Anda di halaman 1dari 12

Teknik Kontrol Menara Distilasi dan Heat Exchanger

Oleh :
Sebastian Djoni Syukur (1215041044)

Mata Kuliah : Pengendalian Proses


Dosen : Ir. Azhar, M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
Teknik Kontrol Menara Distilasi
Distilasi adalah proses pemisahan secara fisik (physical separation) yang
berdasarkan perbedaan titik didih, dan sedikitnya dibutuhkan dua komponen.
Proses pemisahan tidak dapat dilakukan apabila kedua komponen memiliki titik
didih yang sama dan kondisi ini lazimnya disebut dengan azeotrop.
Umumnya proses distilasi dalam skala industri dilakukan dalam menara, oleh
karena itu unit proses dari distilasi ini sering disebut sebagai menara
distilasi (MD). Menara distilasi biasanya berukuran 2-5 meter dalam diameter dan
tinggi berkisar antara 6-15 meter.
Secara umum sebuah kolom distilasi terdiri dari :
Vessel atau kolom itu sendiri, dimana pada kolom ini lah terjadi pemisahan,
aliran yang terjadi didalamnya secara countercurrent, uap yang berasal dari
reboiler naik ke bagian atas kolom, sedangkan liquid yang disuplai dari
reflux turun kebawah. Didalam kolom terdapat plate (disebut juga dengan
stage) pada plate ini lah terjadi proses pemisahan yang efektif.
Condenser, berfungsi untuk mengondensasikan uap (V) yang berasal dari
kolom, condenser dapat mengondensasikan seluruh uap yang berasal dari
kolom (disebut juga dengan total condenser, tidak dihitung sebagai 1 stage),
atau dapat pula mengondensasikan sebagian uap (partial condenser,
dihitung sebagai 1 stage)
Accumulator, berfungsi sebagai penyedia reflux ( R )
Reboiler , menguapkan kembali liquid yang berasal dari kolom distilasi (L)
dan (umumnya dihitung sebagai 1 stage)

Sebastian DS Pengendalian Proses 1


L adalah laju alir molar yang kembali ke kolom (ke stage pertama), sedangkan V
adalah uap yang keluar dari kolom menuju ke kondenser untuk dikondensasikan.
L adalah liquid yang berasal dari kolom destilasi menuju ke reboiler untuk
diuapkan kembali, sedangkan V adalah uap yang terbentuk dari L dan masuk
lagi ke kolom.

SISTEM KONTROL PADA PROSES DISTILASI


Alat instrumen yang dipakai dalam sistem pengukuran dan pengaturan secara
umum terdiri dari beberapa elemen yang digabung menjadi satu sistem. Elemen-
elemen tersebut adalah:
1. Primary element (sensing element)
Pada proses distilasi ini sensor-sensor yang dipakai adalah sebagai berikut:
1) Sensor temperatur, antara lain Thermometer bimetalic, Thermocouple,
Resistance Temperature Detector (RTD). Sensornya terbaca dari
peralatan kontrol yang menempel pada sensor lampu pada control
room.
2) Sensor Level, ada beberapa jenis sensor level diantaranya adalah
floater, displacer, differensial transmitter, dan sistem bubbler.

Sebastian DS Pengendalian Proses 2


Sensornya dihubungkan dengan valve pemasukan bahan untuk
operasional. Sensor didalam peralatan dihubungkan dengan
penampung/sensor yang ada dalam tangki.
3) Sensor Flow
Pada prinsipnya, sensor laju aliran (flow) bekerja berdasarkan asas
fluida, jika fluida melewati celah, maka akan terjadi penurunan
tekanan. Sensornya berhubungan dengan timbangan untuk mengetahui
bahan yang masuk yang disesuaikan dengan volume peralatan.
Sensornya berhubungan dengan sensor level control (LC).
4) Sensor Pressure
Tekanan terjadi karena adanya gaya yang bekerja pada suatu luasan
sehingga tekanan dinyatakan sebagai gaya yang bekerja pada satuan
luas.
2. Secondary element (transmitter)
Secondary element ini berfungsi mengolah perubahan fisik yang dihasilkan
oleh sensor menjadi suatu penunjukkan (indicator) atau tenjadi suatu sinyal
standar untuk ditransmisikan ke Receiver (Indicator dan Recorder) maupun
control element (Controller).
3. Control element (receiver)
Control element atau sering disebut kontroler yaitu alat yang berfungsi
melakukan pengaturan dengan jalan membandingkan besaran proses
terhadap nilai yang dikehendaki. Apabila antara besaran proses dan set point
3 terjadi ketidaksamaan maka kontroler akan melakukan koreksi dengan
jalan memerintahkan final control element untuk mengatur besaran proses,
sampai controler menyatakan set point. Receiver adalah alat yang menerima
signal standar dari transmitter untuk dipakai sebagai alat ukur.
a. Indikator : menunjukan hasil pengukuran besaran proses dalam waktu
tertentu.
b. Sistem alarm : memberikan peringatan (dalam bentuk suara atau
cahaya lampu) apabila suatu besaran proses menyimpang pada tahap
yang membahayakan.

Sebastian DS Pengendalian Proses 3


c. Sistem safeguard & shutdown : menghentikan suatu proses apabila
proses tersebut sudah tidak terkendali dan pada tahap yang
membahayakan.
4. Final control element (kontrol valve)
Final Element (Control Valve) ini merupakan Alat terakhir dari suatu
pengaturan yang secara langsung mengontrol besaran proses agar berada
pada nilai yang dikehendaki sesuai dengan perintah dari controller. Final
element dalam suatu pengaturan adalah control valve yang berfungsi untuk
mewujudkan sinyal keluaran controller menjadi suatu aksi yang dapat
mengembalikan kondisi proses ke harga yang dikehendaki. Aksi control
valve ada dua macam yaitu:
1) Air to Open (ATO)
Failure Close (FC) adalah kondisi valve, dimana besarnya sinyal
kendali sebanding dengan besarnya bukaan valve, dan berbanding
terbalik dengan tutupan valve. Sehingga saat sinyal kecil, bukaan juga
kecil; saat sinyal besar, bukaan juga besar. Ditandai dengan cat warna
merah. Aksi air to open diperlihatkan pada Gambar 2.

Gambar 1. Air to Open.


2) Air to Close (ATC)
Failure Open (FO) adalah kondisi valve, dimana besarnya sinyal
kendali berbanding terbalik dengan besarnya bukaan valve, dan
sebanding dengan tutupan valve. Sehingga saat sinyal kecil bukaan
besar; saat sinyal besar, bukaan justru kecil.

Gambar 2. Air to Close.

Sebastian DS Pengendalian Proses 4


Gambar 3. Sistem Pengendalian Proses Distilasi

Gambar 4. Contoh Control Diagram Kolom Distilasi

Sebastian DS Pengendalian Proses 5


VARIABEL KONTROL PADA KOLOM DESTILASI BERTINGKAT

Feed flow rate F Distillate composition xD


Load
Disturbances
Feed composition z Bottom composition xB
Controlled
Level reflux drum MR variables

Reflux flow rate R Level base MB

Reboiler heat QR Pressure P

Manipulated Distillate flow rate D


variables
Tray 15 temperature
Bottom flow rate B
Tray 5 temperature Uncontrolled
Cooling water flow rate variables
Fw

Gambar 5. Diagram variable control kolom destilasi

Sebastian DS Pengendalian Proses 6


Teknik Kontrol Menara Distilasi
Heat exchanger (HE) merupakan peralatan yang banyak digunakan dalam industri
proses yang berfungsi untuk tempat pertukaran panas dari satu fluida ke fluida
lainnya. Beberapa jenis heat exchanger dalam industri, antara lain seperti
pemanas, pendingin, boiler, dan kondensor.
Dalam membahas sistem kontrol di HE, terdapat dua hal penting yaitu penentuan
variabel kontrol dan variabel manipulasi. Variabel kontrol adalah variabel yang
akan dikontrol agar sesuai dengan set point. Variabel manipulasi adalah variabel
yang akan diubah-ubah dengan tujuan untuk menjaga variabel kontrol sesuai
dengan set point.
Pada HE, variabel yang dikontrol adalah suhu salah satu fluida (fluida dingin atau
fluida panas) yang keluar dari HE. Jika diinginkan untuk memanaskan fluida
maka variabel yang dikontrol adalah suhu fluida yang dipanaskan. Jenis HE ini
adalah heater. Sebaliknya jika diinginkan untuk mendinginkan fluida maka
variabel yang dikontrol adalah suhu fluida yang didinginkan. Jenis HE ini adalah
cooler. Variabel yang diubah-ubah adalah laju alir fluida akan yang masuk atau
keluar HE. Apabila diinginkan untuk memanaskan fluida maka yang dikontrol
adalah laju alir fluida panas, sedangkan apabila diinginkan untuk mendinginkan
fluida maka yang akan dikontrol adalah laju alir fluida dingin. Pengontrolan laju
alir fluida dilakukan dengan cara mengatur bukaan valve yang mengalirkan fluida.
Dalam hal ini, aktuator berupa control valve.

Contoh 1 : Liquid-to-Liquid Heat Exchanger


Liquid-to-liquid HE adalah jenis HE dimana kedua fluida berbentuk cair.
Sebenarnya HE memiliki dua fungsi yang bersamaan yaitu memanaskan fluida
dingin yang masuk sekaligus mendinginkan fluida panas yang masuk. Jika tujuan
utama adalah untuk memanaskan fluida maka yang dikontrol adalah suhu fluida
yang dipanaskan. Sebaliknya jika tujuan kita adalah mendinginkan fluida, maka
yang dikontrol adalah suhu fluida yang didinginkan.

Sebastian DS Pengendalian Proses 7


Fluida yang dikontrol disebut sebagai fluida proses, sedangkan fluida yang
digunakan sebagai pemanas atau pendingin disebut sebagai fluida medium.

Gambar diatas adalah HE kontrol dengan laju alir fluida proses sebagai variabel
manipulasi. Dalam gambar diatas terlihat pengontrolan suhu fluida proses
dilakukan dengan mengubah-ubah laju alir fluida proses yang keluar dari HE dan
yang terdapat di bypass. Dalam rangkaian ini, aktuator berupa control valve
keluaran HE (CV1) dan control valve bypass (CV2). Pada rangkaian ini berlaku
konfigurasi aksi berlawanan, yaitu, jika salah satu control valve membuka, maka
control valve lainnya akan menutup atau sebaliknya.
Umumnya rangkaian seperti ini hanya untuk HE yang berfungsi sebagai cooler.
Jika konfigurasi ini diterapkan pada heater, maka akan timbul masalah yaitu
kemungkinan terjadinya kerak pada HE akibat suhu proses yang tinggi menyamai
suhu fluida medium yang masuk.
Penjelasan:
Pada konfigurasi diatas, pada suatu saat bisa saja terjadi CV1 menutup penuh,
yang berarti tidak ada aliran proses yang keluar dari HE atau dengan kata lain ada
sebagian fluida proses yang tertahan dalam HE. Untuk HE yang berfungsi
sebagai heater, pada kondisi ini suhu fluida dalam HE akan meningkat mendekati
temperatur medium.

Sebastian DS Pengendalian Proses 8


Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka untuk aplikasi heater yang
digunakan sebagai variabel manipulasi adalah aliran fluida medium, seperti
diperlihatkan pada gambar berikut.

Pada rangkaian ini, control valve ditempatkan pada keluaran (outlet) HE bukan
pada masukkan (inlet). Pertimbangannya adalah jika ditempatkan di inlet dengan
suhu fluida medium yang masih tinggi, maka pressure drop pada valve dapat
menyebabkan terjadinya gas yang bisa menurunkan performa HE. Pertimbangan
lainnya adalah harga valve yang digunakan lebih murah dan lebih tahan lama
karena suhu service yang rendah.

Contoh 2 : Steam Heater


Steam heater merupakan HE jenis heater dengan steam sebagai media
pemanasnya. Gambar berikut adalah konfigurasi kontrol dengan aliran fluida
medium sebagai variabel manipulasi dimana control valve diletakan pada inlet
medium (steam line).

Sebastian DS Pengendalian Proses 9


Pada kondisi beban tinggi, rangkaian sistem kontrol ini dapat memberikan kinerja
yang cukup baik. Akan tetapi pada beban rendah, kinerja rangkaian sistem kontrol
ini kurang memuaskan
Penjelasan:
Pada beban rendah, tekanan steam yang masuk heater rendah sehingga tekanan
kondensat yang terjadi dalam heater juga rendah yaitu berada dibawah tekanan
atmosfir. Keadaan ini menyebabkan kondensat tersebut tidak bisa langsung
dibuang. Akibatnya akan terjadi akumulasi kondensat dalam heater hingga
tekanannya mencapai tekanan kerja steam trap. Proses akumulasi kondensat
dalam heater ini menyebabkan luas perpindahan panas yang awalnya besar,
semakin lama semakin kecil. Pada saat tekanan kondensat mencapai tekanan kerja
steam trap, semua kondensat dalam heater serta merta akan dibuang keluar luas
perpindahan panas heater kembali seperti semula. Ditinjau dari sistem kontrol,
kejadian ini mencerminkan dinamika sistem kerja heater yang berubah-ubah
sehingga sulit untuk dikontrol. Untuk mengatasi permasalahan ini, sistem kontrol
ini dilengkapi dengan kondensat lifting/pumping trap, yang dapat membuang
kondensat walaupun tekanannya masih dibawah atmosfir.

Sebastian DS Pengendalian Proses 10


Jika control valve diletakan di garis kondensat, ketika beban berkurang maka
posisi bukaan control valve hampir menutup penuh hingga akumulasi kondensat
dalam heater mencapai level tertentu dimana pengurangan luas perpindahan panas
sudah sesuai dengan beban. Pada keadaan beban berkurang, dinamika proses
sangat lambat karena menunggu akumulasi kondensat di heater. Sebaliknya ketika
beban bertambah, dinamika proses sangat cepat karena hanya sedikit perubahan
bukaan control valve, sudah banyak kondensat yang terbuang. Ditinjau dari sisi
control, dinamika proses seperti ini sangat sulit untuk dikontrol. Oleh karena itu,
penempatan control valve di garis kondensat tidak direkomendasikan.
Salah satu rangkaian kontrol yang digunakan untuk mengatasi permasalahan
tekanan rendah kondensat adalah dengan menggunakan kontrol level kondensat
seperti gambar berikut.

Set point untuk kontrol level dapat diubah-ubah untuk disesuaikan dengan beban.
Pada beban rendah, set point kontrol level diatur tinggi, begitu pula sebaliknya.
Kelemahan dari rangkaian kontrol ini adalah harganya yang mahal. Untuk
mengatasinya, kontrol level dapat diganti dengan continuous drain trap, yang
fungisnya sama dengan kontrol level tetapi harganya jauh lebih murah.

Sebastian DS Pengendalian Proses 11

Anda mungkin juga menyukai