Anda di halaman 1dari 58

1.

SIKATRIK KORNEA

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
TATA LAKSANA KASUS

GAGAL JANTUNG AKUT


(ICD 10-I50)
No. Dokumen: Revisi: Tanggal Terbit: DISAHKAN OLEH

1. Pengertian ( Definisi) Adalah sindrom klinis disfungsi jantung yang


berlangsung cepat dan singkat (dalam beberapa jam
dan atau hari )

2. Anamnesis Sesak nafas: mendadak, pada posisi tidur


terlentang, terutama malam hari

Rasa lelah dapat terjadi saat aktivitas maupun


istirahat

Batuk-batuk tidak produktif, terutama posisi


baring

Progresivitas perburukan dalam hitungan hari.


Faktor resiko multivariable, NYHA scoring
system

3. Pemeriksaan Fisik Tanda-tanda vital ( Hemodinamik)


Pernafasan cepat, lebih dari 24 x/menit (takipnoe)
Nadi cepat (takikardi) dan lemah ( >80 x/menit)
Tekanan vena jugular meningkat
Ronki basah halus
Gallop
Edema
Waktu Pengisian kapiler memanjang (> 2 detik)
4. Kriteria Diagnosis 1. Sesuai anamnesis
2. Sesuai tanda-tanda pada Pemeriksaan Fisik
5. Gagal Jantung Akut meliputi :
- Acute Systolic (congestive) Heart Failure
- Acute on Chronic Systolic (congestive) Heart Failure
- Acute Diastolic (congestive) Heart Failure
- Acute on Chronic Diastolic (congestive) Heart Failure
- Acute Combine Systolic (congestive) and Diastolic
(congestive) Heart Failure
- Acute on Chronic Combine Systolic (congestive) and
Diastolic (congestive) Heart Failure
6. 1. Pneumonia
2. Asthma bronchial akut
3. PPOK dengan eksaserbasi akut

7. 1. EKG
2. Pulse oxymetry
3. Rontgen dada PA
4. Lab. : darah rutin, ureum/kreatinin, GDS,
SGOT/SGPT, elektrolit, natriuretic peptide,
5. Echocardiografi (NT pro BNP jika tersedia);
untuk menilai ketebalan dinding, fungsi
ventrikel, fungsi katup, dan gerakan dinding
jantung.
6. Analisa gas darah pada kondisi yang berat
7. Monitoring serial: elektrolit, ureum/kreatinin
(bila ada indikasi)
8. Pemeriksaan enzim jantung /biomarker (bila ada
indikasi klinis)
1. Terapi pada fase akut meliputi:
a. Terapi Oksigen - Berikan O2 nasal 2-
4L/menit, disesuaikan dengan hasil
pulseoxymetry. Bila diperlukan, O2 dapat
diberikan dengan masker nonrebreathing
atau rebreathing bila tidak membaik dalam
waktu 1/2 jam - Bila saturasi oksigen tetap
rendah dengan mask atau ada distress
pernafasan, digunakan CPAP. - Bila distress
pernafasan tidak membaik dan atau tidak
toleran dengan CPAP dilakukan intubasi
b. Obat-obatan
- Furosemid intravena: Bolus 40 mg (bila
tidak dalam pengobatan diuretic
sebelumnya), 2,5x dosis sebelumnya (bila
sebelumnya sudah minum diuretik)
- Nitrogliserin infus Dimulai dari 5
microgram/menit, bila tekanan darah
sistolik >110 mmHg, atau ada kecurigaan
sindroma koroner akut.
- Morphin Sulfat injeksi, 2 sd4 mg bila
masih takipnoe
- Dobutamin mulai 5 mcg/kg berat
badan/menit bila tekanan darah <90 mmHg
- Dopamine mulai dari 5 mcg/kg berat
badan/menit bila TDs <80 mmHg
- Noradrenaline mulai dari 0.02 mcg/kg
berat badan/menit bila TDs <70 mmHg
- Digoksin IV 0,5 mg bolus bila fibrilasi
atrium respon cepat, bias diulang tiap 4 jam
hingga maksimal1mg
- Captopril mulai dari 6.25mg bila fase akut
telah teratasi.
80% pasien dengan gagal jantung akut teratasi dalam
jangka waktu7 hari

1. Edukasi kepatuhan terhadap pengobatan


2. Edukasi pembatasan cairan dan garam
3. Edukasi pengaturan aktivitas fisik
4. Edukasi pengendalian faktor risiko

8. Penyakit endokrin dan metabolic, geriatrik,


hipertensi refrakter, penyakit aterosklerosis
9. Ad vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
10. I/II
11. A/B
12. SMF Jantung dan Pembuluh Darah
13. Indikator 1. Dyspnoe (-)
2. Nyeri dada (-)
3. Hemodinamik stabil
4. Diuresis >1 cc/kgBB/jam

14. Kepustakaan 1. Panduan Praktis Klinis dan Clinical Pathway


Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah,
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia, 2016.
2. AHA Guidelines for Management of Heart
Failure, 2013.
3. ACC/AHA/HMSA Focused Update of the 2013
ACCF/AHA Guideline for the Management of
Heart Failure, 2017.

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
TATA LAKSANA KASUS

GAGAL JANTUNG KRONIS


CHRONIC SYSTOLIC (CONGESTIVE) HEART FAILURE (ICD10-I50.22)
CHRONIC DIASTOLIC (CONGESTIVE) HEART FAILURE (ICD10-I50.32)

No. Dokumen: Revisi: Tanggal Terbit: DISAHKAN OLEH

1. Pengertian ( Definisi) adalah sindrom klinis ditandai gejala dan tanda


abnormalitas struktur dan fungsi jantung, yang
menyebabkan kegagalan jantung untuk memenuhi
kebutuhan oksigen metabolism tubuh.

2. Anamnesis Cepat lelah bila beraktifitas ringan (mandi, jalan


>300 m, naik tangga)

Sesak nafas saat terlentang, malam hari atau saat


beraktifitas, tidur lebih nyaman bila menggunakan
bantal yang tinggi ( 2-3 bantal)

Bengkak pada tungkai bawah dekat mata kaki

Riwayat menderita penyakit jantung atau dirawat


dengan gejala diatas

3. Pemeriksaan Fisik a. Sesak nafas, frekuensi nafas >24x/menit saat


istirahat
b. Frekuensi nadi > 100 x/mnt, nadi kecil dan cepat
- Iktus cordis bergeser ke lateral pada palpasi
c. Peningkatan tekanan vena jugularis
d. Hepato megali / hepato jugular reflux (+)
e. Edema tungkai biasanya dekat mata kaki -
Ascites.
4. Kriteria Diagnosis 1. Mayor
- Sesak saat tidur terlentang (Orthopnoe) - Sesak
terutama malam hari (Paroxysmal Nocturnal
Dyspnoe)
- Peningkatan Tekanan Vena Jugularis
- Ronki basah halus
- Pembesaran Jantung
- Edema Paru
- Gallop S3
- Waktu sirkulasi memanjang >25 detik
- Refluks hepato jugular
- Penurunan berat badan karena respons dengan
pengobatan

2. Minor:
- Edema tungkai bawah (biasanya dekat mata
kaki)
- Batuk-batuk malam hari
- Sesak nafas saat aktifitas lebih dari sehari hari
- Pembesaran hati
- Efusi Pleura
- Takikardia

Bila terdapat 1 gejala mayor dan 2 minor atau 3 gejala


minor, sudah memenuhi kriteria diagnostic gagal
jantung
5. Diagnosis Kerja Gagal Jantung Kronik

6. Diagnosis Banding 1. Asma bronchial


2. PPOK
3. Uremia
4. Volume overload

7. Pemeriksaan Penunjang 1. EKG


2. Foto polos dada
3. Lab.: Darah rutin, fungsi hati, fungsi ginjal,
BNP/NT-pro BNP, GDS, elektrolit, profil lipid.
4. Ekokardiografi transtorakal
5. Tata Laksana 1. Diuretik: Furosemid oral / IV bila tanda dan
gejala kongesti masih ada, dengan dosis 1 mg/kg
berat badan atau lebih.
2. ACE inhibitor (atau ARB bila batuk) bila tidak
ada kontra indikasi; dosis dinaikan bertahap
sampai dosis optimal tercapai
3. Beta blocker dosis kecil bila tidak ada kontra
indikasi, dosis naik bertahap Bila dosis sudah
optimal tetapi laju nadi masih cepat
(>70x/menit), dengan:
- Irama sinus, dapat ditambahkan Ivabradin
mulai dosis kecil 2x2,5mg, maksimal 2 X 5mg. -
Irama atrialfibrilasi
- respons ventrikel cepat serta fraksi ejeksi
rendah, tetapi fungsi ginjal baik, berikan digoxin
dosis rumat 0,25mg pagi.
4. Mineralocorticoid Receptor Blocker
(Aldosterone Antagonist) dosis kecil bila tidak
ada kontra indikasi
5. Statin diberikan pada pasien gagal jantung
dengan riwayat akut koroner syndrome/miokard
infark atau cardiovascular event lainnya.
6. Pemberian digoxin pada pasien gagal jantung
disertai dengan aritmia diberikan bila tidak ada
kontraindikasi.
7. Pasien dengan gagal jantung kronis dengan
permanent/persistent/paroxysmal AF dan faktor
resiko untuk terjadinya cardioembolic stroke
(Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, riwayat
TIA atau stroke, umur diatas >75tahun) harus
diberikan terapi antikoagulan
Lama Rawat
Kurang lebih 7 hari.

8. Edukasi 1. Edukasi kepatuhan minum obat


(Hospital Health Promotion) 2. Edukasi kepatuhan diet rendah garam,
rehabilitasi jantung,
3. Edukasi cara mengatasi bila terjadi perburukan
sesak nafas
4. Edukasi timbang berat badan dan lingkar perut,
ukur jumlah cairan masuk dan keluar agar
seimbang
5. Edukasi kontrol tekanan darah, nadi dan
pemeriksaan fisik ke fasilitas kesehatan terdekat.
9. Penyulit Penyakit endokrin dan metabolik, geriatrik,
hipertensi refrakter, penyakit aterosklerosis
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens I/II
12. Tingkat Rekomendasi A/B
13. Penelaah Kritis SMF Jantung dan Pembuluh Darah
14. Indikator 1. Dyspnoe (-)
2. Nyeri dada (-)
3. Hemodinamik stabil (Tekanan Darah kurang dari
130/80 mmHg)
4. Diuresis >1 cc/kgBB/jam

1. Panduan Praktis Klinis dan Clinical Pathway


15. Kepustakaan Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah,
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia, 2016.
2. AHA Guidelines for Management of Heart
Failure, 2013.
3. ACC/AHA/HMSA Focused Update of the 2013
ACCF/AHA Guideline for the Management of
Heart Failure, 2017.

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
TATA LAKSANA KASUS

Hipertensi Refrakter/Resistant
(ICD 10-I10.0)

No. Dokumen: Revisi: Tanggal Terbit: DISAHKAN OLEH

1. Pengertian ( Definisi) Adalah sejumlah kondisi kelainan klinis dengan atau


tanpa kelainan kardiovaskular yang disebabkan oleh
hipertensi arterial, tekanan darah tidak dapat turun
dibawah 160/100 mmHg, walaupun sudah
mendapatkan terapi 3 (tiga) obat anti hipertensi
berbeda, adekuat, dan mendekati dosis maksimal
untuk tekanan darah sebelum terapi diatas 180/115
mmHg
Bila tekanan darah sebelum terapi dibawah 180/115
mmHg, tekanan darah tidak dapat turun lagi dibawah
140/90 mmHg.
2. Anamnesis Nyeri kepala, vertigo, gangguan penglihatan,
stroke.

Dapat dijumpai keluhan nyeri dada, sesak nafas,


riwayat jantung berdabar.

Faktor resiko: riwayat hipertensi dalam keluarga,


riwayat dyslipidemia, riwayat diabetes mellitus,
merokok, peningkatan berat badan (obesitas)

Penyebab hipertensi sekunder:


- Obstructive sleep apnea (ngorok, apnea
periodic, rasa mengantuk yang berlebihan)
- Aldosteronism primer
- Penyakit ginjal kronik
- Stenosis arteri renalis
- Pheochromocytoma (hipertensi episodic,
palpitasi, diaphoresis, nyeri kepala)
- Cushing syndrome
- Coarctasio aorta

Hipertensi refrakter sering ditemukan bersamaan


dengan obesitas, NIDDM, hiperinsulinemia.

3. Pemeriksaan Fisik TD sistolik >140- 159 mmHg atauTD diastolic > 90-99
mmHg

- Ditujukan untuk mencari penyebab hipertensi


- Funduskopi untuk mendeteksi ada tidaknya
retinopati
- Cushing syndrome (moon face, obesitas sentral,
striae abdominalis, deposit lemak interscapular)
- Coarctasio aorta (perbedaan denyut nadi di
brachialis atau femoralis, sistolik bruit)
4. Kriteria Diagnosis - Tekanan darah tidak dapat diturunkan lagi
<160/100 mmHg, walaupun telah diberikan 3
jenis antihipertensi yang berbeda, adekuat
selama 6 bulan atau lebih dan mendekati dosis
maksimal untuk tekanan darah sebelum terapi
diatas 180/115mmHg.
- Bila tekanan darah sebelum terapi dibawah
180/115 mmHg, tekanan darah tidak dapat
diturunkan lagi <140/90mmHg.
- Sebelum sampai pada diagnosis hipertensi
refrakter, ada 2 faktor yang harus disingkirkan:
Faktor terapeutik, dimana pemakaian
kombinasi antihipertensi yang tidak tepat.
Faktor penderita, makan obat yang tidak
teratur, obstructive sleep apnea, merokok,
konsumsi kafein, alcohol, garam serta obat-
obatan yang dapat menaikan tekanan darah,
seperti rematik, obat flu dan kortikosteroid,
tidak menderita hipertensi sekunder.

5. Diagnosis Kerja Hipertensi Resisten Refrakter


ICD 10-I 10.0
6. Diagnosis Banding - Cephalgia
- Anxietas
- Gagal ginjal kronik

7. Pemeriksaan Penunjang - Untuk mencari penyebab hipertensi


- Laboratorium : darah lengkap, ureum, kreatinin,
elektrolit, glukosa darah, urinalisis
- CT angiografi
6. Tata Laksana - Modifikasi gaya hidup
- Terapi penyebab hipertensi sekunder:
Obstructive sleep apnea: Continous
positive airway pressure (CPAP)
Stenosis arteri renalis: angioplasty
- Tiga jenis obat yang diberikan harus berbeda
sifat farmakologinya, seperti diuretic + 2 jenis
obat lain, missal golongan beta blocker, direct
vasodilator, antagonis kalsium, dan ACE-I.
- Kombinasi antagonis kalsium + ACE-I cukup
efektif untuk terapi hipertensi refrakter

Indikasi rawat inap:


- Bila disertai dengan tanda-tanda distress napas,

Lama Rawat aritmia, atau hemodinamik tidak stabil


- Hipertensi refrakter yang akan dilakukan
tindakan angioplasty pada stenosis arteri renalis.
- Hipertensi refrakter yang disertai gangguan
metabolic
5-7 hari bila tanpa penyulit

8. Edukasi - Edukasi modifikasi gaya hidup , diet rendah


(Hospital Health Promotion) garam, mengatasi faktor-faktor resiko.
- Edukasi control dan minum obat antihipertensi
secara teratur.
9. Penyulit Penyakit endokrin dan metabolik, geriatrik,
hipertensi refrakter, penyakit aterosklerosis
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens I/II
12. Tingkat Rekomendasi A/B
13. Penelaah Kritis SMF Jantung dan Pembuluh Darah
14. Indikator - Keluhan berkurang
- Tekanan darah <140/90 mmHg
15. Kepustakaan 1. Resistant hypertension: Diagnosis, Evaluation
and Treatment, AHA, 2008.
2. Kaplan Norman M, Resistant Hypertension:
What to do after trying, the used, geriatrics 1995;
50:24-38.
3. Isaksson H and Ostergen K. Prognosis in
Therapy-Resistant Hypertension. J Intern Med
1994; 236; 634-9.
4. ESC Guidelines Desk Reference. Compendium
of Abridged ESC Guidelines 2010
5. Izzo JL, Sica DA, Black HR. Hypertensio Primer
4th Edition. 2008

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) KARDIOLOGI


TATA LAKSANA KASUS

SINDROMA KORONER AKUT TANPA ELEVASI SEGMEN ST


ICD 10: I 21.4
No. Dokumen: Revisi: TanggalTerbit: DISAHKAN OLEH

1. Pengertian ( Definisi) Sindroma koroner akut (SKA) disebabkan karena proses


pengurangan pasokan oksigen akut atau subakut dari
miokard yang di picu oleh adanya denudasi atau robekan
plak aterosklerotik dan berkaitan dengan adanya proses
inflamasi, thrombosis, vasokonstriksi dan mikroembolisasi
distal.
2. Anamnesis - Riwayat nyeri dada/perasaan tidaknyaman yang bersifat
substernal, lamanya lebihdari 20 menit, tidak hilang
dengan istirahat atau pemberian nitrat, disertai penjalaran,
ada rasa mual, muntah dan berkeringat dingin.
- Faktor-faktor resiko: hipertensi, diabetes mellitus,
merokok, obesitas, dislipidemia.
3. Pemeriksaan Fisik Hampir selalu normal, termasuk pemeriksaan thoraks,
auskultasi dan pengukuran laju jantung serta tekanan
darah.Tujuan pemeriksaan fisik ini untuk menyingkirkan
penyebab nyeri dada nonkardiak, penyakit kardiak non
iskemik (perikarditis, penyakitvalvular), penyebab ekstra
kardiak yang mencetuskan nyeri dada serta mencari tanda-
tanda ketidakstabilan hemodinamik dan disfungsi ventrikel
kiri.

4. Kriteria Diagnosis 1. Presentasi Klinis


Secaraklasik, presentasi klinis SKA tanpa elevasi
segmen ST meliputi :
a. Nyeri dada iskemik berupa nyeri dada yang
terus menerus (>20 menit) saat istirahat.
b. Angina berat (CCS III) yang timbul pertama
kali.
c. Angina karakteristik kresendo (CCS III) pada
angina pectoris stabil.
d. Angina pasca infark miokard.
Presentasi atipikal terutama pada usia muda (25-40 tahun)
dan usia tua (>75 tahun), pasien diabetes dan wanita.
2. EKG saat istirahat
- Depresi segmen ST 0,5 mm yang persisten
maupun transient elevasi segmen ST 0,5 mm
(< 20 menit) serta inversi gelombang T 0,2
mV pada 2 sadapan yang berdekatan atau lebih.
- Perubahan segmen ST yang tidak spesifik,
inversi gelombang T ( < 0,2 mV) atau gambaran
EKG normal, kurang bermakna.
3. Enzim jantung
Troponin T/I merupakan penanda nekrosis miokard
lebih spesifik dan lebih sesuai dibanding enzim
kardiak konvensional CK atau CKMB.
Terapi tidak boleh tertunda karena menunggu hasil
pemeriksa anenzim.
Rekomendasi untuk stratifikasi resiko
1. Saat pasien pertama kali tiba di UGD berdasarkan
gambaran EKG
- Resikotinggi: depresi ST atau inverse
gelombang T dinamis
- Resiko rendah/sedang: gambaran EKG normal
atau nondiagnostik
2. Selamaobservasi di UGD berdasarkan serial EKG,
enzim ataupun pemeriksaan non invasive lain
(menggunakan skor TIMI)
- Usia65 tahun
- 3 faktor resiko PJK (hipertensi, riwayat PJK
dalam keluarga, hiperkolesterolemia, perokok
aktif)
- Pemakaian aspirin dalam 7 hari terakhir
- 2 episode angina dalam 24 jam terakhir
- Peningkatan enzim jantung (CKMB atau
troponin)
- Deviasi segmen ST 0,5 mm: depresi segmen
ST 0,5 mm atau ST elevasi 0,5 mm yang
transient ( < 20 menit)
Diberi skor 1 untuk tiap poin.
Penilaian skor 0-2: resiko rendah
Skor 3-4: resiko sedang
Skor 5-7: resiko tinggi
3. Setelah pasien dirawat dengan pemantauan monitor
EKG
Pasien masuk criteria resiko tinggi bila didapatkan:
- nyeri dada iskemik yang refrakter
- deviasi segmen ST yang menetap atau berulang
- takikardi ventrikel
- hemodinamik tidak stabil
- tanda-tanda gagal jantung
- skor TIMI yang tinggi
- enzim jantung positif
Pada keadaan-keadaan di atas dibutuhkan tindakan
invasive dini (dalam 48 jam setelah kejadian infark)
4. Diagnosis Kerja Sindroma Korone rAkut Tanpa Elevasi Segmen ST
ICD 10 : I 21.4
5. Diagnosis Banding - Perikarditis
- Penyakit valvular
- Diseksi aorta
- Emboli paru
6. Pemeriksaan Penunjang - Laboratorium: darah rutin, enzim jantung (CK-
MB, Troponin T), kreatinin, elektrolit
- EKG
- Foto Thorax, bilaperlu
- Ekokardiografi, bilaperlu
7. Tata Laksana Tata laksana awal pada pasien dugaan SKA (dilakukan
dalam periode waktu 10 menit):
Memberikan tanda vital, termasuk saturasi oksigen
Mendapatkan akses intravena
Merekam dan menganalisis EKG*
Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
Mencari adanya kontraindikasi tindakan fibrinolitik
pada infark dengan elevasi segmen ST
Mengambil sediaan untuk pemeriksaan enzim
jantung**, elektrolit serta pemeriksaan koagulasi.
Mengambil foto rontgen thorax (<30 menit)
*EKG harus dilakukan segera dan dilakukan rekaman EKG
berkala untuk mendapatkan adanya elevasi segmen ST
dengan cepat.
**Troponin T/I diukur saat masuk dan jika normal diulang
6-12 jam.

Tata laksana awal SKA tanpa elevasi ST di unit emergensi:


- Oksigen 4 L/mnt (bila perlu, saturasi oksigen <
90 %)
- Aspirin 160 mg (dikunyah)
- Nitrat diberikan 5 mg sublingual (dapat diulang
3 kali) lalu drip bila masih nyeri
- Morfin IV bila nyeri tidak teratasi dengan nitrat.
Tata laksana lanjut berdasarkan stratifikasi resiko
sesuai indikasi dan kontraindikasi.
1. Resiko tinggi/sedang
- Anti iskemik: beta bocker, nitrat, calcium
channel blocker, trimetazidine
- Anti platelet oral; aspirin, clopidogrel
o Aspirin dosis awal 160-325 mg dan
selanjutnya 75-100 mg per hari untuk
jangka panjang.
o Clopidogrel dosis awal 300 mg
selanjutnya 75 mg per hari. Clopidogrel
dapat diberikan hingga 12 bulan kecuali
terjadi perdarahan yang berlebihan.
- Anti platelet intravena: penghambat reseptor GP
IIb/IIIa
- Anti koagulan/anti thrombin: Heparin
(UFH/LMWH)
- ACE inhibitor/ARB
- Intervensi terhadap profil lipid
- Revaskularisasi koroner:
o Angiografi coroner dini (< 72 jam)
diikutioleh revaskularisasi (PCI atau
CABG) direkomendasikan pada pasien
dengan resiko sedang hingga berat.
o Angiografi coroner urgensi
direkomendasikan pada pasien dengan
angina refrakter atau berulang yang
disertai perubahan segmen ST, gagal
jantung, aritmia mengancam hidup, atau
hemodinamik yang tidak stabil.
2. Resiko rendah
- Aspirin
- Beta blocker
- Dapatdipulangkansetelahobservasi di UGD
- Pertimbanganuntukujilatihjantung (treadmill)
Kateterisasi direkomendasikan pada pasien:
- Angina progresif termasuk angina tidak stabil
berulang
- Resiko tinggi (depresisegmenST 2 mm,
tekanan darah sistolik turun 10 mmHg) saat uji
latih jantung.
- Gagal jantung kronik
- Angina yang timbul pada latihan ringan
- Pernah mengalami henti jantung mendadak

5-7 hari bila tanpa komplikasi


Lama Perawatan
8. Edukasi 1) Perbaikan gaya hidup
(Hospital Health Promotion) 2) Kontrol tekanan darah
3) Edukasi kondisi penyakit pasien dan rencana
tindakan serta pengobatan yang akan diberikan
9. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam

10. Tingkat Evidens I/II


11. Tingkat Rekomendasi A/B
12. Penelaah Kritis SMF Ilmu Penyakit Jantung & Pembuluh Darah
13. Indikator outcome - Nyeri dada (-)
- Hemodinamik stabil

14. Kepustakaan 1. ESC Guidelines for the management of acute


coronary syndromes in patients presenting without
persistent ST-segment elevation, 2011
2. ACC/AHA Guidelines for the Management of
Patients With Unstable Angina and NonST-
Segment Elevation Myocardial Infarction:
Executive Summary and Recommendations : A
Report of the American College of
Cardiology/American Heart Association Task Force
on Practice Guidelines (Committee on
theManagement of Patients With Unstable Angina),
2000

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) KARDIOLOGI


TATA LAKSANA KASUS

SINDROMA KORONER AKUT TANPA ELEVASI SEGMEN ST


ICD 10: I 21.4
No. Dokumen: Revisi: TanggalTerbit: DISAHKAN OLEH

1. Pengertian ( Definisi) Sindromakoronerakut (SKA) disebabkankarena proses


penguranganpasokanoksigenakutatausubakutdarimiokard yang
di
picuolehadanyadenudasiataurobekanplakaterosklerotikdanberka
itandenganadanya proses inflamasi, thrombosis,
vasokonstriksidanmikroembolisasi distal.
2. Anamnesis - Riwayatnyeri dada/perasaantidaknyaman yang bersifat
substernal, lamanyalebihdari 20 menit, tidakhilangdengan
istirahatataupemberiannitrat, disertaipenjalaran, ada rasa
mual, muntahdanberkeringatdingin.
- Faktor-faktorresiko: hipertensi, diabetes mellitus, merokok,
obesitas, dislipidemia.
3. Pemeriksaan Fisik Hampirselalu normal, termasukpemeriksaanthoraks,
auskultasidanpengukuranlajujantungsertatekanandarah.
Tujuanpemeriksaanfisikiniuntukmenyingkirkanpenyebabnyeri
dada nonkardiak, penyakitkardiak non iskemik (perikarditis,
penyakitvalvular), penyebabekstrakardiak yang
mencetuskannyeri dada sertamencaritanda-
tandaketidakstabilanhemodinamikdandisfungsiventrikelkiri.
4. Kriteria Diagnosis 15. PresentasiKlinis
Secaraklasik, presentasiklinis SKA tanpaelevasisegmen
ST meliputi :
e. Nyeri dada iskemikberupanyeri dada yang
terusmenerus (>20 menit) saatistirahat.
f. Angina berat (CCS III) yang timbulpertama kali.
g. Angina karakteristikkresendo (CCS III) pada angina
pektorisstabil.
h. Angina pascainfarkmiokard.
Presentasiatipikalterutamapadausiamuda (25-40 tahun)
danusiatua (>75 tahun), pasien diabetes danwanita.
16. EKG saatistirahat
- Depresisegmen ST 0,5 mm yang persisten
maupun transient elevasi segmen ST 0,5 mm (<
20 menit) serta inversi gelombang T 0,2 mV pada
2 sadapan yang berdekatan atau lebih.
- Perubahan segmen ST yang tidak spesifik, inversi
gelombang T ( < 0,2 mV) atau gambaran EKG
normal, kurang bermakna.
17. Enzimjantung
Troponin T/I
merupakanpenandanekrosismiokardlebihspesifikdanlebi
hsesuaidibandingenzimkardiakkonvensional CK atau
CKMB.
Terapitidakbolehtertundakarenamenungguhasilpemeriks
aanenzim.
Rekomendasiuntukstratifikasiresiko
4. Saatpasienpertamakali tiba di UGD
berdasarkangambaran EKG
- Resikotinggi: depresi ST atauinversigelombang T
dinamis
- Resikorendah/sedang: gambaran EKG normal
ataunondiagnostik
5. Selamaobservasi di UGD berdasarkan serial EKG,
enzimataupunpemeriksaan non invasive lain
(menggunakanskor TIMI)
- Usia65 tahun
- 3 faktor resiko PJK (hipertensi, riwayat PJK dalam
keluarga, hiperkolesterolemia, perokok aktif)
- Pemakaian aspirin dalam 7 hari terakhir
- 2 episode angina dalam 24 jam terakhir
- Peningkatan enzim jantung (CKMB atau troponin)
- DeviasisegmenST 0,5 mm: depresi segmen ST
0,5 mm atau ST elevasi 0,5 mm yang transient ( <
20 menit)
Diberiskor 1 untuktiappoin.
Penilaianskor 0-2: resikorendah
Skor 3-4: resikosedang
Skor 5-7: resikotinggi
6. Setelahpasiendirawatdenganpemantauan monitor EKG
Pasienmasukkriteriaresikotinggibiladidapatkan:
- nyeri dada iskemik yang refrakter
- deviasisegmen ST yang menetapatauberulang
- takikardiventrikel
- hemodinamiktidakstabil
- tanda-tandagagaljantung
- skor TIMI yang tinggi
- enzimjantungpositif
Padakeadaan-keadaan di atasdibutuhkantindakaninvasifdini
(dalam 48 jam setelahkejadianinfark)
18. Diagnosis Kerja SindromaKoronerAkutTanpaElevasiSegmen ST
ICD 10 : I 21.4
19. Diagnosis Banding - Perikarditis
- Penyakitvalvular
- Diseksi aorta
- Emboli paru
20. Pemeriksaan Penunjang - Laboratorium: darahrutin, enzimjantung (CK-MB,
Troponin T),kreatinin, elektrolit
- EKG
- Foto Thorax, bilaperlu
- Ekokardiografi, bilaperlu
21. Tata Laksana Tata laksanaawalpadapasiendugaan SKA
(dilakukandalamperiodewaktu 10 menit):
Memberikantanda vital, termasuksaturasioksigen
Mendapatkanaksesintravena
Merekamdanmenganalisis EKG*
Melakukan anamnesis danpemeriksaanfisik
Mencariadanyakontraindikasitindakanfibrinolitikpadainfar
kdenganelevasisegmen ST
Mengambilsediaanuntukpemeriksaanenzimjantung**,
elektrolitsertapemeriksaankoagulasi.
Mengambilfotorontgen thorax (<30 menit)
*EKG harusdilakukansegeradandilakukanrekaman EKG
berkalauntukmendapatkanadanyaelevasisegmen ST
dengancepat.
**Troponin T/I diukursaatmasukdanjika normal diulang 6-12 jam
kemudian CK dan CKMB diperiksapadapasiendengan onset <6
jam danpadapasienpascainfark< 2
minggudenganiskemikberulanguntukmendeteksireinfarkatauinfar
kperiprosedural.
Tata laksanaawal SKA tanpaelevasi ST di unit emergensi:
- Oksigen 4 L/mnt (bilaperlu, saturasioksigen< 90 %)
- Aspirin 160 mg (dikunyah)
- Nitratdiberikan 5 mg sublingual (dapatdiulang 3 kali)
lalu drip bilamasihnyeri
- Morfin IV bilanyeritidakteratasidengannitrat.
Tata
laksanalanjutberdasarkanstratifikasiresikosesuaiindikasida
nkontraindikasi.
3. Resikotinggi/sedang
- Anti iskemik: beta bocker, nitrat, calcium channel
blocker, trimetazidine
- Anti platelet oral; aspirin, clopidogrel
o Aspirin dosisawal 160-325 mg
danselanjutnya 75-100 mg per
hariuntukjangkapanjang.
o Clopidogreldosisawal 300 mg selanjutnya
75 mg per hari.
Clopidogreldapatdiberikanhingga 12
bulankecualiterjadiperdarahan yang
berlebihan.
- Anti platelet intravena: penghambatreseptor GP
IIb/IIIa
- Anti koagulan/anti thrombin: Heparin (UFH/LMWH)
- ACE inhibitor/ARB
- Intervensiterhadapprofil lipid
- Revaskularisasikoroner:
o Angiografi coroner dini (< 72 jam)
diikutiolehrevaskularisasi (PCI atau CABG)
direkomendasikanpadapasiendenganresiko
sedanghinggaberat.
o Angiografi coroner
urgensidirekomendasikanpadapasiendenga
n angina refrakteratauberulang yang
disertaiperubahansegmen ST, gagaljantung,
aritmiamengancamhidup, atauhemodinamik
yang tidakstabil.
4. Resikorendah
- Aspirin
- Beta blocker
- Dapatdipulangkansetelahobservasi di UGD
- Pertimbanganuntukujilatihjantung (treadmill)
Kateterisasidirekomendasikanpadapasien:
- Angina progresiftermasuk angina
tidakstabilberulang
- Resikotinggi (depresisegmenST 2 mm, tekanan
darah sistolik turun 10 mmHg) saat uji latih jantung.
- Gagal jantung kronik
- Angina yang timbul pada latihan ringan
- Pernah mengalami henti jantung mendadak

5-7 haribilatanpa komplikasi

Lama Perawatan
22. Edukasi 4) Perbaikan gaya hidup
(Hospital Health Promotion) 5) Kontrol tekanan darah
6) Edukasi kondisi penyakit pasien dan rencana tindakan
serta pengobatan yang akan diberikan
23. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam

24. Tingkat Evidens I/II


25. Tingkat Rekomendasi A/B
26. Penelaah Kritis SMF Ilmu Penyakit Jantung & Pembuluh Darah

27. Indikator outcome - Nyeri dada (-)


- Hemodinamik stabil

28. Kepustakaan 5. ESC Guidelines for the management of acute coronary


syndromes in patients presenting without persistent ST-
segment elevation, 2011
6. ACC/AHA Guidelines for the Management of Patients
With Unstable Angina and NonST-Segment Elevation
Myocardial Infarction: Executive Summary and
Recommendations : A Report of the American College of
Cardiology/American Heart Association Task Force on
Practice Guidelines (Committee on theManagement of
Patients With Unstable Angina), 2000

INFARK MIOKARD AKUT (IMA)

Kriteria diagnosis
- Nyeri dada khas, lamanya 20 menit atau lebih.
- Perubahan EKG iskemis : gelombang Q, elevasi segmen ST, depresi/inverted T.

Diagnosis banding
Angina pektoris tidak stabil.
Diseksi aorta.
Emboli paru.

Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium : konfirmasi dengan enzim jantung.
- Elektrokardiogram.
- Foto rontgen toraks.
- Pemantauan hemodinamika, hanya selektif atas indikasi.

Konsultasi
Dokter Spesialis Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Perawatan Rumah Sakit
--

Terapi
- Nonfarmakologis : Reassurance, tirah baring, oksigen.
- Farmakologis :
a. Trombosis, bila masih dalam masa 6 jam dan tersedia obat, sesuai protokol.
b. Aspirin.
c. Penyekat beta, bila tidak ada kontraindikasi.
d. Obat peredam nyeri : morfin/petidin.
e. Vasodilator sesuai indikasi.

- Tindakan : Pembedahan bila ada indikasi.

Penyulit
- Henti jantung.
- Syok kardiogenis.
- Ruptur miokard.
- Gagal jantung.
- Disritmia dan blok.
- Gagal ginjal.

Informed consent
Perlu tertulis, untuk tindakan invasif.

Lama perawatan
- Satu minggu untuk gagal jantung ringan/sedang.
- Sampai dengan 1 bulan untuk gagal jantung berat.

Masa pemulihan
- Bergantung penyebab dasar.
- Kurang lebih 2 minggu untuk gagal jantung ringan.
Luaran / Prognosis
Bergantung penyebab dasar

KARDIOMIOPATI

Kardiomiopati Dilatasi (Dilated Cardiomyopathy)


Kriteria diagnosis
- Sesak (DOE, PND, ortopneu)
- Cepat lelah
- Tekanan darah rendah, tekanan nadi kecil.
- Nadi : volume kecil, biasanya cepat
- Tanda-tanda bendungan : ronki basah (payah jantung kiri) dan peningkatan JVP,
hepatomegali, edem, asites (payah jantung kanan).
- Takikardi dan irama gallop dengan regurgitasi mitral dan atau regurgitasi trikuspid
fungsional.

Diagnosis banding
Payah jantung kanan karena penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung hipertensi.

Pemeriksaan penunjang
- Foto toraks : Kardiomegali, tanda-tanda bendungan, efusi pleura.
- EKG : Takikardi
Gangguan irama biasanya dengan perubahan gelombang T
yang tidak spesifik.
Gelombang r yang kecil di lead anterior sering dikelirukan
dengan old anterior infarc.
- Laboratorium : Hematologi, elektrolit, fungsi ginjal, fungsi liver.
- Ekokardiografi: Dilatasi 1LV dan 2RV dan 3EF rendah.
- Doppler : Bisa terdapat 4MR.
- Kateterisasi jantung : Bisa berbahaya.
Pemeriksaan penunjang
- Tujuan konfirmasi dx : Data koroner normal menyingkirkan aneurisma LV.
Mengetahui derajat MR.
- Biopsi : Bukan indikasi diagnosis tapi diperlukan untuk penelitian atau
konfirmasi etiologi.
- Monitoring holter : Untuk menangkap aritmia malignan.

Konsultasi
Dokter Spesialis Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.

Perawatan Rumah Sakit


Rawat inap di ruang emergensi sampai stabil atau di ruang rawat intensif kardiovaskuler.

Terapi
- Nonfarmakologi :Reassurance, tirah baring setengah duduk, makan porsi kecil, dan
pembatasan cairan dan garam.
- Farmakologi :
a. Diuretik.
b. Digitalis.
c. Vasodilator : ACE inhibitor, hidralazin.
d. Antikoagulan : sintrom.

1
LV : Left Ventricular
2
RV : Right Ventricular
3
EF : Ejection Fraction
4
MR : Mitral Regurgitation
e. Antiaritmia : amiodaron.
- Tindakan : Pembedahan transplantasi jantung untuk pasien muda.

Penyulit
Gagal organ ganda karna low output.

Informed consent
Diperlukan untuk tindakan invasif atau pembedahan

Lama perawatan
Rata-rata lebih 2 minggu.
Masa pemulihan
--

Luaran / Prognosis
- Buruk, morbiditas 2 tahun kira-kira 50%.
- Cukup bila telah dilakukan transplantasi di Indonesia.
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS/PPOK

Kriteria diagnosis
Bronkitis kronis
- Batuk-batuk produktif sekurangnya 3 bulan dalam setahun, minimal 2 tahun berturut-
turut.
- Pada pemeriksaan mungkin tidak ada kelainan atau ada ronki basah di kedua paru.

Emfisema
- Sesak napas menetap dan progresif.
- Pemeriksaan fisik dada cembung, hipersonor, suara napas melemah, mungkin ada
wheezing.

Diagnosis banding
Asma bronkial
Bronkiektasis
Sindrom obstruksi pasca tuberkulosis (SOPT)

Pemeriksaan penunjang
- Foto toraks PA dari lateral, dalam fase inspirasi dan ekspirasi.
- Spirometri
- Uji bronkodilator

Konsultasi
Dokter Spesialis Paru

Perawatan Rumah Sakit


Rawat inap pada eksaserbasi akut

Terapi
- Nonfarmakologis : oksigen, fisioterapi, edukasi kesehatan bagi penderita dan
keluarga, nasihat berhenti merokok
- Farmakologis :
a. Bronkodilator.
b. Mukolitik dan ekspektoran.
c. Antibiotik bila ada infeksi.

Penyulit
Intoksikasi oksigen.
Kor pulmonale.
Gagal napas.

Informed consent
Tidak perlu

Lama perawatan
--

Masa pemulihan
--
Luaran / Prognosis
- Sembuh parsial, aktif bekerja.
- Invalid, tidak bisa bekerja
- Meninggal

PENYAKIT JANTUNG PARU


(KOR PULMONAL)

Kriteria diagnosis
Riwayat penyakit paru menahun/kronis atau PPOM.
Keluhan sesak dan bisa disertai tanda bendungan perifer.
Tanda-tanda pembesaran jantung kanan (pemeriksaan fisik, EKG, RO)
Tanda-tanda kelainan paru : emfisema, tanda-tanda obstruksi.

Diagnosis banding
Kardiomiopati/Gagal jantung kiri
Perikarditis konstriktif
Hipertensi pulmonal

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : Hb, Ht, darah tepi lainnya, gas darah kardiografi.
Ekokardiografi.
Tes faal paru.

Konsultasi
Dokter Spesialis Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Dokter Spesialis Paru

Perawatan Rumah Sakit


Rawat inap, bila ada payah jantung atau aritmia yang maligna.

Terapi
- Nonfarmakologis : oksigen, istirahat, hindari aktivitas fisik yang memberatkan,
fisioterapi.

- Farmakologis : terutama untuk kelainan/penyakit dasar.

a. Antibiotik untuk atasi infeksi.


b. Mukolitik.
c. Bronkodilator.

- Pengobatan payah jantung


a. Diuretik.
b. Digitalis.
c. Vasodilator pada kasus dengan hipertensi.
d. Antikoagulan bila ada emboli paru.

- Tindakan : Pembedahan pada kasus tertentu seperti bronkiektasis atau


emfisema bulosa yang besar.

Penyulit
Gagal jantung
Gagal napas

Informed consent
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah
Dokter Spesialis Paru
Lama perawatan
Pada gagal jantung 1 2 minggu.

Masa pemulihan
Tidak bisa pulih

Luaran / Prognosis
--

HENTI JANTUNG
(CARDIAC ARREST)

Kriteria diagnosis
- Berlangsung tiba-tiba.
- Tidak sadar, tidak ada pulsasi, tidak ada pernapasan.

Diagnosis banding
Stroke dengan koma.
Koma lain.

Pemeriksaan penunjang
Quick look dengan EKG, monitor/EKG.
Analisis gas darah, elektrolit, gula darah.

Konsultasi
Dokter Spesialis Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Dokter Spesialis Anastesi.

Perawatan Rumah Sakit


Ruang perawatan intensif.
Terapi
Segera lakukan resusitasi jantung paru/bantuan hidup dasar sesuai protokol resusitasi dan
diikuti bantuan hidup lanjut.

Penyulit
Komplikasi akibat tindakan, fraktur, laserasi jantung dan paru, perdarahan rongga dada.

Informed consent
Perlu tertulis untuk tindakan invasif lebih lanjut pada bantuan hidup lanjut.
Standar tenaga
Perawat atau Dokter Umum yang telah terlatih dengan Resusitasi Jantung Paru.
Dokter Spesialis Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Dokter Spesialis Anastesi.
HEPATITIS VIRUS AKUT

Dibagi menjadi :
- Hepatitis virus A.
- Hepatitis virus B.
- Hepatitis virus lain.

Kriteria diagnosis
- Dimulai dengan demam, mual-mual dan muntah, lemah, sakit otot badan.
- Setelah menurun timbul ikterus, 5SGOT dan 6SGPT meninggi 10 kali nilai normal dengan
peningkatan yang cepat.

Diagnosis banding
- Hepatitis yang disebabkan oleh obat, bakteri (Leptospira/Tifoid, Penyakit Weil).
- Hepatitis kronis.

Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan fungsi hati, SGOT, SGPT meningkat 10 kali nilai normal
- Petanda Hepatitis Virus :

5
Serum glutamic oxaloacetic transaminase
6
Serum glutamic pyruvic transaminase
7
IgM anti HAV untuk Hepatitis Virus A
8
HbsAg
9
IgM anti Hbc untuk Hepatitis Virus B
Anti HVC untuk Hepatitis C
- Dalam keadaan meragukan : pemeriksaan USG dan biopsi hati

Konsultasi
--
Perawatan Rumah Sakit
Rawat inap, bila keadaan umum lemah, susah makan karena muntah-muntah dan tes fungsi
hati yang jelek (bilirubin total > 7 mg%).
Sebagian besar rawat jalan.

Terapi
Istirahat yang cukup.
Diet dengan tinggi kalori, rendah lemak, dengan protein yang cukup tinggi.

Penyulit
- Terjadinya hepatitis fulminan dengan gejala bendungan cairan empedu.
- Berlanjut menjadi hepatitis kronis.

Informed consent
--

Lama perawatan
Bergantung pada derajat penyakit. Pada umumnya diperlukan perawatan selama 2 4
minggu.

Masa pemulihan
--
7
Immunoglobulin M anti Hepatitis A Virus
8
Hepatitis B surface antigen
9
Immunoglobulin M anti Hepatitis B core antigen
Luaran / Prognosis
--

SIROSIS HATI

Kriteria diagnosis
- Stigmata (ikterus, spider nevi, ginekomasti, hiperpigmentasi, asites, edema pergelangan
kaki, eritema palmar, kolateral dinding perut splenomegali)
- Hematemesis / melena
- Kadar transaminase (SGOT, SGPT, 10 GT) meninggi.

Diagnosis banding
- Hepatitis kronis.
- Perlemakan hati.

Pemeriksaan penunjang
- Petanda virus hepatitis B dan/atau C.
- USG.
- Esofagogram
- Endoskopi
- Laparaskopi dengan/tanda biopsi hati.

Konsultasi

10
Gamma-glutamyl transferase
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Dokter Spesialis Bedah

Perawatan Rumah Sakit


Rawat inap, bila terdapat :
- Asites berat.
- Kesadaran menurun.
- Ikterus.
- Hematemesis / melena.
- Infeksi sekunder.
- Peritonitis bakterial spontan.
- Demam

Terapi

- Nonfarmakologi : Diet cukup kalori, tidak perlu lemak.


Rendah garam bila asites berat.
Rendah protein bila prekoma/koma
- Farmakologi :
a. Diuretik (spironolakton atau furosemid untuk atasi asites/edema).
b. Laktulosa dan/atau neomisin bila prekoma/koma hepatik.
c. Okreotid/somatostatin pada asites berat/perdarahan akibat hipertensi portal.
d. Infus albumin bila albumin serum kurang dari 2,5 gram/dl.

- Tindakan :
a. Parasentesis :
Bila asites menimbulkan sesak
11
SB-tube dan/atau skleroterapi endoskopis untuk perdarahan varises.
b. Transeksi esofagus atau pintas splenorenal distal untuk perdarahan varises.

Penyulit
11
SengstakenBlakemore tube
- Koma hepatikum.
- Hematemesis / melena.
- Sindrom hepatorenal.
- Hematoma.
- Asites refrakter.
- Peritonitis bakterial.

Informed consent
Diperlukan pada :
- Biopsi hati.
- Laparaskopi.
- Tindakan bedah / operasi.

Lama perawatan
Sampai penyulit (perdarahan, koma, asites) dapat diatasi.
Pada keadaan kompensasi tidak perlu perawatan inap.

Masa pemulihan
Tidak dapat sembuh (pengobatan hanya untuk mencegah dan mengatasi terjadinya
komplikasi).
Diupayakan untuk dapat melakukan kegiatan sehari-hari yang ringan.

Luaran / Prognosis
Kematian disebabkan oleh gagal hati, perdarahan
Deteksi dini timbulnya hepatoma : USG, 12AFP.

12
serum marker alfa-fetoprotein
DEMAM TIFOID

Kriteria diagnosis
- Demam tinggi lebih dari 7 hari disertai sakit kepala.
- Kesadaran menurun.
- Gejala traktus gastrointestinal : obstipasi.
- Lidah kotor, hepatosplenomegali.
- Bradikardi relatif.

Diagnosis banding
Infeksi karena virus (dengue, influenza).
Malaria.
Bronkopneumonia.

Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium : darah rutin, urin lengkap.
- Rontgen paru.
- Tes Widal.
- Kultur kuman.

Konsultasi
Dokter Spesialis Bedah (bila terdapat komplikasi seperti abdomen akut, perdarahan usus).
Perawatan Rumah Sakit
Rawat inap.

Terapi
- Nonfarmakologi : tirah baring, diet lunak.
- Farmakologi : kloramfenikol 2 gr/hari, atau kotrimoksasol 2 x 2 tablet, diberikan
sampai 7 hari bebas panas.
Penyulit
Toksis.
Perforasi usus mengakibatkan peritonitis.
Perdarahan usus.

Informed consent
Perlu tertulis, bila diperlukan tindakan bedah.

Lama perawatan
Pada umumnya 3 hari bebas panas

Masa pemulihan
Sembuh total, kecuali bila terjadi komplikasi.
Komplikasi dapat menyebabkan kematian.

Luaran / Prognosis
Sembuh total, kecuali bila terjadi komplikasi.
Komplikasi dapat mengakibatkan kematian.
DIABETES MELITUS

Terdiri dari :
- DMTI (diabetes melitus tergantung insulin)
- DMTTI (diabetes melitus tak tergantung insulin)/NIDDM (non insulin dependent
diabetes mellitus)

Kriteria diagnosis
- Gejala klinis 3 P : polifagi, poliuri, polidipsi.
- Penurunan berat badan yang cepat.
- Glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl setelah beban glukosa 75 gram untuk kasus
dengan gejala klinis tidak khas.

Diagnosis banding
- Perlu diperhatikan penyakit lain yang juga dapat meninggikan kadar glukosa
darah, seperti sirosis hati, obat-obatan dan sebagainya.
- DMTI umumnya didapatkan pada usia muda.
- DMTTI umumnya didapatkan pada usia > 35 tahun.

Pemeriksaan penunjang
- Glukosa darah puasa dan 2 jam sesudah makan.
- Rontgen paru.
- Pemeriksaan lain sesuai dengan komplikasi.
Konsultasi
- Dokter Spesialis Mata
- Dokter Spesialis Penyakit Dalam
- Dokter Spesialis Saraf

Perawatan Rumah Sakit


- Rawat inap, bila terdapat komplikasi seperti ketoasidosis, infeksi dna bila diperlukan
tindakan operasi.
- Diet (perencanaan makanan), disesuaikan dengan status gizi dan kegiatan pasien.
- Latihan jasmani.
- Obat hipoglikemik (oral/insulin) sesuai indikasi.
- Penyuluhan.

Terapi
-

Penyulit
- Ketoasidosis sampai terjadi koma diabetik.
- Retinopati sampai terjadi kebutaan.
- Penyakit Jantung Koroner.
- Hipoglikemia.

Informed consent
-

Lama perawatan
- Perawatan diperlukan untuk menormalkan glukosa darah.
- Normalisasi kadar glukosa darah harus segera dicapai.
Masa pemulihan
Diperlukan pemantauan seumur hidup.

Luaran / Prognosis
Hidup sehat bersama diabetes melitus.

DEMAM BERDARAH DENGUE


(DBD, DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER/DHF)

Kriteria diagnosis
- Demam tiba-tiba, tinggi, terus menerus selama 2 7 hari.
- Dapat ditemukan manifestasi perdarahan.
- Dapat ditemukan pembesaran hati/dan limpa.
- Dapat disertai prerenjatan/renjatan.

Diagnosis banding
Chikungunya
Demam tifoid
Indipathic thrombocytopenic purpura (ITP)
Infeksi virus yang lain
Malaria

Pemeriksaan penunjang
- Trombositopenia.
- Hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi.
- HI test prodengue positif (infeksi primer atau sekunder).
- Hemostasis lengkap bila perdarahan masif dan perdarahan di banyak tempat.

Konsultasi
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Perawatan Rumah Sakit
Rawat inap.

Terapi
- Infus Ringer Laktat (cairan isotonis). Bila tidak berhasil (pasien dalam keadaan
syok/cairan infus justru akan keluar menumpuk di ekstravaskuler), dipikirkan pemberian
plasma expander.
- Pemberian cairan per oral yang cukup
- Bila terjadi perdarahan harus diperiksa kemungkinan terjadinya koagulasi intravaskular
diseminata (KID/DIC) dan pengobatan dengan heparin bila perdarahan masif. Transfusi
komponen darah sesuai kebutuhan (trombositopenia tidak selalu indikasi transfusi
trombosit)
Trombositopenia dapat sebagai proses perjalanan penyakit yang akan kembali normal
dalam waktu 3-5 hari. Bila terjadi KID, transfusi trombosit amat berbahaya kecuali
sesudah heparinisasi.
- Mengobati penyulit, infeksi sekunder dan penyakit penyerta sebelumnya misalnya :
Perdarahan masif saluran cerna
Gangguan asam basa dan elektrolit
Efusi pleura, asites, meningitis, sindrom Reye.
Miokarditis.
Kejang, depresi mental
Infeksi sekunder : bronkopneumonia, dll.
Penyakit penyerta : DM, payah jantung, dll.

Perawatan
- Pada penderita DBD stadium II, III, IV dilakukan pengamatan nadi, tekanan darah
dan kesadaran.
- Instirahat baring.
- Makanan bergantung penyulit yang terjadi.

Penyulit
- Perdarahan berat disertai syok.
- Gangguan cairan, asam basa dan elektrolit.
- Penyakit yang diderita pasien sebelumnya.

Informed consent
Perlu tertulis bila dirawat di ICU.

Lama perawatan
Pada umumnya 5 7 hari (bila tanpa komplikasi)

Masa pemulihan
-

Luaran / Prognosis
- Sembuh sempurna.
- Gejala sisa dapat terjadi apabila terdapat komplikasi, masih dapat tertular
dengan virus dengue tipe yang lain.
- Pada DSS mortalitas cukup tinggi.
SYOK ANAFILAKTIK

Kriteria diagnosis
Diagnosis anafilaktik ditegakkan berdasarnya adanya gejala klinis sistemik yang muncul
beberapa detik atau menit setelah penderita terpapar oleh alergen atau faktor pencetusnya.
Gajala yang timbul bisa ringan seperti pruritus atau urtikaria sampai gagal nafas atau syok
anafilaktik yang mematikan. Tetapi kadang gejala anafilaksis yang berat seperti syok
anafilakstik atau gagal napas dapat langsung muncul tanda-tanda awal.

Gejala dan tanda anafilaksis berdasarkan organ sasaran


Organ sasaran Gejala dan tanda
a. Prodormal Lesu, lemah, rasa tidak enak yang sukar dilukiskan, rasa tidak enak di dada dan
perut, rasa gatal di hidung atau palatum.
b. Pernapasan
- Hidung - Hidung gatal, bersin-bersin, tersumbat
- Laring - Rasa tercekik, suara serak, sesak napas, stridor, edema.
- Bronkus
- Batuk, sesak, mengi, spasme.
c. Kardiovaskular Pinsan, sinkompe, palpitasi, takikardi, hipotensi sampai syok, aritmia, kelainan
EKG : (gelombang T datar, terbalik atau tanda-tanda infark miokard)
d. Gastrointestinal Disfagia, muntah, mual, kolik, diare, yang kadang-kadang disertai darah,
peristaltik meninggi.
e. Kulit Kemerahan, urtikaria, angioedema di bibir, mata atau ekstremitas.
f. Mata Gatal, lakrimasi.
g. Susunan saraf pusat Gelisah, kejang.

Diagnosis banding
Ringan
- Urtikaria
- Angioedem yang nonalergi
- Dermatitis kontak yang luas
Berat
- Reaksi vasovagal
- Serangan sinkope
- Infark miokard akut
- Reaksi hipoglikemi
- Reaksi histeris

Pemeriksaan penunjang
-

Konsultasi
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Dokter Umum yang mampu melakukan resusitasi jantung paru.

Perawatan Rumah Sakit


Dalam keadaan syok anafilaktik perlu perawatan segera.

Terapi
- Baringkan posisi kaki lebih tinggi.
- Adrenalin 0,3 cc (1:1000) intramuskular lengan atas, bila perlu diulang tiap 15
menit. Umumnya diperlukan 1 4 kali pemberian. Untuk mengurangi kecepatan
absorbsi dapat dipasang torniket proksimal dari tempat suntikan. Torniket
dikendurkan tiap 10 menit.
- Jaga sistem pernapasan dan kardiovaskular agar berjalan baik.
- Pemberian cairan,
- Kortikosteroid intravena. Dosis kortikosteroid untuk hidrokortison 5 mg/kgBB.
Dapat diulang setiap 4 6 jam.

Penyulit
- Henti jantung
- Henti napas
Informed consent
Sesuai peraturan yang berlaku

Lama perawatan
Bergantung berat penyakit.

Masa pemulihan
-

Luaran / Prognosis
- Sembuh
- Meninggal
BRONKITIS AKUT

Kriteria diagnosis
Batuk-batuk, biasanya dahak jernih, demam tidak terlalu tinggi, sakit tenggorokan, nyeri
dada, biasa disertai tanda bronkospasme.

Diagnosis banding
Pneumonia
Tuberkulosis paru

Pemeriksaan penunjang
Foto toraks, pada bronkitis akut tidak terlihat kelainan. Foto unruk menyingkirkan
kemungkinan pnemonia atau tuberkulosis paru.
Pemeriksaan laboratorium tidak khas.
Pemeriksaan serologi untuk melihat infeksi mikoplasma atau klamidia.

Konsultasi
Dokter Spesialis Paru

Perawatan Rumah Sakit


Rawat jalan

Terapi
Simtomatis bila disebabkan virus.
Bila infeksi karena Mycoplasma atau Chlamydia dapat diberi :
- Tetrasiklin 4 x 500 mg atau
- Doksisiklin 2 x 100 mg atau
- Eritromisin 4 x 500 mg
- Lama pengobatan 2 minggu.

Penyulit
Komplikasi pneumonia

Informed consent

Lama perawatan
Tidak perlu

Masa pemulihan
-

Luaran / Prognosis
Biasanya sembuh sempurna.
TUBERKULOSIS PARU

Kriteria diagnosis
Batuk lebih dari 4 minggu, batuk darah, nyeri dada, malaise, gejala flu, demam tinggi
(subfebris).

Klasifikasi diagnosis
1. TB paru tersangka
Gejala klinis dan gambaran Ro toraks sesuai dengan TB paru.
Sputum 13BTA negatif.

2. TB paru
Gejala klinis dan gambaran Ro toraks sesuai TB paru
Sputum BTA dua kali berturut-turut positif atau biakan positif.
Termasuk ke dalam kelompok ini penderita TB paru tersangka yang membaik dengan
pengobatan OAT.

3. Bekas TB paru
Sputum BTA / biakan negatif
Klinis mungkin masih ada gejala akibat lesi
Ada lesi sisa (fibrosis, kalsifikasi, penebalan pleura)

Diagnosis banding
Pneumonia
Bronkopneumonia
Infeksi jamur paru
13
BTA = Batang Tahan Asam
Keganasan paru

Pemeriksaan penunjang
Foto toraks PA, bila mungkin disertai foto lateral.
Pemeriksaan sputum BTA 3x, bila mungkin dilakukan biakan.
Lab darah rutin, LED meninggi, hitung jenis limfosit.

Konsultasi
Dokter Spesialis Paru

Perawatan Rumah Sakit


Umumnya pengobatan jalan kecuali bila ada penyulit.

Terapi
Umum
Perbaikan gizi, penyuluhan kesehatan

Medikamentosa
Obat antituberkulosis (OAT)
Fase intensif 3 tau 4 macam obat setiap hari
Diikuti fase lanjutan 2 atau 3 macam obat setiap hari atau 2 kali seminggu.
Panduan obat yang dianjurkan adalah :
- 2 14RHZ / 4 R, 2 RHZE/4 R2H2 atau

- 2 RHZ / 4 RH selama 6 bulan.


Panduan obat alternatif 2 SHE / 10-16 HE, selama 12-18 bulan.

Dosis obat
Jenis Obat BB < 39 kg BB 30 50 kg BB > 50 kg
(gram) (gram) (gram)
R 300 450 600
H 300 300 400
Z 750 1000 1500
14
R = Rifampisin / E = Etambutol / Z = Pirazinamid / S = Streptomisin / H = INH
S 500 750 750
E 500 750 1000

Pembedahan
Sputum persisten positif
Batuk darah masif atau berulang
Empiema yang tidak mau sembuh
Destroyed lung/lobe dengan gejala infeksi atau batuk darah berulang.

Penyulit
- Batuk daraf masif
- Penyebar milier
- Efusi pleura atau empiema
- Pneumotoraks

Informed consent
Tertulis, bila akan dioperasi.

Lama perawatan
Bergantung penyulitnya.

Masa pemulihan
Bila penderita tidak ada penyulit, dapat bekerja seperti biasa. Bila BTA positif sebaiknya
diberi istirahat 2 minggu sambil terus minum obatnya.

Luaran / Prognosis
Sembuh total
Sembuh dengan banyak lesi sisa
Komplikasi
Meninggal
DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI

Kriteria diagnosis
- Defekasi berbentuk cairan atau setengah cair atau defekasi lebih dari 3 kali sehari.
- Bersifat mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam atau kurang dari 2
minggu.
- Ada tanda-tanda dehidrasi.

Diagnosis banding
Macam-macam diare akut menurut etiologinya :
- Diare karena infeksi bakteri, virus, parasit, jamur.
- Diare turis (Travellers diarrhea)
- Makanan : keracunan makanan, alergi susu sapi/makanan tertentu,
malabsorbsi/maldigesti.
- Imunodefisiensi.
- Karena obat : antibiotik, kemoterapi, antasid, laksative.
- Akibat tindakan/terapi : gasterotomi, gastroenterostomi, radiasi dosis tinggi.
- Lain-lain : Sindrom Zollinger Ellison, neuropati autonom (neuropati diabetik) dll.

Pemeriksaan penunjang
- Darah perifer lengkap dapat ditemukan peningkatan Haemoglobin, Hematokrit, dan
Leukosit.
- Analisis dan kultur tinja.
- Elektrolit.
- Ureum kreatinin darah.
- Analisis gas darah.

Konsultasi
Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Perawatan Rumah Sakit


Rawat inap pada dehidrasi sedang sampai berat, atau dehidrasi ringan yang disertai muntaj
sehingga intake per oral dan rehidrasi tidak adekuat.

Terapi
Suportif
Rehidrasi : kehilangan cairan dihitung dengan cara Daldiyono atau berat jenis plasma.
- Per oral pada dehidrasi ringan diberikan oralit.
- Parenteral pada dehidrasi ringan sedang atau berat dengan pemberian
infus Ringer laktat / asetat, NaCL 0,9%
Simptomatik
Diet yang sesuai (tinggi kalori, tinggi protein, rendah lemak, rendah serat, hindari
yang menyebabkan alergi/malabsorbsi

Kausal
1. Antibiotik
Salmonellosis
- Kloramfnikol : 4 x 500 mg (sampai 5 hari bebas panas, total 12 15 hari)
- Ofloksasin : 3 x 200mg
- Leevofloksasin : 1- 2 x 500 mg
- Peflasin : 1 2 x 400 mg
- Tiamfenikol : 4 x 500 mg
Shigellosis/sindrom disentri
- Kotrimoksasol : 2 x 2 tablet/hari
- Tetrasiklin : 4 x 500 mg
- Ofloksasin : 3 x 200 mg
- Klofoksasin : 1 2 x 500 mg

Kolera
- Tetrasiklin : 3 4 x 500 mg
- Ampisilin : 4 x 300 mg

Intoksikasi makanan (karena E Coli atau clostridium)


Ampisillin : 4 x 500 mg/hari.

2. Anti parasit
- Amebiasis : metronidazol dosis tunggal 2 g (4 tablet) atau 3 x 500 mg (5 8 hari)
- Trikomoniasis : giardiasis : metronidazol 3 x 500 mg (5 8 hari).

3. Koestiramin : untuk diare asam empedu


4. Trikominiasis bacillus : untuk menekan bakteri tumbuh lampau atau infeksi .

Informed consent
Bila diperlukan pemasangan CVP

Lama perawatan
Umumnya 3 5 hari.

Masa pemulihan
-

Luaran / Prognosis
-
PNEUMONIA

Kriteria diagnosis

Diagnosis banding

Pemeriksaan penunjang

Konsultasi
Perawatan Rumah Sakit

Terapi

Informed consent

Lama perawatan

Masa pemulihan
-

Luaran / Prognosis
Kriteria diagnosis
Diagnosis banding

Pemeriksaan penunjang

Konsultasi
Perawatan Rumah Sakit

Terapi

Informed consent

Lama perawatan

Masa pemulihan
-

Luaran / Prognosis

Anda mungkin juga menyukai