Anda di halaman 1dari 14

TANATOLOGI DAN TRAUMATOLOGI

KEDOKTERAN FORENSIK

Endah Zakiyah Amini


2013730031

PRODI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
1. Tanatologi

1.1 Definisi
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan
logos (ilmu). Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari hal-
hal yang berkaitan dengan kematian yaitu definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi
pada tubuh setelah terjadi kematian dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut
(Idries,1997)
Tanatologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang perubahan-perubahan yang terjadi
apabila seseorang telah mati. Tanatologi bermanfaat untuk memperkirakan saat kematian,
cara kematian, dan sebab kematian.
1.2 Manfaat
Ada tiga manfaat tanatologi ini, antara lain untuk dapat menetapkan hidup atau
matinya korban dan menentukan wajar atau tidaknya kematian korban.
1.3 Tanda-Tanda Kematian
Adapun tanda-tanda kematian dibagi menjadi tiga, yaitu :
1.3.1 Tanda Kematian Tidak Pasti
a. Tidak adanya pergerakan
b. Tidak teraba denyut nadi (terhentinya sirkulasi yang dinilai selama 15 menit)
c. Tidak ada gerakan pernapasan (dinilai selama lebih dari 10 menit)
d. Otot-otot melemas (tonus otot menghilang dan relaksasi)
1.3.2 Tanda Kematian Pasti
a. Lebam Mayat (Livor Mortis)
Livor mortis adalah suatu bercak atau noda besar merah kebiruan atau merah ungu
(livide) pada lokasi terendah tubuh mayat akibat penumpukan eritrosit atau stagnasi darah
karena terhentinya kerja pembuluh darah dan gaya gravitasi bumi, bukan bagian tubuh mayat
yang tertekan oleh alas keras.
Bercak tersebut mulai tampak oleh kira-kira 20-30 menit pasca kematian klonis.
Makin lama bercak tersebut makin luas dan lengkap. Akhirnya menetap kora-kira 8-12 jam
pasca kematian klinis.
Ada empat penyebab bercak makin lama semakin meluas dan menetap, yaitu :
1. Ekstravasasi dan hemolisis sehingga haemoglobin keluar
2. Kapiler sebagai bejana berhubungan
3. Lemak tubuh mengental saat suhu tubuh menurun
4. Pembuluh darah oleh otot saat rigor mortis
Lebam mayat adalah terkumpulya darah pada bagian terendah tubuh sesuai dengan
posisi awal kematian. Adapun cirri-cirinya sebagai berikut :
1. Timbul 30 menit setelah kematian
2. Tidak hilang pada penekanan bila kematian lebih dari 6-8jam
3. Dipengaruhi oleh kondisi tubuh sebelum mati dan sebab kematian
4. Pada bagian tertekan tidak nampak adanya lebam mayat
b. Kaku Mayat (Rigor Mortis)
Kaku mayat atau rigor mortis adalah kekauan yang timbul pada seluruh otot-otot
tubuh setelah seseorang mati. Posisi saat mati akan dipertahankan setelah timbulnya kaku
mayat. Adapun cirri-cirinya adalah sebagai berikut :
1. Timbul 1-2 jam setelah kematian
2. Dimulai ada otot-otot kecil daerah muka
3. Kekakuan akan lengkap sampai ujung kaki setelah 12 jam
4. Kemudian kaku mayat bertahan sampai 12 jam
5. Mulai menghilang 24 jam sete;ah kematian dan dimulai dari otot daerah muka
Adapun faktor yang berpengaruh adalah gizi dan kondisi sebelum (stress, exercise,
penyakit). Adapun definisi lain mengenai kaku mayat adalah kekakuan yang terjadi pada otot
yang kadang-kadang disertai dengan sedikit pemendekan serabut otot, yang terjadi setelah
periode pelemasan atau relaksasi primer. Hal mana disebabkan oleh karena terjadinya
perubahan kimiawi pada protein yang terdapat dalam serabut-serabut otot.
1. Cadaveric Spasme
Cadaveric Spasme adalah suatu keadaan dimana terjadinya kekakuan pada
sekelompok otot dan kadang-kadang pada seluruh otot, segera setelah terjadi
kematian somatis dan tanpa melalui relaksasi primer.
2. Heat Stiffening
Heat Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu tinggi, misalnya
pada kasus kebakaran.
3. Cold Stiffening
Cold Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibar suhu rendah, dapat
terjadi bila tubuh korban diletakkan dalam freezer, atau bila suhu keliling
sedemikian rendahnya, sehingga cairan tubuh terutama yang terdapat sendi-sendi
akan membeku.
Pada saat kematian (0 jam) otot mengalami relaksasi, pada 1-2 jam setelah kematian
terjadi kaku pada daerah muka. Pada saat 12 jam setelah kematian terjadi kaku sampai pada
ujung kaki, pada saat 24 jam setelah kematian mulai pembusukan, kaku menghilang mulai
dari muka. Pada saat 36 jam setelah kematian menghilang ok pembusukan.
c. Penurunan Suhu Tubuh
Penurunan suhu tubuh merupakan akibat dari proses radiasi, konduksi, evaporasi.
Pada awal kematian turun dengan lambat kemudian cepat dan akhirnya berhenti sesuai
dengan suhu keliling (Gambaran Sigmoid). Adapun faktor yang berpengaruh adalah pakaian,
bentuk badan, posisi suhu sekeliling.
Penilaian algor mortis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, antara lain
1. Lingkungan sangat mempengaruhi ketidakaturan penurunan suhu tubuh mayat
2. Tempat pengukuran suhu memegang peranan penting
3. Dahi dingin setelah 4 jam post mortem
4. Badan dingin setelah 12 jam post mortem
5. Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam post mortem
6. Bila korban mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya tergantung dari suhu,
aliran, dan keadaan airnya.

1.3.3 Tanda Kematian Lanjut


a. Pembusukan
Pembusukan mayat nama lainnya adalah dekomposisi dan protefection. Pembusukan
mayat adalah proses degradasi jaringan terutama protein akibat autolysis dan kerja bakteri
pembusuk terutama C.welchri di Colon.
Proses pembusukan telah terjadi setelah kematian seluler dan baru tampak oleh kita
setelah kira-kira 24 jam kematian. Kita akan melihatnya pertama kali berypa warna kehijauan
(Hbs) didaerah perut kanan bagian bawah yaitu dari sekum lalu menyebar ke seluruh perut
dan dada dengan disertai bau busuk.
Pada 24 jam pertama setelah kematian akan mulai tampak warna kehijauan didaerah
caecum (Perut KA Bawah), kemudian pada 36-48 jam pertama akan tampak gelembung pada
kulit, dan juga bau busuk.
Adapun tanda-tanda pembusukan lanjut(24 jam setelah kematian) adalah :
1. Kuadran bawah perut ka biru sampai kehijauan
2. 36 jam seluruh dinding perut
3. 36-48 jam maka tubuh membengkak
4. 60-72 ham seluruh tubuh
5. 4-7 hari gelembung cairan dan gasm kulit mudah terkelupas, selanjutnya
jaringan lunak menjadi rapuh.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya pembuuskan mayat yaitu
:
1. Mikroorganisme bakteri oembusuk mempercepat pembusukan
2. Suhu optimal yaitu 21-37 C mempercepat pembusukan.
3. Kelembaban udara yang tinggi mempercepat pembusukan#
4. Umur : Bayi, anak-anak dan orang tua lebih lambat terjadi pembusukan
5. Konstitusi tubuh : Tubuh gemuk lebih cepar membusuk dari pada tubuh kurus
6. Sifat Medium : Perbandingan udara : air : tanah (1:2:8)
7. Keadaan saat mati, edema mempercwpat pembusukan. Dehidrasi memperlambat
pembusukan
8. Penyebab kematian radang, infeksi, dan sepsis mempercepat pembusukan
9. Seks, wanita baru melahirkan lebih cepat mengalami pembusukan

b. Mummifikasi
Mummifikasi terjadi karena penguapan air dari tubuh, kondisi lingkunagan yang
memungkinkan terjadi mummifikasi adalah :
1. Suhu relatif tinggi
2. Kelembaban rendah
3. Aliran udara baik
4. Waktu lama (7-10) bulan
Untuk menentukan saat kematian dapat ditentukan dengan data metereologi.

c. Adipocere
Terjadi karena adanya hidrogenisasi dari lemak tubuhnya (penyabunan). Adapun
kondisi yang memungkinkan terjadinya adipocere adalah :
1. Udara suhu rendah
2. Kelembaban tinggi
3. Banyak lemak
4. Aliran udara rendah
5. Waktu lama
Adipocere dalam forensik sangat penting. Karena luka-luka yang telah terbentuk
tetap dalam bentuk semula, demikian pula dengan organ-organ dalam. Banyak terjadi pada
anak-anak bayi.

d. Skeletonisasi
Skeletonisasi adalah penghancuran jaringan lunak sehingga tampak sisa tulang. Di
udara terbuka tergantung kondisi sekeliling korban, ada tidaknya binatang atau serangga
makanan serangga, skeletonisasi dapat terjadi 1-3 bulan, setelah 7 bulan baru tulang sudah
mulai hilang.
Pada kasus terkubur :
1. Sampai 19 bulan : tulang masih utuh
2. Sampai 39 bulan : Kerusakan berat pada collum vertebralis (Ruas tulang
belakang)
3. Sampai 46 bulan : Rusak distal ulna dan fibula
4. Sampai 61 bulan : Rusak tulang panjang iga, collum vertebralis
5. Sampai 75 bulan : Rusak berat iga, collum vertebralis, tulang panjang
6. Sampai 82 bulan : Distal dan proximal humerus rusak

Penentuan saat kematian


1. Keadaan isi lambung, lambung baru kosong setelah makan 3-4 jam, dalam waktu
setengah sampai satu jam masih berupa bolus atau makanan setengah tercerna.
Tapi keadaan ini dipengaruhi oleh jenis makanan, keadaan motilitas lambung
dan enzim pencernaan, kondisi mental seseorang.
2. Pertumbuhan rambut, jenggot atau kumis, dapat membantu bila diketahui saat
terakhir bercukur. Pertumbuhan wambut 0,4 mm/hari (diperiksa 24 jam pertama
pasca mati)
3. Kekeringan pada kornea, bila kornea terpapar kekeringan terjadi kurang lebih 6
jam pasca mati
4. Metode entemologik. Banyak variasi atau jenis serangga sehingga sulit
digunakan pada umumnya bila larva ada umur kematian sudah (3-4 hari)
5. Secara laboratories, pemeriksaan zat-zat tertentu seperti : Peningkatan kadar
Kalium, laktat, P.urea, glukosa dalam serum. Peningkatan asam laktat, NPN,
Konsentrasi asam amino dalam LCS pada 15 jam pertama pasca mati.
6. Penentuan waktu kematian dengan pengukuran kadar Kalium dalam vitrous
humour dengan standard error kurang lebih 5 jam. Dengan penelitian yang
paling baru ternyata banyak factor pengaruh seperti temperature.
2. Traumatologi
2.1 Definisi
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perlukaan baik penyebab
maupun akibatnya. Kepentingannya adalah untuk memperkirakan alat atau benda penyebab,
saat terjadinya perlukaan dan cara kejadian
2.2 Intra Vitalitas Luka
Penting diketahui untuk membedakan luka yang terjadi korban masih hidup atau
luka setelah korban mati (Intra vital atau post mortal), sangat erat kaitannya dengan proses
penyembuhan luka. Bila luka yang timbul jangka waktunya berbeda lama dengan saat
kematian maka membedakan luka intravital dan post mortal mudah. Dimana luka intravital
tampak merah, ada perdarahan, bila telah agak lama tampak reaksi radang (membengkak).
Sementara luka post mortal tampak pucat, tidak ada perdarahan atau sedikit, tidak ada reakai
radang. Intravitalitas luka juga perlu diketahui untuk menentukan berapa lama luka tersebut
terjadi. Intravital luka dapat ditentukan dengan dua cara yaitu makroskopis dan mikroskopis.
a. Makroskpis
1. Pada luka terbuka baru :
a) Tampak merah, terdapat perdarahan
b) Setelah 12-24 jam terbentuk krusta merah. 2-3 hari krusta warna
kecoklatan, 4-7 hari terjadi epitilasi
Sembuh setelah 10-14 hari (tergantung dari luasnya luka)
c) Pada memar, mula-mula warna merah
1-2 hari kebiruan, 2-4 hari biru kehitaman atau coklat, 5-7 hari warna
kehijauan. Lebih dari 7 hari menjadi kuning dan normal.
Luka yang terinfeksi reaksi radangnya tampak secara kasat mata setelah
36 jam yaitu membengkak terdapat pus atau nanah.
b. Mikroskopis
Dapat dengan 3 cara :
a) Secara histologik
8-12jam (peneliti lain mulai 4 jam) tampak sebukan sel radang : PMN++,
MN+, 16-24 jam : PMN +, MN++, Sebutkan tampak pada zona tertentu
(perifer) dari luka, sedangkan pada central tampak jaringan nekrotik, 2-4 hari
tampak sebukan sel-sel fibroblast dan mulai terhadi epitelisasi, 4-8 hari
terjadi neovaskularisasi dan epidermis baru mulai terbentuk.
b) Secara histokimia
Dideteksi adalah anzym yang dilepaskan oleh sel yang rusak (luka) seperti :
ATP-ASE, ESTRASE, AMINOPEPTIDASE, ACID PHOSPHATASE,
ALKALI PHOSPHATASE. Dimulai setelah 1 jam post luka, dimana kadar-
kadar zat tersebut diatas meningkat terus sesuai dengan umur luka.
Secara sistematik peningkatan kadar tersebut:
1. ATP.ASE : mulai 1 jam pertama
2. ESTRASE : mulai 2 jam pertama
3. AMINO PEPTIDASE : mulai 2-4 jam pertama
4. ACID PHOSPHATASE : mulai 4 jam pertama
5. ALKALI PHOSPHATASE : mulai 8 jam pertama
c) Secara biokimia
Pemeriksaan kadar serotonin dan histamine. Kadar serotonin mulai
meningkat 10 menit setelah luka, sedangkan histamine mulai meningkat 10-
20 menit setelah luka.
2.3 Reaksi Penyembuhan Luka
a. Proses peradangan (1-3 hari)
1) Reaksi vascular : vaso konstriksi dan vasodilatasi
2) Reaksi Haemotasis : Perdarahan berkurang atau berhenti. Fibrin pada
kapiler-kapiler trombosit pada pembuluh darah banyak
3) Reaksi Seluler : Sebukan sel-sel leukosit, PMN, MN, dan Makrophag
b. Phase proliferasi (4-7 hari). Tampak ada epitelisasi dan neovaskularisasi
c. Phase Regenerasi
d. Pembentukan jaringan perut, luka menyembuh
2.4 Perlukaan
1. Akibat kekerasan tumpul : memar, luka lecet, luka tekan, luka geser, leka
regang, luka robek
2. Akibat kekerasan tajam : Luka tusuk, Luka iris, Luka bacok
3. Akibat senjata api : Luka tembak masuk dan luka tembak keluar senjata api
(akibat senjata api rified atau smoth bore)
4. Akibat suhu ekstrem tinggi atau rendah
5. Akibat bahan kimia : Basa kuat atau asam kuat
1) Kekerasan Tumpul

a. Memar
Pecahnya pembuluh kapiler di kulit atau bawah kulit, sel-sel darah tampak
menyebuk ke jaringan sekitarnya, bedakan dengan lebam mayt, pada memar bila disayat dan
diusap atau disiram, darah tidak terkikis. Pada lebam, mayat darah terkikis karena darah tidak
meresap dalam jaringan hanya ada di pembuluh darah
Tandanya daerah memar membengkak, warna kebiruan, warna dapat berubah
tergantung dari lamanya memar terjadi (merah, biru,hijau,kuning) sehingga dapat diketahui
umur luka. Dapat memperkirakan bentuk benda penyebab oleh karena sering membektuk
cetak negative (Mirror Striking Obyect) dari alat yang digunakan, lokas dapat menentukan
arah kekerasan atau tanda-tanda perlawanan. Terdapat perdarahan dibawah kulit, berwarna
kebiruan, warna dapat berubah sesuai dengan waktu, kadang dapat menunjukan bentuk benda
(cetak negative)
b. Luka Lecet
Merupakan kerusakan kulit (epidermis) atau mucus membrane. Luka lecet
merupakan diskontinuitas atau putusnya jaringan kulit bersifat dangkal (mengenai jaringan
epidermis) dapat menunjukan arah kekerasan dan bentuk benda.
c. Luka Robek
Mekanisme terjadinya sama pada luka lecet, hanya daya tekan dan gesek lebih kuat
serta benda lebih besar sehingga jaringan yang terputus adalah kulit dan otot. Banyak terjadi
pada luka lantas.

2) Kekerasan Tajam
a. Luka Tusuk
Luka tusuk adalah luka yang diakibatkan oleh benda berujung runcing dan bermata
tajam atau setengah tajam yang masuk ke dalam tubuh dengan tekanan secara tegak lurus
atau serong pada permukaan tubuh. Ciri-ciri luka tusuk : tepi luka rata, sudut luka dapat
runcing atau tumpul (tergantung benda penyebab)
Pada luka tusuk, ukuran dalam luka lebih panjang dibandingkan dengan ukuran lebar
luka, interpretasi hubungan antara bentuk luka dan bentuk pisau harus berhati-hati, banyak
terjadi ok pembunuhan. Lebar luka hanya menggambarkan lebar maksimal bagian alat yang
masuk kedalam jaringan tubuh. Dalam luka hanya menggambarkan panjang minimal benda
yang masuk kedalam tubuh.
b. Luka Iris
Luka iris adalah luka yang disebabkan oleh benda yang mempunyai sisi tajam dan
digeserkan pada permukaan tubuh dengan tekanan yang cukup kuat, cirri-ciri dari luka iris
adalah tepi luka rata, bagian-bagian jaringan kulit dan otot terpotong rata, sudut luka tajam
dan jumlahnya dapat banyak tergantung jumlah gesekan, dalam luka lebih oendek
dibandingkan dengan lebar atau panjang luka, bentuk luka tergantung arah irisan terhadap
garis lange.
Lebar luka hanya menggambarkan lebar maksimal bagian alat yang masuk kedalam
jaringan tubuh. Dalam luka hanya menggambarkan oanjang minimal benda yang masuk
kedalam tubuh. Biasanya luka iris banyak terjadi pada kasus bunuh diri, ukuran panjang luka
lebih besar dibandingkan dalam luka
c. Luka Bacok
Luka bacok adalah luka yang disebabkan oleh benda relative besar, bermata tajam
setengah tajam yang dikenakan ke bagian tubuh dengan cara diajun dan menggunakan tenaga
besar. Senjata yang dapat digunakan seperti golok, kampak, celurit, pedang dll. Dapat
diiakibatkan oleh benda tajam yang diajukan dengan kekuatan yang besar. Bentuk luka lebar,
panjang dan dalam, sering mengenai tulang
3) Luka Tembak
Luka tembak dapat disebabkan oleh senjata api, adapun pembagiannya secara garis
besar adalah
1. Senjata api genggam atau pendek (Riflied = beralur)
a. Pistol Alur kearah kanan
b. Revolver Alur kearah kiri
2. Senjata api laras panjang
a. Riflied ( Laras beralur, gunanya untuk mendapatkan efek gyroskopik, peluru
berjalan dengan berputar sehingga stabil. Pada revolver arah alur ke kiri,
pada pistol arah alur ke kanan, jumlah alur tergantung dari pabrik pembuat
berkisar antara 4-7 alur
Otomatis, semi otomatis dan tidak otomatis
b. Smooth Bore ( Larak yang tidak beralur, banyaj digunakan pada senjata
untuk berburu, jumlah anak peluru banyak. Bentuk choke dimaksud agar
anak peluru pada waktu keluar laras tidak terlalu tersebar.
Full Choke, Half Coke, Full Cylender
Peluru dan Mesiu : Dibedakan anak peluru tunggal (pada rified) dan anak peluru
banyak (smooth bore). Bagian-bagian peluru adalah proyektil, Selongsong peluru, mesiu.
Kalber peluru atau laras adalah ukuran peluru. Ditentukan oleh jarak antara pematiang pada
laras. Ukurannya dapat dalam bentuk inch (0,38 inch) atau mm. Pada smooth bore, kaliber
senjata dapat dibuat dari 1 pound timah, standard 12 buah. Ukuran adalah gauge
Cara mengetahui kaliber peluru adalah dengan mengukur diameter dari pantat anak
peluru atau beratnya bila peluru masih baik. Mesiu merupakan bagian yang penting dari
sebuah peluru, karena ia menentukan kecepatan jalan anak peluru untuk selanjutnya
menentukan jangkauan maupun daya tembusnya.
Hal-hal yang ditentukan pada saat menemukan luka tembak adalah :
1. Apakah luka yang ditemukan merupakan luka tembak
2. Mana luka tembak masuk, berapa jumlahnya
3. Mana luka tembak keluar, berapa jumlahnya
4. Jenis dan kaliber senjata
5. Arah peluru masuk
6. Saluran luka
7. Posisi korban (perkiraan)
8. Jarak tembakan
9. Sebab Kematian
10. Cara kematian
a. Luka Tembak Masuk
Luka tembak masuk dicirikan dari klim-klim yang terbentuk, tapi yang khas adalah
klim kesat, tergantung jarak tembak. LTM dibedakan menjadi :
1. LTM tempel atau kontak
Moncong laras menempel pada kulit, lubang luka yang terbentuk tergantung daerah
mana yang terkena, pada daerah dahi lubang besar dan tidak beraturan. Gas yang
kembali keluar. Bila pada daerah yang lunak, (dada) lubang uka bulat dan sekitarnya
terdapat jejas laras, komponen peluru semua ikut masuk dalam jaringan, tepi luka
hitam (terbakar).
2. LTM jarak sangat dekan (<30 cm)
Sekitar lubang luka terdapat klim lecet dan klim tato
3. LTM jarak jauh (>60cm)
Sekitar lubang luka hanya terdapat klim lecet saja
b. Luka Tembak Keluar
Letak disebabkan oleh peluru yang berjalan dari dalam kea rah keluar (LTM dari
luar ke dalam). Konsekuensinya dapat ikut jaringan atau tulang sehingga lubang luka sangat
variable baik bentuk atau besarnya. Beberapa factor yang mempengaruhi bentuk atau besar
luka tembak keluar adalah :
1. Kecepatan saat peluru keluar dari badan
2. Permukaan jaringan tempat peluru keluar
3. Deformitas dari peluru akibat benturan dengan jaringan sewaktu melalui rongga
badan
4. Jalan atau gerakan peluru, dimana peluru dalam tubuh tidak berjalan stabil tapi
melakukan goyangan
5. Ada tidaknya fragmentasi anak peluru
6. Ada tidaknya fragmentasi tulang atau jaringan yang ikut keluar
7. Ada tidaknya tahanan dari luar pada waktu peluru akan menembus (tembok
sesuatu yang keras)

4) Luka Bakar
Untuk melihat berat ringan suatu luka bakar maka perlu ditemukan derajat dan luas
luka bakar. Derajat luka bakar :
a. Epidermal Burn
- Derajat 1 : erythema
- Derajat 2 : vesikel dengan cirri : Banyak albumin dan chlor, PMN, Sekitar
merah, bila dipecahkan dasarnya terdapat bintik perdarahan (Intra epidermal)
b. Dermal Burn
- Derajat 3 : Kerusakan pada lapisan kutikula kulit warna kehitaman, ujung-
ujung syaraf terkena timbul rasa skit (penyembuhan dengan sikatrik)
- Derajat 4 : Seluruh lapisan kulit terkena, warna kuning kecoklatan, syaraf
sudah rusak, rasa sakit berkurang kurang. Dalam beberapa hari timbul
jaringan nekrotik dan nanah sembuh dengan deformitas sikatrik
c. Deep Burn
- Derajat 5 : Mengenal seluruh lapisan kulit dan otot, terjadi koagulasi protein
(albumin otot) terjadi sikap puglistik
- Derajat 6 : Seluruh jaringan kulit, otot dan tulang mengarang Nampak pada
beberapa bagian jaringan pecah-pecah menyerupai luka tajam (disini tidak
ada darah)
Faktor lain yang turut berpengaruh berat ringan akibat luka bakar adalah :
1. Derajat luka bakar atau luas luka bakar
2. Derajat panas benda penyebab
3. Lamanya terpapar
4. Umur
5. Jenis Kelamin
6. Lokasi luka bakar : daerah kepala, badan, perut bagian bawah, genital lebih
berbahaya dari tempat lain
Pemeriksaan mayat :
1. Darah berwarna merah terang
2. Pada saluran pernapasan ditemukan jelaga selaput lender warna kemerahan
dan dapat ditemukan pula busa halus
3. Tulang tenghorak sering telah terbuka atau dapat ditemukan pseudo epidural
hematom
4. Paru-paru edema, jantung penuh berisi darah
5. Dapat ditemukan pula edema laryng
6. Bila korban sempat hidup dalam jangka waktu beberapa hari, sering dijumpai
radang paru-paru, degenerasi sel parenkim hati, tubular nekrosis akut,
ullerasi lambung atau duodenum
Pemeriksaan Toksikologi :
Bila kadar CO dalam darah lebih 10% berarti orang tersebut masih hidup pada
waktu terbakar, sebaliknya kadar CO(-) sedikti belum tentu orang tersebut sudah
mati waktu terbakar, hal tersebut dapat terjadi pada kematian yang cepat
(misalnya ledakan, edema laring). Pemeriksaan meliputi :
1. Resistensi Alkali Tes
1-2 tetes darah + 5ml air + 5 tetes NAOH 10% = warna berubah merah
kecoklatan.
1-2 tetes darah control + 5 ml air + 5 tetes NAOH 10% = warna coklat tua
2. Tes Mikrodilusi (Semi kwantitatif)
3. Tes Gas Chromatografie

Anda mungkin juga menyukai