PENDAHULUAN
bermutu, adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan
masyarakat. Salah satu perilaku sehat yang harus diciptakan untuk menuju
Jawa dengan vaksin cacar dimulai pada tahun 1956. Pada tahun 1972
resmi dinyatakan bebas cacar oleh WHO. Tahun 1977 ditentukan sebagai fase
sampai menjelang usia dewasa, atau sekitar usia 15 tahun. Beberapa penyakit
yang harus diberikan pada anak adalah BCG, DPT, polio, campak, dan
kali pada kurun usia 0-1 bulan, DPT 3 kali, yaitu pada usia 2-11 bulan, polio
4 kali pada usia 0-11 bulan, campak 1 kali pada usia 9-11 bulan, dan hepatitis
B 3 kali pada usia 0-11 bulan. Sedangkan imunisasi ulangan (lanjutan) adalah
pemberian kekebalan setelah imunisasi dasar atau pada anak usia sekolah
menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah
negatif untuk bayi yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap adalah bayi
tersebut dapat berisiko terjangkit atau terserang penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi seperti yang telah disebutkan tadi dan bayi juga berisiko
cacat setelah sakit serta angka kematianpun dapat melonjak tinggi
(Notoatmodjo, 2003).
bisa mengimunisasi 4.725.470 anak. Jumlah ini diambil dari 7 provinsi, yaitu
DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara,
dan Sulawesi Selatan. Imunisasi ini juga meliputi 63 kabupaten dan kota dari
masih kurang mendapat perhatian dari para ibu yang memiliki bayi. Tidak
alasan yang sangat sederhana yaitu ibu-ibu sibuk dengan urusan rumah
tangga dan ketakutan ibu akan efek samping dari pemberian imunisasi yang
imunisasi pada etnis ini hanya 40,20 % sisanya dengan kategori kurang 50, 80
masyarakat. Banyak pula orang tua dan kalangan praktisi tertentu khawatir
terhadap kegiatan imunisasi. Hal ini juga merupakan faktor dominan dalam
keberhasilan imunisasi, dengan pengetahuan yang baik yang ibu miliki maka
Kuningan.
besar cakupan imunisasi dasar belum memenuhi target dan dari 12 orang ibu,
7 orang ibu tidak begitu mengetahui tentang arti dan pentingnya imunisasi
dasar, 5 orang ibu hanya mengetahui arti imunisasi dasar tetapi tidak
Kabupaten Kuningan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Manfaat teoritis
DTP Darma Kabupaten Kuningan dan data dapat digunakan sebagai dasar
data dasar bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian tentang hubungan
1. Definisi Konseptual
1.1 Pengetahuan
lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa
1.2 Kepatuhan
Patuh adalah suka menurut (perintah, dan sebagainya) taat (pada perintah, aturan
dan sebagainya) berdisplin. Kepatuhan adalah sifat patuh, ketaatan (Kamus Besar
2. Definisi Operasional
2.1 Pengetahuan
Pengetahuan dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu yang berada di Desa
1.2 Kepatuhan
Kepatuhan dalam penelitian ini adalah kepatuhan ibu yang berada di Desa
Tugumulya terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi (usia 0-1 tahun) yaitu
imunisasi BCG 1x, DPT 3x, Polio 4x , Campak 1x dan Hep. B 3x.
G. Kerangka Pemikiran
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan
(imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (Dep.Kes, 2000).
Imunisasi telah terbukti sebagai salah satu upaya kesehatan masyarakat yang
biasa dan merupakan usaha yang sangat hemat biaya dalam mencegah penyakit
(EPI) oleh WHO, cakupan imunisasi dasar anak meningkat dari 5% hingga
campak, tetanus neonatorum dan pertusis serta 200.000 kelumpuhan akibat polio
luas lagi. Pemerintah harus berpacu dengan waktu dalam menggalakan program
imunisasi dan juga menjaga kebersihan lingkungan karena virus dapat masuk
kedalam tubuh manusia melalui sanitasi yang kurang terjaga. Oleh karena itu,
tentunya akan banyak kendala untuk mencapai target yang diharapkan. Kurangnya
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu prilaku dan faktor diluar prilaku. Selanjutnya
prilaku itu ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor (Lawrence Green, 1980) :
ibu, soasial ekonomi dan pengaruh keluarga. Pengetahuan ibu adalah sejauh mana
ibu mengetahui arti, manfaat, jenis, jarak pemberian, kali pemberian imunisasi,
efek samping, jenis penyakit yang dapat dicegah dan tempat pemberian imunisasi.
ibu tentang imunisasi maka akan mempengaruhi kemauan dan perilaku ibu untuk
sikap, dan prilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan
disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi
bagi anaknya (predisposing factors). Atau barangkali juga karena rumahnya jauh
factors). Sebab lain, mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh
Adapun untuk lebih jelasnya mengenai kerangka pemikiran dapat dilihat pada
gambar bagan 1.2 mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Imunisasi
1. Pengertian
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten, jadi imunisasi adalah suatu
tubuh manusia. Sedangkan kebal adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai
Kebal ada 2 macam, kebal alami dan kebal buatan (Imunisasi). Kebal atau resisten
terhadap suatu penyakit belum tentu kebal terhadap penyakit lainnya. (Pedoman
(imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (Dep. Kes, 2000).
penyakit tertentu. Imunitas atau kekebalan terdiri atas imunitas pasif, yaitu tubuh
2. Tujuan Imunisasi
a. Tujuan Umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat
b. Tujuan Khusus
lengkap minimal 80 % secara merata pada bayi di 100% kelurahan pada tahun
2010.
Apapun imunisasi yang akan diberikan, ada beberapa hal penting yang harus
a) Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau sakit.
2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit yang
4. Pendidikan kesehatan untuk orang tua. Pemberian imunisai pada anak harus
didasari pada adanya pemahaman yang baik dari orang tua tentang imunisasi
kesehatan ini sebelum imunisasi diberikan pada anak. Gali pemahaman orang tua
adanya kesadaran orang tua untuk mmelihara kesehatan anak sebagai upaya
b. Perubahan pada sistem imun yang tidak dapat menerima vaksin virus hidup.
4. Jenis Imunisasi
Jenis imunisasi ini mencakup vaksinasi terhadap 7 penyakit utama, yaitu vaksin
BCG, DPT, polio, campak, dan hepatitis B. harus menjadi perhatian dan
kewajiban orang tua untuk memberi kesempatan kepada anaknya mendapat
imunisai dasar terhadap 7 penyakit utama yang dapat dicegah dengan imunisasi
dapat dicapai.
a. BCG
Calmette-Guerin) yang masih hidup. Jenis kuman TBC ini telah dilemahkan.
2) Cara Imunisasi
Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan ketika bayi baru lahir sampai
berumur 12 bulan, tetapi sebaiknya pada umur 0-2 bulan. Hasil yang memuaskan
trlihat apabila diberikan menjelang umur 2 bulan. Imunisasi BCG cukup diberikan
satu kali saja. Pada ank yang berumur lebih dari 2 bulan, dianjurkan untuk
apakah ia telah terjangkit penyakit TBC. Seandainya hasil uji mantoux positif,
Tetapi bila imunisasi BCG dilakukan secara masal (sekolah dan tempat umum
lainnya), maka pemberian suntikan BCG dilaksanakan secara langsung tanpa uji
mantoux terlebih dahulu. Hal ini dilakukan mengingat pengaruh beberapa faktor,
epidemologis, dan lain-lain. Penyuntikan BCG tanpa uji Mantoux pada dasarnya
tetapi akan sembuh sendiri. BCG dilakukan dilengan kanan atas atau paha kanan
atas.
3) Kekebalan
Jaminan imunisasi tidaklah mutlak 100% bahwa anaka anda akan terhindar sama
sekali dari penyakit TBC. Seandainya bayi yang telah mendapt imunisasi
terjangkit pula penyakit TBC, maka ia akan menderita TBC dalam bentuk yang
ringan. Iapun akan terhindar dari kemungkinan mendapat TBC yang berat seperti
TBC paru berat, TBC tulang, yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup dan
membahayakan jiwa.
4) Reaksi Imunisasi
Biasanya setelah suntikan BCG bayi tidak akan menderita demam. Bila ia demam
setelah imunisasi BCG umumnya disebabkan oleh keadaan lain. Untuk hal ini
5) Efek Samping
Umumnya pada imunisasi BCG jarang dijumpai akibat efek samping. Mungkin
terjadi akibat pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan
6) Kontra indikasi
Tidak ada larangan untuk melakukan imunisasi BCG kecuali pada anak yang
Vaksin ini mengandung kuman difteri dan tetanus yang dilemahkan serta kuman
Bordetella Pertusi yang dimatikan. Vaksin ini dapat mencegah penyakit difteri,
pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT dilakukan pada usia 3 bulan dan diulang pada
usia 1,5 tahun dan 5 tahun. Setelah disuntik bayi kan demam, nyeri dan bekas
2) Cara Imunisasi
Imunisasi ulang pertama dilakukan pada usia 1,5 2 tahun atau kurang lebih satu
dilakukan pada usia 6 tahun atau kelas 1 SD. Pada saat kelas 6 SD vaksin pertusis
tidak dianjurkan untuk anak yang berusia lebih dari 7 tahun karena reaksi yang
timbul dapt lebih hebat, selain itu juga karena perjalanan penyakit pertusis pada
anak berumur lebih dari 5 tahun tidak parah. Difteria atau batuk rejan diduga bila
3) Kekebalan
Daya proteksi atau daya lindung vaksin difteria cukup baik, yaitu sebesar 80-90%
dan daya proteksi vaksin tetanus sangat baik, yaitu sebesar 90-95%. Oleh karena
itu tidak jarang anak yang telah mendapatkan imunisasi pertusis masih terjangkit
Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan dan rasa
5) Efek samping
Kadang-kadang terdapat efek samping yang lebih berat, seperti demam tinggi,
atau kejang yang biasanya disebabkan oleh unsure pertusisnya. Bila hanya
demikian.
6) Kontra indikasi
Imunisasi ini tidak boleh diberikan pada anak yang sakit parah dan menderita
penyakit kejang demam kompleks. Juga tidak boleh diberikan pada anak dengan
batuk yang diduga mungkin sedang menderita batuk rejan dalam tahap awal pada
penyakit gangguan kekebalan. Bila suntikan DPT pertama terjadi reaksi yang
berta maka sebaiknya suntukan berikut jangan diberikan DPT lagi melainkan DT
saja. Sakit batuk, filek dan demam atau diare yang sifatnya ringan, bukan
c. Vaksin Poliomielitis
polio tipe I, II, dan III; yaitu (1) Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II,
dan III yang sudah dimatikan (vaksin salk), cara pemberiannya denagn
penyuntikan; dan (2) vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II, dan III yang
masih hidup telah dilemahkan (Vaksin Sabin), cara pemberiannya melalui mulut
2) Cara Imunisasi
Di Indonesia dipakai vaksin sabin yang diberikan melalui mulut. Imunisasi dasar
diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari, dan selanjutnya setiap
4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapt bersamaan dengan pemberian vaksin
BCG, vaksin Hepatitis B, dan DPT. Bagi bayi yang sedang sedang menetek maka
ASI dapat diberikan seperti biasa karena ASI tidak berpengaruh terhadap vaksin
3) Kekebalan
4) Reaksi imunisasi
Biasanya tidak ada, mungkin pada bayi akan terdapat berak-berak ringan.
5) Efek samping
Pada imunisasi polio hampir tidak ada efek samping. Bila ada, mungkin berupa
6) Kontra Indikasi
Pada anak-anak dengan diare berat (kemungkinan terjadi diare lebih parah) atau
yang sedang sakit parah, imunisasi polio sebaiknya ditangguhkan. Demikian pula
pada anak yang mengalami gangguan kekebalan tidak diberikan imunisasi polio.
campak yang beredar di Indonesia dapat diperoleh dalam bentuk kemasan kering
2) Cara Imunisasi
Menurut WHO (1979) imunisasi campak cukup dilakukan dengan 1 kali suntikan
setelah bayi berumur 9 bulan. Lebih baik lagi setelah ia berumur 1 tahun. Karena
imunisasi ulang lagi. Sebenarnya imunisasi campak dapat diberikan sebelum bayi
3) Kekebalan
Daya proteksi imunisasi campak sangat tinggi, yaitu 96-99%. Menurut penelitian
4) Reaksi imunisasi
Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisai. Mungkin terjadi demam ringan
dan tampak sedikit bercak merah pada pipi bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah
5) Efek samping
Sangat jarang, mungkin dapat berupa kejang yang ringan dan tidak berbahaya
pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Selain itu dapt terjadi radang otak
(ensefalitis/ensefalopati) dalam waktu 30 hari setelah imunisasi (sangat jarang
6) Kontra Indikasi
Menurut WHO (1963), indikasi kontra hanya berlaku terhadap anak yang sakit
parah, yang menderita TBC tanpa pengobatan, atau yang menderita kurang gizi
dalam derajat berat. Vaksinasi campak juga sebaiknya tidak diberikan pada anak
dengan penyakit gangguan kekebalan. Juga tidak diberikan pada anak yang
e. Vaksin Hepatitis B
Jenis vaksin ini baru dikembangkan setelah diteliti bahwa virus hepatitis B
mempunyai kaitan erat dengan terjadinya penyakit lever. Vaksin terbuat dari
2) Cara Imunisasi
Imunisasi aktif dilakukan dengan cara pemberian suntikan dasar sebanyak 3 kali
dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan 1 dan 2, dan lima bulan antara
suntikan 2 dan 3. Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar. Cara
Khusus bagi bayi yang lahir dari seorang ibu pengidap virus hepatitis B, harus
3) Kekebalan
Daya proteksi vaksin hepatitis B cukup tinggi, yaitu berkisar antara 94-96%.
4) Reaksi imunisasi
Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat suntikan, yang
mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau pembengkakan. Reaksi ini kan
menghilang dalam waktu 2 hari. Reaksi lian yang mungkin terjadi ialah demam
ringan.
5) Efek samping
Selama pemakaian 10 tahun ini tidak adanya efek samping yang berarti. Dan
hepatitis B.
6) Kontra Indikasi
Imunisasi tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita penyakit berat. Dapat
diberikan kepada ibu hamil dengan aman dan tidak akan membahayakan janin.
Tabel 2.1
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis B 0,05 cc
0,5 cc
2 tetes
0,5 cc
Intramuskular
Diteteskan ke mulut
Tabel 2.2
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis B 1 kali
3 kali
4 kali
1 kali
3 kali -
4 minggu
4 minggu
2-11 bln
0-11 bln
9-11 bln
0-11 bln
Untuk bayi yang lahir di RS/Puskesmas, hep. B, BCG, dan polio dapat segera
diberikan
a. Imunisasi rutin
Adalah kegitan imunisasi yang secara rutin dan terus menerus harus dilaksanakan
pada periode waktu yang telah ditetapkan. Tujuan nya dalah untuk melengkapi
imunisasi rutin pada bayi dan wanita usia subur (WUS) seperti kegiatan Sweeping
pada bayi dan kegiatan akselarasi Maternal Tetanus Elimination (MNTE) pada
WUS.
b. Imunisasi tambahan
Adalah kegiatan imunisasi yang dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari
hasil pemantauan atau evaluasi. Kegiatan ini bersifat tidak rutin, membutuhkan
kehidupan virus polio importasi. Memberikan vaksin polio kepada setiap balita
b) Sub PIN
Memutuskan rantai penularan polio bila ditemukan satu kasus polio. Wilayah
terbatas, pemberian 2 kali dengan interval 1 bulan secara serentak pada seluruh
Pemberian imunisasi secara serentak pada anak sekolah dasar dan balita tanpa
ulangan.
1. Puskesmas
- Posyandu
- Balai Pengobatan
- Rumah Sakit
- Rumah Bersalin
- Bidan Praktek
- Klinik-klinik Kesehatan
B. Konsep Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh
konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah
Pengetahuan menurut HR Bloom adalah hasil tahu yang dimiliki individu atau
Pengetahuan terdiri atas kepercayaan tentang kenyataan (reality). Salah satu cara
untuk mendapatkan dan memeriksa pengetahuan adalah dari tradisiatau dari yang
kekuasaan agama, negara, atau gereja. Cara lain untuk mendapat pengetahuan
diturunkan dengan cara logika secara tradisional, otoratif atau ilmiah atau
kombinasi dari mereka, dan dapat atau tidak dapat dibuktikan dengan pengamatan
dan pengetesan.
ternyata prilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku
atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang
dapat disusun secara sistematis dan diakui secara universal, maka terbentuknya
disiplin ilmu dengan perkataan lain, pengetahuan itu dapat berkembang menjadi
2. Tingkat Pengetahuan
a. Know / Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari merupakan
b. Comprehension / Memahami
Memahami merupakan kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang akan diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Application / Aplikasi
d. Analisys / Analisa
e. Sintesa
bagian dalam suatu bentuk keseluruh yang baru. Dengan kata lain suatu
f. Evaluasi
menanyakan tentang isi mmateri yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
prilaku baru (berprilaku baru) didalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan yakni :
a. Awareness (kesadran) terhadap orang tersebut menyadari dalam arti
b. Interest (tertarik) terhadap stimulus atau objek tertentu disini sikap subjek mulai
timbul.
bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
2007).
sebagi berikut :
a. Pendidikan
b. Usia
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
c. Pengalaman
d. Sumber Informasi
e. Penghasilan
2003).
4. Indikator Pengetahuan
- penyebab penyakit
- gejala/tanda-tanda penyakit
meliputi :
sebagainya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan dengan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Definisi
lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat,
atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesutau
kuantitatif dimana dalam penelitian ini terdiri dari skala nominal dan ordinal.
merubah variabel lain (Praktiknya, 2007). Dalam penelitian ini yang dimaksud
independen. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan variabel terikat adalah
kepatuhan pemberian imunisasi dasar pada bayi di desa Tugumulya wilayah kerja
Adapun untuk lebih jelasnya mengenai variabel dalam penelitian ini dapat
imunisasi.
2. Sedang 50-75%.
2. Frekuensi pemberian imunisasi pada bayi tidak lengkap dan tidak sesuai jadwal
(Tidak Patuh : 0,3 maka item dinyatakan valid, sedangkan jika (r) < 0,3 item tidak
pertanyaan dengan skor total pertanyaan, hasilnya berada pada interval 0,108
sampai dengan 0,767. Jika dibandingkan dengan nilai skor rtabel untuk responden
(N) = 10 adalah (0,30), item pertanyaan nomor 13 (0,285) dan nomor 15 (0,108)
tidak valid karena 0,7) > r table, maka pertanyaan tersebut realibel (Hastono,
2004).
Berdasarkan hasil uji realibilitas dengan menggunakan SPSS, kuisioner
Sumber data yang diperoleh penulis dengan menggunakan kuesioner yaitu daftar
tertutup yang diberikan kepada pihak responden yang telah terpilih, sehingga
memperoleh data yang berhubungan dengan judul skripsi. Data tersebut terbagi
dalam :
a. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari lapangan melalui penyebaran
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh sebagai pendukung hasil penelitian, sumber data sekunder
diperoleh dari catatan, literatur, artikel dan tulisan ilmiah yang relevan dengan
a. Analisa Data
1) Analisa Univariat
Setelah data diolah, masing-masing variable dimasukan kedalam data tabel
distribusi frekuensi, kemudian dapat juga dicari prosentase dan mean dari data
P = F x 100%
Keterangan :
P = Persentase
= Jumlah pertanyaan
2) Analisa Bivariat
kemudian dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square dengan
statistik dengan cara membandingkan nilai 2 dengan = 0,05 bila t tabel maka
fh
Keterangan :
2 : Chi kuadrat
dk = (b-1) (k-1)
Keterangan :
dk : Derajat Kemaknaan
k : Jumlah kolom
d : Jumlah baris
b. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian. Oleh
karena itu, harus dilakukan dengan baik dan benar. Kegiatan dalam proses
Proses editing adalah memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar
Tabulasi data yang telah lengkap disusun sesuai dengan variabel yang dibutuhkan
lalu dimasukan kedalam tabel distribusi frekuensi. Setelah diperoleh hasil dengan
cara perhitungan, kemudian nilai tersebut dimasukan ke dalam kategori nilai yang
telah dibuat.
6. Prosedur Penelitian
a. Tahap Persiapan
1. Menentukan masalah
4. Menyusun proposal
b. Tahap Pelaksanaan
1. Izin Penelitian
Kec. Darma Kab. Kuningan dan dilakukan pada minggu ke 3 bulan Mei sampai