat
pertemuan dengan tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Berdasarkan data yang diperoleh, analisis data yang diperoleh, bahwa pada
siklus I peningkatan yang diraih siswa pada perolehan nilai pretes dan postes
untuk kategori rendah yaitu 72.22% sedangkan untuk kategori sedang meningkat
mencapai 27.78%. Sedangkan pada siklus II peningkatan yang diraih siswa untuk
kategori sedang yaitu sebesar 50% dan untuk kategori tinggi meningkat menjadi
50%.

Kata kunci: Hasil belajar, PKn, Think-pair-share

i
ABSTRACT

Nurhasanah Unuy, 2014. Improving Learning Result of Civics Education by


Approach Think-Pair-Share. The Thesis, Educational Studies Program,
Department of Teacher Education Elementary School Dual Mode System,
Faculty of Tarbiyah and Teaching, State Islamic University Syarif Hidayatullah
Jakarta.

The research was conducted in MI Cibeureuem Legok Sukabumi. This study


aims to determine the effect of efforts to Learning Result of Civics Education by
Approach Think-Pair-Share. The subjects of this study were fourth grade students
in academic year 2012-2013 with 36 students.
The method used in this research is a classroom action research (CAR),
which consisted of two cycles of four meetings with the stages of planning, action,
observation and reflection.
Based on the data obtained, analysis of the data obtained, that in the first
cycle of the rise coming students in grades pre-test and post-test for the low
category is 72.22% while for the category being increased to 27.78%. While in
the second cycle of the rise coming students for middle category that is equal to
50% and for the high category increased to 50%.

Keywords: Learning Result, Civics Educaion, Think-pair-share

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur hanya bagi Allah Tuhan sekalian alam
yang menguasai semua makhluk dengan segala kebesaran-Nya yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah serta karunia-Nya kepada kita semua,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar PKn Melalui Pendekatan Think-Pair-Share.
Sholawat serta salam semoga Allah selalu melimpahkan kepada beliau
Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah
membawa petunjuk kebenaran kepada umat manusia dan cahaya kebenaran yaitu
agama Islam.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi dari keseluruhan
kegiatan perkuliahan yang telah dicanangkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta sebagai bentuk pertanggung jawaban penulis menjadi
mahasiswa serta untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah disini.
Skripsi ini disusun dengan bekal ilmu pengetahuan yang terbatas dan jauh
dari kesempurnaan, sehingga tanpa bantuan pembimbing, dorongan dan petunjuk
dari berbagai pihak, maka sulit untuk menyelesaikanya. Oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati dan penuh rasa syukur penulis ingin menyampaikan rasa
hormat serta ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Ibu Nurlena Rifai, MA, Ph.D, Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Moch. Noviadi Nugroho, M. Pd, selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan
bimbingan, nasehat, motivasi, dan arahan kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan.
3. Bapak/Ibu Dosen dan Staff di UIN Syarif Hidayatullah khususnya di
Jurusan PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah) yang telah
memberikan bantuan dan dukunganya.

iii
4. Bapak Jaya, S. Pd. I selaku Kepala Sekolah MI Cibeureuem Legok
Kabupaten Sukabumi.
5. Keluarga besar MI Cibeureuem Legok yang telah banyak membantu.
6. Kepada suami tercinta yang telah memberikan seluruh kepercayaan penuh
dalam proses penyusunan skripsi ini. Bantuan materil dan moril yang
selalu diberikan dengan ikhlas semoga menjadikannya Imam yang
senantiasa selalu membimbing keluarga penulis.
7. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Tiada kata yang patut penulis ucapkan selain ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya dan doa yang tulus semoga apapun yang telah disumbangkan
kepada penulis, sekecil apapun wujudnya tercatat sebagai amal yang diterima oleh
Allah SWT.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penulisan
skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.

Sukabumi, Januari 2014


Penulis,

Unuy Nurhasanah

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK ..... i
KATA PENGANTAR ...... iii
DAFTAR ISI .... v
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah . 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 5
C. Pembatasan Fokus Penelitian . 5
D. Perumusan Masalah Penelitian ... 6
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian .. 6

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL


INTERVENSI TINDAKAN 8
A. Hasil Belajar Siswa . 8
1. Pengertian Hasil Belajar ... 8
2. Ranah Hasil Belajar .. 9
3. Faktor-faktor Yang Mempengauhi Hasil Belajar . 15
B. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) .. 17
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) . 17
2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) .. 17
C. Pembelajaran Kooperatif 19
1. Pengertian Pembalajaran Kooperatif 19
2. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif 20
3. Fungsi Metode Pembelajaran Kooperatif 30
4. Pengertian Metode Think-Pair-Share .. 30
5. Langkah-langkah Metode Think-Pair-Share ... 31
6. Kelebihan dan Kekuranga Metode Think-Pair-Share .. 32
D. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 35
E. Kerangka Berfikir .. 37
v
F. Hipotesis Tindakan . 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .. 40


A. Tempat dan Waktu Penelitian . 40
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian . 40
C. Subjek Penelitian 43
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian . 44
E. Tahapan Intervensi Tindakan.. 44
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan .. 47
G. Data dan Sumber Data 47
H. Instrumen Pengumpulan Data .... 48
I. Teknik Pengumpulan Data . 48
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan .. 49
K. Analisis Data dan Interpretasi Data 52
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan .. 53

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .. 54


A. Deskripsi Data 54
1. MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi ... 54
a. Sejarah Singkat .... 54
b. Keadaan Siswa MI Cibeureum Legok . 54
c. Jumlah Rombongan Belajar di MI Cibeureum Legok 54
d. Data Pendidik Dan Tenaga Kependidikan .. 55
2. Deskripsi Data Penelitian . 55
a. Siklus I . 55
b. Siklus II ... 61
B. Analisis Data ... 67
1. Siklus I . 67
2. Siklus II 75
C. Pembahasan 84

vi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN . 88
A. Kesimpulan . 88
B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA 90
LAMPIRAN-LAMPIRAN 92

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pembelajaran Think-Pair-Share . 32


Tabel 4.1 Data Siswa Kelas I-VI MI Cibeureum Legok 54
Tabel 4.2 Jumlah Rombel Tiga Tahun Terakhir 54
Tabel 4.3 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan . 55
Tabel 4.4 Lembar Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I ... 67
Tabel 4.5 Lembar Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan I . 68
Tabel 4.6 Nilai Pretes Siklus I Pertemuan I ... 69
Tabel 4.7 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think-
pair-share Siklus I Pertemuan I . 71
Tabel 4.8 Lembar Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II .. 71
Tabel 4.9 Lembar Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan II ... 72
Tabel 4.10 Nilai Postes Siklus I Pertemuan II . 74
Tabel 4.11 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think-
pair-share Siklus I Pertemuan II 75
Tabel 4.12 Lembar Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I .. 76
Tabel 4.13 Lembar Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I ... 77
Tabel 4.14 Nilai Pretes Siklus I Pertemuan II .. 78
Tabel 4.15 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think-
pair-share Siklus II Pertemuan I 79
Tabel 4.16 Lembar Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II . 80
Tabel 4.17 Lembar Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan II .. 81
Tabel 4.18 Nilai Postes Siklus II Pertemuan II 82
Tabel 4.19 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think-
pair-share Siklus II Pertemuan II . 82
Tabel 4.20 Penghitungan Nilai Pretest dan Postest Siklus I 84
Tabel 4.21 Penghitungan Nilai Pretest dan Postest Siklus II .. 86

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 41

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) . 92


Lampiran 2 Soal Tes 104
Lampiran 3 Kunci Jawaban . 107
Lampiran 4 Lembar Aktivitas Siswa .. 108
Lampiran 5 Lembar Aktivitas Guru 109
Lampiran 6 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif 110
Lampiran 7 Pembelajaran Think-Pair-Share .. 111
Lampiran 8 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) . 112
Lampiran 9 Teknik Penskoran Tiga Aspek Ranah Belajar . 112
Lampiran 10 Uji Validitas dan Reliabilitas .. 113
Lampiran 11 Rumus Normal Gain (N-Gain) 116
Lampiran 12 Data Siswa Kelas I-VI MI Cibeureum Legok . 116
Lampiran 13 Jumlah Rombel 3 Tahun Terkahir ... 116
Lampiran 14 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan 117
Lampiran 15 Lembar Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I 117
Lampiran 16 Lembar Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan I .. 118
Lampiran 17 Nilai Pretes Siklus I Pertemuan I . 119
Lampiran 18 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think- 120
pair-share Siklus I Pertemuan I ..
Lampiran 19 Lembar Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II 120
Lampiran 20 Lembar Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan II . 121
Lampiran 21 Nilai Postes Siklus I Pertemuan II ... 123
Lampiran 22 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think- 124
pair-share Siklus I Pertemuan II .
Lampiran 23 Lembar Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I 124
Lampiran 24 Lembar Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I . 125
Lampiran 25 Nilai Pretes Siklus I Pertemuan II 126
Lampiran 26 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think- 127
pair-share Siklus II Pertemuan I

x
Lampiran 27 Lembar Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II .. 128
Lampiran 28 Lembar Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan II 128
Lampiran 29 Nilai Postes Siklus II Pertemuan II . 130
Lampiran 30 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think- 131
pair-share Siklus II Pertemuan II
Lampiran 31 Penghitungan Nilai Pretest dan Postest Siklus I .. 131
Lampiran 32 Penghitungan Nilai Pretest dan Postest Siklus II . 133
Lampiran 33 Media Pembelajaran 135
Lampiran 34 Foto-foto Kegiatan .. 136

xi
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laju transformasi dunia karena revolusi teknologi, telekomunikasi dan


komputer menjadi agenda utama perubahan dunia saat ini. Dunia tidak lagi dapat
dipandang sebagai benua-benua yang terpisah atau kumpulan negara yang
terpisah, melainkan dunia menjadi sarat global telekomunikasi dan komputer.
Kepesatan perkembangan teknologi telekomunikasi dan komputer telah
mengantarkan masyarakat memasuki era global.

Globalisasi ditandai oleh kompleksitas keragaman kehidupan masyarakat.


Aktivitas hidup lebih banyak bermula dan berlangsung pada interaksi-interaksi
antar individu yang diprakarsai individu itu sendiri. Setiap individu di era global
dituntut mengembangkan kapasitasnya secara optimal, kreatif dan
mengadaptasikan diri kedalam situasi global yang amat bervariasi dan cepat
berubah. Setiap individu dituntut melakukan daya nalar kreatif dan kepribadian
yang tidak sederhana, melainkan kompleks. Untuk itu ketrampilan yang harus
dimiliki individu adalah keterampilan intelektual, sosial, dan personal.

Pendidikan sebagai bagian integral kehidupan masyarakat di era global


harus dapat memberi dan memfasilitasi bagi tumbuh kembangnya keterampilan
intelektual, sosial dan personal. Keterampilan-keterampilan tersebut dibangun
tidak hanya dengan landasan rasio dan logika saja, tetapi juga inspirasi,
kreativitas, moral, intuisi (emosi) dan spiritual.

Sekolah sebagai institusi pendidikan dan miniatur masyarakat perlu


mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan era global.
Karena Proses pembelajaran yang baik akan dapat menciptakan prestasi yang
berkualitas. Oleh karena itu guru sebagai salah satu komponen penting
keberhasilan pembelajaran, harus mampu menempatkan dirinya sebagai sosok
yang mampu membangkitkan hasrat siswa untuk terus belajar.

1
2

MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi adalah salah satu lembaga


pendidikan yang sangat menjunjung keberhasilan pembelajaran, sehingga siswa
yang dihasilkan mampu berperan dalam persaingan global. Usaha ke arah tersebut
sudah banyak dilakukan oleh pihak sekolah terkait, seperti pemenuhan sarana
prasarana, media pembelajaran, guru yang profesional serta komponen lain yang
mampu meningkatkan kualitas pendidikan yang dijalankan, dengan harapan akan
mampu menciptakan manajemen pembelajaran dengan baik, yang pada ujungnya
akan menjadikan sekolah yang berkualitas.

Namun ternyata saat ini masih banyak permasalahan-permasalahan yang


muncul di sekolah ini, di antaranya yaitu salah satu metode yang digunakan dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah ceramah, tanya jawab, dan
diskusi. Metode ceramah masih menjadi pilihan dalam penyampaian materi,
sehingga siswa cenderung bosan, dan kurang bersemangat untuk belajar. Hal ini
akan membuat kualitas pembelajaran menjadi rendah, dan memungkinkan
penguasaan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa akan menurun.

Metode tanya jawab kurang efektif karena hanya siswa yang pintar dan
aktif yang mau menjawab pertanyaan yang diberikan, sehingga terjadi
kesenjangan antara siswa yang pintar dan siswa yang kurang pintar. Sedangkan
dalam metode diskusi tidak semua topik dapat disajikan dengan metode diskusi.
Hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.

Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu, sulit untuk


menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi. Biasanya tidak semua
siswa berani menyatakan pendapat, sehingga waktu akan terbuang karena
menunggu siswa mengemukakan pendapat. Pembicaraan dalam diskusi mungkin
didominasi oleh siswa yang berani dan telah terbiasa berbicara. Siswa pemalu dan
pendiam tidak akan menggunakan kesempatan untuk berbicara, dan
memungkinkan timbulnya rasa permusuhan antar kelompok atau menganggap
kelompoknya sendiri lebih pandai dan serba tahu dari pada kelompok lain atau
3

menganggap kelompok lain sebagai saingan, lebih rendah, remeh, atau lebih
bodoh.

MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi belum pernah menerapkan


metode kooperatif Think-Pair-Share; dimana penerapan metode kooperatif Think-
Pair-Share ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kelas
melalui diskusi. Baik dengan pasangannya maupun dengan seluruh kelas. Siswa
akan terbiasa menemukan jawaban dari pertanyaan yang diajukan, memahami
konsep serta terlatih untuk bisa belajar secara mandiri, secara berpasangan,
maupun berbagi dengan teman sekelas.

Dari permasalahan yang dijelaskan di atas, maka dibutuhkan tindakan


yang mampu menjadi jalan keluarnya. Salah satu solusinya adalah penggunaan
metode yang tepat, yaitu metode yang mampu membuat seluruh siswa terlibat
dalam suasana pembelajaran. Metode mengajar merupakan salah satu cara yang
dipergunakan guru dalam membelajarkan siswa. Oleh karena itu, peranan metode
mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.1

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh seorang guru guna
menjawab dari permasalahan-permasalan pembelajaran tersebut serta untuk lebih
mengaktifkan pembelajaran di kelas adalah dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif dengan metode ThinkPairShare. Pembelajaran kooperatif dengan
metode Think-Pair-Share terdiri dari tiga tahap kegiatan siswa yang menekankan
pada apa yang dikerjakan siswa pada setiap tahapannya. Tahap yang pertama
adalah berfikir (Think). Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan yang terkait
dengan pelajaran dan siswa berfikir sendiri mengenai jawaban tersebut. Waktu
berfikir ditentukan oleh guru. Pada tahap selanjutnya siswa berpasangan (pair)
dengan temannya dan mendiskusikan mengenai jawaban masing-masing.
Sedangkan pada tahap terakhir, siswa berbagi (share) yaitu guru meminta
pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara
keseluruhan untuk mengungkapkan mengenai apa yang telah mereka diskusikan.

1
Suryasubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta,1997), hal: 43
4

Dengan berdiskusi dan berfikir sendiri dengan teman, diharapkan siswa lebih bisa
memahami konsep, menambah pengetahuannya serta dapat menemukan
kemungkinan solusi dari permasalahan.2

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran


yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila
dan Undang-undang Dasar 1945.3

Dari pengertian di atas, maka Mata Pelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:

1) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu.


2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti-
korupsi.
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lain.
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknilogi informasi
dan komunikasi.4
Upaya untuk mewujudkan sosok manusia seperti yang tertuang dalam
definisi dan tujuan pendidikan diatas tidaklah terwujud secara tiba-tiba. Upaya itu
harus melalui proses pendidikan dan kehidupan, khususnya pendidikan bernegara
dan kehidupan bernegara. Proses itu berlangsung seumur hidup, di lingkungan
keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.

2
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar 2009), hal: 58
3
Tim Penyusun KTSP MI Cibeureum Legok, KTSP MI CIbeureum Legok Kabupaten
Sukabumi Tahun Pelajaran 2012-2013. (Sukabumi: 2012). Hal. 78
4
Ibid. hal. 78-79.
5

Salah satu masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan kewarganegaraan


saat ini, adalah bagaimana cara penyampaian materi pelajaran pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan tersebut kepada peserta didik sehingga memperoleh
hasil semaksimal mungkin.

Berpijak pada uraian latar belakang di atas, maka perlu kiranya diadakan
suatu tindakan melalui penelitian pendidikan. Dalam hal ini, penulis mengangkat
satu topik yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi saat ini, yaitu: Peningkatan
Hasil Belajar PKn Melalui Pendekatan Think-Pair-Share

B. Identifikasi Masalah

Berdasar pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
peneliti dapat mengidentifikasi masalah penelitian, sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru adalah metode


konvensional berupa ceramah, tanya jawab, diskusi.
2. Di MI Ciberureum Legok belum pernah menggunakan metode Think-Pair-
Share dalam penyampaian materi pelajaran kepada siswa.
3. Metode konvensional yang selalu digunakan oleh guru tidak mampu untuk
meningkatkan hasil belajar PKn siswa di kelas IV MI Cibeureum Legok
Kapbupaten Sukabumi.
4. Apa yang telah dipelajari siswa tidak diaplikasikan ke dalam
kehidupannya sehari-hari, baik itu di sekolah, rumah, keluarga, maupun
lingkungan masyarakat tempat ia tinggal.
5. Nilai rata-rata hasil belajar PKn siswa kelas IV belum memenuhi nilai
KKM yang telah ditentukan sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasar pada identifikasi masalah yang telah disampaikan di atas, maka


kali ini peneliti dapat membatasi fokus penelitian, sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan Think-Pair-Share.


6

2. Pokok bahasan yang akan disampaikan pada penelitian ini adalah Materi
Pengaruh Globalisasi pada mata pelajaran PKn Kelas IV semester II.
3. Penelitian akan dilaksanakan di MI Cibeureum Legok Kabupaten
Sukabumi.
4. Hasil belajar siswa dibatasi pada hasil belajar kognitif C1 (hapalan), C2
(pemahaman) dan C3 (penerapan).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah yang telah disampaikan diatas,


maka diperoleh rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif melalui pendekatan TPS


(Think-Pair-Share) dalam meningkatkan hasil belajar PKn kelas IV MI
Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi?
2. Seberapa efektifkah pembelajaran kooperatif melalui pendekatan TPS
(Think-Pair-Share) dalam meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas IV
MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran kooperatif melalui
pendekatan TPS (Think-Pair-Share) dalam meningkatkan hasil belajar
PKn kelas IV MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi.
b. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran kooperatif melalui
pendekatan TPS (Think-Pair-Share) dalam meningkatkan hasil belajar
PKN kelas IV MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1) Bagi Peneliti
Memberikan tambahan pengetahuan dan keilmuan dalam
melaksanakan pembelajaran di sekolah. Selain itu dapat
7

memberikan informasi terhadap penggunaan metode pembelajaran


yang digunakan dalam penelitian.
2) Bagi Pembaca
Menambah wawasan dan keilmuan dalam proses pembelajaran
yang akan dilaksanakannya.
3) Bagi Siswa
Dapat meningkatkan keaktifan belajar pada Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Guru
a) Memberi wawasan bagi guru pentingnya penerapan metode
TPS (Think-Pair-Share) dalam proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan khususnya pada Materi
Pengaruh Globalisasi.
b) Dapat menemukan solusi untuk meningkatkan hasil belajar
PKn siswa kelas IV.
2) Bagi Sekolah
Menemukan solusi untuk meningkatkan penguasaan mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dengan menerapkan metode
pembelajaran TPS (Think-Pair-Share).
3) Bagi UIN Syarif Hidayatullah
a) Dapat menjalin kerjasama yang baik dengan beberapa lembaga
yang dapat menunjang dalam kemajuan pendidikan.
b) Untuk memenuhi program kurikulum yang telah ditentukan.
8

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar Siswa


1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah satu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan
masyarakat lingkungan akademik seperti di lingkungann sekolah, pelajar, siswa
dan siswi serta mahasiswa yang mempunyai tugas untuk belajar. Karena kegiatan
belajar merupakan kegiatan yang tak mungkin dapat dipisahkan dari mereka.
Beberapa para ahli telah mengungkapkan arti dari belajar itu sendiri,
salah satunya adalah seperti yang diungkapkan oleh Gagne bahwa belajar adalah
suatu proses di mana satu organism berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman.1
Sedangkan hasil dapat dikatakan kemampuan yang dimiliki soswa
setelah menerima pelajaran. Menurut Oemar Hamalik, bahwa hasil belajar tampak
sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan
diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.2
Belajar merupakan suatu proses yang benar-benar bersifat internal.
Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu
terjadi didalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Menurut Good dan
Brophy bukan tingkah laku yang nampak, tetapi terutama adalah prosesnya yang
terjadi secara internal di dalam diri individu dalam usahanya memperoleh
hubungan-hubungan baru.3
Hubungan-hubungan baru itu dapat berupa: antara perangsang-
perangsang, antara reaksi-reaksi, atau antara perangsang dan reaksi. Faktor-faktor
penting yang sangat erat hubungannya dengan proses belajar ialah: kematangan,
penyesuaian diri/adaptasi, menghafal/mengingat, pengertian, berpikir dan latihan.

1
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: 2009), h. 3.
2
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), h. 155.
3
M. Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000), h. 85.
8
9

Para ahli mencoba membuat kategori jenis-jenis belajar yang dikenal


dengan taksonomi belajar salah satu yang terkenal adalah taksonomi yang disusun
oleh Benyamin S. Bloom.4 Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga
tingkatan, pertama, tujuan umum pendidikan yang menentukan perlu tidaknya
suatu program diadakan. Kedua, tujuan yang di dasarkan atas tingkah laku, yang
dimaksud berhasilnya pendidikan dalam bentuk tingkah laku yang dimaksud
dengan taksonomi. Ketiga, tujuan yang lebih jelas yang dirumuskan secara
operasional. Kaum behavioris berpendapat bahwa taksonomi yang dikemukakan
oleh Bloom dan kawan-kawan adalah bersifat mental.5 Taksonomi ini merupakan
kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasikan mutu tujuannya.
Salah satu manfaat taksonomi adalah bahwa guru didorong untuk bertanya adakah
dia menekankan segi tertentu atau tidak.
2. Ranah Hasil Belajar
Taksonomi Bloom terdiri dari tiga kategori yaitu yang dikenal sebagai
domain atau ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Yang dimaksud
dengan ranah-ranah ini oleh Bloom adalah perilaku-perilaku yang memang
diniatkan untuk ditunjukkan oleh peserta didik atau pelajar dalam cara-cara
tertentu, misalnya bagaimana mereka berpikir (kognitif), bagaimana mereka
bersikap dan mereka merasakan sesuatu (afektif), dan bagaimana mereka berbuat
(psikomotorik).6 Dalam mengukur kemampuan seorang siswa maka para guru
harus memperhatikan ketiga ranah tersebut.
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif memiliki enam taraf mulai pengetahuan sampai
evaluasi.
1) Menghapal mencakup ingatan dan pengenalan,
2) Pemahaman mencakup interpretasi, pemberian contoh, klasifikasi,
meringkas, menyimpulkan, membandingkan, menjelaskan,

4
A. Suhaenah Suparno. Membangun Kompetensi Belajar, (Jakarta: Dirjen
PendidikanTinggi Depdiknas, 2001), h. 6.
5
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Bumi Aksara,
2002), h. 115.
6
A. Suhaenah Suparno. loc. cit.
10

3) Aplikasi mencakup melakukan, implementasi,


4) Analisis mencakup membedakan, mengorganisasikan dan
memberikan atribut,
5) Mengevaluasi mencakup pengecekan, memberi kritik,
6) Mencipta mencakup membangkitkan, merencanakan, memproduksi.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif dibagi menjadi lima taraf, yaitu:
1) Memperhatikan, taraf ini mengenai kepekaan siswa terhadap
fenomena-fenomena dan perangsang-perangsang tertentu, yaitu
menyangkut kesediaan siswa untuk memperhatikannya.
2) Merespon, Pada taraf ini siswa memiliki motivasi yang cukup untuk
merespon.
3) Menghayati nilai, siswa sudah menghayati nilai tertentu.
4) Mengorganisasikan, siswa menghadapi situasi yang mengandung
lebih dari satu nilai.
5) Memperhatikan nilai atau seperangkat nilai, siswa sudah dapat
digolongkan sebagai orang yang memegang nilai atau seperangkat
nilai tertentu.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah Psikomotorik, meliputi hal-hal:
1) Persepsi, langkahnya melakukan kegiatan yang bersifat motoris ialah
menyadari objek, sifat atau hubungan-hubungan melalui indera,
2) Persiapan, kesiapan untuk melakukan suatu tindakan atau bereaksi
terhadap suatu kejadian menurut
3) Respon terbimbing, pada tahap ini penekanan pada kemampuan-
kemampuan yang merupakan bagian dari keterampilan yang lebih
kompleks.
4) Respons mekanis, siswa sudah yakin akan kemampuannya dan
sedikit banyak terampil melakukan suatu perbuatan,
11

5) Respons kompleks, taraf ini individu dapat melakukan perbuatan


motoris yang dianggap kompleks, karena pola gerakan yang dituntut
sudah kompleks.
Dalam kehidupan sehari-hari tak ada seseorang berbuat tanpa
melibatkan pikiran dan perasaan walaupun kecil porsinya. Setiap orang
merespon dalam berbagai bentuk aktivitas sebagai makhluk yang utuh.
Kategori jenis belajar ini disusun untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan pembelajaran yang mereka lakukan.
Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi
secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada
tiga aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa
besar capaian kompetensi tersebut, yaitu penilaian terhadap:7
a. Hasil Belajar Penguasaan Materi Akademik (Kognitif)
Domain kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep
atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan-kemampuan
intelektual, seperti mengaplikasikan prinsip atau konsep, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi. Sebagian besar tujuan-tujuan
instruksional berada dalam domain kognitif. Pada ranah kognitif terdapat
enam jenjang proses berfikir, mulai dari yang tingkatan rendah sampai
tinggi, yakni: Pengetahuan/ingatan (knowledge), Pemahaman
(comprehension), Penerapan (aplication), Analisis (analysis), Sintesis
(synthesis) dan Evaluasi (evaluation).
Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh
Bloom dkk. Dikategorikan lebih rinci ke dalam enam jenjang
kemampuan, yaitu:
1) Hafalan (C1)
Jenjang hafalan meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta,
konsep, prinsip dan prosedur yang telah dipelajarinya.
2) Pemahaman (C2)

7
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA
BerbasisKompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.13-24.
12

Jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari


informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram
atau grafik.
3) Penerapan (C3)
Yang termasuk jenjang penerapan adalah kemampuan menggunakan
prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau situasi
konkrit.
4) Analisis (C4)
Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi
yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur
informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi
jelas.
5) Sintesis (C5)
Yang termasuk jenjang sintesis ialah kemampuan untuk
mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu
keseluruhan yang terpadu. Termasuk di dalamnya kemampuan
merencanakan eksperimen, menyusun cara baru untuk
mengklasifikasikan obyek-obyek, peristiwa dan informasi lainnya.
6) Evaluasi (C6)
Kemampuan pada jenjang evaluasi ialah kemampuan untuk
mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjan, berdasarkan
kriteria tertentu yang ditetapkan.
b. Hasil Belajar Yang Bersifat Proses Normatif (Afektif)
Domain afektif mencakup pemilikan minat, sikap, dan nilai yang
ditanamkan melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar proses
berkaitan dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan
pemilikan kecakapan proses atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan
tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatian
terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada
guru dan sebagainya. Ranah afektif dirinci menjadi lima jenjang, yakni:
Perhatian, Tanggapan, Penilaian, Pengorganisasian, dan Karakterisasi
13

terhadap suatu atau beberapa nilai. Untuk menilai hasil belajar dapat
digunakan instrumen evaluasi yang bersifat non tes, misalnya kuesioner
dan observasi.
c. Hasil Belajar Aplikatif (Psikomotor)
Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkatian dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor
merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, akan tampak
setelah siswa menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai
dengan makna yang terkandung pada kedua ranah tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Ranah ini diklasifikasikan kedalam tujuh kategori
yakni: Persepsi (perception), Kesiapan (set), Gerakan terbimbing (guided
response), Gerakan terbiasa (mechanism), Gerakan kompleks (complex
overt response), Penyesuaian pola gerakan (adaptation),
Kreatifitas/keaslian (Creativity/origination).
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada
diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan
pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan
terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan
dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang
sopan menjadi sopan, dan sebagainya.8
Menurut Sudjana perbedaan hasil belajar di kalangan para siswa
disebabkan oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa terutama
kemampuan yang dimilikinya dan faktor yang datang dari luar diri siswa
atau faktor lingkungan. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki
siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat, dan perhatian,
sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial PKn, faktor fisik dan
psikis.9

8
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,
(Jakarta:Bumi Aksara, 2001), h. 155
9
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo,2002), Cet. Ke-VI. h. 39.
14

Sedangkan menurut Oemar Hamalik hasil belajar dikalangan siswa


disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor kematangan akibat
dari kemajuan umur kronologis, latar belakang pribadi masing-masing,
sikap, dan bakat terhadap suatu bidang pelajaran yang diberikan.10
Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar
peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah
dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
a. Sasaran Penilaian
Sasaran atau objek evaluasi hasil belajar adalah perubahan tingkah
laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor secara
seimbang. Masing-masing bidang terdiri dari sejumlah aspek. Aspek-
aspek tersebut sebaiknya dapat diungkapkan melalui penilaian tersebut.
Dengan demikian dapat diketahui tingkah laku mana yang sudah
dikuasainya oleh peserta didik dan mana yang belum sebagai bahan bagi
perbaikan dan penyempurnaan program pengajaran selanjutnya.
b. Alat Penilaian
Penggunaan alat penilaian hendaknya komprehensif meliputi tes dan
bukan tes sehingga diperoleh gambaran hasil belajar yang objektif.
Penilaian hasil belajar sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan
agar diperoleh hasil yang menggambarkan kemampuan peserta didik
yang sebenarnya.
c. Prosedur Pelaksanaan Tes
Penilaian hasil belajar dilaksanakan dalam bentuk formatif dan
sumatif. Penilaian formatif dilakukan pada setiap pengajaran
berlangsung, yakni pada akhir pengajaran. Hasilnya dicatat untuk bahan
penilaian dan untuk menentukan derajat keberhasilan peserta didik
seperti untuk kenaikan tingkat. Penilaian sumatif biasanya dilakukan
pada akhir suatu program atau pertengahan program. Hasilnya digunakan

10
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 183.
15

untuk mengetahui program mana yang belum dikuasai oleh peserta


didik.11
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar peserta didik sesuai
dengan tujuan pengajaran (ends are being attained).12
Hasil belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya dipengaruhi oleh
berbagai faktor tersebut. Adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu, meliputi:
1) Faktor Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap
kemampuan belajar seseorang. Menurut Noehi, kondisi pancaindra
(mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh) sangat penting, terutama
mata sebagai alat untuk melihat dan telinga untuk mendengar.13 Karena
sebagian besar peserta didik belajar dengan membaca, melihat contoh
atau model, melakukan observasi, dan mendengarkan keterangan guru.
2) Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologi yang utama mempengaruhi proses dan hasil
belajar peserta didik adalah sebagai berikut:
(a) Kecerdasan Peserta Didik
M. Dalyono secara tegas mengatakan bahwa seseorang yang
memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar
dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya, orang yang
intelegensinya rendah cenderung mengalami kesukaran dalam
belajar, lambat berpikir, sehingga prestasi belajarnya pun rendah.
Karenanya Walter B. Kolesnik dalam buku Syaiful Bahri Djamarah
mengatakan bahwa: In most cases there is a fairy high correlation

11
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-
II. h.179.
12
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 45.
13
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011), h. 189.
16

between ones IQ, and his scholastics success. Usually, the higher a
persons IQ, the higher the grades he receives.14
(b) Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang
turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Bahkan menurut Slameto,
sering kali anak didik yang tergolong cerdas tampak bodoh karena
tidak memiliki motivasi untuk mencapai prestasi sebaik mungkin.15
(c) Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka pada suatu hal atau aktivitas,
tanpa ada yang menyuruh.16 Peserta didik yang mempunyai
keinginan yang kuat di dalam usaha belajarnya akan lebih baik
dibanding dengan peserta didik yang tidak punya atau kurang minat
dalam belajar.
(d) Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif yaitu persepsi, mengingat, dan berpikir.
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau
informasi ke dalam otak manusia. Guru harus menanamkan
pengertian sejelas-jelasnya, sehingga tidak terjadi kesalahan persepsi
pada peserta didik. Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif,
dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa
lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh di masa
lampau.17 Sedangkan berpikir adalah kelangsungan tanggapan-
tanggapan yang disertai dengan sikap pasif dari subjek yang berpikir.
(e) Bakat
Setiap peserta didik memiliki bakat yang berbeda, menurut
Sunarto dan Hartono bakat memungkinkan seseorang untuk
mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi diperlukan

14
Ibid, h. 194.
15
Ibid, h. 200.
16
Ibid, h. 191.
17
Ibid, h. 202-203.
17

latihan, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan atau motivasi agar


bakat itu dapat terwujud.18

B. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)


1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang memahami dan mapu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945.19
Selain itu istilah PKn yang menggunakan dengan N atau huruf kapital
merupakan singkatan dari singkatan dari pendidikan kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan (PKn ) merupakan pendidikan yang menyangkut
status formal warganegara yang di atur dalam UU NO 2 tahun 1949, UU NO 62
Tahun 1958, UU NO 12 tahun 2006 tentang status kewarganegara yang telah
berlaku mulai tanggal 1 Agustus 2006.20
2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran PKn
a. Tujuan Pembelajaran PKn
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut:21
1) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu.
2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta
anti-korupsi.
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lain.

18
Ibid, h. 197.
19
KTSP MI Cibeureum Legok, hal: 78.
20
Paket 1 hakekat pembelajaran Pkn MI
21
Ibid, hal: 78-79.
18

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara


langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknilogi informasi
dan komunikasi.
b. Ruang Lingkup PKn
Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
1) Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,
cinta lingkungan, Kebanganggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah
Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan republik Indonesia, Partisipasi
dalam pembelaan Negara, Sikap Positif terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan
keluarga, Tata tertib Sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat,
Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, Sistem Hukum dan peradilan Nasional, Hukum dan
peradilan Internasional.
3) Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan
Kewajiban anggota Masyarakat, Instrumen nasional dan internasional
HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
4) Kebutuhan Warga Negara meluputi: Hidup Gotong Royong, Harga Diri
sebagai warga masyarakat, Kebebasan Berorganisasi, Kemerdekaan
mrngeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,
Persamaan kedudukan warga Negara.
5) Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi dan konstitusi yang pertama,
Konstitusi-konstitusi yang pernah dugunakan di Indonesia, Hubungan
dasar Negara dengan Konstitusi.
6) Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan Desa dan Kecamatan,
Pemerintah daerah dan Otonomi, Pemerintah Pusat, Demokrasi dan
system politik, Budaya Politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat
Madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat Demokrasi.
19

7) Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara dan


ideology Negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar Negara,
Pengamalan Nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila
sebagai ideology terbuka.
8) Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, Dampak Glabalisasi, Hubungan
Internasional dan Organisasi Internasional, dan Mengevaluasi
Globalisasi.

C. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan strataegi
pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.22
Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal
dengan nama pembelajaran kooperatif. Menurut Johnson pembelajaran kooperatif
adalah pemanfaatan kelompok kecil (2-5 orang) dalam pembelajaran yang
memungkinkan siswa bekerjasama untuk memaksimalkan belajar mereka dan
belajar anggota lainnya dalam kelompok.23
Selain itu pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai system
kerja/belajar kelompok yang terstruktur.24
Dari uraian-uraian di atas dapat diketahui tentang pengertian pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) adalah pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok-kelompok kecil atau tim yang di dalamnya terdiri dari 2-5
orang. Dalam proses pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk bekerjasama
dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru,
dengan memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.

22
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2011), Cet. II, h. 62.
23
Ibid.
24
Masitoh, op.cit, h. 232.
20

Dalam hubungannya dengan pembelajaran, teori yang ada mengacu pada


kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik. Sebagai
realisasi maka dalam pembelajaran siswa haruslah bersifat aktif. Pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang aktif dan partisipatif.
2. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif sungguh banyak macam dan ragamnya. Beberapa
ahli pendidikan terdahulu telah memberikan sumbangsihnya dalam
menyampaikan macam-macam metode pembelajaran tersebut, yaitu sebagai
berikut:
a. TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction)
Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini sebenarnya adalah
penggabungan dari pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran
individual.25 Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa
mengikuti tingkatan yang bersifat individual berdasarkan tes penempatan,
dan kemudian dapat maju ke tahapan selanjutnya berdasarkan tingkat
kecepatannya belajar. Jadi, setiap anggota kelompok sebenarnya belajar
unit-unit materi pelajaran yang berbeda. Rekan sekelompok akan
memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan memberikan
bantuan jika diperlukan. Tes kemudian diberikan diakhir unit tanpa
bantuan teman sekelompoknya dan diberikan skor. Lalu setiap minggu
guru akan menjumlahkan total unit materi yang diselesaikan suatu
kelompok dan memberikan sertifikat atau penghargaan bila mereka
berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan, dan beberapa poin
tambahan untuk kelompok yang anggotanya mendapat nilai sempurna.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini adalah karena siswa
bertanggungjawab untuk memeriksa pekerjaan rekannya yang lain, maka
guru mempunyai waktu yang lebih banyak untuk membantu kelompok-
kelompok kecil yang menemui banyak hambatan dalam belajar yang
merupakan kumpulan dari anggota-anggota kelompok yang berada pada
25
Muhammad Faiq, Jenis-jenis Model Pembelajaran Kooperatif untuk Diterapkan di
Kelas Anda, http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/02/tipe-model-pembelajaran-
kooperatif.html, h. 1.
21

tingkatan unit materi pelajaran yang sama. Banyak penelitian melaporkan


bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini sangat efektif untuk
digunakan dalam pembelajaran.
b. STAD (Student Teams Achievement Division)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran
yang mengelompokkan siswa secara heterogen, kemudian siswa yang
pandai menjelaskan pada anggota lain sampai mengerti.26
Dengan diterapkannya pembelajaran koopertaif tipe Student Team
Achievement ini peneliti berharap keaktifan dan prestasi belajar siswa
dapat meningkat karena gagasan utama STAD adalah memicu siswa agar
saling mendorong dan membantu satu sama lain.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa
dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian
seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran. Siswa kemudian
diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada
model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara
individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan
kinerja dan prestasi timnya. Bila pertama kali digunakan di kelas anda,
maka ada baiknya guru terlebih dahulu memperkenalkan model
pembelajaran kooperatif STAD ini kepada siswa.
c. Round Table atau Rally Table
Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Round table
atau Rally Table ini guru dapat menyampaikan tujuan, menjelaskan tugas
yang akan didiskusikan, membagikan kertas kerja, siswa mengerjakan
tugas dengan menuangkan idenya di atas kertas kerja secara bergilir searah
jarum jam, kesimpulan, penyajian hasil, feed back oleh guru dan
evaluasi.27
d. Jigsaw

26
Komalasari, op.cit, h. 63.
27
I Wayan Kasub Abadi, Kegiatan Belajar Mengajar: Model Pembelajaran,
http://guru-kbm.blogspot.com/2008/05/model-pembelajaran.html, (Bali: 2008), h. 17.
22

Yaitu sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan
dengan teknik pertukaran dari kelompok ke kelompok (group-to-group
exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik
megajarkan sesuatu.28
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini ketergantungan
antara siswa sangat tinggi. Setiap siswa dalam model pembelajaran
kooperatif ini adalah anggota dari dua kelompok, yaitu (1) kelompok asal
(home group) dan (2) kelompok ahli (expert group). Kelompok asal
dibentuk dengan anggota yang heterogen. Di kelompok asal ini mereka
akan membagi tugas untuk mempelajari suatu topik. Setelah semua
anggota kelompok asal memperoleh tugas masing-masing, mereka akan
meninggalkan kelompok asal untuk membentuk kelompok ahli. Kelompok
ahli adalah kelompok yang terbentuk dari anggota-anggota kelompok yang
mempunyai tugas mempelajari sebuah topik yang sama (berdasarkan
kesepakatan mereka di kelompok asal). Setelah mempelajari topik tersebut
di kelompok ahli, mereka akan kembali ke kelompok asal mereka masing-
masing dan saling mengajarkan topik yang menjadi tanggungjawab
mereka ke anggota kelompok lainnya secara bergantian.
e. NHT (Numbered Heads Together)-Kepala Bernomor Bersama
Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT, minta siswa untuk
menomori diri mereka masing-masing dalam kelompoknya mulai dari 1
hingga 4. Metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992 dimana setiap siswa
diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru
memanggil nomor dari siswa.29
Ajukan sebuah pertanyaan dan beri batasan waktu tertentu untuk
menjawabnya. Siswa yang mengangkat tangan jika bisa menjawab
pertanyaan guru tersebut. Guru menyebut suatu angka (antara 1 sampai 4)
dan meminta seluruh siswa dari semua kelompok dengan nomor tersebut
28
Mel Silberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani, 2009), cet-9, h. 168.
29
Komalasari, op.cit, h. 62.
23

menjawab pertanyaan tadi. Guru menandai siswa-siswa yang menjawab


benar dan memperkaya pemahaman siswa tentang jawaban pertanyaan itu
melalui diskusi.
f. TGT (Team Game Tournament)
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang
digantikan dengan turnamen mingguan (Slavin, 1994).30 Pada model
pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling berkompetisi dengan siswa
dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin bagi
kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat
permainan atau turnamen berjalan secara adil. Penelitian menunjukkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT terbukti efektif
meningkatkan hasil belajar siswa.
g. Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview (disebut
juga three problem-solving) dilakukan 3 langkah untuk memecahkan
masalah.31 Pada langkah pertama guru menyampaikan isu yang dapat
memunculkan beragam opini, kemudian mengajukan beberapa pertanyaan-
pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas. Langkah kedua, siswa secara
berpasangan bermain peran sebagai pewawancara dan orang yang
diwawancarai. Kemudian, di langkah yang ketiga, setelah wawancara
pertama dilakukan maka pasangan bertukar peran: pewawancara berperan
sebagai orang yang diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi
mewawancarai menjadi orang yang diwawancarai. Setelah semua
pasangan telah bertukar peran, selanjutnya setiap pasangan dapat
membagikan atau mempresentasikan hasil wawancara mereka kepada
seluruh kelas secara bergiliran. Tipe model pembelajaran kooperatif ini
(three-step interview) ini efektif untuk mengajarkan siswa problem solving
(pemecahan masalah).

30
Muhammad Faiq, op.cit, h. 2.
31
Ibid.
24

h. Three-Minute Review (Reviu Tiga Langkah)


Model pembelajaran kooperatif tipe three-step review efektif untuk
digunakan saat guru berhenti pada saat-saat tertentu selama sebuah diskusi
atau presentasi berlangsung, dan mengajak siswa mereviu apa yang telah
mereka ungkapkan saat diskusi di dalam kelompok mereka.32 Siswa-siswa
dalam kelompok-kelompok itu dapat bertanya untuk mengklarifikasi
kepada anggota lainnya atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
anggota lain. Misalnya setelah diskusi tentang proses-proses kompleks
yang terjadi di dalam tubuh manusia misalnya pencernaan makanan, siswa
dapat membentuk kelompok-kelompok dan mereviu proses diskusi dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengklarifikasi.
i. GI (Group Investigasi)
Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode
pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Hal ini disebabkan oleh
metode ini memadukan beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan
pandangan konstruktivistik, democratic teaching dan kelompok belajar
kooperatif.33
Berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran dengan
model group investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
siswa untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran
mulai dari perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui
investigasi. Democratic teaching adalah proses pembelajaran yang
dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap
kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan,
dan memperhatikan keberagaman peserta didik.
j. Reciprocal Teaching (Pengajaran Timbal Balik)
Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran
timbal balik) dikembangkan oleh Brown & Paliscar (1982). Pengajaran
timbal balik atau reciprocal teaching ini juga merupakan sebuah model

32
Ibid.
33
Ibid.
25

pembelajaran kooperatif yang meminta siswa untuk membentuk pasangan-


pasangan saat berpartisipasi dalam sebuah dialog (percakapan atau diskusi)
mengenai sebuah teks (bahan bacaan).34 Setiap anggota pasangan akan
bergantian membaca teks dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
menerima dan memperoleh umpan balik (feedback). Model pembelajaran
tipe reciprocal teaching ini memungkinkan siswa untuk melatih dan
menggunakan teknik-teknik metakognitif seperti mengklarifikasi,
bertanya, memprediksi, dan menyimpulkan. Model pembelajaran
kooperatif tipe reciprocal teaching ini dikembangkan atas dasar bahwa
siswa dapat belajar secara efektif dari siswa lainnya.
k. Snowball Throwing
Snowball throwing yaitu metode pembelajaran yang didalamnya
terdapat unsur-unsur pembelajaran kooperatif sebagai upaya dalam rangka
mengarahkan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh
guru.
Hal yang pertama kali dilakukan adalah dengan meminta siswa untuk
menuliskan pertanyaan dalam kertas kemudian diremas sehingga
membentuk bola seperti bola salju. Langkah selanjutnya adalah
menyerahkan setiap pertanyaan yang ditulis siswa kepada guru, kemudian
guru akan melemparkannya kepada anggota kelas secara acak.
l. CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition)
Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated
reading composition) adalah sebuah model pembelajaran yang sengaja
dirancang untuk mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan
keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya baik pada jenjang
pendidikan tinggi maupun jenjang dasar.35 Pada tipe model pembelajaran
kooperatif yang satu ini siswa tidak hanya mendapat kesempatan belajar
melalui presentasi langsung oleh guru tentang keterampilan membaca dan

34
Bungs Education, Metode Pembelajaran,
http://wbungs.blogspot.com/2012/07/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_16.html, (Jawa
Timur, 2009), h. 1.
35
Muhammad Faiq, op.cit. h. 3.
26

menulis, tetapi juga teknik menulis sebuah komposisi (naskah). CIRC


dikembangkan untuk menyokong pendekatan pembelajaran tradisional
pada mata pelajaran bahasa yang disebut kelompok membaca berbasis
keterampilan. Pada model pembelajaran CIRC ini siswa berpasang-
pasangan di dalam kelompoknya. Ketika guru sedang membantu sebuah
kelompok-membaca (reading group), pasangan-pasangan saling mengajari
satu sama lain bagaimana membaca-bermakna dan keterampilan menulis
melalui teknik reciprocal (timbal balik). Mereka diminta untuk saling
bantu untuk menunjukkan aktivitas pengembangan keterampilan dasar
berbahasa (misalnya membaca bersuara (oral reading), menebak konteks
bacaan, mengemukakan pertanyaan terkait bacaan, menyimpulkan,
meringkas, menulis sebuah komposisi berdasarkan sebuah cerita, hingga
merevisi sebuah komposisi). Setelah itu, buku kumpulan komposisi hasil
kelompok dipublikasikan pada akhir proses pembelajaran. Semua
kelompok (tim) kemudian diberikan penghargaan atas upaya mereka
dalam belajar dan menyelesaikan tugas membaca dan menulis.
m. The Williams
Tipe model pembelajaran kooperatif The Williams mengajak siswa
melakukan kolaborasi untuk menjawab sebuah pertanyaan besar yang
merupakan sebuah tujuan pembelajaran.36 Pada model pembelajaran ini
siswa dikelompok-kelompoknya secara heterogen seperti pada tipe STAD.
Kemudian setiap kelompok diberikan pertanyaan yang berbeda-beda
dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif yang
memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
n. TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pairs share) mulanya
dikembangkan oleh Frank T. Lyman. Tipe model pembelajaran kooperatif
ini memungkinkan setiap anggota pasangan siswa untuk berkontemplasi
terhadap sebuah pertanyaan yang diajukan. Setelah diberikan waktu yang
cukup mereka selanjutnya diminta untuk mendiskusikan apa yang telah

36
Ibid, h. 4.
27

mereka pikirkan tadi (hasil kontemplasi) dengan pasangannya masing-


masing. Setelah diskusi dengan pasangan selesai, guru kemudian
mengumpulkan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan yang telah
diajukan tersebut dari seluruh kelas.
o. TPC (Think Pairs Check)
Model pembelajaran kooperatif tipe think pairs-check adalah
modifikasi dari tipe think pairs share, di mana penekanan pembelajaran
ada pada saat mereka diminta untuk saling cek jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan guru saat berada dalam pasangan.
p. TPW (Think Pairs Write)
Tipe model pembelajaran kooperatif TPW (Think Pairs Write) juga
merupakan variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think
Pairs Share). Penekanan model pembelajaran kooperatif tipe ini adalah
setelah mereka berpasangan, mereka diminta untuk menuliskan jawaban
atau tanggapan terhadap pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Model
pembelajaran kooperatif tipe TPW ini sangat cocok untuk pelajaran
menulis.
q. Tea Party (Pesta Minum Teh)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe tea party, siswa membentuk
dua lingkaran konsentris atau dua barisan di mana siswa saling berhadapan
satu sama lain. Guru mengajukan sebuah pertanyaan (pada bidang mata
pelajaran apa saja) dan kemudian siswa mendiskusikan jawabannya
dengan siswa yang berhadapan dengannya. Setelah satu menit, baris
terluar atau lingkaran terluar bergerak searah jarum jam sehingga akan
berhadapan dengan pasangan yang baru. Guru kemudian mengajukan
pertanyaan kedua untuk mereka diskusikan. Langkah-langkah seperti ini
terus dilanjutkan hingga guru selesai mengajukan 5 atau lebih pertanyaan
untuk didiskusikan. Untuk sedikit variasi dapat pula siswa diminta
menuliskan pertanyaan-pertanyaan pada kartu-kartu untuk catatan nanti
bila diadakan tes.
r. Write Around (Menulis Berputar)
28

Model pembelajaran kooperatif tipe write around ini cocok digunakan


untuk menulis kreatif atau untuk menulis kesimpulan. Pertama-tama guru
memberikan sebuah kalimat pembuka (contohnya: Bila kamu akan
berulang tahun, maka kamu akan meminta hadiah berupa...). Mintalah
semua siswa dalam setiap kelompok untuk menyelesaikan kalimat
tersebut. Selanjutnya mereka ia menyerahkan kertas berisi tulisannya
tersebut ke sebelah kanan, dan membaca kertas lain yang mereka terima
setelah diserahkan oleh kelompok lain, kemudian menambahkan satu
kalimat lagi. Setelah beberapa kali putaran, maka akan diperoleh 4 buah
cerita atau tulisan (bila di kelas dibentuk 4 kelompok). Selanjutnya beri
waktu bagi mereka untuk membuat sebuah kesimpulan dan atau mengedit
bagian-bagian tertentu, kemudian membagi cerita atau kesimpulan itu
dengan seluruh kelas. Write around adalah modifikasi dari model
pembelajaran kooperatif go around.
s. Round Robin Brainstorming atau Rally Robin
Contoh pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Round Robin
Brainstorming misalnya: berikan sebuah kategori (misalnya nama-nama
sungai di Indonesia) untuk didiskusikan. Mintalah siswa bergantian untuk
menyebutkan item-item yang termasuk ke dalam kategori tersebut.
t. LT (Learnig Together)
Orang yang pertama kali mengembangkan jenis model pembelajaran
kooperatif tipe Learning Together (Belajar Bersama) ini adalah David
Johnson dan Roger Johnson di Universitas Minnesota pada tahun 1999.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together, siswa
dibentuk oleh 4-5 orang siswa yang heterogen untuk mengerjakan sebuah
lembar tugas. Setiap kelompok hanya diberikan satu lembar kerja. Mereka
kemudian diberikan pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja
kelompok. Pada model pembelajaran Kooperatif dengan variasi seperti
Learning Together ini, setiap kelompok diarahkan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan untuk membangun kekompakan kelompok terlebih
29

dahulu dan diskusi tentang bagaimana sebaiknya mereka bekerjasama


dalam kelompok.
u. Student Team Learning (STL-Kelompok Belajar Siswa)
Model pembelajaran kooperatif tipe student team learning ini
dikembangkan di John Hopkins University-Amerika Serikat. Lebih dari
separuh penelitian tentang pembelajaran kooperatif di sana menggunakan
student team learning. Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif yang
satu ini sama saja dengan model pembelajaran kooperatif yang lain yaitu
adanya ide dasar bahwa siswa harus bekerjasama dan turut
bertanggungjawab terhadap pembelajaran siswa lainnya yang merupakan
anggota kelompoknya. Pada tipe STL ini penekanannya adalah bahwa
setiap kelompok harus belajar sebagai sebuah tim. Ada 3 konsep sentral
pada model pembelajaran kooperatif tipe STL ini, yaitu: (1) penghargaan
terhadap kelompok; (2) akuntabilitas individual; (3) kesempatan yang
sama untuk memperoleh kesuksesan. Pada sebuah kelas yang menerapkan
model pembelajaran ini, setiap kelompok dapat memperoleh penghargaan
apabila mereka berhasil melampaui ktiteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Akuntabilitas individual bermakna bahwa kesuksesan sebuah
kelompok bergantung pada pembelajaran yang dilakukan oleh setiap
individu anggotanya. Pada model pembelajaran tipe STL, setiap siswa baik
dari kelompok atas, menengah, atau bawah dapat memberikan kontribusi
yang sama bagi kesuksesan kelompoknya, karena skor mereka dihitung
berdasarkan skor peningkatan dari pembelajaran mereka sebelumnya.
v. Two Stay Two Stray
Model pembelajaran kooperatif two stay two stray ini sebenarnya
dapat dibuat variasinya, yaitu berkaitan dengan jumlah siswa yang tinggal
di kelompoknya dan yang berpencar ke kelompok lain. Misalnya: (1) one
stay three stray (satu tinggal tiga berpencar); dan (2) three stay one stray
(tiga tinggal satu berpencar). Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay
Two Stray dikembangkan pertama kali oleh Spencer Kagan (1990).
Dengan struktur kelompok kooperatif seperti tipe two stay two stray ini
30

dapat memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk saling berbagi


informasi dengan kelompok-kelompok lain.37
3. Fungsi Metode Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya pembelajaran kooperatif dikembangkan setidak-tidaknya
memiliki fungsi dalam pembelajaran, yaitu: hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap individu, penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda
berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuan, serta
pengembangan keterampilan sosial. 38
a. Hasil belajar akademik
Beberapa ahli berpendapat bahwa metode ini unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-kosep yang sulit. Model struktur penghargaan
kooperatif dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan
perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan
ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuan. Dari hal ini
siswa akan belajar untuk saling menghargai.
c. Pengembangan keterampilan individu
Fungsi penting dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan
kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi.
4. Pengertian Metode Think-Pair-Share
Think-pair-share adalah suatu metode pembelajaran kooperatif yang
memberi siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu sama
lain. Metode ini memperkenalkan ide waktu berfikir atau waktu tunggu yang
menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon
pertanyaan. Pembelajaran Kooperatif model Think-pair-share ini relatif lebih
sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mangatur tempat duduk

37
Ibid.
38
Ujang Nurdin, Tekinik dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif, http://style-
lecture.blogspot.com/2012/09/teknik-dan-tujuan-pembelajaran.html, Juni 2013.
31

ataupun mengelompokkan siswa. Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani


berpendapat dan menghargai pendapat teman.39
Think-pair-share (TPS) adalah strategi diskusi kooperatif yang
dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawannya dari Universitas
Maryland pada tahun 1981. TPS mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi
dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara
keseluruhan. Think-pair-share memberikan kepada siswa waktu untuk berpikir
dan merespon serta saling bantu satu sama lain.
Think-pair-share memiliki prosedur yang secara eksplisit untuk member
siswa waktu untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain. Dengan
demikian diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan saling
bergantung pada kelompok kecil secara kooperatif.
5. Langkah-langkah Metode Think-Pair-Share
Setiap metode pembelajaran kooperatif tentunya memiliki langkah-
langkah tertentu sesuai dengan model tersendiri. Begitu pula dengan metode TPS
ini memiliki langkah-langkah penerapannya, yaitu sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Susilo, bahwa TPS memiliki tahapan demi tahapan yang
dilakukan pada pelaksanaan Think-pair-share, antara lain:
a. Tahap satu, think (berpikir).
Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan yang terkait dengan
materi pelajaran. Proses TPS dimulai pada saat ini, yaitu guru
mengemukakan pertanyaan yang menggalakkan berpikir ke seluruh kelas.
Pertanyaan ini hendaknya berupa pertanyaan terbuka yang memungkinkan
dijawab dengan berbagai macam jawaban.
b. Tahap dua, pair (berpasangan).
Pada tahap ini siswa berpikir secara individu. Guru meminta kepada
siswa untuk berpasangan dan mulai memikirkan pertanyaan atau masalah
yang diberikan guru tadi dalam waktu tertentu. Lamanya waktu ditetapkan
oleh guru berdasarkan pemahaman guru terhadap siswanya, sifat

39
Sadijah, Cholis. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share TPS
(Malang: Lembaga Penelitian UM 2006 ) hal: 12
32

pertanyaanya, dan skedul pembelajaran. Siswa disarankan untuk menulis


jawaban atau pemecahan masalah hasil pemikirannya.
c. Tahap 3, share (berbagi).
Pada tahap ini siswa secara individu mewakili kelompok atau berdua
maju bersama untuk melaporkan hasil diskusinya ke seluruh kelas. Pada
tahap terakhir ini siswa seluruh kelas akan memperoleh keuntungan dalam
bentuk mendengarkan berbagai ungkapan mengenai konsep yang sama
dinyatakan dengan cara yang berbeda oleh individu yang berbeda.
Tabel pembelajaran Think-pair-share adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Pembelajaran Think-Pair-Share

Tahapan Guru Siswa


1. Thinking Guru memberikan waktu Siswa berpikir sendiri untuk
kepada siswa untuk berpikir menemukan jawaban atas
tentang pertanyaan atau pertanyaan atau masalah yang
masalah yang diberikan diajukan

2. Pairing Guru memberikan tanda Siswa mulai mencari pasangan


kepada siswa untuk mulai untuk mendiskusikan dan
berpasangan dengan siswa mencapai kesepakatan atas
lain jawaban pertanyaan yang
diajukan guru

3. Sharing Guru meminta Siswa berbagi jawaban atas


pasanganpasangan tersebut pertanyaan atau permasalahan
untuk berbagi jawaban atas yang diajukan guru
pertanyaan atau
permasalahan yang diajukan
guru

6. Kelebihan dan Kelemahan Metode Think-Pair-Share


a. Kelebihan Think -Pair-Share
Kelebihan think-pair-share sebagai berikut:40

40
Anonim. Think pair share. http://www.eazhull.org.uk/nlc/think,_pair,_share.htm.
diakses pada 12 Desember 2013 Pukul: 14.45WIB.
33

1) Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan


saling membantu satu sama lain.
2) Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota
kelompok.
3) Setiap siswa dapat saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan
sebelum disampaikan di depan kelas.
4) Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi
kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.
5) Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab
dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling
membantu dalam kelompok kecil.
6) Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu
materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan
yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan
di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
7) Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara
tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh
guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang
diajarkan.
8) Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan
pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam
memecahkan masalah.
9) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya
dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari dua orang.
10) Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil
diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
11) Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam
proses pembelajaran.
12) Memperbaiki kehadiran.
34

13) Sikap apatis berkurang.


14) Penerimaan terhadap individu lebih besar.
15) Hasil belajar lebih mendalam.
16) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
b. Kekurangan Think-Pair-Share
Kekurangan think-pair-share sebagai berikut:
1) Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.
2) Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.
3) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
4) Lebih sedikit ide yang muncul.
5) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.
6) Menggantungkan pada pasangan.
7) Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan
pelaksanaannya.
8) Metode pembelajaran think-pair-share belum banyak diterapkan di
sekolah.
9) Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu
pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara
maksimal.
10) Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang
sesuai dengan taraf berfikir anak.
11) Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara
mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan
masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi
siswa.
12) Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya
rendah dan waktu yang terbatas.
13) Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
14) Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling
mengganggu antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS.
35

D. Penelitian Yang Relevan


Berbagai penelitian telah dilakukan guna membuktikan keefektifan
pendekatan pembelajaran kooperatif metode think-pair-share dalam
meningkatkan pemahaman, motivasi, prestasi maupun hasil belajar siswa di
sekolah. Salah satunya adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Muhammad
Adib yang mengangkat judul: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan
Metode Think-pair-share Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas IV SDN Manggis I Ngancar Kab.
Kediri. Kesimpulan yang didapat dari penelitian tersebut bahwa Adanya
peningkatan prestasi belajar siswa dapat di ketahui dengan meningkatnya aspek
afektif, kognitif dan psikomotorik masing-masing siswa. Dari hasil kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh
pembahasan serta analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan metode think-pair-share
memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Ditunjukkan dengan meningkatnya aspek kognitif masing-masing siswa.
2. Penerapan Pembelajaran koperatif dengan metode think-pair-share sangat
efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini ditunjukkan dengan
adanya peningkatan hasil belajar siswa serta meningkatnya aspek afektif dan
psikomotorik siswa pada setiap siklus.41
Selain itu penelitian yang dilaksanakan oleh Meylany Pemugari yang
mengangkat judul: Penerapan Metode Think-pair-share Untuk Meningkatkan
Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Teori PKK Di SMP Negeri 3
Margasari-Tegal. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakannya maka dapat
diambil kesimpulan bahwa berdasarkan data hasil pengamatan dengan lembar
observasi didapatkan hasil sebelum dan sesudah penerapan metode think-pair-
share keaktifan siswa sebesar 32% dengan kategori rendah, pada siklus I
meningkat sebesar 31% dimana pada siklus I keaktifan belajar siswa menjadi

41
Muhammad Adib, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan metode Think-Pair-
Share dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam Kelas IV SDN Manggis I Ngancar Kab. Kediri, Skripsi S1 UIN Malang. (Malang: 2010), h.
106, tidak dipublikasikan.
36

63%, dan pada siklus II terjdi peningkatan sebesar 19 % sehingga keaktifan


belajar siswa menjadi 82%. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan dengan
penerapan metode think-pair-share keaktifan belajar siswa meningkat.42
Penelitian lain yang dilakukan oleh Richard Hamonangan Saragih, yang
berjudul Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share Dalam Meningkatkan
Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Di Kelas X SMA Negeri 1 Raya
Kahean Tahun Pelajaran 2011/2012. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan:
1. Model pembelajaran Think Pair Share merupakan model pembelajaran yang
bersifat diskusi kelompok, dimana siswa diberi waktu untuk berfikir sehingga
strategi ini punya potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir
siswa. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk menjawab dengan
asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan
hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat di diskusikan dan dicari
pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk satu konsep.
2. Penerapan model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan minat
belajar pada mata pelajaran PKn kelas X-I di SMA Negeri 1 RayaKahean
Kabupaten Simalungun Tahun Pelajaraan 2011/2012, hal ini dapat dilihat
pada siklus I hasil belajar yang diperoleh (tuntas) sebesar 22 siswa atau
62,29% (lampiran 7), sedangkan pada siklus terdapat peningkatan yang cukup
signifikan yaitu hasil belajar siswa yang diperoleh sebesar 30 siswa atau
83,33% (lampiran 9). Jadi peningkatan dari siklus I ke siklus II adalah sebesar
23,28%
3. Disamping dapat meningkatkan minat belajar siswa, penerapan model
pembelajaran Think Pair Share ini juga dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa. Hal ini terlihat dari tingkat kerjasama siswa dan kreatifitas siswa dalam

42
Meylany Pemugari, Penerapan Metode Think-Pair-Share Untuk Meningkatkan
Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Teori PKK Di SMP Negeri 3 Margasari Tegal,
Skripsi S1 Universitas Yogyakarta. (Yogyakarta: 2012), h. 65, tidak dipublikasikan.
37

menyampaikan pendapat dan bertanya berdiskusi dalam kelas mencapai 30


siswa atau 83% (kriteria sangat baik dan baik).43

E. Kerangka Berfikir
Belajar merupakan sebuah proses pengembangan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang terjadi manakala seseorang melakukan interaksi
secara intensif dengan sumber-sumber belajar. Sumber belajar tersebut bisa dari
buku ataupun sumber lainnya. Proses belajar yang baik senantiasa menghasilkan
hasil belajar yang baik pula. Hasil belajar yang didapat oleh siswa berupa
kemampuan-kemampuan tertentu yang diperoleh dari proses belajar. Penelitian ini
lebih fokus menyoroti hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Mata
pelajaran PKn merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia dalam
upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi hasil belajar mata pelajaran PKn yaitu
hasil belajar PKn merupakan hasil yang dicapai siswa berupa kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar PKn.
Hasil belajar tersebut tak luput dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Faktor tersebut bisa bersifat dari diri siswa itu sendiri atau dari luar seperti halnya
lingkungan, sekolah, kelengkapan sarana, bahan ajar, kualitas pengajaran, dan
lain-lain.
Untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal maka kualitas pengajaran
harus dilakukan secara matang. Mengacu pada tujuan KTSP bahwa pengajaran
yang berbasis KTSP harus lebih mengutamakan peran aktif siswa. Peran aktif
siswa tersebut bisa digali dengan menggunakan model-model pengajaran yang
bervariatif. Sering kali guru melakukan pengajaran secara konvensional. Hal itu
akan membuat siswa merasa jenuh, selain itu siswa tidak bisa berperan aktif
karena yang lebih berperan aktif di sini yaitu guru (teacher oriented).

43
Richard Hamonangan Saragih, Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share
Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Di Kelas X SMA Negeri 1
Raya Kahean Tahun Pelajaran 2011/2012, Skripsi S1 Universitas Negeri Medan. (Medan: 2012),
h. 57-58, tidak dipublikasikan.
38

Sekarang ini, banyak sekali berkembang model-model pembelajaran.


Salah satunya yang banyak digunakan dan dianggap dapat menumbuhkan
keaktifan siswa yaitu model pembelajaran coopeerative learning.
Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling
bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah
satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Pembelajaran
kooperatif ini banyak sekali tekniknya. Salah satu diantaranya yaitu teknik Think
Pair Share (TPS). TPS atau lebih dikenal dengan berpikir berpasangan berbagi
adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Teknik TPS ini memiliki tiga fase utama
yaitu think (berpikir), pada fase ini siswa diberi kesempatan oleh guru untuk
memikirkan permasalahan yang diberikan secara sendiri-sendiri. Fase kedua yaitu
pair (berpasangan), siswa dikondisikan untuk berdiskusi dengan teman
sebangkunya dan saling mengemukakan serta melengkapi jawaban dari
permasalahan yang tadi diberikan. Fase terakhir yaitu share (berbagi), fase ini
siswa diminta berkelompok menjadi 4 orang kemudian saling mengemukakan
serta melengkapi jawaban dari permasalahan yang tadi diberikan setelah itu
mengemukakannya dalam diskusi kelas dengan bimbingan dari guru.
Pembelajaran PKn menggunakan model pembelajaran cooperative
learning teknik TPS diharapkan bisa meningkatkan hasil belajar siswa. Karena
teknik TPS siswa dapat mengkontruksi pembelajaran sendiri tanpa dibatasi materi
dari guru saja. Sehingga pengetahuan siswa akan semakin banyak. Serta dalam
pembelajaran cooperative learning teknik TPS, siswa dapat melatih sikap saling
menghormati sesama teman. Karena dalam tahapannya melibatkan interaksi satu
siswa dengan siswa lainnya. Selain itu siswa juga diasah untuk memiliki rasa
tanggungjawab untuk menyelesaikan tugasnya.
39

F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian
tindakan ini adalah penerapan pendekatan Thik-Pair-Share dapat meningkatkan
hasil belajar PKn pada siswa kelas IV MI Cibeureum Legok Kabupaten
Sukabumi.
40

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah MI Cibeureum
Legok Kabupaten Sukabumi. Sekolah ini terletak di desa Cibeureum Kecamatan
Sukaraja Kabupaten Sukabumi. Dipilihnya sekolah ini sebagai tempat penelitian
dikarenakan beberapa alasan.
Pertama, sekolah ini masih memerlukan peningkatan kualitas
pembelajaran. Kedua, sekolah ini terbuka dan mendorong sepenuhnya terhadap
segala upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran, termasuk didalamnya
kegiatan inovasi pembelajaran melalui Penelititan Tindakan Kelas (PTK). Ketiga,
guru kelas IV di sekolah ini bersikap terbuka dan antusias terhadap inovasi
pembelajaran. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV di MI Cibeureum
Legok Kabupaten Sukabumi.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap yaitu pada bulan April-
Juni 2013.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa penilitian
tindakan kelas (PTK). Istilah penelitian tindakan kelas (PTK) dalam bahasa
inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Dari namanya sudah
menunjukkan isi yang terkandung didalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian
yang dilakukan di kelas.
Namun menurut pengertian pengajaran, kelas bukan wujud ruangan,
tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Dengan demikian penelitian
tindakan kelas dapat dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi dimana saja
tempatnya, yang penting ada sekelompok siswa yang sedang belajar. Dengan
menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1) Penelitian, (2)

40
41

Tindakan, dan (3) Kelas. Dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.1
Ciri-ciri penelitian tindakan kelas (PTK) adalah adanya tindakan yang
nyata, tindakan dilakukan pada situasi yang alami (bukan dalam laboratorium),
ditujukan untuk memecahkan permasalahan praktis. Tindakan tersebut merupakan
suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dan dilaksanakan
dalam rangkaian siklus kegiatan.2
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas
dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan
yang lazim dilalui, yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan
(4) Refleksi. Di bawah ini adalah gambar putaran spiral tersebut:3
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Perencanaan

Observasi

Pelaksanaan
Refleksi
Perencanaan

Observasi

Pelaksanaan
Refleksi

1
Arikunto, Suhardjono, Supardi. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Bumi
Aksara,2008) Hal.2
2
Ibid, hal.62
3
Arikunto Suharsimi, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet
ke-9, h. 105.
42

Menurut Taggart dalam Wiriaatmadja, prosedur pelaksanaan Penelitian


Tindakan Kelas (PTK) mencakup:
1. Penetapan fokus masalah (identifikasi masalah), terdiri dari:
a. Merasakan adanya masalah
b. Analisis masalah
c. Perumusan masalah
2. Perencanaan (plan), terdiri dari:
a. Membuat rencana pembelajaran.
b. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di
kelas. Jika digunakan instrumen pengamatan tetentu, perlu
dikemukakan bagaimana pembuatannya, siapa yang akan
menggunakan dan kapan akan digunakan.
c. Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data
mengenai proses dan hasil tindakan.
d. Melaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk
menguji keterlaksanaan rancangan.
3. Pelaksanaan Tindakan (act)
Pelaksanaan tindakan meliputi siapa yang melakukan, kapan, di mana
dan bagaimana melakukannya. Rencana pembelajaran yang telah dibuat,
dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Pada saat yang bersamaan
kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta
diikuti dengan refleksi.
4. Pengamatan (observe)
Pada bagian pengamatan, dilakukan perekaman data yang meliputi proses
dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan dilakukannya pengamatan
adalah untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi
dan djadikan landasan dalam melakukan refleksi.
5. Refleksi (reflect)
43

Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah,


dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap
dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan.4

Kegiatan penelitian dimulai dari studi pendahuluan terhadap latar


penelitian yang meliputi latar sekolah, guru, siswa, dan pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Selanjutnya dilakukan analisis hasil studi pendahuluan. Dari
analisis tersebut diperoleh temuan bahwa metode yang dipakai dalam pengajaran
Pendidikan Kewarganegaraan kelas IV di MI Cibeureum Legok Kabupaten
Sukabumi adalah metode ceramah. Metode ini membuat siswa merasa mengantuk,
bosan, dan malas dalam belajar yang mengakibatkan penurunan hasil belajar.
Berdasarkan temuan tersebut disusunlah rencana umum tindakan.
Rencana umum tindakan tersebut dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Setelah RPP tersebut selesai dibuat, selanjutnya diterapkan
tindakan pembelajaran kooperatif dengan metode TPS (Think-Pair-Share) pada
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Hasil dari pelaksanaan
pembelajaran tersebut direfleksi untuk megetahui hal-hal apa yang perlu
diperbaiki dan ditata ulang. Setelah kekurangan-kekurangan tindakan pada siklus I
telah diketahui, peneliti dan guru mitra membuat perencanaan, melakukan
tindakan dan merefleksi ulang untuk tindakan pada siklus selanjutnya.
Kegiatan pembelajaran pada penelitian ini dilaksanakan dalam dua
siklus. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal,
dengan harapan kekurangan-kekurangan pada sebelumnya bisa teratasi.

C. Subjek Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah seluruh siswa
kelas IV MI Cibeureum Legok kabupaten Sukabumi yang berjumlah 36 orang.
Dipilihnya kelas IV sebagai subyek penelitian dikarenakan bahwa siswa kelas IV
merupakan kelas yang siswanya rata-rata berusia 9-10 tahun. Dimana pada usia

4
Wiriaatmadja, Rochiati. Metode Penelitan Tindakan Kelas. (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2008), hal. 66.
44

ini, mereka mulai bisa merekontruksi pikiran dan mulainya beranjak dewasa.
Sehingga nantinya dengan kemampuan yang dimiliki siswa ini, pelaksanaan
pembelajaran berlangsung sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumya
oleh peneliti dan guru bidang studi.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian


Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai guru yang merancang dan
melaksanakan pembelajaran. Selain peneliti dibantu oleh guru kelas lain yang
berperan sebagai observer guna membantu dalam terlaksananya penelitian
tindakan kelas yang akan dilaksanakan di MI Cibeureum Legok Kabupaten
Sukabumi.

E. Tahapan Intervensi Tindakan


Pada bagian ini akan diuraikan tahapan-tahapan penelitian. Tahapan
tersebut meliputi: (1) Perencanaan Tindakan, (3) Pelaksanaan Tindakan, (4)
Pengamatan, (5) Refleksi. Uraian tiap tahap penelitian adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan (plan)
Dalam perecanaan ini dilakukan studi pendahuluan untuk mengetahui
pelaksanaan pembelajaran PKn siswa kelas IV di MI Cibeureum Legok
Kabupaten Sukabumi.
Beberapa kegiatan yang dilakukan selama studi pendahuluan, kegiatan
tersebut antara lain:
a. Mengadakan pertemuan dengan kepala sekolah MI Cibeureum Legok
Kabupaten Sukabumi, untuk memohon ijin melakukan penelitian
tindakan kelas di sekolah tersebut.
b. Melaksanakan diskusi dengan guru kelas lain yang berperan sebagai
observer yang bertujuan untuk menyamakan persepsi dan memberikan
penjelasan tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan.
c. Merancang kegiatan pembelajaran berupa penyusunan rencana
pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dengan
metode TPS (Think-Pair-Share).
45

d. Menyusun dan mempersiapkan instrumen penelitian.


Kegiatan pertama, diskusi dengan guru kelas lain yang berperan sebagai
observer. Dilakukan untuk menyamakan persepsi dalam memperoleh
kesepahaman tentang langkah-langkah kegiatan pembelajaran.
Kegiatan kedua, menyusun rancangan pembelajaran, dituangkan dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal-hal yang termuat dalam RPP
tersebut adalah satuan pendidikan, mata pelajaran, pokok bahasan, sub pokok
bahasan, kelas/semester, alokasi waktu, hari/tanggal pelaksanaan, guru/Pembina,
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator kompetensi, tujuan pembelajaran,
sumber belajar, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. RPP
dirancang dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari satu RPP. Tiap RPP dirancang
untuk dilaksanakan dua kali pertemuan (karena waktu satu siklus tidak
memungkinkan untuk dilaksanakan satu kali pertemuan), dengan alokasi waktu 2
x 35 menit. RPP siklus II pada dasarnya sama dengan RPP yang dirancang untuk
siklus I, tetapi ada beberapa revisi dan modifikasi yang disesuaikan dengan
temuan dan refleksi pada siklus I.
Kegiatan ketiga, menyusun tes. Untuk menyusun tes ini, tentu saja
disesuaikan dengan materi yang diajarkan.
Kegiatan terakhir, menyusun jadwal pelaksanaan tindakan. Jadwal
disusun berdasarkan jam pelajaran yang disesuaikan dengan jam pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di kelas IV MI Cibeureum Legok Kabupaten
Sukabumi.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan merupakan realisasi dari tahap perencanaan
tindakan. Pada tahap ini, peneliti melaksanakan pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di kelas IV MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi,
dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dengan metode TPS (Think-Pair-
Share).
Tahap-tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap
siklus memerlukan waktu 4 x 35 menit. Selesai dilaksanakan tindakan, dilakukan
diskusi terhadap tindakan dan hasil tindakan yang telah dilaksanakan dengan guru
46

mitra. Hasil diskusi tersebut dijadikan refleksi tindakan. Hasil refleksi tindakan
tersebut digunakan untuk menyusun rancangan tindakan pada siklus berikutnya.
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, rancangan pembelajaran yang telah
disusun kemudian dilaksanakan oleh peneliti.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan penerapan
pembelajaran kooperatif dengan metode TPS (Think-Pair-Share). Pengamatan
dilakukan secara intensif untuk merekam gejala-gejala yang muncul baik yang
mendorong maupun yang menghambat proses pembelajaran. Hasil pengamatan
ditulis melalui alat pengumpulan data.
Kegiatan pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan
pembelajaran. Dalam kegiatan ini, semua indikator berusaha dikenali,
didokumentasi, dan dicatat.
Pengamatan dilakukan secara terus-menerus mulai dari siklus I sampai
pada tindakan siklus berikutnya. Hasil pengamatan tersebut kemudian
didiskusikan dengan guru mitra, kemudian diadakan refleksi untuk perencanaan
tindakan siklus berikutnya.
4. Refleksi
Refleksi menjelaskan tentang waktu. Proses dengan langkahnya harus
jelas, kemudian hasilnya dipaparkan dalam uraian lengkap. Hasil dari refleksi
harus tampak digunakan sebagai bahan oleh peneliti untuk menyusun perencanaan
pada siklus berikutnya. Kegiatan refleksi dilaksanakan pada tiap akhir siklus.
Kegiatan refleksi dilaksanakan dengan cara:
a. Menganalisis tindakan yang telah dilaksakan,
b. Mendiskusikan dan membahas kesesuaian tindakan dengan perencanaan
yang telah dilaksanakan dan temuan lain yang muncul selama kegiatan
pelaksanaan tindakan berlangsung.
c. Mendiskusikan dan mencari pemecahan masalah apabila terdapat kendala
dan masalah dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan dari data yang telah diperoleh.
47

Hasil refleksi digunakan sebagai masukan untuk menentukan perlu


tidaknya tindakan pada siklus berikutnya. Tindakan pada siklus berikutnya tidak
diperlukan apabila hasil refleksi menunjukkan keberhasilan yang signifikan.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan


Pada penelitian tindakan ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa hasil
belajar siswa pada materi Pengaruh Globalisasi akan meningkat setelah
digunakannya pendekatan Think-Pair-Share.
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan ini, peneliti terus mengupayakan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara menyajikan materi semenarik
mungkin yaitu dengan melakukan pembelajaran dengan pendekatan Think-Pair-
Share agar siswa lebih tertarik dengan pelajaran PKn sehingga hasil belajar siswa
khususnya pada materi Pengaruh Globalisasi meningkat.
Pada penelitian ini dikatakan berhasil apabila telah memenuhi indikator,
yaitu, peningkatan hasil belajar siswa ditunjukkan dengan perolehan nilai siswa
yang sama dengan nilai KKM atau lebih. Apabila dari hasil belajar siswa telah
menunjukkan peningkatakan kemampuan membaca siswa, maka penelitian akan
dihentikan.

G. Data dan Sumber Data


1. Data
Data dalam penelitian ini berupa tuturan guru mitra dan siswa baik lisan
maupun tertulis, gambar atau foto-foto yang memperlihatkan tindakan guru dan
siswa dalam interaksi pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif
dengan pendekatan TPS (Think-Pair-Share), serta skor nilai belajar siswa.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru mitra dan siswa kelas IV
MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi, dalam konteks materi pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif
dengan metode TPS (Think-Pair-Share).
48

H. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi,
tes hasil belajar siswa, lembar pengamatan, catatan lapangan dan dokumentasi.

I. Teknik Pengumpulan Data


1. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh observer yang
terlibat dalam proses pelaksanaan tindakan, Yaitu Pedoman observasi kegiatan
untuk siswa, Observasi kegiatan siswa bertujuan untuk memperoleh data tentang
aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang digunakan untuk mengukur
ranah afektif dan psikomotorik siswa.
2. Tes
Pemberian tes dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar siswa. Tes
hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada
ranah kognitif. Peneliti membuat tes berupa tes tulis dalam bentuk obyektif
pilihan ganda pada siklus I dan siklus II yang diberikan kepada siswa setiap akhir
siklus Jumlah skor yang maksimum
3. Lembar Pengamatan
Lembar pengamatan ini dibuat untuk mencatat kejadian-kejadian yang
berkaitan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Adapun indikator
aspek afektif siswa antara lain:
a. Kehadiran
b. Kerjasama dalam kelompok
c. Keaktifan dalam kelas
d. Kedisplinan dalam mengerjakan tugas
e. Menjaga kebersihan kelas
f. Keterampilan dalam berkomunikasi dengan anggota kelompok
g. Ketekunan dalam mengerjakan LKS
h. Menggunakan waktu dengan efektif
Adapun teknik penskoran aspek kognitif, afektif dan psikomotorik adalah
dengan menggunakan rumus:
49

4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan ini digunakan untuk mengumpulkan data yang
berkaitan dengan situasi kelas/subyek yang didapat dalam proses pembelajaran
siklus I Jumlah skor yang diperoleh siswa dan siklus II berlangsung. Data ini
digunakan untuk perbaikan pembelajaran untuk siklus berikutnya.
5. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mendukung proses pembelajaran. Dalam
penelitian ini dokumentasi yang digunakan adalah foto-foto pada saat kegiatan
pembelajaran siklus I, siklus II. Foto-foto tersebut merupakan gambaran suasana
yang sedang terjadi di kelas pada waktu proses pembelajaran.

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan


Data yang terkumpul akan mempunyai arti jika dianalisis sesuai dengan
tujuan penelitian. Oleh karena itu, analisis data dalam penelitian ini terbagi
menjadi dua, yaitu analisa data untuk data kuantitatif, berupa angka hasil tes siswa
dan analisa untuk data kualitatif, berupa deskripsi data yang menggambarkan hasil
pengamatan observer terhadap aktivitas siswa selama berlangsungnya
pembelajaran. Adapun analisis data yang peneliti lakukan meliputi:
1. Analisis Instrumen Penelitian
a. Validitas butir
Instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya,
instrument yang kurang valid akan memiliki validitas yang rendah.5
Untuk mengukur validitas, maka instrumen terlebih dahulu diuji cobakan
pada kelas lain yang telah memiliki pengetahuan tentang materi tersebut.
Kemudian hasil uji instrumen tersebut dihitung dengan menggunakan
rumus korelasi poin biserial:6

5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-XIII. h. 168.
6
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanudin Milama, Op. Cit., h. 109-110.
50

Untuk menghitung validitas tiap butir soal digunakan statistik


korelasi point biserial dengan rumus:

Keterangan:
: koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor i
dengan skor total
: rata-rata skor total responden menjawab benar butir soal
nomor i
: rata-rata skor total semua responden
: standar deviasi skor total semua responden
: proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i
: proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor i

Keterangan:
St = standar deviasi skor total
X = simpangan x-x
N = banyaknya subjek.7

Hasil perhitungan pbi kemudian dikonsultasikan dengan rtabel. Jika


rpbis > rtabel berarti butir soal valid, demikian juga sebaliknya apabila rpbis
< rtabel berarti butir soal tidak valid.

b. Tingkat Kesukaran Soal


Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal itu apakah sukar, sedang,
atau mudah maka soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih
dahulu. Rumus dari uji ini yaitu:8

7
Ibid., hlm. 97
8
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanudin Milama, Op. Cit., h. 103-104
51

Keterangan:
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal yang benar
N : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria tingkat kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:


P = 0,00 - 0,25 = soal sukar
P = 0,26 - 0,75 = soal sedang
P = 0,76 - 1,00 = soal mudah
c. Daya Beda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda, maka
digunakan rumus sebagai berikut:9

Keterangan:
: jumlah peserta tes
: banyaknya peserta kelompok atas
: banyaknya peserta kelompok bawah
: banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal
itu dengan benar
: banyaknya peserta kelmpok bawah yang menjawab soal
itu dengan benar
= : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal
benar
= : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal
benar
Klasifikasi harga daya pembeda (DP)
D : 0,00-0,20 = jelek (poor)
D : 0,20-0,40 = cukup (satisfactory)
D : 0,40-0,70 = baik (good)
D : 0,70-1,00 = baik sekali (excellent)
d. Uji Reliabilitas

9
Suharsimi Arikunto, Ibid., h. 211-218.
52

Setelah melakukan uji validitas, langkah selanjutnya adalah dengan


melakukan pengukuran reliabilitas. Reliabilitas alat penilaian adalah
ketetapan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Uji reliabilitas
untuk butir soal objektif dilakukan dengan menggunakan rumus Kuder
Richardson atau yang dikenal dengan K-R 20, yaitu:10

Keterangan:
: reliabilitas tes secara keseluruhan
p : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-
p)
pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q
n : banyaknya item
S : standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar dari
devians)
Kriteria validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut:
Antara 0,80 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi
Antara 0,60 sampai dengan 0,80 : tinggi
Antara 0,40 sampai dengan 0,60 : cukup
Antara 0,20 sampai dengan 0,40 : rendah
Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah

K. Analisis Data dan Interpretasi Data


Setelah data terkumpul maka dilakukan teknik analisis data, yaitu peneliti
memberi uraian mengenai hasil penelitian. Menganalisis data merupakan suatu
cara yang digunkan peneliti untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat
dipahami bukan hanya orang yang meneliti, tetapi juga orang lain yang ingin
mengetahui hasil penelitian. Data yang didapat berupa hasil belajar siswa pada
ranah kognitif, lembar observasi kegiatan siswa dan guru pada proses
pembelajaran dan catatan lapangan.

10
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),
Cet. Ke-IX. h. 100-101.
53

Pengujian teknik analisis deskriptif dari tiap siklus dan dengan


menggunakan N-Gain untuk melihat selisih antara post-tes dan pre-tes pada setiap
siklus. Penelitian ini dianggap berhasil jika setelah dilakukan tindakan terjadi
peningkatan hasil belajar ekonomi pada konsep pasar modal.
Normal Gain
Gain adalah selisih nilai post-tes dengan nila pre-tes, Gain menunjukkan
peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran
dilakukan oleh guru. Uji normal gain digunakan untuk menghindari bias pada
penelitian dan menggunakan rumus Meltzer.

Dengan kategorisasi perolehan


G tinggi : nilai (<g>) > 0,70
G sedang : nilai 0,70 e(<g>)e0,30
G rendah : nilai (<g>) < 0,3011

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan


Penelitian tindakan ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan
(pra penelitian) dan akan dilanjutkan dengan siklus I. Apabila indikator
keberhasilan belum tercapai, maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus II.
Penelitian berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah
berhasil dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif metode Think-Pair-
Share untuk meningkatkan pemahaman materi Pengaruh Globalisasi.

11
Awaludin, Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pada Siswa dengan
Kemampuan Matematis Rendah Melalui Pembelajaran Open-Ended dengan Pemberian Tugas
Tambahan, http://.tp.ac.id/dokumen/rumus+gain+ternormalisasi, Minggu, 17 Juli 2011
54

BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
1. MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi
a. Sejarah Singkat
Sebelum kita meninjau dan mempelajari situasi dan kondisi MI Cibeureum
Legok Kabupaten Sukabumi, kita terlebih dulu perlu mengetahui tentang sejarah
berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi tersebut.
Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi ini berdiri
pada tahun 1969 dan dikepalai oleh bapak Jaya, S. Pd. I.
b. Keadaan Siswa MI Cibeureum Legok
Adapun jumlah seluruh siswa mulai dari kelas I sampai dengan VI adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1
Data Siswa Kelasa I-VI MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi
Tahun Pelajaran: 2012-2013

Tahun Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6


Pelajaran Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr
2010/2011 13 17 12 10 11 7 9 - 12 - 11 10 68 44
2011/2012 13 17 13 9 12 9 11 8 9 1 12 1 70 45
2012/2013 11 18 7 9 10 11 22 14 7 8 8 - 65 58

c. Jumlah Rombongan Belajar di MI Cibeureum Legok


Tabel 4.2
Jumlah Rombongan Belajar (3 tahun terakhir)
Tahun Kelas

Pelajaran 1 2 3 4 5 6
2010/2011 1 1 1 1 1 1 6
2011/2012 1 1 1 1 1 1 6
2012/2013 1 1 1 1 1 1 6

54
55

d. Data Pendidik Dan Tenaga Kependidikan


Tabel 4.3
Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Kesesuain
Ijazah Terakhir Status Kepegawaian
Bidang Lulus
D2/ Tidak Sertifikasi
<D2 S1 S2 S3 PNS GTY GTT Sesuai
D3 Sesuai
Lk - - 3 - - 3 1 2 - 3 - - 1
Pendidik Pr 2 - 6 - - 8 2 6 - 8 - - -
2 - 9 - - 11 3 8 - 11 - - -

2. Deskripsi Data Penelitian


Sebelum melaksanakan proses penelitian, peneliti mengumpulkan data dan
informasi tentang subjek penelitian. Data-data yang dikumpulkan antara lain
daftar nama siswa kelas IV, daftar nilai, hasil wawancara dengan informan.
Dari pengumpulan data daftar nilai Mid semester siswa kelas IV, diperoleh
dari 36 siswa, baru 15 siswa yang mencapai ketuntasan belajar (mendapat nilai 60
ke atas). Nilai yang diperoleh siswa berkisar antara 20-80 dengan nilai rata-rata
50. Perolehan nilai rata-rata siswa tersebut jauh dari ketuntasan minimal hasil
belajar yang telah ditentukan oleh guru kelas IV MI Cibeureum Legok. Maka
berdasar pda data tersebut peneliti akan melakukan penelitian untuk
a. Siklus I
Siklus I Pertemuan I
1) Perencanaan Tindakan
Pada siklus I, pertemuan I peneliti merencanakan pembelajaran PKn
khususnya pada materi pengaruh globalisasi dengan langkah awal adalah
memberikan soal pretes kepada siswa, untuk mengetahui seberapa jauh
pemahaman siswa mengenai konsep Globalisasi yang dilakukan sebelum kegiatan
atau proses belajar mengajar berlangsung yaitu gunanya untuk mengetahui sejauh
mana bahan-bahan atau materi yang akan diajarkan telah diketahui oleh peserta
didik, setelah itu guru memberikan penjelasan mengenai materi yang akan
diajarkan.
56

Adapun bahan-bahan yang dipersiapkan sebelum melakukan penelitian


adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), membuat pedoman
observasi sikap antusiasme siswa selama proses pembelajaran PKn menggunakan
strategi kooperatif think-pair-share, menyiapkan buku penunjang (PKn) yang
akan digunakan dalam pembelajaran.
2) Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pembelajaran siklus I, pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 06
April 2013. Adapun pelaksanaan tindakanya adalah sebelum masuk pada kegiatan
inti pembelajaran, terlebih dahulu guru memberi salam kepada siswa dan
menanyakan keadaan siswa, dan melakukan doa bersama, kemudian guru
mengenalkan peneliti kepada siswa, mengingat peneliti disini belum mengenal
secara keseluruhan dengan siswa kelas IV MI Cibeureum Legok Kabupaten
Sukabumi. Setelah itu guru memberitahu materi yang akan dipelajari, dan
menanyakan materi yang telah dipelajari sebelumnya dan melakukan tanya jawab
dengan siswa tentang yang diajarkan. Kemudian memberikan soal pretes pada
siswa. Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi yang akan dipelajari kepada
semua siswa yaitu mengenai konsep Globalisasi.
Pada saat guru menjelaskan materi siswa masih begitu antusias, namun
tidak begitu lama karena masih adanya salah satu siswa yang ramai sendiri pada
waktu guru menjelaskan. Setelah guru menjelaskan materi kemudian guru
langsung menyampaikan informasi mengenai pembelajaran kooperatif model
think-pair-share kepada siswa, dilanjutkan dengan guru memberikan masalah
kepada siswa untuk mencari jawaban sementara, setelah itu siswa di suruh untuk
mencari pasangan dalam kelompoknya. Guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok untuk membahas masalah tersebut dan mempresentasikan jawaban
masing-masing kelompok.
Pada saat ini masih banyak siswa yang masih begitu bingung dengan
strategi yang diterapkan karena siswa belum terbiasa, dan masih baru, masih
banyaknya siswa yang sulit diatur dan ramai sendiri, mengingat siswa kelas IV ini
siswanya masih suka berjalan-jalan di kelas dan meninggalkan bangkunya
terutama pada anak laki-laki.
57

Selain itu masih adanya siswa yang belum hafal sehingga menyulitkan
siswa dalam mengerjakan soal karena soal masih berkaitanmateri yang diajarkan.
Dalam proses belajar guru berkeliling mengamati siswa sambil melakukan
penilaian proses dan memberikan motivasi kepada siswa dan mengarahkan dan
menjawab pertanyaan apabila ada kelompok yang kurang jelas. Pada pertemuan
pertama ini terlihat bahwa sebagian besar siswa masih kesulitan dalam
menyesuaikan diri bekerja kelompok dan masih kesulitan dalam mengerjakan
soal. Dan tampak masih adanya siswa yang tidak bekerja dalam kelompok
melainkan ngobrol sendiri dengan temanya dan hanya pasrah dengan teman yang
mengerjakan, mereka belum memiliki tanggung jawab bersama.
Setelah dirasa cukup dalam diskusi dan mengerjakan soal maka setiap
kelompok secara acak dipersilahkan untuk membacakan hasil diskusinya tersebut,
kelompok lain memberikan tanggapanya. Siswa yang ditunjuk pertama kali ada
sedikit kendala yaitu siswa masih berebut tidak mau untuk membacakan hasil
diskusinya dan saling lempar-melemparkan tugas, untuk ini guru mencoba untuk
memberikan motivasi sampai akhirnya siswa tersebut mau mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya. Dan pada kelompok selanjutnya sudah sedikit lancar
dengan siswa sudah tidak saling lempar-melemparkan tugas.
Kegiatan akhir guru menganalisis hasil pekerjaan siswa dan
menyimpulkan hasil pembelajaran. Sebelum mengakhiri guru melakukan tanya
jawab untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dipelajari,
guru memberitahukan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya, dan
guru menutup dengan salam dan berdoa bersama.
3) Observasi
Selama pelaksanaan pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun yang menjadi observer yang mencatat lembar observasi pada pedoman
observasi adalah guru kelas lain. Pada saat pelaksanaan diskusi berlangsung
beberapa siswa masih bingung dengan metode yang digunakan.
Hasil belajar siswa pada siklus I yang diperoleh dari pretest yang
dilakukan pada pertemuan I menunjukkan bahwa nilai tertinggi siswa yaitu 75,
sedangkan nilai terendah siswa yaitu 40, dan nilai rata-rata siswa yaitu hanya
58

59.86. Artinya nilai rata-rata tersebut masih dibawah KKM dan masih belum
mencapai ketuntasan belajar yang diinginkan yaitu 80%.
4) Refleksi
Dari perencanaan dan pelaksanaan pada kegiatan siklus pertama
pertemuan pertama, dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan strategi kooperatif
model think-pair-share dalam meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas IV di
MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi belum maksimal.
Ada permasalahan dalam proses perencanaan tindakan dalam kegiatan
pretes yaitu masih banyak siswa yang mendapat nilai kurang dan masih di bawah
rata-rata dan dari terhadap minat siswa pada mata pelajaran PKn banyak siswa
yang masih merasa dan menganggap mata pelajaran ini sebagai mata pelajaran
yang sulit dan kurang menyenangkan, dan hanya beberapa siswa saja yang
menyukai dan menganggap pelajaran ini menyenangkan.
Pada tahap pelaksanaan tindakan menunjukkan bahwa siswa masih perlu
menyesuaikan diri karena selama ini belum terbiasa dengan pembentukan
kelompok. Masih adanya siswa yang ramai sendiri apabila kerja dalam kelompok.
Berdasarkan hal ini maka pembelajaran yang dilakukan perlu adanya
perbaikan lagi agar hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi kooperatif
model think-pair-share dalam pelajaran PKn dapat meningkat.
Siklus I Pertemuan II
1) Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan kedua ini siswa lebih
difokuskan untuk melakukan lembar kerja siswa tentang globalisasi dengan kerja
kelompok sesuai dengan pada kelompok pada pertemuan sebelumnya, dan
mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Diakhir pertemuan siswa diberikan
soal postes, guna mengetahui peningkatan yang diraih siswa pada saat
pembelajaran berlangsung.
Sumber yang digunakan adalah buku PKn kelas IV dari berbagai penerbit,
LKS, pengalaman siswa. Adapun untuk mengevaluasi hasil belajar yang di capai
siswa di gunakan instrumen pedoman observasi sikap siswa selama proses KBM
dengan menggunakan strategi koperatif model think-pair-share.
59

2) Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pembelajaran siklus I pertemuan yang kedua ini dilaksanakan
pada tanggal 08 April 2013. Pada kegiatan awal seperti biasa sebelum memulai
pelajaran guru mengucapkan salam, menanyakan keadaan siswa, menanyakan
kepada siswa tentang pelajaran sebelumnya dan mengaitkanya dengan materi
yang akan dipelajari.
Pada kegiatan inti guru menjelaskan secara singkat materi tentang
Globalisasi pada siswa, kemudian guru menyampaikan informasi mengenai
pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share kepada siswa seperti pada
pertemuan pertama, dilanjutkan dengan guru memberikan masalah kepada siswa
untuk mencari jawaban sementara setelah itu siswa di suruh untuk mencari
pasangan dalam kelompoknya (sesuai dengan kelompok pada pertemuan
sebelumnya). Pada saat kegiatan ini keadaan siswa sudah sedikit berbeda tidak
seperti pada pertemuan pertama, dimana siswa sudah tidak merasa kebingungan
dengan kelompoknya dan sudah mulai membiasakan bekerja dalam kelompok.
Dan guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk membahas masalah
tersebut dan setiap kelompok mempresentasikan jawaban masing-masing
kelompok secara acak.
Kemudian siswa mengerjakan LKS secara berkelompok. Dalam proses
diskusi berlangsung guru berkeliling mengamati siswa dan menjawab apabila ada
kelompok yang kurang jelas. Pada saat diskusi siswa diberi masalah dan disuruh
untuk memikirkanya sejenak, pada saat itu masih terdapat siswa yang kurang
memperhatikan dan asyik main sendiri, namun hal ini dapat diantisipasi dengan
cara guru memberikan motivasi agar siswa dan mengingatkan siswa agar tidak
ramai sendiri. Dan pada waktu diskusi dengan masing-masing kelompok sebagian
siswa sudah mulai bisa bekerja sama, dan sebagian siswa juga merasa senang
dengan berdiskusi semacam ini karena sudah terbiasa dengan teman sebangku
sehingga merasa enak diajak berdiskusi, meskipun belum semua siswa mau diajak
berdiskusi, dan malah asyik ngobrol sendiri dengan teman sebangku, namun
sudah ada sedikit perubahan dari pertemuan yang pertama. Kendala yang lain
adalah masih adanya siswa yang merasa kesulitan dalam mengerjakan dalam kerja
60

kelompok karena tidak semua siswa dalam sebangku memiliki kemampuan yang
tinggi ada siswa yang memiliki kemampuan yang sama-sama tinggi, ada yang
sedang sama sedang, bahkan ada yang kurang. Sehingga menyulitkan siswa dalam
memecahkan masalah dalam kelompok.
Sebelum memasuki pada kegiatan akhir pembelajaran, guru memberikan
soal postes siklus I.
Pada kegiatan akhir guru menganalisis hasil kegiatan siswa, LKS, dan
bersama-sama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan materi yang belum
jelas di tutup dengan salam.
Sebelum pelajaran berakhir peneliti melakukan tanya jawab dengan
beberapa siswa tentang proses belajar mengajar yang baru dilakukan dengan
menggunakan strategi kooperatif model think pair- share.
3) Observasi
Selama pelaksanaan pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun yang menjadi observer yang mencatat lembar observasi pada pedoman
observasi adalah guru kelas lain. Pada saat pelaksanaan diskusi berlangsung
beberapa siswa masih bingung dengan metode yang digunakan.
Hasil belajar siswa pada siklus I yang diperoleh dari postes yang dilakukan
pada pertemuan I menunjukkan bahwa nilai tertinggi siswa yaitu 85, sedangkan
nilai terendah siswa yaitu 55, dan nilai rata-rata siswa yaitu hanya 69.31. Artinya
nilai rata-rata tersebut masih dibawah KKM dan masih belum mencapai
ketuntasan belajar yang diinginkan yaitu 80%.
4) Refleksi
Pada kegiatan siklus I pertemuan kedua, menunjukkan tidak ada
permasalahan pada perencanaan tindakan, karena telah terlaksanan sesuai dengan
rencana. Pada pelaksanaan tindakan menunjukkan bahwa siswa sudah mulai
terbiasa dengan kerja kelompok, namun masih ada beberapa kelompok khususnya
anak laki-laki yang kurang memperhatikan, dan ramai sendiri. Jika dilihat dari
hasil belajar dan penilaian individu dan kelompok ada sedikit peningkatan
terhadap antusias siswa dalam melakukan pembelajaran PKn dengan strategi
61

kooperatif model think pair-share ini siswa sudah agak mulai senang dan terbiasa
belajar bersama dan saling bertukar pendapat dengan teman terlebih dengan teman
sebangku karena sudah terbiasa dan sudah cukup akrab, meskipun masih adanya
kelompok yang merasa kesulitan dalam mengerjakan soal.
b. Siklus II
Siklus II Pertemuan I
1) Perencanaan Tindakan
Pada siklus II, pertemuan I peneliti merencanakan pembelajaran PKn
khususnya pada materi pengaruh globalisasi dengan langkah awal adalah
memberikan soal pretes kepada siswa, untuk mengetahui seberapa jauh
pemahaman siswa mengenai konsep Globalisasi yang dilakukan sebelum kegiatan
atau proses belajar mengajar berlangsung yaitu gunanya untuk mengetahui sejauh
mana bahan-bahan atau materi yang akan diajarkan telah diketahui oleh peserta
didik, setelah itu guru memberikan penjelasan mengenai materi yang akan
diajarkan.
Adapun bahan-bahan yang dipersiapkan sebelum melakukan penelitian
adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), membuat pedoman
observasi sikap antusiasme siswa selama proses pembelajaran PKn menggunakan
strategi kooperatif think-pair-share, menyiapkan buku penunjang (PKn) yang
akan di akan digunakan dalam pembelajaran.
2) Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pembelajaran siklus II, pertemuan I dilaksanakan pada tanggal
03 Juni 2013. Adapun pelaksanaan tindakanya adalah sebelum masuk pada
kegiatan inti pembelajaran, terlebih dahulu guru memberi salam kepada siswa dan
menanyakan keadaan siswa, dan melakukan doa bersama, kemudian guru
mengenalkan peneliti kepada siswa, Setelah itu guru memberitahu materi yang
akan dipelajari, dan menanyakan materi yang telah dipelajari sebelumnya dan
melakukan tanya jawab dengan siswa tentang yang diajarkan.
62

Kemudian memberikan soal pretes pada siswa. Pada kegiatan inti guru
menjelaskan materi yang akan dipelajari kepada semua siswa yaitu mengenai
materi pengaruh Globalisasi.
Pada saat guru menjelaskan materi siswa masih begitu antusias,. Setelah
guru menjelaskan materi kemudian guru langsung menyampaikan informasi
mengenai pembelajaran kooperatif model think-pair-share kepada siswa,
dilanjutkan dengan guru memberikan masalah kepada siswa untuk mencari
jawaban sementara, setelah itu siswa di suruh untuk mencari pasangan dalam
kelompoknya. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk
membahas masalah tersebut dan mempresentasikan jawaban masing-masing
kelompok.
Pada saat ini masih banyak siswa yang masih begitu bingung dengan
strategi yang diterapkan karena siswa belum terbiasa, dan masih baru, masih
banyaknya siswa yang sulit diatur dan ramai sendiri, mengingat siswa kelas IV ini
siswanya masih suka berjalan-jalan di kelas dan meninggalkan bangkunya
terutama pada anak laki-laki.
Selain itu masih adanya siswa yang belum hafal atau sehingga
menyulitkan siswa dalam mengerjakan soal karena soal masih berkaitan dengan
dan . Dalam proses belajar guru berkeliling mengamati siswa sambil melakukan
penilaian proses dan memberikan motivasi kepada siswa dan mengarahkan dan
menjawab pertanyaan apabila ada kelompok yang kurang jelas. Pada pertemuan
pertama ini terlihat bahwa sebagian besar siswa masih kesulitan dalam
menyesuaikan diri bekerja kelompok dan masih kesulitan dalam mengerjakan
soal. Dan tampak masih adanya siswa yang tidak bekerja dalam kelompok
melainkan ngobrol sendiri dengan temanya dan hanya pasrah dengan teman yang
mengerjakan, mereka belum memiliki tanggung jawab bersama.
Setelah dirasa cukup dalam diskusi dan mengerjakan soal maka setiap
kelompok secara acak dipersilahkan untuk membacakan hasil diskusinya tersebut,
kelompok lain memberikan tanggapanya. Siswa yang ditunjuk pertama kali ada
sedikit kendala yaitu siswa masih berebut tidak mau untuk membacakan hasil
diskusinya dan saling lempar-melemparkan tugas, untuk ini guru mencoba untuk
63

memberikan motivasi sampai akhirnya siswa tersebut mau mempresentasikan


hasil diskusi kelompoknya. Dan pada kelompok selanjutnya sudah sedikit lancar
dengan siswa sudah tidak saling lempar-melemparkan tugas.
Kegiatan akhir guru menganalisis hasil pekerjaan siswa dan
menyimpulkan hasil pembelajaran. Sebelum mengakhiri guru melakukan tanya
jawab untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dipelajari,
guru memberitahukan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya, dan
guru menutup dengan salam dan berdoa bersama.
3) Observasi
Selama pelaksanaan pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun yang menjadi observer yang mencatat lembar observasi pada pedoman
observasi adalah guru kelas lain.
Pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa
sudah banyak bertanya tentang materi yang belum dipahami dan siswa juga
menambah banyak referensi walalupun belum seluruhnya.
Hasil belajar siswa pada siklus II pertemuan I yang diperoleh dari pretes
yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai tertinggi siswa yaitu 85, sedangkan
nilai terendah siswa yaitu 50, dan nilai rata-rata siswa yaitu hanya 76. Artinya
nilai rata-rata tersebut telah mencapai nilai KKM yang telah ditentukan yaitu
64.72 dan keberhasialn pembelajaran PKn melalui penerapan metode TPS belum
mencapai ketuntasan belajar yang diinginkan yaitu 80%.
4) Refleksi
Dari perencanaan dan pelaksanaan pada kegiatan siklus kedua pertemuan
pertama, dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan strategi kooperatif model
think-pair-share dalam meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas IV di MI
Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi sudah mengalami peningkatan walaupun
belum sepenuhnya mencapai ketuntasan pembelajaran sebesar 80%.
Ada permasalahan dalam proses perencanaan tindakan dalam kegiatan
pretes yaitu masih banyak siswa yang mendapat nilai kurang dan masih di bawah
rata-rata dan dari terhadap minat siswa pada mata pelajaran PKn banyak siswa
yang masih merasa dan menganggap mata pelajaran ini sebagai mata pelajaran
64

yang sulit dan kurang menyenangkan, dan hanya beberapa siswa saja yang
menyukai dan menganggap pelajaran ini menyenangkan.
Pada tahap pelaksanaan tindakan menunjukkan bahwa siswa sudah mulai
terbiasa dengan pembentukan kelompok. Selain itu berdasarkan hasil pretes dapat
diketahui bahwa nilai siswa masih dibawah rata-rata hal ini disebabkan salah
satunya adalah karena masih adanya siswa yang tidak hafal atau sehingga siswa
sulit untuk mengerjakan karena soal.
Berdasarkan hal ini maka pembelajaran yang dilakukan perlu adanya
perbaikan lagi agar hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi kooperatif
model think-pair-share dalam pelajaran PKn dapat meningkat.
Siklus II Pertemuan II
1) Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan kedua ini siswa lebih
difokuskan untuk melakukan lembar kerja siswa tentang globalisasi dengan kerja
kelompok sesuai dengan pada kelompok pada pertemuan sebelumnya, dan
mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Diakhir pertemuan siswa diberikan
soal postes, guna mengetahui peningkatan yang diraih siswa pada saat
pembelajaran berlangsung.
Sumber yang digunakan adalah buku PKn kelas IV dari berbagai penerbit,
LKS, pengalaman siswa. Adapun untuk mengevaluasi hasil belajar yang di capai
siswa di gunakan instrumen pedoman observasi sikap siswa selama proses KBM
dengan menggunakan strategi koperatif model think-pair-share.
2) Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pembelajaran siklus II pertemuan yang kedua ini dilaksanakan
pada tanggal 05 Juni 2013. Pada kegiatan awal seperti biasa sebelum memulai
pelajaran guru mengucapkan salam, menanyakan keadaan siswa, menanyakan
kepada siswa tentang pelajaran sebelumnya dan mengaitkanya dengan materi
yang akan dipelajari.
Pada kegiatan inti guru menjelaskan secara singkat materi tentang
Globalisasi pada siswa, kemudian guru menyampaikan informasi mengenai
pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share kepada siswa seperti pada
65

pertemuan pertama, dilanjutkan dengan guru memberikan masalah kepada siswa


untuk mencari jawaban sementara setelah itu siswa di suruh untuk mencari
pasangan dalam kelompoknya (sesuai dengan kelompok pada pertemuan
sebelumnya). Pada saat kegiatan ini keadaan siswa sudah sedikit berbeda tidak
seperti pada pertemuan pertama, dimana siswa sudah tidak merasa kebingungan
dengan kelompoknya dan sudah mulai membiasakan bekerja dalam kelompok.
Dan guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk membahas masalah
tersebut dan setiap kelompok mempresentasikan jawaban masing-masing
kelompok secara acak.
Kemudian siswa mengerjakan LKS secara berkelompok. Dalam proses
diskusi berlangsung guru berkeliling mengamati siswa dan menjawab apabila ada
kelompok yang kurang jelas. Pada saat diskusi siswa diberi masalah dan disuruh
untuk memikirkanya sejenak, pada saat itu masih terdapat siswa yang kurang
memperhatikan dan asyik main sendiri, namun hal ini dapat diantisipasi dengan
cara guru memberikan motivasi agar siswa dan mengingatkan siswa agar tidak
ramai sendiri. Dan pada waktu diskusi dengan masing-masing kelompok sebagian
siswa sudah mulai bisa bekerja sama, dan sebagian siswa juga merasa senang
dengan berdiskusi semacam ini karena sudah terbiasa dengan teman sebangku
sehingga merasa enak diajak berdiskusi, meskipun belum semua siswa mau diajak
berdiskusi, dan malah asyik ngobrol sendiri dengan teman sebangku, namun
sudah ada sedikit perubahan dari pertemuan yang pertama. Kendala yang lain
adalah masih adanya siswa yang merasa kesulitan dalam mengerjakan dalam kerja
kelompok karena tidak semua siswa dalam sebangku memiliki kemampuan yang
tinggi ada siswa yang memiliki kemampuan yang sama-sama tinggi, ada yang
sedang sama sedang, bahkan ada yang kurang. Sehingga menyulitkan siswa dalam
memecahkan masalah dalam kelompok.
Sebelum memasuki pada kegiatan akhir pembelajaran, guru memberikan
soal postes siklus II.
Pada kegiatan akhir guru menganalisis hasil kegiatan siswa, LKS, dan
bersama-sama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan.
66

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan materi yang belum
jelas di tutup dengan salam.
Sebelum pelajaran berakhir peneliti melakukan tanya jawab dengan
beberapa siswa tentang proses belajar mengajar yang baru dilakukan dengan
menggunakan strategi kooperatif model think pair- share.
3) Observasi
Selama pelaksanaan pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun yang menjadi observer yang mencatat lembar observasi pada pedoman
observasi adalah guru kelas lain.
Pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa
sudah banyak bertanya tentang materi yang belum dipahami dan siswa juga
menambah banyak referensi.
Hasil belajar siswa pada siklus II pertemuan II yang diperoleh dari pretes
yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai tertinggi siswa yaitu 100, sedangkan
nilai terendah siswa yaitu 75, dan nilai rata-rata siswa yaitu hanya 76. Artinya
nilai rata-rata tersebut telah mencapai nilai KKM yang telah ditentukan yaitu
87.64 dan keberhasilan pembelajaran PKn melalui penerapan metode TPS belum
mencapai ketuntasan belajar yang diinginkan yaitu 80%.
4) Refleksi
Pada kegiatan siklus II pertemuan kedua, menunjukkan tidak ada
permasalahan pada perencanaan tindakan, karena telah terlaksanan sesuai dengan
rencana. Pada pelaksanaan tindakan menunjukkan bahwa siswa sudah mulai
terbiasa dengan kerja kelompok, dan seluruh anggota kelompok telah memiliki
kesadaran untuk memperhatikan. Jika dilihat dari hasil belajar dan penilaian
individu dan kelompok terdapat peningkatan terhadap antusias siswa dalam
melakukan pembelajaran PKn dengan strategi kooperatif model think pair-share
ini siswa sudah senang dan terbiasa belajar bersama dan saling bertukar pendapat
dengan teman terlebih dengan teman sebangku karena sudah terbiasa dan sudah
cukup akrab, meskipun masih adanya kelompok yang merasa kesulitan dalam
mengerjakan soal.
67

Maka berdasarkan data diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa


penelitian ini dihentikan sampai siklus II pertemuan kedua.

B. Analisis Data
Setelah dilaksanakannya penelitian yang begitu panjang, maka penelitia
akan menganalisa temuan yang didapat mulai dari siklus I sampai siklus II.
1. Siklus I
a. Pertemuan I
Pada pertemuan I ini peneliti menganalisa mulai dari observasi kegiatan
siswa saat mengikuti pembelajaran dengan metode TPS.
Peneliti mendapati permasalahan yang timbul, berikut ini rincian kegiatan
yang dilakukan siswa:
Tabel 4.4
Lembar Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I

Aspek yang Keterangan Nilai


No. Jumlah
diobservasi Ada Tidak 5 4 3 2 1
Melaksanakan tes awal
1. - - - - - 2
(pre test)
Mempelajari materi
2. yang telah diajarkan - - - - - 2
sebelumnya
Mendengarkan
3. penjelasan materi yang - - - - - 2
disampaikan oleh guru
Melakukan diskusi
4. - - - - - 2
kelompok
Mempresentasikan hasil
5. - - - - - 1
jawaban
Aktif mengungkapkan
6. - - - - - 1
jawaban
8. Aktif bertanya - - - - - 1
Memecahkan soal yang
9. harus dipecahkan - - - - - 2
bersama
Melaksanakan tes akhir
10. - - - - - - -
(post test)
Keterangan:
5 = sangat baik
68

4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = sangat kurang
Berdasarkan tabel di atas bahwa selama pembelajaran dengan
menggunakan metode think-pair-share kegiatan siswa masih terbilang kurang.
Aktivitas siswa tidak mewujudkan pembelajaran yang efektif.
Selain observasi kegiatan siswa, segala aktivitas guru juga diamati oleh
observer. Berikut ini hasil pengamatan kegiatan guru selama pembelajaran
berlangsung:
Tabel 4.5
Lembar Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan I

Keterangan Nilai
No. Aspek yang diobservasi
Ada Tidak 5 4 3 2 1
Mengkondisikan situasi
pembelajaran dan kesiapan
1. - - - - -
siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran
2. Apersepsi - - - - -
Membangkitkan minat atau
3. rasa ingin tahu siswa - - - - -
(motivasi)
Menyampaikan tujuan dan
4. - - - - -
indikator yang ingin dicapai
Penggunaan media atau alat
5. pembelajaran yang sesuai - - - - -
dengan indikator bahan ajar
Pemusatan perhatian siswa
6. terhadap proses - - - - -
pembelajaran
Teknik menjelaskan /
7. - - - - -
menyampaikan materi
Pengelolaan kegiatan
pembelajaran melalui
8. - - - - -
pendekatan think-pair-
share
Bimbingan kepada
9. - - - - -
kelompok
Pemberian kesempatan
10. - - - - -
kepada siswa untuk berpikir
69

Pemberian kesempatan
kepada siswa untuk
11. - - - - -
bertanya dan
mengungkapkan jawaban
Antusias siswa terhadap
12. - - - - -
jawaban yang diberikan
Mengamati kesulitan dan
13. - - - - -
kemajuan belajar siswa
Keterampilan menerangkan
14. kembali dan menyimpulkan - - - - -
materi yang disampaikan
Keterampilan memberikan
15. kegiatan tindak lanjut - - - - -
setelah penyampaian materi
Kemampuan memberikan
evaluasi pembelajaran yang
16. - - - - -
sesuai dengan indikator
yang ingin dicapai
Keterangan:
5 = sangat baik
4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = sangat kurang

Berdasarkan data tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa kegiatan


guru selama pembelajaran perlu diperbaiki lagi agar hasil dari pembelajaran lebih
maksimal.
Selain itu untuk mengetahui hasil belajar PKn siswa, maka peneliti
membeirkan soal pretes kepada siswa. Berikut ini hasil pretes siswa siklus I
pertemuan I:
Tabel 4.6
Nilai Pretes Siklus I Pertemuan I

No. Responden Pretest

1 Ai Rani 65
2 Alfi Agustian 55
3 Allisa Putri Jenal 70
4 Alya Agustina 60
5 Ananda Aulia 55
70

6 Andika Wahyu Hidayat 45


7 Ari Haryanto 65
8 Bambang Yusuf 40
9 Budi 55
10 Citra Dwi Lestari 70
11 Devi Arisandi 65
12 Diya Atul Milah 45
13 Eka Zahra 65
14 Fazhal 55
15 Gina Junyar 70
16 Happyta 65
17 Hasna Caya 70
18 Jaenal Adhari 65
19 Jenal Muttaqin 45
20 M. Alik 50
21 M. Azis 65
22 M. Farhan 55
23 M. Reihan RF 75
24 Muhammad Hafidz 65
25 Muhammad Iqbal Safutra 50
26 Muhammad Javier Ramdhan S 50
27 Nabila Tsana Salamah 65
28 Pujanagara Panutan 65
29 Rika Yuliansyah 55
30 Silvia Ramdiani 75
31 Siti Nuraeni 50
32 Supaldi 65
33 Syahrul Juniansyah 65
34 Syifa Nurafriani 55
35 Yuliani 65
36 Yulianti 60
Jumlah 2155
Nilai rata-rata 59.86

Berdasarkan data tersebut, nilai rata-rata pretes siswa pada pertemuan I


siklus I hanya mencapai 59.86. adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
71

Tabel 4.7
Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa
Metode Think-pair-share Siklus I Pertemuan I
No Nilai Frekuensi
1. 70-79 6
2. 60-69 15
3. 50-59 11
4. 40-49 4
Data tersebut menunjukkan bahwa yang memperoleh nilai 70-79 adalah 6
orang, 60-69 adalah 15 orang, 50-59 adalah 11 orang dan 40-49 adalah 4 orang.
Artinya, perolehan nilai siswa masih banyak yang mendapatkan nilai dibawah
KKM yang telah ditentukan yaitu 70.
b. Pertemuan II
Pada pertemuan II ini peneliti menganalisa mulai dari observasi kegiatan
siswa saat mengikuti pembelajaran dengan metode TPS sama halnya pada
pertemuan I.
Peneliti mendapati permasalahan yang timbul, berikut ini rincian kegiatan
yang dilakukan siswa:
Tabel 4.8
Lembar Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II

Aspek yang Keterangan Nilai


No. Jumlah
diobservasi Ada Tidak 5 4 3 2 1
Melaksanakan tes awal
1. - - - - - 4
(pre test)
Mempelajari materi
2. yang telah diajarkan - - - - - 4
sebelumnya
Mendengarkan
3. penjelasan materi yang - - - - - 4
disampaikan oleh guru
Melakukan diskusi
4. - - - - - 4
kelompok
Mempresentasikan hasil
5. - - - - - 3
jawaban
72

Aktif mengungkapkan
6. - - - - - 3
jawaban
8. Aktif bertanya - - - - - 3
Memecahkan soal yang
9. harus dipecahkan - - - - - 4
bersama
Melaksanakan tes akhir
10. - - - - - - -
(post test)
Keterangan:
5 = sangat baik
4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = sangat kurang

Berdasarkan tabel di atas bahwa selama pembelajaran dengan


menggunakan metode think-pair-share kegiatan siswa sudah mengalami
peningkatan walaupun masih ada yang terbilang kurang.
Selain observasi kegiatan siswa, segala aktivitas guru pada pertemuan II
juga diamati oleh observer. Berikut ini hasil pengamatan kegiatan guru selama
pembelajaran berlangsung:
Tabel 4.9
Lembar Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan II

Keterangan Nilai
No. Aspek yang diobservasi
Ada Tidak 5 4 3 2 1
Mengkondisikan situasi
pembelajaran dan kesiapan
1. - - - - -
siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran
2. Apersepsi - - - - -
Membangkitkan minat atau
3. rasa ingin tahu siswa - - - - -
(motivasi)
Menyampaikan tujuan dan
4. - - - - -
indikator yang ingin dicapai
Penggunaan media atau alat
5. pembelajaran yang sesuai - - - - -
dengan indikator bahan ajar
Pemusatan perhatian siswa
6. - - - -
terhadap proses
73

pembelajaran
Teknik menjelaskan /
7. - - - - -
menyampaikan materi
Pengelolaan kegiatan
pembelajaran melalui
8. - - - - -
pendekatan think-pair-
share
Bimbingan kepada
9. - - - - -
kelompok
Pemberian kesempatan
10. - - - - -
kepada siswa untuk berpikir
Pemberian kesempatan
kepada siswa untuk
11. - - - -
bertanya dan
mengungkapkan jawaban
Antusias siswa terhadap
12. - - - - -
jawaban yang diberikan
Mengamati kesulitan dan
13. - - - - -
kemajuan belajar siswa
Keterampilan menerangkan
14. kembali dan menyimpulkan - - - - -
materi yang disampaikan
Keterampilan memberikan
15. kegiatan tindak lanjut - - - - -
setelah penyampaian materi
Kemampuan memberikan
evaluasi pembelajaran yang
16. - - - - -
sesuai dengan indikator
yang ingin dicapai
Keterangan:
5 = sangat baik
4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = sangat kurang

Berdasarkan data tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa kegiatan


guru selama pembelajaran perlu diperbaiki lagi agar hasil dari pembelajaran lebih
maksimal.
Selain itu untuk mengetahui hasil belajar PKn siswa, maka peneliti
membeirkan sola postes siklus I. Berikut ini hasilnya:
74

Tabel 4.10
Nilai Postes Siklus I

No. Responden Postes

1 Ai Rani 70
2 Alfi Agustian 65
3 Allisa Putri Jenal 80
4 Alya Agustina 75
5 Ananda Aulia 65
6 Andika Wahyu Hidayat 60
7 Ari Haryanto 70
8 Bambang Yusuf 55
9 Budi 60
10 Citra Dwi Lestari 80
11 Devi Arisandi 70
12 Diya Atul Milah 55
13 Eka Zahra 70
14 Fazhal 65
15 Gina Junyar 85
16 Happyta 70
17 Hasna Caya 85
18 Jaenal Adhari 70
19 Jenal Muttaqin 65
20 M. Alik 60
21 M. Azis 70
22 M. Farhan 65
23 M. Reihan RF 80
24 Muhammad Hafidz 70
25 Muhammad Iqbal Safutra 60
26 Muhammad Javier Ramdhan S 65
27 Nabila Tsana Salamah 75
28 Pujanagara Panutan 70
29 Rika Yuliansyah 65
30 Silvia Ramdiani 85
31 Siti Nuraeni 65
32 Supaldi 75
33 Syahrul Juniansyah 70
34 Syifa Nurafriani 65
35 Yuliani 70
75

36 Yulianti 70
Jumlah 2495
Nilai rata-rata 69.31

Berdasarkan data tersebut, nilai rata-rata pretes siswa pada pertemuna II


siklus I hanya mencapai 69.31. Artinya dari pembelajaran yang telah dilakukan
pada pertemuan II ini telah mengalami peningkatan. adapun rinciannya adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.11
Frekuensi Perolehan Nilai Postes Siswa
Metode Think-pair-share Siklus I Pertemuan II
No Kriteria Penilaian Frekuensi
1. 80-89 6
2. 70-79 15
3. 60-69 13
4. 50-59 2

Data tersebut menunjukkan bahwa yang memperoleh nilai 80-89 adalah 6


orang, 70-79 adalah 15 orang, 60-69 adalah 13 orang dan 50-59 adalah 2 orang.
Artinya, perolehan nilai siswa telah mengalami peningkatan walaupun masih ada
siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM yang telah ditentukan yaitu 70.
2. Siklus II
a. Pertemuan I
Pada pertemuan I siklus II ini peneliti mengupayakan untuk meningkatkan
perolehan nilai yang diraih siswa pada pertemuan sebelumnya. Peneliti
menganalisa data mulai dari observasi kegiatan siswa saat mengikuti
pembelajaran dengan metode TPS.
Peneliti mendapati permasalahan yang timbul, berikut ini rincian kegiatan
yang dilakukan siswa:
76

Tabel 4.12
Lembar Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I

Aspek yang Keterangan Nilai


No. Jumlah
diobservasi Ada Tidak 5 4 3 2 1
Melaksanakan tes awal
1. - - - - - 4
(pre test)
Mempelajari materi
2. yang telah diajarkan - - - - - 5
sebelumnya
Mendengarkan
3. penjelasan materi yang - - - - - 4
disampaikan oleh guru
Melakukan diskusi
4. - - - - - 4
kelompok
Mempresentasikan hasil
5. - - - - - 4
jawaban
Aktif mengungkapkan
6. - - - - - 4
jawaban
8. Aktif bertanya - - - - - 4
Memecahkan soal yang
9. harus dipecahkan - - - - 5
bersama
Melaksanakan tes akhir
10. - - - - - - -
(post test)
Keterangan:
5 = sangat baik
4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = sangat kurang
Berdasarkan tabel diatas bahwa selama pembelajaran dengan
menggunakan metode think-pair-share kegiatan siswa sudah mengalami
peningkatan yang cukup baik bila dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya,
hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai dengan kategori baik. Adapula nilai yang
diraih yaitu baik sekali. Namun hal itu dapat diperbaiki lagi agar pencapain
keberhasilan siswa dapat ditingkatkan lagi agar nilai yang diraih bisa sempurna.
Selain observasi kegiatan siswa, segala aktivitas guru pada siklus II
pertemuan I juga diamati oleh observer. Berikut ini hasil pengamatan kegiatan
guru selama pembelajaran berlangsung:
77

Tabel 4.13
Lembar Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I

Keterangan Nilai
No. Aspek yang diobservasi
Ada Tidak 5 4 3 2 1
Mengkondisikan situasi
pembelajaran dan kesiapan
1. - - - - -
siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran
2. Apersepsi - - - - -
Membangkitkan minat atau
3. rasa ingin tahu siswa - - - - -
(motivasi)
Menyampaikan tujuan dan
4. - - - - -
indikator yang ingin dicapai
Penggunaan media atau alat
5. pembelajaran yang sesuai - - - - -
dengan indikator bahan ajar
Pemusatan perhatian siswa
6. terhadap proses - - - -
pembelajaran
Teknik menjelaskan /
7. - - - - -
menyampaikan materi
Pengelolaan kegiatan
pembelajaran melalui
8. - - - - -
pendekatan think-pair-
share
Bimbingan kepada
9. - - - - -
kelompok
Pemberian kesempatan
10. - - - - -
kepada siswa untuk berpikir
Pemberian kesempatan
kepada siswa untuk
11. - - - -
bertanya dan
mengungkapkan jawaban
Antusias siswa terhadap
12. - - - - -
jawaban yang diberikan
Mengamati kesulitan dan
13. - - - - -
kemajuan belajar siswa
Keterampilan menerangkan
14. kembali dan menyimpulkan - - - - -
materi yang disampaikan
Keterampilan memberikan
15. - - - - -
kegiatan tindak lanjut
78

setelah penyampaian materi


Kemampuan memberikan
evaluasi pembelajaran yang
16. - - - - -
sesuai dengan indikator
yang ingin dicapai
Keterangan:
5 = sangat baik
4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = sangat kurang
Berdasarkan data tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa kegiatan
guru selama pembelajaran sudah mengalami peningkatan yang cukup signifkan.
Namun hal tersebut masih dapat diperbaiki lagi agar pencapaian keberhasilan
dalam pembelajaran lebih maksimal.
Selain itu untuk mengetahui hasil belajar PKn siswa, maka peneliti
membeirkan soal pretes siklus II. Berikut ini hasilnya:
Tabel 4.14
Nilai Pretes Siklus II Pertemuan I

No. Responden Pretest

1 Ai Rani 65
2 Alfi Agustian 60
3 Allisa Putri Jenal 65
4 Alya Agustina 65
5 Ananda Aulia 60
6 Andika Wahyu Hidayat 50
7 Ari Haryanto 70
8 Bambang Yusuf 55
9 Budi 60
10 Citra Dwi Lestari 70
11 Devi Arisandi 65
12 Diya Atul Milah 50
13 Eka Zahra 70
14 Fazhal 60
15 Gina Junyar 85
16 Happyta 65
17 Hasna Caya 80
79

18 Jaenal Adhari 70
19 Jenal Muttaqin 50
20 M. Alik 60
21 M. Azis 70
22 M. Farhan 60
23 M. Reihan RF 80
24 Muhammad Hafidz 70
25 Muhammad Iqbal Safutra 60
26 Muhammad Javier Ramdhan S 60
27 Nabila Tsana Salamah 70
28 Pujanagara Panutan 70
29 Rika Yuliansyah 65
30 Silvia Ramdiani 75
31 Siti Nuraeni 50
32 Supaldi 65
33 Syahrul Juniansyah 70
34 Syifa Nurafriani 60
35 Yuliani 65
36 Yulianti 65
Jumlah 2330
Nilai rata-rata 64.72

Berdasarkan data tersebut, nilai rata-rata pretes siswa pada pertemuan II


siklus I hanya mencapai 64.72. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.15
Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa
Model Think-pair-share Siklus II Pertemuan I
No Nilai Frekuensi
1. 80-89 3
2. 70-79 10
3. 60-69 18
4. 50-59 5

Data tersebut menunjukkan bahwa yang memperoleh nilai 80-89 adalah 3


orang, 70-79 adalah 10 orang, 60-69 adalah 18 orang dan 50-59 adalah 5 orang.
80

b. Pertemuan II
Pada pertemuan II siklus II ini peneliti mengupayakan untuk lebih
meningkatkan lagi perolehan nilai yang diraih siswa pada pertemuan sebelumnya.
Peneliti menganalisa data mulai dari observasi kegiatan siswa saat mengikuti
pembelajaran dengan metode TPS.
Peneliti mendapati permasalahan yang timbul, berikut ini rincian kegiatan
yang dilakukan siswa:
Tabel 4.16
Lembar Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II

Aspek yang Keterangan Nilai


No. Jumlah
diobservasi Ada Tidak 5 4 3 2 1
Melaksanakan tes awal
1. - - - - - - -
(pre test)
Mempelajari materi
2. yang telah diajarkan - - - - - 5
sebelumnya
Mendengarkan
3. penjelasan materi yang - - - - - 5
disampaikan oleh guru
Melakukan diskusi
4. - - - - - 5
kelompok
Mempresentasikan hasil
5. - - - - - 5
jawaban
Aktif mengungkapkan
6. - - - - - 5
jawaban
8. Aktif bertanya - - - - - 5
Memecahkan soal yang
9. harus dipecahkan - - - - - 5
bersama
Melaksanakan tes akhir
10. - - - - - 5
(post test)
Keterangan:
5 = sangat baik
4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = sangat kurang
Berdasarkan tabel diatas bahwa selama pembelajaran dengan
menggunakan metode think-pair-share kegiatan siswa mengalami peningkatan
81

yang sangat siginifikan dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya, hal ini dapat
dilihat dari perolehan nilai dengan kategori baik sekali.
Selain observasi kegiatan siswa, segala aktivitas guru pada siklus II
pertemuan II juga diamati oleh observer. Berikut ini hasil pengamatan kegiatan
guru selama pembelajaran berlangsung:
Tabel 4.17
Lembar Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan II

Keterangan Nilai
No. Aspek yang diobservasi
Ada Tidak 5 4 3 2 1
Mengkondisikan situasi
pembelajaran dan kesiapan
1. - - - - -
siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran
2. Apersepsi - - - - -
Membangkitkan minat atau
3. rasa ingin tahu siswa - - - - -
(motivasi)
Menyampaikan tujuan dan
4. - - - - -
indikator yang ingin dicapai
Penggunaan media atau alat
5. pembelajaran yang sesuai - - - - -
dengan indikator bahan ajar
Pemusatan perhatian siswa
6. terhadap proses - - - -
pembelajaran
Teknik menjelaskan /
7. - - - - -
menyampaikan materi
Pengelolaan kegiatan
pembelajaran melalui
8. - - - - -
pendekatan think-pair-
share
Bimbingan kepada
9. - - - - -
kelompok
Pemberian kesempatan
10. - - - - -
kepada siswa untuk berpikir
Pemberian kesempatan
kepada siswa untuk
11. - - - -
bertanya dan
mengungkapkan jawaban
Antusias siswa terhadap
12. - - - - -
jawaban yang diberikan
82

Mengamati kesulitan dan


13. - - - - -
kemajuan belajar siswa
Keterampilan menerangkan
14. kembali dan menyimpulkan - - - - -
materi yang disampaikan
Keterampilan memberikan
15. kegiatan tindak lanjut - - - - -
setelah penyampaian materi
Kemampuan memberikan
evaluasi pembelajaran yang
16. - - - - -
sesuai dengan indikator
yang ingin dicapai
Keterangan:
5 = sangat baik
4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = sangat kurang
Berdasarkan data tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa kegiatan
guru selama pembelajaran mengalami peningkatan yang cukup signifkan bila
dibandingkan dengan pertemuan I pada siklus II.
Selain itu untuk mengetahui hasil belajar PKn siswa, maka peneliti
membeirkan soal pretes siklus II. Berikut ini hasilnya:
Tabel 4.18
Nilai Postes Siklus II Pertemuan II

No. Responden Postes

1 Ai Rani 90
2 Alfi Agustian 85
3 Allisa Putri Jenal 90
4 Alya Agustina 95
5 Ananda Aulia 85
6 Andika Wahyu Hidayat 75
7 Ari Haryanto 95
8 Bambang Yusuf 80
9 Budi 80
10 Citra Dwi Lestari 90
11 Devi Arisandi 90
12 Diya Atul Milah 80
13 Eka Zahra 95
83

14 Fazhal 85
15 Gina Junyar 100
16 Happyta 90
17 Hasna Caya 95
18 Jaenal Adhari 85
19 Jenal Muttaqin 75
20 M. Alik 85
21 M. Azis 95
22 M. Farhan 80
23 M. Reihan RF 100
24 Muhammad Hafidz 85
25 Muhammad Iqbal Safutra 80
26 Muhammad Javier Ramdhan S 85
27 Nabila Tsana Salamah 95
28 Pujanagara Panutan 90
29 Rika Yuliansyah 85
30 Silvia Ramdiani 100
31 Siti Nuraeni 85
32 Supaldi 90
33 Syahrul Juniansyah 85
34 Syifa Nurafriani 80
35 Yuliani 90
36 Yulianti 85
Jumlah 3155
Nilai rata-rata 87.64
Berdasarkan data tersebut, nilai rata-rata pretes siswa pada pertemuna II
siklus I hanya mencapai 87.64. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.19
Frekuensi Perolehan Nilai Postes Siswa
Model Think-pair-share Siklus II Pertemuan II
No Kriteria Penilaian Frekuensi
1. 90-100 16
2. 80-89 18
3. 70-79 2
Data tersebut menunjukkan bahwa yang memperoleh nilai 90-100 adalah
16 orang, 80-89 adalah 18 orang dan 70-79 adalah 2 orang.
84

C. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebanyak dua siklus. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah dengan melalui penerapan metode Think pair-
share pada mata pelajaran PKn dapat meningkatkan penguasaan materi pengaruh
globalisasi siswa kelas IV MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi. Untuk
mencapai hasil belajar yang maksimal, maka dalam pelaksanaannya peneliti
mengupayakan untuk meningkatkan motivasi ditunjukkan dari: merasa terangsang
untuk melaksanakan tugas yang diberikan (pendorong), tergerak untuk selalu
belajar (penggerak), terangsang untuk mewujudkan keinginanya (rangsangan),
keinginan untuk selalu menghilangkan kemalesan, mempunyai keinginan kuat
terhadap sesuatu (keinginan), mengikuti pembelajaran dengan senang, tidak
merasa jenuh dengan pelajaran, selalu tak kenal males dengan dengan belajar
(semangat), bertanya untuk mencari tahu, selalu merasa penasaran terhadap
sesuatu (rasa ingin tahu).
Peningkatan hasil belajar siswa ditandai dari: kemampuan siswa untuk
menjawab soal yang diberikan baik berupa soal pretes maupun soal postets.
Dari perolehan nilai pretest dan posttest siswa pada penelitian ini, dapat
diketahui peningkatan yang diperoleh. Melalui penghitungan dengan rumus N-
Gain maka dapat diketahui keberhasilan siswa dalam belajar dan dapat diketahui
termasuk kategori apa saja setiap siswa itu sendiri. Penghitungan nilai pretest dan
posttest dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 4.20
Penghitungan Nilai Pretest dan Postest Siklus I
Siklus I Postest
Ideal - N-
No. Responden - Ket
Pretest Postest Pretest pretest Gain
1 Ai Rani 65 70 5 35 0.14 Rendah
2 Alfi Agustian 55 65 10 45 0.22 Rendah
3 Allisa PJ 70 80 10 30 0.33 Sedang
4 Alya Agustina 60 75 15 40 0.38 Sedang
5 Ananda Aulia 55 65 10 45 0.22 Rendah
6 Andika WH 45 60 15 55 0.27 Rendah
7 Ari Haryanto 65 70 5 35 0.14 Rendah
85

8 Bambang Y 40 55 15 60 0.25 Rendah


9 Budi 55 60 5 45 0.11 Rendah
10 Citra DL 70 80 10 30 0.33 Sedang
11 Devi Arisandi 65 70 5 35 0.14 Rendah
12 Diya Atul M 45 55 10 55 0.18 Rendah
13 Eka Zahra 65 70 5 35 0.14 Rendah
14 Fazhal 55 65 10 45 0.22 Rendah
15 Gina Junyar 70 85 15 30 0.50 Sedang
16 Happyta 65 70 5 35 0.14 Rendah
17 Hasna Caya 70 85 15 30 0.50 Sedang
18 Jaenal Adhari 65 70 5 35 0.14 Rendah
19 Jenal Muttaqin 45 65 20 55 0.36 Sedang
20 M. Alik 50 60 10 50 0.20 Rendah
21 M. Azis 65 70 5 35 0.14 Rendah
22 M. Farhan 55 65 10 45 0.22 Rendah
23 M. Reihan RF 75 80 5 25 0.20 Rendah
24 Muhammad H 65 70 5 35 0.14 Rendah
25 Muhammad IS 50 60 10 50 0.20 Rendah
26 Muhammad J 50 65 15 50 0.30 Sedang
27 Nabila Tsana 65 75 10 35 0.29 Rendah
28 Pujanagara P 65 70 10 35 0.29 Rendah
29 Rika Y 55 65 15 45 0.33 Sedang
30 Silvia R 75 85 10 25 0.40 Sedang
31 Siti Nuraeni 50 65 15 50 0.30 Sedang
32 Supaldi 65 75 10 35 0.29 Rendah
33 Syahrul J 65 70 5 35 0.14 Rendah
34 Syifa N 55 65 10 45 0.22 Rendah
35 Yuliani 65 70 5 35 0.14 Rendah
36 Yulianti 60 70 10 40 0.25 Rendah
Jumlah 2155 2495 - 8.80
Nilai rata-rata 59.86 69.31 - 0.24
% N-Gain Tinggi -
% N-Gain Sedang 27.78
% N-Gain Rendah 72.22

Sedangkan untuk perolehan nilai pretes dan postes siklus II dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
86

Tabel 4.13
Penghitungan Nilai Pretest dan Postest Siklus II
Siklus II Postest
Ideal - N-
No. Responden - Ket
Pretest Postest Pretest pretest Gain
1 Ai Rani 65 90 25 35 0.71 Tinggi
2 Alfi Agustian 60 85 25 40 0.63 Sedang
3 Allisa PJ 65 90 25 35 0.71 Tinggi
4 Alya Agustina 65 95 30 35 0.86 Tinggi
5 Ananda Aulia 60 85 25 40 0.63 Sedang
6 Andika WH 50 75 25 50 0.50 Sedang
7 Ari Haryanto 70 95 25 30 0.83 Tinggi
8 Bambang Y 55 80 25 45 0.56 Sedang
9 Budi 60 80 20 40 0.50 Sedang
10 Citra DL 70 90 20 30 0.67 Sedang
11 Devi Arisandi 65 90 25 35 0.71 Tinggi
12 Diya Atul M 50 80 30 50 0.60 Sedang
13 Eka Zahra 70 95 25 30 0.83 Tinggi
14 Fazhal 60 85 25 40 0.63 Sedang
15 Gina Junyar 85 100 15 15 1.00 Tinggi
16 Happyta 65 90 25 35 0.71 Tinggi
17 Hasna Caya 80 95 15 20 0.75 Tinggi
18 Jaenal Adhari 70 85 15 30 0.50 Sedang
19 Jenal Muttaqin 50 75 25 50 0.50 Sedang
20 M. Alik 60 85 25 40 0.63 Sedang
21 M. Azis 70 95 25 30 0.83 Tinggi
22 M. Farhan 60 80 20 40 0.50 Sedang
23 M. Reihan RF 80 100 20 20 1.00 Tinggi
24 Muhammad H 70 85 15 30 0.50 Sedang
25 Muhammad IS 60 80 20 40 0.50 Sedang
26 Muhammad J 60 85 25 40 0.63 Sedang
27 Nabila Tsana 70 95 25 30 0.83 Tinggi
28 Pujanagara P 70 90 25 30 0.83 Tinggi
29 Rika Y 65 85 25 35 0.71 Tinggi
30 Silvia R 75 100 25 25 1.00 Tinggi
31 Siti Nuraeni 50 85 35 50 0.70 Tinggi
32 Supaldi 65 90 25 35 0.71 Tinggi
33 Syahrul J 70 85 15 30 0.50 Sedang
34 Syifa N 60 80 20 40 0.50 Sedang
87

35 Yuliani 65 90 25 35 0.71 Tinggi


36 Yulianti 65 85 20 35 0.57 Sedang
Jumlah 2330 3155 - 24.49
Nilai rata-rata 64.72 87.64 - 0.68
% N-Gain Tinggi 50.00
% N-Gain Sedang 50.00
% N-Gain Rendah 0.00

Maka melalui tabel tersebut dapat dikatakan bahwa melalui penerapan


metode think-pair-share dapat meningkatkan penguasaan materi pengaruh
globalisasi pada mata pelajaran PKn pada siswa kelas IV MI Cibeureum Legok
Kabupaten Sukabumi dan penelitian ini dihentikan sampai siklus II.
88

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian penelitian dapat diketahui bahwa dengan penerapan
pembelajaran kooperatif melalui pendekatan think-pair-share, dapat
meningkatakan hasil belajar PKn pada siswa kelas IV MI Cibeureum Legok
Kabupaten Sukabumi.
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisa yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan Pembelajaran Kooperatif melalui pendeakatan think-pair-share
memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar PKn kelas IV MI
Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi. Ditunjukkan dengan meningkatnya
aspek kognitif masing-masing siswa.
2. Penerapan Pembelajaran koperatif melalui pendekatan think-pair-share
sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini ditunjukkan
dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa serta meningkatnya aspek
afektif dan psikomotorik siswa pada setiap siklus.

B. Saran
1. Bagi Sekolah
Agar metode think-pair-share ini diterapkan di dalam KBM pada mata
pelajaran PKn, karena berdasarkan hasil penelitian terbukti dapat
meningkatkan penguasaan materi Pengaruh Globalisasi.
2. Bagi Guru
Agar dalam penerapan metode think-pair-share benar-benar efektif, guru
harus secara konsisten mengikuti prosedur metode, menggunakan media
belajar, memberikan variasi berupa simulasi, stimulus berupa hadiah
(reward), dan pemberian motivasi. Di samping itu guru perlu kreatif untuk
mendesain model pembelajaran.

88
89

3. Bagi Siswa
Agar menghayati dan menerapkan metode think-pair-share dalam aktivitas
belajarnya, baik secara individual ataupun kelompok, karena dapat
meningkatkan hasil belajarnya.
4. Bagi Penulis
Memberikan wawasan dan pengalaman praktis di bidang penelitian sebagai
bekal untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional.
90

DAFTAR PUSTAKA

Adib Muhammad, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan metode Think-


Pair-Share dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas IV SDN Manggis I Ngancar
Kab. Kediri, Skripsi S1 UIN Malang. Malang: 2010. Tidak
dipublikasikan.
Arikunto Suharsini, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, Cet
ke-9, 2009.
Arikunto Suharsini, Suhardjono, Supardi. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara, 2008.
Arikunto Suharsini. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
Cet. Ke-IX, 2005.
Arikunto Suharsini. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, Cet. Ke-XIII, 2006).
Awaludin. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pada Siswa
dengan Kemampuan Matematis Rendah Melalui Pembelajaran Open-
Ended dengan Pemberian Tugas Tambahan,
http://.tp.ac.id/dokumen/rumus+gain+ternormalisasi, Minggu, 17 Juni
2013
Hamalik Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Hamalik Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Masitoh dan Laksmi Dewi. Strategi Pembelajaran. Jakarta: 2009.
Nurhadi, dkk. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK Malang:
UM Press 2004.
Pemugari Meylany. Penerapan Metode Think-Pair-Share Untuk Meningkatkan
Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Teori PKK Di SMP Negeri
3 Margasari-Tegal, Skripsi S1 Universitas Yogyakarta. Yogyakarta:
2012. Tidak dipublikasikan.
Purwanto M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000.
Rahayu Sri. Pembelajaran Kooperatif dalam Pendidikan IPA. Chimera: 1998.
Rohani Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. Ke-II,
2004.
Sadijah, Cholis. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share TPS
Malang: Lembaga Penelitian UM 2006.
Saragih Richard Hamonangan, Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share
Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Di
Kelas X SMA Negeri 1 Raya Kahean Tahun Pelajaran 2011/2012,
Skripsi S1 Universitas Negeri Medan. Medan: 2012. Tidak
dipublikasikan.
Sofyan Ahmad, Tonih Feronika. Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran
IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.

90
91

Sudjana Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru


Algensindo, Cet. Ke-VI, 2002.
Suparno A. Suhaenah. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Dirjen
Pendidikan Tinggi Depdiknas, 2001.
Suprijono Agus. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar 2009.
Suryasubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta 1997.
Susilo, Herawati. Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share. Pelatihan PBMP
(Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan) Pada Pembelajaran
Dengan Tema Pemberdayaan Kemampuan Berpikir Selama
Pembelajaran Sebagai Langkah Strategis Implementasi Kurikulum 2004
Bagi Para Guru dan Mahasiswa Sains Biologi Dalam RUKK VA.
Malang: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang 2005.
Tim Penyusun KTSP MI Cibeureum Legok, KTSP MI CIbeureum Legok
Kabupaten Sukabumi Tahun Pelajaran 2012-2013. Sukabumi: 2012.
Wiriaatmadja, Rochiati. Metode Penelitan Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2008.
92

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
Pertemuan I Siklus I

Nama Sekolah : MIS Cibeureum Legok


Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : IV (Empat)
Semester : 2 (Dua)
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

I. Standar Kompetensi
4. Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya.

II. Kompetensi Dasar


4.1 Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya.

III. Indikator
Menceritakan proses globalisasi.
Menyebutkan pengaruh globalisasi pada makanan, permainan, dan
kebudayaan.

IV. Tujuan Pembelajaran


Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat:
menceritakan proses globalisasi. (rasa ingin tahu, tanggung jawab,
komunikatif, patuh)
menyebutkan pengaruh globalisasi pada makanan, permainan, dan
kebudayaan. (rasa ingin tahu, tanggung jawab, patuh, disiplin)

V. Materi Ajar
Arti globalisasi dan sejarahnya.
Kita di tengah-tengah globalisasi.

VI. Pendekatan dan Metode Pembelajaran


Pendekatan Kontekstual
Tanya jawab
Diskusi kelompok
93

Pendekatan Metode think-pair-share.

VII. Langkah-langkah Kegiatan


Pertemuan Pertama dan Kedua
1. Kegiatan Awal (10 menit)
Fase 1: menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Salam, berdoa dan menanyakan keadaan siswa serta memberi
motivasi belajar
Guru memberitahukan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran
dan materi yang akan dipelajari hari ini
Guru melakukan tanya jawab tentang pelajaran sebelumnya dan
dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari
Guru memberikan soal pretes untuk mengetahui pengetahuan siswa
tentang Sikap kita terhadap globalisasi.
2. Kegiatan Inti (50 menit)
Fase 2: menyajikan informasi
(Think)
Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai globalisasi.
Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran koopertif
dengan Metode think-pair-share.
Guru meminta siswa untuk membaca materi pokok dan
memikirkan mengenai contoh yang diberikan guru.
Fase 3: Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar
(Pair)
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang
terdiri dari 4 orang siswa dan dalam bangku yang berdekatan.
Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru meminta tiap kelompok untuk mendiskusikan materi pokok
berdasarkan apa yang sudah dipikirkan oleh tiap masing-masing
anggota kelompok.
Guru membimbing siswa dalam mendiskusikan materi pokok.
Fase 5: Evaluasi
(Share)
Guru meminta kelompok secara acak untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya didepan kelas.
Guru meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil presentasi
kelompok yang di tunjuk.
Guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil kerjaannya
3. Kegiatan Penutup (10 menit)
Dalam kegiatan penutup, guru:
Guru bersama-sama murid untuk merangkum materi yang telah
dipelajari.
94

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya


tentang materi yang sudah dibahas dan yang belum dipahami.
Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.

VIII. Sumber/Bahan Belajar


1. Buku paket (Buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar
Kelas IV, Penerbit: Pusat Pebukuan Departemen Pendidikan Nasional,
Pengarang: Prayoga Bestari dan Ati Sumiati.
2. Orang tua.
3. Teman.
4. Lingkungan rumah (keluarga), sekolah, dst.

IX. Penilaian
1. Jenis Penilaian
a. Tes tulis

b. Diskusi Kelompok
c. Kinerja

2. Rubrik Penilaian

Mengetahui, Sukabumi, April 2013


Kepala MIS Cibeureum Legok Guru Kelas IV

JAYA, S. Pd. I UNUY NURHASANAH


95

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)
Pertemuan II Siklus I

Nama Sekolah : MIS Cibeureum Legok


Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : IV (Empat)
Semester : 2 (Dua)
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

I. Standar Kompetensi
4. Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya.

II. Kompetensi Dasar


4.1 Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya.

III. Indikator
Menjelaskan sikap terhadap pengaruh globalisasi.

IV. Tujuan Pembelajaran


Siswa dapat menjelaskan sikap terhadap pengaruh globalisasi. (rasa
ingin tahu, disiplin, tanggung jawab, patuh)

V. Materi Ajar
Sikap kita terhadap globalisasi.

VI. Pendekatan dan Metode Pembelajaran


Pendekatan Kontekstual
Tanya jawab
Diskusi kelompok
Pendekatan Metode think-pair-share.

VII. Langkah-langkah Kegiatan


Pertemuan Pertama dan Kedua
1. Kegiatan Awal (10 menit)
Fase 1: menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
96

Salam, berdoa dan menanyakan keadaan siswa serta memberi


motivasi belajar
Guru memberitahukan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran
dan materi yang akan dipelajari hari ini
Guru melakukan tanya jawab tentang pelajaran sebelumnya dan
dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari
Guru memberikan soal pretes untuk mengetahui pengetahuan siswa
tentang Sikap kita terhadap globalisasi.
2. Kegiatan Inti (50 menit)
Fase 2: menyajikan informasi
(Think)
Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai globalisasi.
Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran koopertif
dengan Metode think-pair-share.
Guru meminta siswa untuk membaca materi pokok dan
memikirkan mengenai contoh yang diberikan guru.
Fase 3: Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar
(Pair)
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang
terdiri dari 4 orang siswa dan dalam bangku yang berdekatan.
Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru meminta tiap kelompok untuk mendiskusikan materi pokok
berdasarkan apa yang sudah dipikirkan oleh tiap masing-masing
anggota kelompok.
Guru membimbing siswa dalam mendiskusikan materi pokok
Fase 5: Evaluasi
(Share)
Guru meminta kelompok secara acak untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya didepan kelas.
Guru meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil presentasi
kelompok yang di tunjuk.
Guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil kerjaannya
3. Kegiatan Penutup (10 menit)
Dalam kegiatan penutup, guru:
Guru bersama-sama murid untuk merangkum materi yang telah
dipelajari.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang materi yang sudah dibahas dan yang belum dipahami.
Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.
97

I. Sumber/Bahan Belajar
1. Buku paket (Buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar
Kelas IV, Penerbit: Pusat Pebukuan Departemen Pendidikan Nasional,
Pengarang: Prayoga Bestari dan Ati Sumiati.
2. Orang tua.
3. Teman.
4. Lingkungan rumah (keluarga), sekolah, dst.

II. Penilaian
1. Jenis Penilaian
a. Tes tulis c. Diskusi Kelompok
b. Tes Lisan d. Kinerja
2. Rubrik Penilaian

Mengetahui, Sukabumi, April 2013


Kepala MIS Cibeureum Legok Guru Kelas IV

JAYA, S. Pd. I UNUY NURHASANAH


98

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
Pertemuan I Siklus II

Nama Sekolah : MIS Cibeureum Legok


Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : IV (Empat)
Semester : 2 (Dua)
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

I. Standar Kompetensi
4. Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya.

II. Kompetensi Dasar


4.2 Mengidentifikasi jenis budaya Indonesia yang pernah ditampilkan dalam
misi kebudayaan internasional.

III. Indikator
Menjelaskan globalisasi kebudayaan.

IV. Tujuan Pembelajaran


Siswa dapat menjelaskan globalisasi kebudayaan. (rasa ingin tahu,
berfikir keras, perhatian, disiplin, patuh)

V. Materi Ajar
Sikap kita terhadap globalisasi.

VI. Pendekatan dan Metode Pembelajaran


Pendekatan Kontekstual
Tanya jawab
Diskusi kelompok
Pendekatan Metode think-pair-share

VII. Langkah-langkah Kegiatan


Pertemuan Pertama dan Kedua
a. Kegiatan Awal
Fase 1: menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
99

Salam, berdoa dan menanyakan keadaan siswa serta memberi


motivasi belajar
Guru memberitahukan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran
dan materi yang akan dipelajari hari ini
Guru melakukan tanya jawab tentang pelajaran sebelumnya dan
dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari
Guru memberikan soal pretes untuk mengetahui pengetahuan siswa
tentang globalisasi.
b. Kegiatan Inti
Fase 2: menyajikan informasi
(Think)
Semua siswa diminta untuk mengamati kebudayaan yang ada di
Indonesia.
Bertanya jawab tentang kebudayaan di Indonesia dibandingkan
dengan kebudayaan asing.
Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran koopertif
dengan Metode think-pair-share.
Fase 3: Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar
(Pair)
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang
terdiri dari 4 orang siswa dan dalam bangku yang berdekatan.
Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru meminta tiap kelompok untuk mendiskusikan materi pokok
berdasarkan apa yang sudah dipikirkan oleh tiap masing-masing
anggota kelompok.
Guru membimbing siswa dalam mendiskusikan materi pokok
Fase 5: Evaluasi
(Share)
Guru meminta kelompok secara acak untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya didepan kelas.
Guru meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil presentasi
kelompok yang di tunjuk.
Guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil kerjaannya
c. Kegiatan Penutup (10 menit)
Dalam kegiatan penutup, guru:
Guru bersama-sama murid untuk merangkum materi yang telah
dipelajari.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang materi yang sudah dibahas dan yang belum dipahami.
Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.
100

VIII. Sumber/Bahan Belajar


1. Buku paket (Buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar
Kelas IV, Penerbit: Pusat Pebukuan Departemen Pendidikan Nasional,
Pengarang: Prayoga Bestari dan Ati Sumiati.
2. Orang tua.
3. Teman.
4. Lingkungan rumah (keluarga), sekolah, dst.

IX. Penilaian
1. Jenis Penilaian
a. Tes tulis c. Diskusi Kelompok
b. Tes Lisan d. Kinerja
2. Rubrik Penilaian

Mengetahui, Sukabumi, April 2013


Kepala MIS Cibeureum Legok Guru Kelas IV

JAYA, S. Pd. I UNUY NURHASANAH


101

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
Pertemuan II Siklus II

Nama Sekolah : MIS Cibeureum Legok


Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : IV (Empat)
Semester : 2 (Dua)
Alokasi Waktu : 4 x 35 menit (1 pertemuan).

I. Standar Kompetensi
4. Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya.

II. Kompetensi Dasar


4.2 Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di
lingkungannya.

III. Indikator
Menjelaskan sikap kita terhadap globalisasi.

IV. Tujuan Pembelajaran


Siswa dapat menjelaskan sikap kita terhadap globalisasi. (rasa ingin
tahu, berfikir keras, perhatian, disiplin, patuh)

V. Materi Ajar
Sikap kita terhadap globalisasi

VI. Pendekatan dan Metode Pembelajaran


Pendekatan kontekstual
Pendekatan Metode Cooperative Learning
Diskusi dengan teman sebangku
Penugasan

VII. Langkah-langkah Kegiatan


1. Kegiatan Awal
Fase 1: menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Salam, berdoa dan menanyakan keadaan siswa serta memberi
motivasi belajar
102

Guru memberitahukan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran


dan materi yang akan dipelajari hari ini
Guru melakukan tanya jawab tentang pelajaran sebelumnya dan
dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari
Guru memberikan soal pretes untuk mengetahui pengetahuan siswa
tentang Sikap kita terhadap globalisasi.
2. Kegiatan Inti
Fase 2: menyajikan informasi
(Think)
Semua siswa diminta untuk mengamati kebudayaan yang ada di
Indonesia.
Bertanya jawab tentang kebudayaan di Indonesia dibandingkan
dengan kebudayaan asing.
Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran koopertif
dengan Metode think-pair-share.
Fase 3: Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar
(Pair)
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang
terdiri dari 4 orang siswa dan dalam bangku yang berdekatan.
Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru meminta tiap kelompok untuk mendiskusikan materi pokok
berdasarkan apa yang sudah dipikirkan oleh tiap masing-masing
anggota kelompok.
Guru membimbing siswa dalam mendiskusikan materi pokok
Fase 5: Evaluasi
(Share)
Guru meminta kelompok secara acak untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya didepan kelas.
Guru meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil presentasi
kelompok yang di tunjuk.
Guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil kerjaannya
3. Kegiatan Penutup (10 menit)
Dalam kegiatan penutup, guru:
Guru bersama-sama murid untuk merangkum materi yang telah
dipelajari.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang materi yang sudah dibahas dan yang belum dipahami.
Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.
103

VIII. Sumber/Bahan Belajar


1. Buku paket (Buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar
Kelas IV, Penerbit: Pusat Pebukuan Departemen Pendidikan Nasional,
Pengarang: Prayoga Bestari dan Ati Sumiati.
2. Orang tua.
3. Teman.
4. Lingkungan rumah (keluarga), sekolah, dst.

IX. Penilaian
1. Jenis Penilaian
a. Tes tulis c. Diskusi Kelompok
b. Tes Lisan d. Kinerja
2. Rubrik Penilaian

Mengetahui, Sukabumi, April 2013


Kepala MIS Cibeureum Legok Guru Kelas IV

JAYA, S. Pd. I UNUY NURHASANAH


104

Lampiran 2
SOAL TES

Nama : .
Hari/Tanggal : .

Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang paling
tepat!

1. Golibalisasi artinya .
a. Berhubungan
b. Berkomunikasi
c. Mega dunia
d. Mendunia
2. Istilah globalisasi muncul akibat majunya .
a. Ilmu pengetahuan dan teknologi
b. Perdagangan
c. Ilmu pengetahuan sosial
d. Ilmu pengetahuan budaya
3. Manfaat alat angkutan adalah .
a. Mempersingkat waktu perjalanan
b. Memperpendek jarak berhubungan
c. Mempermudah komunikasi
d. Mempersingkat jarak
4. Emdia yang paling cepat dalam memberikan informasi adalah .
a. Televisi
b. Radio
c. Majalah
d. Internet
5. Perilaku sikap positif terhadap pengaruh globalisasi adalah .
a. Dapat menyerap teknologi
b. Meningkatkan sumber daya manusia
c. Orang mudah bertatap muka
d. Orang dibuat malas
6. Globalisasi selalu ada di sekitar kita, sikapmu menghadapinya adalah .
a. Biasa-biasa saja
b. Senang karena segalanya mudah
c. Mengikuti perkembangan melalui televise
d. Belajar lebih giat
7. Akibat buruk yang ditimbulkan arus globalisasi adalah .
105

a. Dapat mengubah perilaku


b. Aktifitas kerja menurun
c. Menjadi konsumen produk local
d. Jarang bertatap muka dengan saudara
8. Untuk membentengi diri dari pengaruh buruk globalisasi, dapat dilakukan
melalui .
a. Memperdalam agama
b. Banyak membaca
c. Mengikuti perkembangan
d. Mengontrol diri
9. Produk Indonesia yang diekspor ke luar negeri diantaranya adalah .
a. TKW
b. Televisi
c. Motor
d. Tekstil
10. Berikut ini bukan merupakan dampak positif globalisasi bagi bangsa
Indonesia yaitu .
a. Menumbuhkan investasi
b. Mendatangkan wisatawan
c. Meningkatkan devisa
d. Menumbuhkan pengangguran
11. Manakah yang merupakan dampak positif globalisasi .
a. Berkembangnya perekonomian
b. Kenakalan remaja
c. Meningkatnya pengangguran
d. Menurunnya kesopanan
12. Salah satu cara masuknya budaya asing ke Indonesia adalah melalui .
a. Siaran televisi
b. Surat
c. Misi kebudyaan
d. Pendidikan
13. Sikap kita terhadap budaya asing yang masuk ke Indonesia adalah .
a. Menerima jika budaya itu baik
b. Menolak sama sekali
c. Tidak peduli
d. Menerima begitu saja
14. Tujuan melestarikan budaya bangsa adalah .
a. Agar dikenal orang lain
b. Karena hamper punah
c. Untuk menarik wisatawan
106

d. Supaya jati diri bangsa lestari


15. Sikap yang tepat untuk menghindari pengaruh negative globalisasi adalah .
a. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Menghindari pergaulan
c. Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa
d. Meningkatkan sikap empati terhadap lingkungan sekitar
16. Apabila ada tayangan televisi yang sangat buruk, maka sikap yang baik
adalah .
a. Tetap menontonnya
b. Biasa saja
c. Melanjutkan melihat
d. Tidak menontonnya
17. Pengaruh utama globalisasi terdapat dalam bidang komunikasi yaitu adanya
.
a. Telepon dan handphone
b. Sepeda
c. Perahu
d. Perawat
18. Globalisasi berhubungan dengan keterkaitan antar dan antar manusia di
seluruh dunia .
a. Bangsa
b. Menteri
c. Presiden
d. Anak
19. Salah satu pengaruh globalisasi yang membuat jarak antar Negara semakin
dekat adalah .
a. Adanya pesawat terbang
b. Adanya becak
c. Adanya sepeda
d. Adanya sepatu roda
20. Bagaimanakah sikap kita terhadap pengaruh yang dating dari luar?
a. Langsung menerimanya
b. Menyaringnya untuk memilih yang baik atau buruk
c. Menolaknya
d. Mengajak teman untuk mengikutinya langsung
107

Lampiran 3
KUNCI JAWABAN

1. d 11. a

2. a 12. c

3. a 13. a

4. d 14. d

5. a 15. a

6. a 16. d

7. a 17. a

8. a 18. a

9. d 19. a

10. d 20. b
108

Lampiran 4
LEMBAR AKTIVITAS SISWA

Aspek yang Keterangan Nilai


No. Jumlah
diobservasi Ada Tidak 5 4 3 2 1
Melaksanakan tes awal
1.
(pre test)
Mempelajari materi
2. yang telah diajarkan
sebelumnya
Mendengarkan
3. penjelasan materi yang
disampaikan oleh guru
Melakukan diskusi
4.
kelompok
Mempresentasikan hasil
5.
jawaban
Aktif mengungkapkan
6.
jawaban
8. Aktif bertanya
Memecahkan soal yang
9. harus dipecahkan
bersama
Melaksanakan tes akhir
10.
(post test)

Keterangan:
5 = sangat baik
4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = sangat kurang
109

Lampiran 5

LEMBAR AKTIVITAS GURU

Keterangan Nilai
No. Aspek yang diobservasi
Ada Tidak 5 4 3 2 1
Mengkondisikan situasi
pembelajaran dan kesiapan siswa
1.
untuk mengikuti proses
pembelajaran
2. Apersepsi
Membangkitkan minat atau rasa
3.
ingin tahu siswa (motivasi)
Menyampaikan tujuan dan
4.
indikator yang ingin dicapai
Penggunaan media atau alat
5. pembelajaran yang sesuai dengan
indikator bahan ajar
Pemusatan perhatian siswa
6.
terhadap proses pembelajaran
Teknik menjelaskan /
7.
menyampaikan materi
Pengelolaan kegiatan
8. pembelajaran melalui pendekatan
think-pair-share
9. Bimbingan kepada kelompok
Pemberian kesempatan kepada
10.
siswa untuk berpikir
Pemberian kesempatan kepada
11. siswa untuk bertanya dan
mengungkapkan jawaban
Antusias siswa terhadap
12.
jawaban yang diberikan
Mengamati kesulitan dan
13.
kemajuan belajar siswa
Keterampilan menerangkan
14. kembali dan menyimpulkan
materi yang disampaikan
Keterampilan memberikan
15. kegiatan tindak lanjut setelah
penyampaian materi
Kemampuan memberikan
evaluasi pembelajaran yang
16.
sesuai dengan indikator yang
ingin dicapai
110

Lampiran 6
Tabel 2.1
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase Tahapan Tingkah laku guru


I Menyampaikan tujuan Guru menyampikan semua tujuan
dan memotivasi siswa pembelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar.
II Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan
III Mengorganisasikan Guru menjelaskan kepada siswa
siswa ke dalam bagaimana caranya membentuk kelompok
kelompok kooperatif belajar dan membantu setiap kelompok
agar melakukan transisi secara efisien
IV Membimbing Guru membimbing kelompok-kelompok
kelompok bekerja dan belajar pada saat mereka mengerjakan
belajar tugas
V Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya

VI Memberikan Guru mencari cara-cara untuk menghargai


penghargaan baik upaya maupun hasil belajar individu
dan kelompok
111

Lampiran 7
Tabel 2.2
Pembelajaran Think-pair-share

Tahapan Guru Siswa


1. Thinking Guru memberikan waktu Siswa berpikir sendiri untuk
kepada siswa untuk berpikir menemukan jawaban atas
tentang pertanyaan atau pertanyaan atau masalah yang
masalah yang diberikan diajukan
2. Pairing Guru memberikan tanda Siswa mulai mencari pasangan
kepada siswa untuk mulai untuk mendiskusikan dan
berpasangan dengan siswa mencapai kesepakatan atas
lain jawaban pertanyaan yang
diajukan guru
3. Sharing Guru meminta Siswa berbagi jawaban atas
pasanganpasangan tersebut pertanyaan atau permasalahan
untuk berbagi jawaban atas yang diajukan guru
pertanyaan atau
permasalahan yang diajukan
guru
112

Lampiran 8

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Perencanaan

Refleksi

Tindakan/
Observasi
Perbaikan
Perencanaan Rencana

Refleksi

Tindakan/
Observasi
Perbaikan
Rencana

Lampiran 9

Teknik Penskoran Tiga Aspek Ranah Belajar

Adapun teknik penskoran aspek kognitif, afektif dan psikomotorik adalah


dengan menggunakan rumus:
113

Lampiran 10

Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk menghitung validitas tiap butir soal digunakan statistik


korelasi point biserial dengan rumus:

Keterangan:
: koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor i
dengan skor total
: rata-rata skor total responden menjawab benar butir soal
nomor i
: rata-rata skor total semua responden
: standar deviasi skor total semua responden
: proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i
: proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor i

Keterangan:
St = standar deviasi skor total
X = simpangan x-x
N = banyaknya subjek.1

tabel.

Jika rpbis > rtabel berarti butir soal valid, demikian juga sebaliknya apabila
rpbis < rtabel berarti butir soal tidak valid.

a. Tingkat Kesukaran Soal


Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal itu apakah sukar, sedang,
atau mudah maka soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih
dahulu. Rumus dari uji ini yaitu:2

1
Ibid., hlm. 97
114

Keterangan:
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal yang benar
N : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria tingkat kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:


P = 0,00 - 0,25 = soal sukar
P = 0,26 - 0,75 = soal sedang
P = 0,76 - 1,00 = soal mudah
b. Daya Beda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda, maka
digunakan rumus sebagai berikut:3

Keterangan:
: jumlah peserta tes
: banyaknya peserta kelompok atas
: banyaknya peserta kelompok bawah
: banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal
itu dengan benar
: banyaknya peserta kelmpok bawah yang menjawab soal
itu dengan benar
= : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal
benar
= : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal
benar
Klasifikasi harga daya pembeda (DP)
D : 0,00-0,20 = jelek (poor)
D : 0,20-0,40 = cukup (satisfactory)
D : 0,40-0,70 = baik (good)

2
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanudin Milama, Op. Cit., h. 103-104
3
Suharsimi Arikunto, Ibid., h. 211-218.
115

D : 0,70-1,00 = baik sekali (excellent)


c. Uji Reliabilitas
Setelah melakukan uji validitas, langkah selanjutnya adalah dengan
melakukan pengukuran reliabilitas. Reliabilitas alat penilaian adalah
ketetapan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Uji reliabilitas
untuk butir soal objektif dilakukan dengan menggunakan rumus Kuder
Richardson atau yang dikenal dengan K-R 20, yaitu:4

Keterangan:
: reliabilitas tes secara keseluruhan
p : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-
p)
pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q
n : banyaknya item
S : standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar dari
devians)
Kriteria validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut:
Antara 0,80 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi
Antara 0,60 sampai dengan 0,80 : tinggi
Antara 0,40 sampai dengan 0,60 : cukup
Antara 0,20 sampai dengan 0,40 : rendah
Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah

4
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),
Cet. Ke-IX. h. 100-101.
116

Lampiran 11

Rumus Normal Gain (N-Gain)


Gain adalah selisih nilai post-tes dengan nila pre-tes, Gain menunjukkan
peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran
dilakukan oleh guru. Uji normal gain digunakan untuk menghindari bias pada
penelitian dan menggunakan rumus Meltzer.

Dengan kategorisasi perolehan


G tinggi : nilai (<g>) > 0,70
G sedang : nilai 0,70 e(<g>)e0,30
G rendah : nilai (<g>) < 0,30

Lampiran 12
Tabel 4.1
Data Siswa Kelasa I-VI MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi
Tahun Pelajaran: 2012-2013

Tahun Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6


Pelajaran Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr
2010/2011 13 17 12 10 11 7 9 - 12 - 11 10 68 44
2011/2012 13 17 13 9 12 9 11 8 9 1 12 1 70 45
2012/2013 11 18 7 9 10 11 22 14 7 8 8 - 65 58

Lampiran 13
Tabel 4.2
Jumlah Rombongan Belajar (3 tahun terakhir)
Tahun Kelas

Pelajaran 1 2 3 4 5 6
2010/2011 1 1 1 1 1 1 6
2011/2012 1 1 1 1 1 1 6
2012/2013 1 1 1 1 1 1 6
117

Lampiran 14

Tabel 4.3
Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Kesesuain
Ijazah Terakhir Status Kepegawaian
Bidang Lulus
D2/ Tidak Sertifikasi
<D2 S1 S2 S3 PNS GTY GTT Sesuai
D3 Sesuai
Lk - - 3 - - 3 1 2 - 3 - - 1
Pendidik Pr 2 - 6 - - 8 2 6 - 8 - - -
2 - 9 - - 11 3 8 - 11 - - -

Lampiran 15

Tabel 4.4
Lembar Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I
Aspek yang Keterangan Nilai
No. Jumlah
diobservasi Ada Tidak 5 4 3 2 1
Melaksanakan tes awal
1. - - - - - 2
(pre test)
Mempelajari materi
2. yang telah diajarkan - - - - - 2
sebelumnya
Mendengarkan
3. penjelasan materi yang - - - - - 2
disampaikan oleh guru
Melakukan diskusi
4. - - - - - 2
kelompok
Mempresentasikan hasil
5. - - - - - 1
jawaban
Aktif mengungkapkan
6. - - - - - 1
jawaban
8. Aktif bertanya - - - - - 1
Memecahkan soal yang
9. harus dipecahkan - - - - - 2
bersama
Melaksanakan tes akhir
10. - - - - - - -
(post test)
Keterangan:
5 = sangat baik
4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = sangat kurang
118

Lampiran 16
Tabel 4.5
Lembar Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan I

Keterangan Nilai
No. Aspek yang diobservasi
Ada Tidak 5 4 3 2 1
Mengkondisikan situasi
pembelajaran dan kesiapan
1. - - - - -
siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran
2. Apersepsi - - - - -
Membangkitkan minat atau
3. rasa ingin tahu siswa - - - - -
(motivasi)
Menyampaikan tujuan dan
4. - - - - -
indikator yang ingin dicapai
Penggunaan media atau alat
5. pembelajaran yang sesuai - - - - -
dengan indikator bahan ajar
Pemusatan perhatian siswa
6. terhadap proses - - - - -
pembelajaran
Teknik menjelaskan /
7. - - - - -
menyampaikan materi
Pengelolaan kegiatan
pembelajaran melalui
8. - - - - -
pendekatan think-pair-
share
Bimbingan kepada
9. - - - - -
kelompok
Pemberian kesempatan
10. - - - - -
kepada siswa untuk berpikir
Pemberian kesempatan
kepada siswa untuk
11. - - - - -
bertanya dan
mengungkapkan jawaban
Antusias siswa terhadap
12. - - - - -
jawaban yang diberikan
Mengamati kesulitan dan
13. - - - - -
kemajuan belajar siswa
Keterampilan menerangkan
14. kembali dan menyimpulkan - - - - -
materi yang disampaikan
119

Keterampilan memberikan
15. kegiatan tindak lanjut - - - - -
setelah penyampaian materi
Kemampuan memberikan
evaluasi pembelajaran yang
16. - - - - -
sesuai dengan indikator
yang ingin dicapai
Keterangan:
5 = sangat baik
4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = sangat kurang

Lampiran 17
Tabel 4.6
Nilai Pretes Siklus I Pertemuan I

No. Responden Pretest

1 Ai Rani 65
2 Alfi Agustian 55
3 Allisa Putri Jenal 70
4 Alya Agustina 60
5 Ananda Aulia 55
6 Andika Wahyu Hidayat 45
7 Ari Haryanto 65
8 Bambang Yusuf 40
9 Budi 55
10 Citra Dwi Lestari 70
11 Devi Arisandi 65
12 Diya Atul Milah 45
13 Eka Zahra 65
14 Fazhal 55
15 Gina Junyar 70
16 Happyta 65
17 Hasna Caya 70
18 Jaenal Adhari 65
19 Jenal Muttaqin 45
20 M. Alik 50
21 M. Azis 65
120

22 M. Farhan 55
23 M. Reihan RF 75
24 Muhammad Hafidz 65
25 Muhammad Iqbal Safutra 50
26 Muhammad Javier Ramdhan S 50
27 Nabila Tsana Salamah 65
28 Pujanagara Panutan 65
29 Rika Yuliansyah 55
30 Silvia Ramdiani 75
31 Siti Nuraeni 50
32 Supaldi 65
33 Syahrul Juniansyah 65
34 Syifa Nurafriani 55
35 Yuliani 65
36 Yulianti 60
Jumlah 2155
Nilai rata-rata 59.86

Lampiran 18
Tabel 4.7
Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa
Metode Think-pair-share Siklus I Pertemuan I
No Nilai Frekuensi
1. 70-79 6
2. 60-69 15
3. 50-59 11
4. 40-49 4

Lampiran 19
Tabel 4.8
Lembar Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II

Aspek yang Keterangan Nilai


No. Jumlah
diobservasi Ada Tidak 5 4 3 2 1
Melaksanakan tes awal
1. - - - - - 4
(pre test)
121

Mempelajari materi
2. yang telah diajarkan - - - - - 4
sebelumnya
Mendengarkan
3. penjelasan materi yang - - - - - 4
disampaikan oleh guru
Melakukan diskusi
4. - - - - - 4
kelompok
Mempresentasikan hasil
5. - - - - - 3
jawaban
Aktif mengungkapkan
6. - - - - - 3
jawaban
8. Aktif bertanya - - - - - 3
Memecahkan soal yang
9. harus dipecahkan - - - - - 4
bersama
Melaksanakan tes akhir
10. - - - - - - -
(post test)
Keterangan:
5 = sangat baik
4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = sangat kurang

Lampiran 20
Tabel 4.9
Lembar Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan II

Keterangan Nilai
No. Aspek yang diobservasi
Ada Tidak 5 4 3 2 1
Mengkondisikan situasi
pembelajaran dan kesiapan
1. - - - - -
siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran
2. Apersepsi - - - - -
Membangkitkan minat atau
3. rasa ingin tahu siswa - - - - -
(motivasi)
Menyampaikan tujuan dan
4. - - - - -
indikator yang ingin dicapai
Penggunaan media atau alat
5. - - - - -
pembelajaran yang sesuai
122

dengan indikator bahan ajar


Pemusatan perhatian siswa
6. terhadap proses - - - -
pembelajaran
Teknik menjelaskan /
7. - - - - -
menyampaikan materi
Pengelolaan kegiatan
pembelajaran melalui
8. - - - - -
pendekatan think-pair-
share
Bimbingan kepada
9. - - - - -
kelompok
Pemberian kesempatan
10. - - - - -
kepada siswa untuk berpikir
Pemberian kesempatan
kepada siswa untuk
11. - - - -
bertanya dan
mengungkapkan jawaban
Antusias siswa terhadap
12. - - - - -
jawaban yang diberikan
Mengamati kesulitan dan
13. - - - - -
kemajuan belajar siswa
Keterampilan menerangkan
14. kembali dan menyimpulkan - - - - -
materi yang disampaikan
Keterampilan memberikan
15. kegiatan tindak lanjut - - - - -
setelah penyampaian materi
Kemampuan memberikan
evaluasi pembelajaran yang
16. - - - - -
sesuai dengan indikator
yang ingin dicapai
Keterangan:
5 = sangat baik
4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = sangat kurang
123

Lampiran 21
Tabel 4.10
Nilai Postes Siklus I

No. Responden Postes

1 Ai Rani 70
2 Alfi Agustian 65
3 Allisa Putri Jenal 80
4 Alya Agustina 75
5 Ananda Aulia 65
6 Andika Wahyu Hidayat 60
7 Ari Haryanto 70
8 Bambang Yusuf 55
9 Budi 60
10 Citra Dwi Lestari 80
11 Devi Arisandi 70
12 Diya Atul Milah 55
13 Eka Zahra 70
14 Fazhal 65
15 Gina Junyar 85
16 Happyta 70
17 Hasna Caya 85
18 Jaenal Adhari 70
19 Jenal Muttaqin 65
20 M. Alik 60
21 M. Azis 70
22 M. Farhan 65
23 M. Reihan RF 80
24 Muhammad Hafidz 70
25 Muhammad Iqbal Safutra 60
26 Muhammad Javier Ramdhan S 65
27 Nabila Tsana Salamah 75
28 Pujanagara Panutan 70
29 Rika Yuliansyah 65
30 Silvia Ramdiani 85
31 Siti Nuraeni 65
32 Supaldi 75
33 Syahrul Juniansyah 70
124

34 Syifa Nurafriani 65
35 Yuliani 70
36 Yulianti 70
Jumlah 2495
Nilai rata-rata 69.31

Lampiran 22
Tabel 4.11
Frekuensi Perolehan Nilai Postes Siswa
Metode Think-pair-share Siklus I Pertemuan II
No Kriteria Penilaian Frekuensi
1. 80-89 6
2. 70-79 15
3. 60-69 13
4. 50-59 2

Lampiran 23
Tabel 4.12
Lembar Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I

Aspek yang Keterangan Nilai


No. Jumlah
diobservasi Ada Tidak 5 4 3 2 1
Melaksanakan tes awal
1. - - - - - 4
(pre test)
Mempelajari materi
2. yang telah diajarkan - - - - - 5
sebelumnya
Mendengarkan
3. penjelasan materi yang - - - - - 4
disampaikan oleh guru
Melakukan diskusi
4. - - - - - 4
kelompok
Mempresentasikan hasil
5. - - - - - 4
jawaban
Aktif mengungkapkan
6. - - - - - 4
jawaban
8. Aktif bertanya - - - - - 4
125

Memecahkan soal yang


9. harus dipecahkan - - - - 5
bersama
Melaksanakan tes akhir
10. - - - - - - -
(post test)
Keterangan:
5 = sangat baik
4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = sangat kurang

Lampiran 24
Tabel 4.13
Lembar Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I

Keterangan Nilai
No. Aspek yang diobservasi
Ada Tidak 5 4 3 2 1
Mengkondisikan situasi
pembelajaran dan kesiapan
1. - - - - -
siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran
2. Apersepsi - - - - -
Membangkitkan minat atau
3. rasa ingin tahu siswa - - - - -
(motivasi)
Menyampaikan tujuan dan
4. - - - - -
indikator yang ingin dicapai
Penggunaan media atau alat
5. pembelajaran yang sesuai - - - - -
dengan indikator bahan ajar
Pemusatan perhatian siswa
6. terhadap proses - - - -
pembelajaran
Teknik menjelaskan /
7. - - - - -
menyampaikan materi
Pengelolaan kegiatan
pembelajaran melalui
8. - - - - -
pendekatan think-pair-
share
Bimbingan kepada
9. - - - - -
kelompok
10. Pemberian kesempatan - - - - -
126

kepada siswa untuk berpikir


Pemberian kesempatan
kepada siswa untuk
11. - - - -
bertanya dan
mengungkapkan jawaban
Antusias siswa terhadap
12. - - - - -
jawaban yang diberikan
Mengamati kesulitan dan
13. - - - - -
kemajuan belajar siswa
Keterampilan menerangkan
14. kembali dan menyimpulkan - - - - -
materi yang disampaikan
Keterampilan memberikan
15. kegiatan tindak lanjut - - - - -
setelah penyampaian materi
Kemampuan memberikan
evaluasi pembelajaran yang
16. - - - - -
sesuai dengan indikator
yang ingin dicapai
Keterangan:
5 = sangat baik
4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = sangat kurang

Lampiran 25
Tabel 4.14
Nilai Pretes Siklus II Pertemuan I

No. Responden Pretest

1 Ai Rani 65
2 Alfi Agustian 60
3 Allisa Putri Jenal 65
4 Alya Agustina 65
5 Ananda Aulia 60
6 Andika Wahyu Hidayat 50
7 Ari Haryanto 70
8 Bambang Yusuf 55
9 Budi 60
10 Citra Dwi Lestari 70
127

11 Devi Arisandi 65
12 Diya Atul Milah 50
13 Eka Zahra 70
14 Fazhal 60
15 Gina Junyar 85
16 Happyta 65
17 Hasna Caya 80
18 Jaenal Adhari 70
19 Jenal Muttaqin 50
20 M. Alik 60
21 M. Azis 70
22 M. Farhan 60
23 M. Reihan RF 80
24 Muhammad Hafidz 70
25 Muhammad Iqbal Safutra 60
26 Muhammad Javier Ramdhan S 60
27 Nabila Tsana Salamah 70
28 Pujanagara Panutan 70
29 Rika Yuliansyah 65
30 Silvia Ramdiani 75
31 Siti Nuraeni 50
32 Supaldi 65
33 Syahrul Juniansyah 70
34 Syifa Nurafriani 60
35 Yuliani 65
36 Yulianti 65
Jumlah 2330
Nilai rata-rata 64.72

Lampiran 26
Tabel 4.15
Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa
Metode Think-pair-share Siklus II Pertemuan I
No Nilai Frekuensi
1. 80-89 3
2. 70-79 10
128

3. 60-69 18
4. 50-59 5

Lampiran 27
Tabel 4.16
Lembar Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II

Aspek yang Keterangan Nilai


No. Jumlah
diobservasi Ada Tidak 5 4 3 2 1
Melaksanakan tes awal
1. - - - - - - -
(pre test)
Mempelajari materi
2. yang telah diajarkan - - - - - 5
sebelumnya
Mendengarkan
3. penjelasan materi yang - - - - - 5
disampaikan oleh guru
Melakukan diskusi
4. - - - - - 5
kelompok
Mempresentasikan hasil
5. - - - - - 5
jawaban
Aktif mengungkapkan
6. - - - - - 5
jawaban
8. Aktif bertanya - - - - - 5
Memecahkan soal yang
9. harus dipecahkan - - - - - 5
bersama
Melaksanakan tes akhir
10. - - - - - 5
(post test)
Keterangan:
5 = sangat baik
4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = sangat kurang

Lampiran 28
Tabel 4.17
Lembar Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan Ii

No. Aspek yang diobservasi Keterangan Nilai


129

Ada Tidak 5 4 3 2 1
Mengkondisikan situasi
pembelajaran dan kesiapan
1. - - - - -
siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran
2. Apersepsi - - - - -
Membangkitkan minat atau
3. rasa ingin tahu siswa - - - - -
(motivasi)
Menyampaikan tujuan dan
4. - - - - -
indikator yang ingin dicapai
Penggunaan media atau alat
5. pembelajaran yang sesuai - - - - -
dengan indikator bahan ajar
Pemusatan perhatian siswa
6. terhadap proses - - - -
pembelajaran
Teknik menjelaskan /
7. - - - - -
menyampaikan materi
Pengelolaan kegiatan
pembelajaran melalui
8. - - - - -
pendekatan think-pair-
share
Bimbingan kepada
9. - - - - -
kelompok
Pemberian kesempatan
10. - - - - -
kepada siswa untuk berpikir
Pemberian kesempatan
kepada siswa untuk
11. - - - -
bertanya dan
mengungkapkan jawaban
Antusias siswa terhadap
12. - - - - -
jawaban yang diberikan
Mengamati kesulitan dan
13. - - - - -
kemajuan belajar siswa
Keterampilan menerangkan
14. kembali dan menyimpulkan - - - - -
materi yang disampaikan
Keterampilan memberikan
15. kegiatan tindak lanjut - - - - -
setelah penyampaian materi
Kemampuan memberikan
evaluasi pembelajaran yang
16. - - - - -
sesuai dengan indikator
yang ingin dicapai
130

Keterangan:
5 = sangat baik
4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = sangat kurang

Lampiran 29
Tabel 4.18
Nilai Postes Siklus II Pertemuan II

No. Responden Postes

1 Ai Rani 90
2 Alfi Agustian 85
3 Allisa Putri Jenal 90
4 Alya Agustina 95
5 Ananda Aulia 85
6 Andika Wahyu Hidayat 75
7 Ari Haryanto 95
8 Bambang Yusuf 80
9 Budi 80
10 Citra Dwi Lestari 90
11 Devi Arisandi 90
12 Diya Atul Milah 80
13 Eka Zahra 95
14 Fazhal 85
15 Gina Junyar 100
16 Happyta 90
17 Hasna Caya 95
18 Jaenal Adhari 85
19 Jenal Muttaqin 75
20 M. Alik 85
21 M. Azis 95
22 M. Farhan 80
23 M. Reihan RF 100
24 Muhammad Hafidz 85
25 Muhammad Iqbal Safutra 80
26 Muhammad Javier Ramdhan S 85
27 Nabila Tsana Salamah 95
131

28 Pujanagara Panutan 90
29 Rika Yuliansyah 85
30 Silvia Ramdiani 100
31 Siti Nuraeni 85
32 Supaldi 90
33 Syahrul Juniansyah 85
34 Syifa Nurafriani 80
35 Yuliani 90
36 Yulianti 85
Jumlah 3155
Nilai rata-rata 87.64

Lampiran 30
Tabel 4.19
Frekuensi Perolehan Nilai Postes Siswa
Metode Think-pair-share Siklus II Pertemuan II
No Kriteria Penilaian Frekuensi
1. 90-100 16
2. 80-89 18
3. 70-79 2

Lampiran 31
Tabel 4.20
Penghitungan Nilai Pretest dan Postest Siklus I
Siklus I Postest
Ideal - N-
No. Responden - Ket
Pretest Postest Pretest pretest Gain
1 Ai Rani 65 70 5 35 0.14 Rendah
2 Alfi Agustian 55 65 10 45 0.22 Rendah
3 Allisa PJ 70 80 10 30 0.33 Sedang
4 Alya Agustina 60 75 15 40 0.38 Sedang
5 Ananda Aulia 55 65 10 45 0.22 Rendah
6 Andika WH 45 60 15 55 0.27 Rendah
7 Ari Haryanto 65 70 5 35 0.14 Rendah
8 Bambang Y 40 55 15 60 0.25 Rendah
9 Budi 55 60 5 45 0.11 Rendah
132

10 Citra DL 70 80 10 30 0.33 Sedang


11 Devi Arisandi 65 70 5 35 0.14 Rendah
12 Diya Atul M 45 55 10 55 0.18 Rendah
13 Eka Zahra 65 70 5 35 0.14 Rendah
14 Fazhal 55 65 10 45 0.22 Rendah
15 Gina Junyar 70 85 15 30 0.50 Sedang
16 Happyta 65 70 5 35 0.14 Rendah
17 Hasna Caya 70 85 15 30 0.50 Sedang
18 Jaenal Adhari 65 70 5 35 0.14 Rendah
19 Jenal Muttaqin 45 65 20 55 0.36 Sedang
20 M. Alik 50 60 10 50 0.20 Rendah
21 M. Azis 65 70 5 35 0.14 Rendah
22 M. Farhan 55 65 10 45 0.22 Rendah
23 M. Reihan RF 75 80 5 25 0.20 Rendah
24 Muhammad H 65 70 5 35 0.14 Rendah
25 Muhammad IS 50 60 10 50 0.20 Rendah
26 Muhammad J 50 65 15 50 0.30 Sedang
27 Nabila Tsana 65 75 10 35 0.29 Rendah
28 Pujanagara P 65 70 10 35 0.29 Rendah
29 Rika Y 55 65 15 45 0.33 Sedang
30 Silvia R 75 85 10 25 0.40 Sedang
31 Siti Nuraeni 50 65 15 50 0.30 Sedang
32 Supaldi 65 75 10 35 0.29 Rendah
33 Syahrul J 65 70 5 35 0.14 Rendah
34 Syifa N 55 65 10 45 0.22 Rendah
35 Yuliani 65 70 5 35 0.14 Rendah
36 Yulianti 60 70 10 40 0.25 Rendah
Jumlah 2155 2495 - 8.80
Nilai rata-rata 59.86 69.31 - 0.24
% N-Gain Tinggi -
% N-Gain Sedang 27.78
% N-Gain Rendah 72.22
133

Lampiran 32
Tabel 4.13
Penghitungan Nilai Pretest dan Postest Siklus II
Siklus II Postest
Ideal - N-
No. Responden - Ket
Pretest Postest Pretest pretest Gain
1 Ai Rani 65 90 25 35 0.71 Tinggi
2 Alfi Agustian 60 85 25 40 0.63 Sedang
3 Allisa PJ 65 90 25 35 0.71 Tinggi
4 Alya Agustina 65 95 30 35 0.86 Tinggi
5 Ananda Aulia 60 85 25 40 0.63 Sedang
6 Andika WH 50 75 25 50 0.50 Sedang
7 Ari Haryanto 70 95 25 30 0.83 Tinggi
8 Bambang Y 55 80 25 45 0.56 Sedang
9 Budi 60 80 20 40 0.50 Sedang
10 Citra DL 70 90 20 30 0.67 Sedang
11 Devi Arisandi 65 90 25 35 0.71 Tinggi
12 Diya Atul M 50 80 30 50 0.60 Sedang
13 Eka Zahra 70 95 25 30 0.83 Tinggi
14 Fazhal 60 85 25 40 0.63 Sedang
15 Gina Junyar 85 100 15 15 1.00 Tinggi
16 Happyta 65 90 25 35 0.71 Tinggi
17 Hasna Caya 80 95 15 20 0.75 Tinggi
18 Jaenal Adhari 70 85 15 30 0.50 Sedang
19 Jenal Muttaqin 50 75 25 50 0.50 Sedang
20 M. Alik 60 85 25 40 0.63 Sedang
21 M. Azis 70 95 25 30 0.83 Tinggi
22 M. Farhan 60 80 20 40 0.50 Sedang
23 M. Reihan RF 80 100 20 20 1.00 Tinggi
24 Muhammad H 70 85 15 30 0.50 Sedang
25 Muhammad IS 60 80 20 40 0.50 Sedang
26 Muhammad J 60 85 25 40 0.63 Sedang
27 Nabila Tsana 70 95 25 30 0.83 Tinggi
28 Pujanagara P 70 90 25 30 0.83 Tinggi
29 Rika Y 65 85 25 35 0.71 Tinggi
30 Silvia R 75 100 25 25 1.00 Tinggi
31 Siti Nuraeni 50 85 35 50 0.70 Tinggi
32 Supaldi 65 90 25 35 0.71 Tinggi
33 Syahrul J 70 85 15 30 0.50 Sedang
134

34 Syifa N 60 80 20 40 0.50 Sedang


35 Yuliani 65 90 25 35 0.71 Tinggi
36 Yulianti 65 85 20 35 0.57 Sedang
Jumlah 2330 3155 - 24.49
Nilai rata-rata 64.72 87.64 - 0.68
% N-Gain Tinggi 50.00
% N-Gain Sedang 50.00
% N-Gain Rendah 0.00
135

Lampiran 33

MEDIA PEMBELAJARAN
136

Lampiran 34

FOTO-FOTO KEGIATAN
137

Anda mungkin juga menyukai