Anda di halaman 1dari 14

PLANT SURVEY

PRODUKSI DEMPUL

Disusun oleh :

Reza Septian Noorady

1102011231

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2017
I. Definisi
Plant survey adalah salah satu cara awal yang dilakukan untuk mengidentifikasi
bahaya-bahaya potensial yang terdapat pada lingkungan kerja, dengan cara mempelajari
alur produksi yang digunakan dan dilanjutkan dengan melihat secara langsung ke
lapangan atau tempat kerja. Apabila dilakukan hanya pada satu kali kunjungan dan tidak
melakukan pengukuran, juga sering disebut sebagai walk through survey.
Kegiatan plant survey dilakukan dalam sebuah tim yang terdiri dari dokter dan tenaga
kesehatan terkait untuk melakukan observasi, wawancara, dan pengukuran dengan
menggunakan daftar tilik yang telah disusun sebelumnya.
Dalam bahasa Indonesia, sering digunakan istilah Kunjungan Perusahaan namun
tidak selalu tepat, karena istilah tersebut digunakan untuk semua kegiatan berkunjung ke
perusahaan, termasuk hanya melihat bagaimana suatu produk dibuat.

II. Tujuan
Tujuan kegiatan plant survey bagi dokter layanan primer adalah :
1. Tujuan umum :
Agar dokter secara langsung melihat lingkungan kerja dan proses kerja suatu
komunitas pekerja yang dapat merupakan faktor risiko gangguan kesehatan dan
kecelakaan yang mungkin terjadi, sehingga memahami pengaruh lingkungan
terhadap kesehatan.
2. Tujuan khusus :
a. Mampu mengidentifikasi bahaya potensial/faktor risiko terhadap kesehatan
dan keselamatan pekerja di suatu perusahaan/tempat kerja yang berhubungan
dengan masalah kesehatan pasien
b. Mampu mengidentifikasi gangguan kesehatan yang mungkin timbul dengan
adanya bahaya potensial tertentu di suatu tempat kerja
c. Mampu menjelaskan upaya perlindungan dan pencegahan yang telah atau
dapat dilakukan oleh perusahaan
d. Mampu memberikan rekomendasi untuk perbaikan upaya kesehatan dan
keselamatan kerja bagi pekerja di suatu perusahaan, yang bersifat evidence-
based (berdasarkan referensi yang mutakhir)

III. Walk Through Survey


Walk Through survey adalah survei untuk mendapatkan informasi yang relatif
sederhana tapi cukup lengkap dalam waktu yang relatif singkat sehingga diperlukan
upaya pengumpulan data untuk kepentingan penilaian secara umum dan analisa
sederhana. Walk Through Survey dan Check list Walk through survey merupakan teknik
utama yang penting untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi bahaya di
lingkungan kerja yang dapat memberikan efek atau gangguan pada kesehatan pekerja
yang terpajan.
Sebelum melakukan walk through survey perlu diperhatikan masalah kerahasiaan
perusahaan (trade secrecy) dan konfidensialitas pekerja. Sebelum melakukan pemotretan
perlu dimintakan ijin terlebih dahulu kepada pimpinan perusahaan. Ada dua lasan untuk
melarang pemotretan : Pertama trade secrecy dan kedua adalah safety. Ada beberapa
sensor pemadam apai yang bekerja dengan adanya cahaya.
Keuntungan dari melakukan survey ini termasuk :
a. Memperoleh satu pandangan umum tentang seluruh operasional
b. Dapat mengidentifikasi kunci dari kebahayaan di area tempat kerja
c. Mengakses keefektifitas terhadap metode control pada tempat
Pada saat walk-through, pihak okupasi kesehatan dapat menanyakan hal-hal seperti
berikut :
a. Apakah suatu tindakan pengukuran diperlukan di area ini?
b. Jika iya, bahaya (hazard) apa yang perlu diukur?
c. Dimana sebaiknya diukur?
d. Pekerja mana yang sering terpapar?
e. Kapan seharusnya pengukuran tersebut dibuat?
f. Kesimpulan apa yang dapat diambil setelah hasil didapatkan?

IV. Bahaya Potensial (Hazard)


Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya
kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan
kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Potensi bahaya mempunyai
potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada :
a. Manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan,
b. Properti termasuk peralatan kerja dan mesin-mesin,
c. Lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar
perusahaan,
d. Kualitas produk barang dan jasa,
e. Nama baik perusahaan.
Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-
upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin
terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari
berbagai faktor, antara lain :
a. Faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan
kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri;
b. Faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di
dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan
baku, baik produk antara maupun hasil akhir;
c. Faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama
apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam
kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.
Beberapa jenis potensi bahaya yang terdapat pada perusahaan atau komunitas pekerja,
yaitu :
1. Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya:
terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin),
intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
2. Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-bahan
kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat
memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation (melalui
pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact
(melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga
kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk
potensi bahaya debu, gas, uap, asap, bahan beracun (toksisitas), cara masuk
ke dalam tubuh.
3. Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan
oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal dari atau
bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu,
misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang berasal dari bahan-
bahan yang digunakan dalam proses produksi
4. Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang
disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai
dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan
serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai,
pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan
kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.
5. Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan yang
kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga
kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,
temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja
yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta
hubungan antara individu yang tidak harmonis dan tidak serasi dalam
organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress
akibat kerja.
6. Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang berasal
atau ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses
produksi, yang sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai,
kegiatan serta jenis kegiatan yang dilakukan.

V. Menentukan Cara Pengamatan


Hasil pengamatan dan observasi di lapangan akan dianalisa berdasarkan standar
penentuan risiko. Penulisan laporan berdasarkan pengamatan dan klarifikasi dari pihak
manjemen
Aktivitas pengamatan ini meliputi beberapa rangkaian yaitu:
1. Opening conference
2. Walkthrough survey
3. Closing conference
Kriteria risiko dari suatu aktivitas ditetapkan berdasarkan:
1. Jenis pekerjaan yang dilakukan dan aktivitas yang berisiko.
2. Lingkungan tempat bekerja.
3. Alat yang dipakai untuk bekerja.
4. Kompetensi yang dibutuhkan dalam pekerjaan.
5. Literature review.
6. Riwayat kecelakaan atau hampir celaka sebelumnya.
7. Besarnya akibat yang pernah tercatat atau pernah dilaporkan oleh karena
mengerjakan jenis pekerjaan tertentu dengan alat tertentu.
8. Berbagai kemungkinan yang tidak terprediksi.

Risk Assesment
Risk (R) = E x P
1. R : Resiko
2. E : Effect = Severity hazard
(Berapa besar resiko)
3. P : Likelihood of Accurancy (kemungkinan terjadinya)

Efek
Adalah akibat yang ditimbulkan dari suatu bahaya.
Kriteria :
1. insignificant/tidak significant
2. Minor
3. Moderate
4. Mayor
5. Irreversibel

Tingkat keparahan efek bahaya akibat kecelakaan kerja :


Tingkat Kriteria Penjelasan
1 Insignificant Tidak ada cidera, kerugian materi sangat kecil
2 Minor Memerlukan perawatan P3K, langsung dapat ditangani,
kerugian materi sedang
3 Moderate Memerlukan perawatan medis, memerlukan bantuan pihak
luar, kerugian materi cukup besar
4 Mayor Cidera yang mengakibatkan cacat/hilang fungsi tubuh
secara total, kerugian materi besar
5 Catastropic/ Menyebabkan kematian, kerugian materi sangat besar
bencana

Probability
Merupakan keseringan munculnya situasi tidak aman yang mengakibatkan efek yang
telah teridentifikasi.
Probability situasi tidak aman dikategorikan kedalam lima klasifikasi :
Tingkat Kriteria Penjelasan
A Almost Suatu kejadian akan terjadi pada semua
certain/hampir pasti kondisi/setiap kegiatan yang dilakukan

B Likely/cenderung Suatu kejadian mungkin akan terjadi pada hampir


mungkin terjadi semua kondisi

C Moderate/mungkin Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa kondisi


dapat terjadi tertentu

D Unlikely/kecil Suatu kejadian mungkin terjadi pada beberapa


kemungkinannya kondisi tertentu, namun kecil kemungkinan terjadi
terjadi
E Rare/jarang sekali Suatu insiden mungkin dapat terjadi pada suatu
terjadi kondisi yang khusus/luar biasa/setelah bertahun-
tahun

Penilaian resiko (R)


Secara analogi matematis, risiko merupakan perkalian antara tingkat keparahan efek
bahaya dengan probabilitinya.

MATRIX PENILAIAN RESIKO


Peluang Akibat
1 2 3 4 5

A H H E E E
B M H H E E
C L M H E E
D L L M H E
E L L M H H

E : Extreme risk/Risiko ekstrim, memerlukan penanganan/ tindakan segera


H : High risk/Risiko tinggi, memerlukan perhatian pihak senior manajemen
M : Moderate risk, harus ditentukan tanggung jawab manajemen terkait
L : Low risk/ Risiko rendah, kendalikan dengan prosedur rutin

Biodata Pekerja Produksi Dempul


Biodata Pekerja 1
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 47 tahun
Status : Menikah
Alamat : Cempaka Putih Barat - Jakarta
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku : Jawa

Biodata Pekerja 2
Nama : TN. L
Jenis kelamin : Laki - laki
Umur : 37 tahun
Status : Menikah
Alamat : Menteng- Jakarta
Pendidikan : S-1
Agama : Islam
Suku : Jawa
Biodata Pekerja 3
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 35 tahun
Status : Menikah
Alamat : Pesanggrahan - Jakarta
Pendidikan : S-1
Agama : Islam
Suku : Batak

Biodata Pekerja 4
Nama : Ny. M
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 33 tahun
Status : Belum menikah
Alamat : Tambun - Bekasi
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku : Sunda
Biodata Pekerja 5
Nama : Tn. D
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 29 tahun
Status : Menikah
Alamat : Meruya - Jakarta
Pendidikan : S-1
Agama : Islam
Suku : Sunda

Bentuk Sektor Pekerjaan : Formal

Lokasi Pekerjaan : Cikupa, Tanggerang

Jam Kerja : 08.00 16.00


Bahaya potensial Yang sudah dilakukan
Kecelakaan
Proses Gangguan Alat/ Jumlah
yang
produksi Fisik Biologik Kimia Ergonomi Psikologi kesehatan lingkungan Peraturan APD pekerja
mungkin
kerja
(-) Solven, Kalsium, Membungkuk, (-) Ganguan (-) (-) (-) Keracunan 1
bahan kaolin berdiri, pernafasan, LBP inhalasi,
Membeli
kimia mengangkut kebakaran,
Bahan
mudah barang terkena bahan
terbakar kimia
Listrik (-) (-) Posisi Mengejar Ganguan Mixer Mengguna (-) Kebakaran, 5
menyalakan target kerja pernafasan, kan Keracunan
Proses mesin, stress kerja, masker, inhalasi,
Produksi mengangkut LBP mengguna tersetrum
bahan-bahan kan sarung
tangan
Mesin (-) (-) Posisi Mengejar Stress kerja, Mesin press (-) (-) Terjepit 4
press menjalankan target kerja musculoskeletal mesin press
mesin, gerakan disorder
Packing
yang berulang
dalam waktu
lama
Risk Assesstment
Identifikasi Fakktor Resiko

Identifikasi Faktor
Alat dan Bahan
Urutan Kerja Risiko Berdasarkan Safety Effect Health Effect
Kerja
Pengamatan

Memasang Kabel dan Menyalakan listrik, Tersetrum


kabel mesin sumber listrik konsleting
mixer ke
sumber listrik
Memasukan Kalsium, kaolin Bahan kimia yang Gangguan Keracunan
bahan kedalam dan mesin mixer berbentuk bubuk dan pernafasan pernafasan
mesin mixer mudah terhirup saat
menyalakan mesin
mixer
Mengangkut Dempul dan Mengangkut barang Nyeri pada LBP
dempul yang kaleng yang salah pinggang
sudah jadi
untuk di
packing

Menilai Resiko

Identifikasi Faktor
Alat dan Bahan E P R
Urutan Kerja Risiko Berdasarkan Akibat Bahaya
Kerja
Pengamatan

Memasang Kabel dan Hubungan singkat, Tersetrum 2 D L


kabel mesin sumber listrik konsleting
mixer ke
sumber listrik
Memasukan Kalsium, kaolin Bahan yang berbentuk Gangguan 3 C H
bahan kedalam dan mesin mixer tepung dan mudah pernafasan
mesin mixer terhirup saat menyalakan
mesin mixer
Mengangkut Dempul dan Mengangkut barang yang Nyeri pada 2 B H
dempul yang kaleng salah pinggang
sudah jadi untuk
di packing

Health Assessment
Identifikasi Faktor
Alat dan E P R
Urutan Kerja Risiko Berdasarkan Health Effect
Bahan Kerja
Pengamatan

Memasukan Kalsium, Bahan yang berbentuk Keracunan 3 E M


bahan kedalam kaolin dan tepung dan mudah pernafasan
mesin mixer mesin mixer terhirup saat
menyalakan mesin
mixer
Mengangkut Dempul dan Mengangkut barang LBP 2 C M
dempul yang kaleng yang salah
sudah jadi untuk
di packing

MANAJEMEN RESIKO
Pekerja Produksi Dempul
1. Pada resiko tersetrum, disarankan kepada pekerja produksi dempul untuk

memperhatikan kondisi tangan untuk tetap kering (tidak basah) saat akan

memasangkan kabel-kabel mesin ke sumber listrik.


2. Pada resiko cedera otot, disarankan kepada pekerja produksi dempul untuk

mengikuti, memahami, dan menerapkan cara pengangkatan beban yang benar.


3. Pada resiko gangguan pernafasan, disarankan untuk pekerja produksi untuk

menggunakan APD saat proses produksi

Pemilik Produksi Dempul

1. Pada resiko tersetrum, disarankan kepada pemilik produksi melakukan

maintenance terhadap keadaan kabel listrik yang dipakai. Dipastikan kabel dalam

keadaan prima dan sesuai SNI.


2. Pada resiko tersetrum, pemilik produksi sudah mewajibkan APD berupa sendal

agar mengecilkan resiko tersetrum

3. Pada resiko cedera otot, disarankan kepada pemilik produksi untuk melakukan
pelatihan cara pengangkatan beban yang benar.
4. Pada resiko gangguan pernafasan, disaranak kepada pemilik produksi untuk
mengingatkan kepada pekerja untuk menggunakan APD saat proses produksi
Kesimpulan
1. Terdapat potensial bahaya secara fisik dan ergonomic terhadap kesehatan dan
keselamatan pekerja
2. Setiap potensial bahaya dapat menyebabkan penyakit yang dapat mengganggu kinerja
pekerja, namun upaya pencegahan dapat dilakukan oleh pihak yang mempekerjakan
dan pekerja agar dapat bekerja dengan baik.
3. Kurangnya kesadaran pekerja produksi untuk meggunakan APD

Anda mungkin juga menyukai