Anda di halaman 1dari 8

1

INVERSE MODELLING
(Laporan Praktikum Geomagnetik)

Oleh
Suryadi
1315051053

LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geomagnet merupakan salah satu cabang ilmu geofisika yang memanfaatkan
beberapa parameter fisika tentang kemagnetan bumi yang digunakan untuk
penelitian objek yang ada dibawah permukaan bumi, terutama objek-objek yang
memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Dari data yang kita peroleh dari pengukuran
lapangan atau akuisisi data lapangan, diperlukan beberapa tahapan untuk
memperoleh hasil dari pengolahan data. Dari data yang telah kita olah kita
lakukan koreksi-koreksi terhadap perubahan nilai kemagnetan benda dari
pengaruh apapun baik iti koreksi IGRF, koreksi harian dan lain-lain. Selain itu
juga dilakukan reduksi ke bidang datar data anomali magnetik yang telah kita
peroleh. Telah dilakukan Advance processing yang bertujuan untuk memperkecil
ambiguitas dalam melakukan interpretasi ataupun permodelan anomali batuan
sumber magnetisasi. Setelah tahapan-tahapan tersebut kita lakukan perlu
dilkakukan permodelan bawah permukaan dari data yang kita peroleh untuk
mengetahui kondisi dari bawah permukaan dari lokasi pengukuran kita. Dalam
permodelan data geofisika dicari suatu model yang menghasilkan respons yang
cocok atau fit dengan data pengamatan atau data perhitungan. Dimana data atau
parameter yang digunakan untuk pembuatan model tersebut berasal dar data
pengamatan. Untuk melakukan permodelan bawah permukaan data anomali
magnetik dengan menggunakan parameter-parameter yang berasal dari data
adalah inverse modelling atau permodelan kebelakang. Dalam permodelan
kebelakang atau inverse modelling berkebalikan dengan permodelan kedepan,
dimana pada permodelan kebelakang mekanisme modifikasi model agar diperoleh
kecocokan data perhitungan dan data pengamatan dilakukan dengan cara otomatis
berbeda dengan permodelan kedepan yang dilakukan dengan cara manual (coba-
coba). Untuk memahami lebih lanjut mengenai permodelan kebelakang maka
dilakukanlah praktikum permodelan kebelakang atau inverse modelling ini.

1.2 Tujuan Praktikum


2

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Mahasiswa dapat memahami definisi pemodelan inversi.
2. Mahasiswa dapat menerapkan pemodelan inversi pada data anomali
magnetik.

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam praktikum kali ini adalah mahasiswa hanya
memahami definisi pemodelan inversi dan dapat dapat menerapkan pemodelan
inversi pada data anomali magnetik.
3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada praktikum kali ini daerah pengamatan berada di kawasan Lampung,


tepatnya berada pada Kabupaten Pesawaran Kecamatan Padag Cermin. Pada
peta geologi regional, daerah Lampung ini tidak terdapat susunan formasi
hardrock. Formasi di lampung terdapat batu lempung, batu pasir tufan, tufan,
tuf batu apung dan sebagainya. Batuan diatas merupakan batuan jenis gunung
api.Berikut meruapakan peta dan posisi di daerah Lampung sebagai berikut:

Gambar 2.1 Peta Geologi Lokasi Survey

Berdasarkan peta geologi pada daerah penelian kita dapat melihat bahwa
pada daerah penelitian tersebut memiliki lithologi batuan yang ada bercode
Qhv hal ini berarti bahwa daerah pengukuran didominasi oleh batuan hasil
endapan gunung api purba seperi andesit-basalt lave, tuff, dan bereksi.
Litologi batuan hasil endapan gunung api purba ini disebabkan karena adanya
aktivitas terdahulu dari gunung ratai yang berada di sebelah Barat Laut
daerah penelitian, yang dahulunya pernah aktif dan mengalami erupsi
mengeluarkan materialnya dan mengasilkan endapan material batuan gunung
api muda yang ada saat ini. Di bagian Timur Laut berdasarkan peta geologi
daerah pengukuran terdapat batuan tuff, andesit, basaltik yang merupakan
bagiann dari formasi hulusimpang(Tomh), lebih ke Tenggara lagi terdapat
4

batuan peselingan antara breksi konglomerat denganbatu pasir yang terdapat


dalam formasi sabu(Tpos). Selain itu, pada daerah penelitian ini terdapat
sesar yang merupakan produk utama dari sesar Menangga yang berada si
Timur Laut.
5

BAB III. TEORI DASAR

Permodelan inversi (inverse modelling) sering dikatakan sebagai kebalikan


dari permodelan kedepan karena dalam permodelan inversi parameter model
diperoleh langsung dari data. Inversi meruakan satu-kesatuan teknik atau metode
matematika dan statistika untuk memperoleh informasi yang berguna mengenai
suatu sistem fisika berdasarkan observasi terhadap sistem tersebut. Sistem fisika
yang dimaksud adalah fenomena yang kita tinjau, hasil observasi terhadap sistem
adaah data sedangkan informasi yang ingin diperoleh dari data adalah model atau
parameter. Permodelan inversi memilki mekanisme modifikasi model agar
diperoleh kecocokan data perhitungan dan data pengamatan yang dilakukan secara
otomatis. Permodelan inversi disebut juga dengan data fitting karena dalam
prosesnya dicari parameter model yang menghasilkan respons yang fit atau cocok
dengan data pengamatan. Kesesuaian antara respon model dengan data
pengamatan umumnya dinyatakan oleh suatu fungsi obyektif yang harus
diinimumkan. Proses pencarian minimum fungsi obyektif tersebut berasosiasi
dengan proses pencarian model maksimum. Karakteristik minimum suatu fungsi
tersebut digunakan untuk pencarian parameter model. Secara lebih umum model
dimodifikasi sedemikian rupa sehingga respons model cocok dengan data
(Hendra, 2009).
Pemodelan inversi (inverse modeling) sering dikatakan sebagai
kebalikan dari pemodelan ke depan karena dalam pemodelan inversi paramaeter
model diperoleh secara langsung dari data. Inversi merupakan sebagai suatu
kesatuan teknik atau metode matematika dan statistika untuk memperoleh
informasi yang berguna mengenai suatu sistem fisika berdasarkan observasi
terhadap sistem tersebut. Sistem fisika yang dimaksud adalah fenomena yang
yang kita tinjau, hasil observasi terhadap sistem adalah data sedangkan informasi
yang ingin diperoleh data adalah model atau parameter model Dalam
mengestimasi parameter model sebenarnya ditemukan berbagai permasalahan,
namun permasalahan tersebut umumnya dibahas sebagai permasalahan regresi
linier. Konsep regresi linier ini digunakan untuk memformulasikan masalah
6

inversi linier yang berlaku lebih umum. Model terbaik atau optimum diperoleh
jika kesalahan tersebut minimum. Untuk kasus khusus dimana fungsi yang
menghubungkan data dengan parameter model adalah suatu fungsi linier, maka
persamaannya dapat dinyatakan berupa perkalian matriks (Amaliah, 2010).
Inverse modelling dilakukan melalui proses inversi. Proses inversi ini
merupakan proses pengolahan data eksperimen yang melibatkan teknik
penyelesaian matematika dan statistik untuk mendapatkan informasi mengenai
distribusi sifat fisis bawah permukaan baik itu densitas maupun suseptibilita.
Dalam proses inversi dilakukan analisisi terhadap data eksperimen dengan cara
melakukan curve fitting atau pencocokan kurva antara model matematika dan
model eksperimen. Tujuan dari proses inversi ini adalah untuk mengestimasi
parameter fisis yang tidak diketahui sebelumnya. Dalam permodelan inversi,
parameter model diperoleh langsung dari data, mekanisme modifikasi model agar
diperoleh kecocokan data perhitungan dengan data pengamatan dilakukan dengan
cara otomatis ( Fithri, 2009).
7

BAB IV. PROSEDUR PRAKTIKUM

2.1Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalm praktikum ini adala sebagai
berikut:
1.Satu set data anomali medan magnetik total.
2.Software surfer
3.Software Pengolah data
4.Busur derajat
5.Alat tulis
6.Laptop

2.2Diagram Alir
Adapun digaram alir dalam praktikum kali ini adalah:

Mulai

Data

Membuat cross section berdasarkan interpretasi kualitatif

Melakukan plotting kurva profil anomali sebagai jarak vs anomali

Membuat garis singgung terhadap kurva anomali pada kemiringan


maksimum , ukur sudut antara garis singgung dengan garis pada arah x,
dan hitung nilai setengah dari besar sudut maksimum tersebut

Membuat garis yang menyinggung kurva maksimum dan minimum,


dan tentukan titik P1,P2,S1,S2

Menghitung kedalaman btuan sumber anomali

Selesai

Anda mungkin juga menyukai