Anda di halaman 1dari 13

http://www.mongabay.co.

id/2015/09/14/puluhan-industri-masif-mencemari-
sungai-di-kabupaten-bandung/

Puluhan Industri Masif Mencemari


Sungai Di Kabupaten Bandung
September 14, 2015 Donny Iqbal, Bandung xLingkungan Hidup

Masih maraknya industri di Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang membuang


limbah secara masif ke aliran aliran sungai akhir akhir ini, sangat
memprihatinkan. Tercatat sebanyak 132 industri dengan rincian industri yang
pembuangan air limbahnya ke Sungai Citarik sebanyak 17 industri, Sungai
Cirasea sebanyak 35 industri, Cisangkuy sebanyak 22 industri, Sungai Cipalasari
sebanyak 3 industri dan Sungai Cisirung sebanyak 21 industri.

Melihat hal tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)


dan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jabar mengadakan
acara sosialisasi pengendalian pencemaran lingkungan di gedung La Garden,
Kopo, Kabupaten Bandung, Kamis (10/9/15) lalu.

Seorang warga korban pencemaran limbah. Lahan pertanian rusak, tanaman pun
mati. Tiga perusahaan membandel, KLH berencana menggugat. Foto: Kementrian
Lingkungan Hidup

Acara yang dihadiri perwakilan industri sekabupaten Bandung tersebut membahas


persoalan lingkungan dan mendiskusikan pengelolaan limbah industri yang sesuai
aturan pemerintah.

Deny Rusnaya, Akademisi dari Universitas Pasundan yang menjadi pemateri


memaparkan, meningkatnya pertumbuhan penduduk serta perkembangan
perekonomian di Kabupaten Bandung telah berdampak pada kerusakan
lingkungan. Sungai-sungai di wilayah Kabupaten Bandung terindikasi tercemar
kegiatan domestik, industri, pertanian, peternakan, dan sebagainya.

Tercatat ada 11 kawasan industri yang tersebar di Kawasan Kab Bandung, yaitu
kawasan industrI Rancaekek, Bojong Soang, Marga Asih, Dayeuh Kolot,
Katapang, Pameungpeuk, Baleendah, Cikancung, Solokan Jeruk dan Cicalengka.
Yang kontribusi limbah terbanyak terjadi di daerah Rancaekek dan Majalaya,
katanya.

Deny melanjutkan limbah cair industri merupakan limbah cair yang dihasilkan
oleh kegiatan industri. Sumber penghasil limbah cair di dalam suatu industri
diantaranya proses produksi, misalnya pengecatan, pencucian bahan baku,
pencampuran bahan kimia, kemudian sumber perlengkapan utilitas, misalnya
menara pendingin (cooling tower), ketel uap (boiler), dan terakhir sumber
kegiatan domestik, misalnya kantin industri dan pembersihan lantai.

Kita harus mengetahui terlebih dahulu apakah air limbah industri hasil produksi
perusahaan sudah memenuhi standar kualitas atau baku mutu belum? Jika sudah
memenuhi tak perlu lagi diolah, paparnya.
Balthasar Kambuaya, Menteri LH tengah meninjau sungai yang berwarna hitam
karena tercemar limbah pabrik di Kabupaten Bandung. Foto: Kementerian
Lingkungan Hidup

Untuk menganalisis karakteristik air limbah dapat menentukan terlebih dahulu


jenis dan teknologi pengolahan yang tepat dalam perencanaan instalasi
pengolahan air limbah (IPAL). Ia menuturkan, pengukuran kinerja IPAL bisa
dilakukan dengan analisis sampel sesuai dengan baku mutu limbah dan
menghitung efisiensi pengolahan kualitas effluent (pencurahan limbah cair yang
masuk kedalam air bersumber dari pembuangan sisa produksi) terhadap influent
(yang masuk).

Ia menyebutkan ada beberapa parameter dalam menetukan kualitar air limbah,


seperti parameter fisik, kimia dan biologi. Parameter fisik dilihat dari suhu,
warna, padatan tersuspensi (TSS), padatan terlarut (TDS), padatan total (TS),
kekeruhan. Parameter kimia yaitu dari zat organik nya dan parameter biologi
yaitu bakteri coli tinja dan total coli.

Deny memaparkan bahwa dalam proses pengolahan air limbah harus mengetahui
TSS, TDS, biodegradable material, komponen organik atau inorganik dan
material toksik, supaya bisa memilih proses mana yang nantinya akan dilakukan.
Apabila pertimbangannya berdasarkan rasio BOD (kebutuhan oksigen biokimia)
atau COD (kebutuhan oksigen kimia) rendah atau dibawah 0.5, pengolahan
menggunakan proses fisika dan kimia yaitu dengan menghilangkan partikel-
partikel yang berukuran besar dan yang tidak mudah mengendap. Tetapi, apabila
pertimbangan rasio BOD atau COD tinggi (>0.5), maka pengolahanitu
menggunakan proses biologi yaitu dengan memanfaatkan kerja mikroorganisme.

Jadi kalo kita sudah mengetahui kandungan dari limbah tersebut, kita mudah
menentukan prosesnya. Dan apabila masih terkandung bahan limbah dalam cairan
tersebut kita bisa menggunakan gabungan dari proses kimia, fisika dan biologi,
tambahnya.

Air sungai di Dusun Jelegong, Rancaekek, Bandung. Foto: Indra Nugraha

Komponen baku mutu limbah cair dibatasi oleh tiga hal antara lain, kadar
maksimum, beban pencemaran maksimum dan debit limbah maksimum yang
masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan.

Deny menjelaskan tahapan proses pengolahan limbah ada yang melalui proses
primer (pendahuluan), proses pengolahan sekunder (fisik, kimia, biologi), proses
pengolahan tersier (lanjutan) dan proses pengolahan lumpur. Lebih lanjut
berdasarkan jenis proses dibagi menjadi pengolahan fisik, mengandalkan proses
fisik, pengolahan kimiawi, mengandalkan reaksi kimia, pengolahan biologis,
mengandalkan aktivitas mikroorganisme.
proses tersebut akan lebih baik apabila para pelaku industri melakukannya
dengan benar. Saya berharap keberlangsungan lingkungan pun penting tanpa
mengabaikan aspek aspek yang lain. Agar lingkungan kita kian sehat dan bisa di
nikmati bersama, katanya disela sela acara.

Pengelolaan Limbah B3

Sedangkan Rosliana, perwakilan KLHK menjelaskan pengolahan limbah Bahan


Berbahaya dan Beracun (B3) harus dilakukan hati-hati. Limbah B3 harus
terlebih dahulu terindentifikasi kemudian sudah begitu baru kita bisa mengetahui
langkah selanjutnya yang akan di tempuh, paparnya.

Ia melanjutkan pengelolaan limbah B3 dikelompokan menjadi dua katergori;


kategori 1 (asam, basa, garam kimia B3) dan kategori 2 (karbon aktif bekas). Dari
segi dampaknya kategori 1 beresiko langsung dirasakan manusia bersifat akut
sedangkan kategori 2 berdampak secara langsung terhadap kesehatan manusia dan
juga terhadap lingkungan bersifat kronis. Pengelolaan limbah berdasarkan
kategori tersebut.

Dalam praktiknya pemerintah telah mengatur pengolahan limbah yang tertuang


dalam PP No.101/2014 yang telah mengalami penyempurnaan dari PP No.18 jo.
PP No.85 tahun 1999. Dalam peraturan tersebut masalah limbah B3 diatur dalam
pasal 10 yang mengatakan bahwa setiap orang yang menghasilkan limbah B3
wajib melakukan pengurangan limbah B3.

Pengolahan limbah itu ada tahapan yang harus dilalui diantaranya; penyimpanan
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan. Dalam
perizinan PP No.101 sekarang dapat terintegrasi dengan satu izin saja, itu
ketetapan yang ditetapkan oleh Pemerintah katanya.

Rosliana memaparkan proses penyimpanan yang sesuai penyimpanan limbah B3


harus di atas permukaan tanah dan dilarang melakukan penyimpanan di bawah
tanah (underground). Lokasi penyimpanan Limbah B3 harus bebas banjir dan
tidak rawan bencana alam atau dapat direkayasa dengan teknologi. untuk
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, apabila tidak bebas banjir dan
rawan bencana alam. Selanjutnya perihal perizinan pengelolaan limbah B3
khusunya kegiatan penyimpanan Limbah B3 diterbitkan oleh bupati atau walikota.

Pada proses pengumpulan dan pengangkutan limbah B3 wajib memiliki


rekomendasi pengangkutan limbah dan izin pengangkutan limbah B3 dari Menteri
Perhubungan dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Dalam hal pemanfaatan, diharapkan pelaku industri mampu mengolah limbah


secara mandiri. Pada proses pemanfaatan limbah boleh memanfaatkan dengan
menggunakan teknologi yang dimiliki. Tetapi, pasti akan ada outputnya entah itu
mau ke air atau mau ke tanah atau mau ke udara itu harus memenuhi standar baku
mutu yang ada, karena setelah pemanfaatan tidak serta merta hilang limbahnya.
Itu yang harus kita perhatikan outputnya ujar Rosliana.

Ia menyebutkan pemanfaatan limbah bisa dijadikan sebagai bahan bakar dapat


dilaksanakan apabila kalorinya diatas 2500 dan kadar airnya dibawah 15 persen.
Rosliana menambahkan, apabila pihak pelaku industri mengetahui dengan jeli
tahapan demi tahapan pengelolahan B3 diharapkan dapat mengurangi limbah hasil
industri dan dapat mengendalikan.
http://www.mongabay.co.id/2012/10/09/kala-sungai-sumur-dan-ribuan-hektare-
sawah-di-bandung-tercemar-limbah-tekstil/

Kala Sungai, Sumur dan Ribuan


Hektare Sawah di Bandung Tercemar
Limbah Tekstil
October 9, 2012 Indra Nugraha (Kontributor Jawa Barat) Laut, xFeature,
xLingkungan Hidup, xPertanian

AIR sungai itu hitam pekat. Bau tak sedap menyengat menusuk hidung. Ketika
saya kecil dulu, sungai ini masih bersih. Saya suka sekali main sambil sesekali
menangkap ikan, kata, Soleh Darwin, warga dusun itu. Kini, ikan-ikan kecil
yang dulu biasa ditangkap, tak lagi terlihat.

Air sungai di Dusun Babakan Jawa, Kecamatan Rancaekek, Bandung, itu tak
jernih seperti puluhan tahun silam. Penyebabnya, di sepanjang Jalan Rancaekek-
Cicalengka, hingga Majalaya, berderet pabrik-pabrik tekstil. Lebih dari 30 pabrik.

Warga banyak bekerja di pabrik ini. Sisi lain, kehadiran pabrik ini berdampak
buruk bagi lingkungan sekitar. Untuk minum dan memasak, keluarga tak berani
menggunakan air sumur. Kami memilih membeli air galon saja, kata Soleh,
yang sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan ini.

Sumur milik keluarga tercemar. Mereka khawatir membahayakan kesehatan jika


dikonsumsi. Air berwarna kekuning-kuningan, seringkali mengeluarkan minyak.
Bau besi sangat terasa. Rasanya tak enak.

Air sumur hanya untuk mencuci pakaian, perabotan dapur hingga mandi.
Meskipun seringkali badan merasa gatal tetapi mereka tak ada pilihan lain
terpaksa menggunakan air itu.
Bak penampungan air warga dengan air hitam pekat karena limbah. Foto: Indra
Nugraha

Serupa diungkapkan Neni Herawani. Ibu rumah tangga berusia 47 tahun ini
mengatakan, setiap aliran sungai di samping rumah naik, air sumur menjadi hitam
pekat dan mengeluarkan bau menusuk. Kalau bau sudah tercium, bisa membuat
kepala saya pusing.

Keadaan akan makin parah saat musim penghujan. Aliran sungai seringkali
meluap dan membanjiri rumah. Kalau banjir, air sungai yang hitam masuk ke
rumah dan bisa membuat badan gatal-gatal, ucap Neni.

Warga lain, Reni Sarmini, malah masih menggunakan air sumur untuk memasak
karena keterbatasan biaya hingga berat membeli air galon. Jika air ditampung
dalam ember dan diendapkan, keesokan hari, muncul warna hitam. Jika digunakan
mencuci muka, akan terasa berminyak.

Saat menanak nasi dengan air sumur menggunakan rice cooker, keesokan hari
nasi akan berwarna kehitan-hitaman. Menurut Reni, sudah berkali-kali
melaporkan masalah air tercemar ini, tapi tak ada tindaklanjut.
Tak hanya sungai tercemar. Sekitar 1.200 hektare sawah produktif, kini rusak
parah. Sebagian besar sudah tidak bisa ditanami padi lagi. Luas lahan sawah
sepanjang tahun 1991-2000 menyusut 787 hektare.

Setiap tahun, hasil panen mengalami penurunan, jika dulu satu bata sawah
(sekitar 14 meter persegi) bisa menghasilkan gabah delapan kg, sekarang paling
empat kg, kata Deden Sobur, pemilik sawah.

Sawah warga yang tergenang air dan lumpur terkena limbah. Foto: Indra Nugraha

Kini, 15 kotak sawah- satu kotak 1.400 meter persegimiliknya sudah tidak bisa
ditanami. Masing-masing lima kotak ada di Papanggungan, Rancapanjang dan
Ranca Bau. Ketebalan lumpur di sawah milik saya bisa selutut orang dewasa.
Jika padi ditanam tidak menyentuh permukaan tanah, tetapi di atas lumpur. Di
Papanggungan, ketebalan lumpur sampai pinggang orang dewasa.

Jadi, tak heran padi gagal tumbuh. Dia juga jarang melihat lintah dan hama lain di
sawah. Bukan berarti padi tumbuh subur. Menurut Deden, keadaan ini sudah sejak
lama. Dia sudah 10 tahun tinggal di dusun ini. Tanah dan air yang tercemar
limbah pabrik PT Kahatex sudah terjadi.

Limbah tekstil mengalir di sungai akan terlihat deras saat malam hari sekitar
pukul 10.00 atau 11.00. Warna lebih pekat dan kental seperti oli. Bau juga lebih
menyengat dibanding siang hari. Ini terjadi hampir setiap hari, ucap Deden. Bau
menyengat bisa tercium meskipun jarak antara sungai dan rumah dia cukup jauh.

Petani penggarap lahan, Nandang Mahpudin menambahkan, hasil panen turun


drastis. Dulu, dalam satu petak sawah menghasilkan 13 karung, satu karung padi
50 kg, sekarang hanya satu karung.

Tangan Nandang iritasi karena terlalu sering di sawah yang tercemar


limbah.Tangan saya gatal-gatal akibat terlalu lama di sawah. Tangan dia bintik-
bintik merah dan luka borok di lengan.

Riset mengukur kandungan logam dalam air tercemar limbah pabrik tekstil di
Rancaekek pernah dilakukan Badan Penelitian Tanah, Bogor. Riset Februari
hingga Agustus 2002 ini memperlihatkan, keseluruhan luas lahan yang tercemar
aliran limbah pabrik sekitar 1.215 hektare.

Direktur Eksekutif Walhi Jawa Barat (Jabar), Dadan Ramdan mengatakan,


pencemaran air karena limbah industri ini tindak pidana kejahatan lingkungan,
melanggar hak asasi manusia. Sekaligus bencana ekologi dan merugikan baik
dari aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.

Pemilik industri tekstil melanggar beberapa Undang-undang antara lain, UU No


32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No
39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, UU No 11 tahun 2005 tentang
Kovenan Hak Ekonomi Sosial dan Budaya. Juga UU Nomor 41 Tahun 2009
tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Ini akibat pemerintah abai dan tak tegas menjalankan aturan hukum lingkungan
hidup dan menjamin hak-hak petani dan masyarakat lain.
Lahan sawah warga yang rusak karena limbah tekstil. Foto: Indra Nugraha

Pemerintah, seharusnya tidak memakai dalih ancaman kehilangan lapangan


pekerjaan, karena sama sekali tidak ada kaitan.Yang dituntut bukan penutupan
pabrik tetapi kewajiban perusahaan tidak mencemari sesuai aturan hukum berlaku.
Itu kewajiban perusahaan yang harus ditaati dan dikontrol negara, ucap Dadan.

Sebelumnya, Walhi Jabar sudah beberapa kali mengadvokasi pencemaran air di


Rancaekek ini, tetapi tidak pernah membuahkan hasil menggembirakan. Sejak
tahun 1991, hingga sekarang, baik mediasi hingga upaya hukum sudah dilakukan
berbagai pihak.

Kini, Walhi Jabar akan melaporkan dan mengadukan pencemaran industri-industri


tekstil ini kepada para buyer di luar negeri. Hingga buyer bisa langsung meninjau
lokasi dan memberikan tekanan kepada perusahaan pencemar. Korban
kerusakan lingkungan hidup akibat pencemaran harus terus membangun
perlawananan agar tidak terjebak pada iming-iming dan ganti rugi yang tidak
layak.

Untuk mengetahui detil mengenai pencemaran limbah industri di sepanjang Jalan


raya RancaekekCicalengka, Bandung, bisa lihat di sini dan jika ingin mengetahui
hasil riset seputar pencemaran sawah bisa lihat di sini
Tentang
Mongabay.co.id adalah sebuah proyek dari Mongabay.com, situs web tentang
ilmu lingkungan yang populer dan berita konservasi yang dimulai pada tahun
1999 oleh Rhett A. Butler.

Mongabay.co.id diluncurkan dan beroperasi sejak April 2012 untuk meningkatkan


minat terhadap alam dan kesadaran masyarakat terhadap masalah lingkungan di
Indonesia. Mongabay.co.id memiliki fokus khusus pada hutan, tetapi juga
menyediakan berita, analisis, dan informasi lain yang berhubungan dengan
lingkungan.

Sekilas mengenai Mongabay.com

Sejak tahun 1999, Mongabay.com telah menjadi salah satu situs utama berbasis
internet untuk berita, analisa dan informasi mengenai hutan tropis. Situs ini
dikunjungi lebih dari dua juta pengunjung setiap bulannya, yang membuatnya
menjadi salah satu tujuan situs yang the most visited eco-focused di internet.

Mongabay.com telah ditampilkan di San Francisco Chronicle, majalah Time, The


Wall Street Journal, serta publikasi lokal, nasional, dan internasional lainnya.
Mongabay.com telah diakui sebagai sumber informasi mengenai hutan yang
penting dan terpercaya oleh individu pada berbagai lembaga, baik dari Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) sampai dengan Badan Pemerintahan dan Perusahaan
Swasta.

Pada tahun 2008, Mongabay.com menerima penghargaan dari Majalah Time,


sebagai salah satu dari 15 situs hijau terbaik. Pada tahun 2010, menjadi
nominasi Communicator Perubahan Iklim Tahun Award oleh George Mason
University.

Mongabay.com kini memperluas jangkauan pemberitaan mengenai hutan. Inisiatif


ini dilakukan melalui pengelolaan situs baru, yaitu Mongabay.co.id, yang cakupan
beritanya meliputi laporan terkini dan rangkuman dari berita berbahasa Indonesia
dan juga media asing, serta analisis dan komentar. Informaasi dan berita
Mongabay.co.id juga disebarkan melalui media sosial seperti Twitter dan
Facebook.
Selain situs berhahasa Indonesia, Mongabay sejak tahun 2016, memiliki situs
lingkungan berbahasa Spanyol.

Tim Mongabay.co.id

Ridzki R. Sigit, Program Manager

Sapariah Saturi, Senior Editor

Nur Rochmani Fajar, Editor

Rahmadi Rahmad, Editor

Akhyari Hananto, Koordinator Outreach dan Sosial Media

Halaman Kontribusi (Cara Menjadi Kontributor Mongabay)

Pernyataan Privacy

Pertanyaan yang Paling Sering Diajukan (FAQ)

Menghubungi Mongabay

Anda mungkin juga menyukai