id/ada-9-titik-kawasan-kumuh-di-denpasar-barat/
Hendra (60), seorang warga yang tinggal kurang lebih 100 meter dari bantaran
sungai di Jalan Gunung Karang I, menyatakan bahwa kesadaran penduduk
terhadap sampah belum ada. Ia menuturkan, sampah biasanya mengalir dari hulu
dan masih banyak warga di luar lingkungannya yang secara sengaja membuang
sampah ke sungai. Saya tidak berani melarang karena di sini saya pendatang,
tidak mau cari masalah, tutur pria yang sudah kurang lebih 20 tahun menetap di
wilayah tersebut.
Penuturan lain disampaikan oleh Dayu, seorang pedagang yang tinggal di Banjar
Sanga Agung, Desa Tegal Harum. Ia menyatakan, dahulu sungai tersebut sering
meluap ketika hujan, namun semenjak perbaikan drainase banjir sudah jarang
terjadi. Menurutnya, selain sampah, pencemaran sungai kemungkinan diakibatkan
oleh buangan limbah sablon dari usaha garmen yang banyak terdapat di sekitar
daerah tersebut. Keadaan ini cukup mengganggu, tapi mau bagaimana lagi.
Warga harus sadar sendiri mulai dari diri, ucapnya.
Sementara itu Camat Denpasar Barat I.B. Joni Arimbawa tidak menampik masih
adanya beberapa aliran sungai yang tercemar di wilayah Denpasar Barat. Ia
menyatakan bahwa di Denpasar Barat setidaknya terdapat 9 titik kawasan kumuh
yang berada di 6 desa/kelurahan. Keenam desa/kelurahan tersebut yaitu Desa
Dauh Puri Kauh, Kelurahan Dauh Puri, Kelurahan Pemecutan, Desa Pemecutan
Kelod, Desa Tegal Harum, dan Desa Tegal Kerta. Pihaknya menyatakan bahwa
telah melakukan perencanaan untuk menangani pemukiman kumuh dengan
menata lingkungan perumahan, drainase, jalan-jalan lingkungan, dan jika
memungkinkan membangun ruang terbuka hijau skala kecil.
FacebookTwitterGoogle+WhatsAppPinterestShare