Anda di halaman 1dari 3

Latar berlakang

Industri tekstil masih merupakan tulang punggung ekspor nasional,dimana


sejak tahun 2011 sedikit demi sedikit terjadi peningkatan ekspor tekstil, baik
dalam bentuk kain maupun bentuk pakaian jadi seperti garmen. Perkembangan
industri pencelupan, sablon dan konveksi, untuk memenuhi kebutuhan tekstil
wisatawan di Bali dan di Kota Denpasar khususnya sangat pesatdan telah mampu
menciptakan lapangan kerja serta meningkatkan ekspor produk Bali. Ekspor
tekstil dalam bentuk pakaian jadi tahun 2012 dari Bali senilai 82.026.850 dolar
AS, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2011 yakni, senilai
74.195.573 dolar AS (Disperindag Bali, 2013).

Manajeman sektor industri tekstil yang tidak dilengkapi dengan instalasi


pengolahan air limbah berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan terutama
pencemaran air dan lahan pertanian disekitarnya. Kondisi tersebut disebabkan
karena industry garmen menampung limbah cairnya dalam bak penampung
kemudian dibuang kebadan-badan air saluran irigasi atau ke sungai sehingga
dapat menimbulkan pencemaran. Dampak yang terjadi adalah degradasi lahan
berupa menurunnya kualitas dan kuantitas hasil pertanian, serta akumulasi logam
berat dalam air dan tanah yang berasal dari buangan limbah cair garmen. Logam
berat yang terkandung dalam limbah cair garmen, bila diserap oleh tanaman dapat
mengganggu proses fisiologi tanaman yang tumbuh disana (Sujana, 2014).
Berdasarkan pendekatan GLASOD (Global Assesment Of Soil
Degradation), degradasi lahan disebabkan oleh 5 faktor yaitu: (1) deforestasi, (2)
overgrazing, (3) aktivitas pertanian, (4) eksploitasi vegetasi secara berlebihan dan
(5) aktivitas bioindustri dan industry. Degradasi tanah dapat menyebabkan
kerusakan tanah. Kerusakan tanah secara garis besar dapat digolongkan menjadi
tiga kelompok utama yaitu kerusakan sifat kimia, fisika dan biologi tanah.
Kerusakan kimia tanah dapat terjadi karena proses pencemaran tanah, akumulasi
garam-garam (salinisasi), tercemar logam berat dari limbah garmen, tercemar
senyawa-senyawa organik dan xenobiotik seperti pestisida atau tumpahan minyak
(Djajakirana, 2001 dalam Sujana, 2014).
Berdasarkan data BPS Kota Denpasar (2013) terdapat lahan sawah
pertanian seluas 2,597 ha, dengan jumlah subak sebanyak 41 buah. Areal subak
yang lahannya tercemar limbah cair garmen yang berasal dari pencelupan, sablon
dan konveksi terbanyak berada di Kecamatan Denpasar Selatan, yang meliputi
subak Kerdung 215 ha, subak Kepaon 119 ha dan subak Cuculan 99 ha. Hasil
penelitian pendahuluan menunjukan bahwa limbah cair garmen yang mencemari
lahan pertanian di Kota Denpasar mengandung logam berat seperti Cu, Pb, Cd dan
Cr, dengan konsentrasi logam Cr nilainya berada di atas ambang pencemaran dan
C organik serta N Total rendah. Apabila tanah tersebut ditanami, maka tanaman
tersebut akan mengakumulasi unsur dan senyawa yang berbahaya, yang dapat
menimbulkan dampak negatif bagi yang mengkonsumsi produk tersebut (Sujana,
2014).

pengertian pencemaran

pencemaran limbah

studi kasus

limbah tekstil adalah

limbah tekstil terdiri dari

dampak limbah tekstil bg pertanian

beberapa teknologi pengolahan limbahnya


kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Junaidi dan Bima Patria DH. 2006. Analisis Teknologi Pengolahan Limbah
Cair Pada Industri Tekstil (Studi Kasus Pt. Iskandar Indah
Printing Textile Surakarta). Jurnal Presipitasi. Vol. 01 No. 01
ISSN. 1907-187X

Sujana, I Putu. 2014. Rehabilitasi Lahan Terdegradasi Limbah Cair Garmen


Dengan Pemberian Biochar. Thesis. Universitas Udayana Bali

Anda mungkin juga menyukai