Anda di halaman 1dari 9

Makalah

Pemilihan Umum

Perwujudan Kedaulatan Rakyat Untuk Menghasilkan Pemerintahan Yang Demokratis.

Oleh :

Rivan Kalalo. S.Pd.I


BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Pemilihan Umum

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat


dengan tujuan untuk menghasilkan pemerintahan yang demokratis. Sebagaimana
diamanatkan di dalam UUD 1945, Pemilu diselenggarakan dengan memedomani asas-
asas Pemilu, yakni Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia, serta Jujur dan Adil (Luber
dan Jurdil).

Pemilihan kepala negara atau dikenal dengan pemilihan umum untuk memilih
presiden dan wakilnya, serta memilih wakil rakyat atau anggota legislatif dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) khususnya di indonesia. Pemilihan umum dibagi menjadi
dua, yaitu ada yang dipilih secara langsung dan ada yang dipilih oleh wakil rakyat, yakni
MPR.

Pemilu (pemilihan umum) 2019 segera datang, hanya berkisar beberapa tahun
lagi.Harapan seluruh rakyat Indonesia, pemilu 2019 lebih berkualitas sebagaimana
tuntutan demokrasi.Berkualitasnya pemilu 2019 mendatang sesungguhnya bertumpu
pada bersih tidaknya penyelenggaraannya.

Kenapa kita harus merancang pemilu bersih, bukan mengedapankan pemilu


damai?Kalau pemilu bersih sudah hadir, dengan sendirinya pemilu damai mengikutinya.
Jika pemilu berjalan dengan bersih, yang kalah tidak akan kecewa, karena merasa
kekalahan itu sebagai sesuatu yang wajar di dalam pertandingan: ada yang kalah, ada
yang menang.

Kalau pemilu damai yang dikedepankan, sementara berlangsung tidak bersih,


lalu ditutup-tutupi kecurangan demi kecurangan, apa yang dirasakan orang-orang yang
sengaja dikalahkan? Pastilah mereka menyimpan perasaan gundah gulana
berkepanjangan. Mau melawan tidak berani karena akan dituding merongrong
terselenggaranya pemilu damai. Akibatnya, semakin hari kita tidak akan punya masa
depan sebagaimana layaknya bangsa-bangsa lain.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyelenggara Pemilu

Berdasarkan ketentuan UU tentang Pemilu, dalam penyelenggaraan pemilihan umum


terdapat 3 fungsi yang saling berkaitan yang diinstitusionalisasikan dalam 3 kelembagaan, yaitu
KPU, Bawaslu, dan DKPP. DKPP atau Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum
bukan lembaga penyelenggara pemilu, tetapi tugas dan kewenangannya terkait dengan para
pejabat penyelenggara pemilu.

Lembaga penyelenggara pemilu menurut Pasal 23E UUD 1945 adalah komisi pemilihan
umum, tetapi oleh undang-undang dijabarkan menjadi terbagi ke dalam 2 kelembagaan yang
terpisah dan masing-masing bersifat independen, yaitu Komisi Peilihan Umum atau KPU, dan
Badan Pengawas Pemilihan Umum atau BAWASLU (Bawaslu).

Tugas dan kewenangan DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum)


berkaitan dengan orang per orang pejabat penyelenggara pemilihan umum, baik KPU maupun
Bawaslu. Dalam arti sempit, KPU hanya terdiri atas para komisioner ditingkat pusat, provinsi,
dan ditingkat kabupaten/kota. Demikian pula dalam arti sempit, Bawaslu hanya terdiri atas
pimpinan atau anggota Bawaslu tingkat pusat dan Bawaslu tingkat provinsi.

Namun, dalam arti luas, penyelenggara pemilihan umum itu, baik dalam lingkungan KPU
maupun Bawaslu, menyangkut pula para tugas yang bekerja secara tetap ataupun yang bekerja
secara tidak tetap atau adhoc.

Didalam Pasal 110 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilihan
Umum menjelaskan bahwa DKPP menyusun dan menetapkan satu kode etik untuk menjaga
kemandirian, integritas, dan kredibilitas anggota KPU, anggota KPU Provinsi, anggota KPU
Kabupaten/Kota, serta Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu
Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan, dan Pengawas Pemilu Luar Negeri.
B. Asas Pemilihan Umum

Sesuai dengan isi Ketetapan MPRS No.XI/MPRS/1966 dan No. XLII/MPRS/1968


tentang pemilu, maka pemilihan umum anggota-anggota badan permusyawaratan/ perwakilan
rakyat yang diatur dengan undang-undang ini bersifat umum, langsung bebas dan rahasia

Adapun yang dimaksud dengan pemilihan yang bersifat:

1. Umum ialah bahwa pada dasarnya semua warga negara indonesia yang memenuhi
persyaratan minimal dalam usia, yaitu telah berusia 17 tahun atau telah kawin berhak
untuk ikut memilih dalam pemilihan dan yang telah berusia 21 tahun berhak memilih.

2. Langsung ialah bahwa rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung
memberikan suaranya, menurut hati nuraninya tanpa perantara dan tanpa tingkatan.

3. Bebas ialah bahwa tiap-tiap warga negara yang berhak memilih dalam menggunakan
haknya dijamin keamaanannya untuk melakukan pemilihan menurut hati nuraninya tanpa
adanya pengaruh, tekanan ataupun paksaan dari siapa pun/ dengan apapun juga.

4. Rahasia ialah bahwa para pemilih dijamin oleh peraturan, bahwa tidak akan diketahui
oleh pihak siapa pun dan dengan jalan apapun, siapa yang dipilihnya. Pemilih
memberikan suaranya pada suara-suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain
kepada siapa suaranya diberikan (secret ballot).

C. Tujuan Pemilihan Umum

Revolusi kemerdekaan Republik Indonesia Proklamasi 17 agustus 1945 sebagaimana


tersebut dalam pancasila/Undang-Undang Dasar 1945 maka penyusunan tata kehidupan itu
haruslah dilakukan dengan jalan pemilihan umum.

Dengan demikian, diadakan pemilihan umum itu tidaklah sekedar untuk memilih wakil-
wakil rakyat untuk duduk dalam lembaga permusyawaratan perwakilan rakyat saja (MPR, DPR,
DPRD) pemilihan wakil-wakil rakyat oleh yang membawakan isi hati nurani rakyat dalam
melanjutkan perjuangan mempertahankan dan mengembangkan Kemerdekaan Negara Republik
Indonesia bersumber pada proklamasi 17 Agustus 1945 guna memenuhi dan mengemban amanat
Penderitaan Rakyat.
D.Badan Pengawas Pemilihan Umum

Dinamika kelembagaan pengawas Pemilu ternyata masih berjalan dengan terbitnya


Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu. Secara kelembagaan
pengawas Pemilu dikuatkan kembali dengan dibentuknya lembaga tetap Pengawas Pemilu di
tingkat provinsi dengan nama Badan Pengawas Pemilu Provinsi (Bawaslu Provinsi). Selain itu
pada bagian kesekretariatan Bawaslu juga didukung oleh unit kesekretariatan eselon I dengan
nomenklatur Sekretariat Jenderal Bawaslu. Selain itu pada konteks kewenangan, selain
kewenangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, Bawaslu
berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 juga memiliki kewenangan untuk
menangani sengketa Pemilu

Tugas, wewenang, dan kewajiban Bawaslu Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun


2011 adalah:

1. Bawaslu menyusun standar tata laksana kerja pengawasan tahapan penyelenggaraan Pemilu
sebagai pedoman kerja bagi pengawas Pemilu di setiap tingkatan.
2. Bawaslu bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu dalam rangka pencegahan dan
penindakan pelanggaran untuk terwujudnya Pemilu yang demokratis yang meliputi:
mengawasi persiapan penyelenggaraan Pemilu yang terdiri atas:
1. perencanaan dan penetapan jadwal tahapan Pemilu;
2. perencanaan pengadaan logistik oleh KPU;
3. pelaksanaan penetapan daerah pemilihan dan jumlah kursi pada setiap daerah
pemilihan untuk pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota
oleh KPU sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
4. sosialisasi penyelenggaraan Pemilu; dan
5. pelaksanaan tugas pengawasan lain yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.

mengawasi pelaksanaan tahapan penyelenggaraan Pemilu yang terdiri atas:


1. pemutakhiran data pemilih dan penetapan daftar pemilih sementara serta
daftar pemilih tetap;
2. penetapan peserta Pemilu;
3. proses pencalonan sampai dengan penetapan anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
pasangan calon presiden dan wakil presiden, dan calon gubernur, bupati, dan
walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
4. pelaksanaan kampanye;
5. pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;
6. pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilu di TPS;
7. pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara, dan sertifikat hasil
penghitungan suara dari tingkat TPS sampai ke PPK;
8. pergerakan surat tabulasi penghitungan suara dari tingkat TPS sampai ke
KPU Kabupaten/Kota;
9. proses rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di PPS, PPK, KPU
Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, dan KPU;
10. pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu lanjutan,
dan Pemilu susulan;
11. pelaksanaan putusan pengadilan terkait dengan Pemilu;
12. pelaksanaan putusan DKPP; danproses penetapan hasil Pemilu.
mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen serta melaksanakan
penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip yang disusun oleh Bawaslu
memantau atas pelaksanaan tindak lanjut penanganan pelanggaran pidana Pemilu
oleh instansi yang berwenang; e. mengawasi atas pelaksanaan putusan pelanggaran
Pemilu;
evaluasi pengawasan Pemilu;
menyusun laporan hasil pengawasan penyelenggaraan Pemilu; dan
melaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Dalam melaksanakan tugas, Bawaslu berwenang:
menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai Pemilu;
menerima laporan adanya dugaan pelanggaran administrasi Pemilu dan mengkaji
laporan dan temuan, serta merekomendasikannya kepada yang berwenang;
menyelesaikan sengketa Pemilu;
membentuk Bawaslu Provinsi;
mengangkat dan memberhentikan anggota Bawaslu Provinsi; dan
melaksanakan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4. Bawaslu berkewajiban:
bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan wewenangnya;
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Pengawas
Pemilu pada semua tingkatan;
menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan adanya
pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai Pemilu;
menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Presiden, Dewan Perwakilan
Rakyat, dan KPU sesuai dengan tahapan Pemilu secara periodik dan/atau
berdasarkan kebutuhan; dan
melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan.

Dengan demikian agar pemilu dapat berlangsung bersih, para kontestan, KPU (Komisi
Pemilihan Umum), BAWASLU ( Badan Pengawasan Pemilihan Umum ) dan rakyat taat pada
undang-undang.Undang-undang Nomor 10 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan
DPRD Tahun 2008.Undang-Undang Nomor. 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu.
Serta kode etik penyelenggara pemilihan umum: selanjutnya disebut Kode Etik, adalah satu
kesatuan landasan norma moral, etis dan filosofis yang menjadi pedoman bagi perilaku
penyelenggara pemilihan umum yang diwajibkan, dilarang, patut atau tidak patut dilakukan dalam
semua tindakan dan ucapan.

E. Total Pemilih di Pilkada 2015 sebagai peningkatan kwalitas pemilihan Umum 2019.
Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan (DPSHP) di setiap 15 Kabupaten Kota se
Sulawesi Utara.Masing- masing KPU Kabupaten/Kota hasil Rekapitulasi yang dilakukan di
tingkat Kabupaten/Kota. Hasil Rekapitulasi DPSHP/DPT, Divisi Data KPU Kabupaten/Kota
menjelaskan proses pemutakhiran data yang dilakukan ditingkat bawah sampai tingkat
kabupaten.

Adapun Total keseluruhan hasil pleno untuk 15 Kabupaten dan Kota di Sulawesi Utara
yakni tersebar dalam 167 Kecamatan dari 1.838 Desa/Kelurahan dan 4.450 TPS. Jumlah TPS
untuk Sulut yakni 4.450. Terdiri dari 1.006.542 Pemilih Laki-laki: 982.162 dan 956.970 Jumlah
Pemilih Perempuan dengan Total Pemilih keseluruhan 1.939.132,

Tabel jumlah 15 Kab/Kota

Partisipasi masyarakat dalam pengawasan Pemilu sangat menentukan peningkatan


kwalitas serta kwantitas pemilihan umum 2019 khususnya di Sulawesi Utara dan secara Umum
di Indonesia Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

BAB III
KESIMPULAN
Demokrasi merupakan sebuah proses, artinya sebuah republik tidak akan berhenti disatu
bentuk pemerintahan selama rakyat negara tersebut memiliki kemauan yang terus berubah. Ada
kalanya rakyat menginginkan pengawasan yang superketat terhadap pemerintah, tetapi ada pula
saatnya rakyat bosan dengan para wakilnya yang terus bertingkah karena kekuasaan yang
seakan-akan tak ada batasnya.

Berbeda dengan monarki yang menjadikan garis keturunan sebagai landasan untuk
memilih pemimpin, pada republik demokrasi diterapkan azas kesamaan di mana setiap orang
yang memiliki kemampuan untuk memimpin dapat menjadi pemimpin apabila ia disukai oleh
sebagian besar rakyat. Pemerintah telah membuat sebuah perjanjian dengan rakyatnya yang ia
sebut dengan istilah kontrak sosial. Dalam sebuah republik demokrasi, kontrak sosial atau
perjanjian masyarakat ini diwujudkan dalam sebuah pemilihan umum. Melalui pemilihan umum,
rakyat dapat memilih siapa yang menjadi wakilnya dalam proses penyaluran aspirasi, yang
selanjutnya menentukan masa depan sebuah negara.Oleh karena itu untuk mewujudkan
pemilihan umum yang memiliki integritas yang tinggi sebagai calon penyelenggara daerah harus
menyesuaikan sesuai dengan Visi Misi dari Bawaslu RI oleh karena itu yang menjadi landasan
tujuan pengawasan pemilihan umum.

Visi

Terwujudnya Bawaslu sebagai Lembaga Pengawas Terpercaya dalam Penyelenggaraan Pemilu


Demokratis, Bermartabat, dan Berkualitas.

Misi

1. Membangun aparatur dan kelembagaan pengawas pemilu yang kuat, mandiri dan solid;
2. Mengembangkan pola dan metode pengawasan yang efektif dan efisien;
3. Memperkuat sistem kontrol nasional dalam satu manajemen pengawasan yang
terstruktur, sistematis, dan integratif berbasis teknologi;
4. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan peserta pemilu, serta meningkatkan sinergi
kelembagaan dalam pengawasan pemilu partisipatif;
5. Meningkatkan kepercayaan publik atas kualitas kinerja pengawasan berupa pencegahan
dan penindakan, serta penyelesaian sengketa secara cepat, akurat dan transparan;
6. Membangun Bawaslu sebagai pusat pembelajaran pengawasan pemilu baik bagi pihak
dari dalam negeri maupun pihak dari luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai