Anda di halaman 1dari 6

DOKTRIN MENGENAI SORGA 3 SORGA BUKANLAH ALAM ROH (By Dr.

Erastus Sabdono)

Kita harus berhati-hati dalam membahas pokok masalah Sorga, sebab Alkitab memang terkesan tidak
banyak mengungkap rahasia Sorga. Alkitab juga mengesankan tidak perlu menjelaskan secara terperinci
mengenai Sorga. Mengapa Alkitab terkesan tidak perlu menjelaskan mengenai realitas Sorga? Jawabnya
sangat jelas dapat ditemukan dalam tulisan ini, bahwa keadaan Sorga seperti bumi kita sekarang (tentu
dunia yang sempurna dan tidak ada dosa). Untuk menjelaskan hal Sorga harus memiliki landasan yang
kokoh berdasarkan Alkitab, bukan berdasarkan perkiraan atau praduga.

Banyak buku-buku dogmatika Kristen yang hampir-hampir tidak mencantumkan pokok masalah Sorga di
dalamnya. Pokok ini dianggap sebagai misteri yang tidak perlu dipecahkan. Anggapan bahwa Alkitab
sangat minim memiliki informasi mengenai Sorga dan tidak adanya usaha untuk menggali kekayaan
Alkitab yang berbicara mengenai Sorga, mengakibatkan banyak orang telah memiliki konsep yang salah
mengenai Sorga tersebut. Kesalahan itu telah mengakar dalam diri banyak orang, ditambah lagi tidak
banyak buku yang menulis tentang Sorga berdasarkan eksplorasi Alkitab. Sebagai akibatnya pemahaman
yang salah mengenai Sorga yang dimiliki banyak orang Kristen mengenai Sorga hasil serapan dari ajaran
agama-agama lain.

Banyak orang lain menggambarkan sorga dengan berbagai-bagai ekspresi: sebuah tempat di mana pria-
pria yang masuk ke sana ditemani tujuh bidadari cantik; sebuah taman seperti taman Eden di mana
buah-buahan ranum sepanjang waktu bebas dinikmati tanpa kerja dengan hamparan rumputnya bak
permadani dan lain sebagainya, di pihak lain sorga dipahami sebagai alam roh, di mana segala sesuatu
ada di alam roh. Ilustrasi-ilustrasi sorga seperti di atas menunjukkan penggambaran yang sangat miskin
terhadap kenyataan Sorga.

Untuk itu harus ada usaha yang serius untuk mengungkap rahasia mengenai Sorga. Seperti yang
dipaparkan dalam tulisan ini, walaupun penjelasan yang dipaparkan nampak terlalu radikal dan inovatif
bisa menimbulkan resistensi (penolakan), namun kebenaran harus tetap disampaikan. Kebenaran
mengenai Sorga yang dipaparkan dalam tulisan ini adalah kebenaran yang harus diterima dengan hati
lapang, tidak bersikap skeptis dan dalam pimpinan Roh kudus.

Sejatinya Sorga bukanlah alam roh dunia maya, tetapi alam fisik yang merupakan kelanjutan dari
perjalanan alam semesta yang telah diciptakan Tuhan yang ditulis Musa dalam kitab Kejadian. Sorga
bukanlah alam lain, tetapi alam semesta ini. Logikanya Tuhan hanya memiliki satu alam semesta di mana
Sorga bagi manusia termasuk ada di dalamnya. Sebagai mana Tuhan adalah Esa (Mono), maka alam
semesta (jagad raya) juga mono. Hal ini akan menggiring kita kepada keyakinan terhadap ke-Esa-an
Tuhan, bahwa tidak ada alam semesta yang lain, kemungkinan besar ada makhluk lain dengan hukum-
hukumnya yang berbeda dengan hukum jagad raya kita. Padahal Allah itu Esa. Semesta ini hanya
memiliki satu Allah Bapa dan satu-satunya Putra Tunggal-Nya yang bersama-sama dengan Bapa dari
kekekalan sampai ke kekekalan (Yoh 17:3). Jadi, kemungkinan kecil ada semesta lain selain semesta di
mana bumi termasuk di dalamnya.

Banyak orang memiliki pemahaman yang keliru tentang sorga. Sorga dipahami sebagai alam roh, yang
segala sesuatunya sangat berbeda dengan dunia nyata kita hari ini. Mereka beranggapan bahwa Sorga
adalah sebuah dunia yang bersifat rohani atau alam roh, sehingga yang dapat tinggal menetap disana
hanyalah mereka yang memiliki tubuh roh pula. Tubuh roh dipahami sebagai tubuh yang tidak tersentuh
alam fisik atau tidak dapat berinteraksi dengan alam fisik. Tubuh seperti ini dikenal juga sebagai tubuh
maya. Pandangan ini keliru sebab Sorga bukanlah alam roh yang hanya dihuni oleh roh-roh atau tubuh
maya. Sorga bukanlah suatu misteri yang tidak dapat dimengerti sama sekali oleh akal pikiran manusia,
sebab Sorga sebenarnya adalah kelanjutan dari alam semesta yang kita huni hari ini.

Tuhan Yesus menunjukkan tubuh kebangkitan adalah fisik seperti manusia yang hidup, bukan berbentuk
roh atau semacam tubuh roh. Tuhan Yesus menunjukkan kepada murid-murid-Nya keberadaan tubuh
fisik dalam Lukas 24:39; .karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada
pada-Ku. Kata hantu dalam teks aslinya adalah pneuma yang artinya roh. Tuhan menegaskan bahwa ia
tidak mengenakan tubuh roh tetapi fisik.

Bila Sorga dipahami sebagai alam roh, maka konsekuensinya tidak perlu ada kebangkitan seperti tubuh
kebangkitan Tuhan Yesus. Manusia tidak perlu dibangkitkan sebab dengan tubuh maya atau roh,
manusia sudah dapat menghuni Sorga. Terkesan Sorga adalah suatu dunia ciptaan baru yang tidak
berhubungan dengan dunia hari ini. Hal ini bisa mengarahkan pemikiran pada realitas bahwa Tuhan
akan menciptakan dunia lain atau alam semesta lain, selain alam semesta yang ada sekarang. Jika
demikian seharusnya cara Tuhan naik ke Sorga tidak seperti dikisahkan dalam Kisah Rasul 1. Tuhan Yesus
naik ke Sorga disaksikan oleh banyak orang menuju suatu arah di alam semesta ini.

Tuhan Yesus berjanji pergi menyediakan tempat bagi kita (Yoh 14:1-3). Cara Tuhan Yesus pergi dengan
terangkat secara fisik memberi pesan bahwa Ia ada di semesta kita. Tuhan Yesus tidak berpindah ke
alam lain dengan cara menghilang. Menghilang lebih mengesankan bahwa ia berpindah ke alam yang
lain. Dengan demikian harus ditegaskan bahwa cara kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga lebih menunjukkan
bahwa Tuhan Yesus menuju semesta yang sama, bukan semesta yang lain.

Bila Sorga adalah alam roh, maka Sorga adalah suatu keadaan misteri yang tidak dapat dimengerti sama
sekali oleh pikiran kita. Sebuah dunia dengan dimensi yang berbeda sama sekali dengan dimensi bumi
kita hari ini. Dunia misteri yang menyimpan berjuta rahasia yang tidak dapat dimengerti sama sekali.
Apakah Tuhan memiliki karakter seperti ini? Tidak mungkin Tuhan membawa manusia ke arah atau
tujuan yang tidak jelas.
Abraham diperintahkan meninggalkan Urkasdim untuk menemukan kota yang memiliki dasar, yang
direncanakan dan dibangun oleh Allah, yaitu satu tanah air Sorgawi (Ibr 11:8-16). Abraham hanya tidak
tahu arahnya tetapi bukan tidak tahu sama sekali jenisnya. Tentu saja dalam bayangan pikiran
Abraham negeri tersebut adalah negeri seperti yang dia pahami yaitu lembah subur seperti lembah
Sumeria, di mana ia berasal, bukan suatu alam lain yang tidak mengerti.

Logikanya, Tuhan tidak akan menyembunyikan suatu realita yang begitu penting yang menjadi tujuan
perjalanan hidup satu-satunya. Oleh karena keadaan Sorga seperti bumi yang telah Dia ciptakan yaitu
suatu alam fisik dengan predikat sungguh amat baik, maka Tuhan tidak perlu menjelaskannya lagi.

Dari sejak jaman dulu kebangkitan selalu dipahami bahwa manusia akan memiliki fisik yang sama. Hal ini
diteguhkan oleh fakta kebangkitan Tuhan Yesus. Keberadaan tubuh fisik hendak menunjukkan suatu
kehidupan. Jika tidak, berarti masih dalam posisi mati. Firman Tuhan mengatakan bahwa tubuh tanpa
roh adalah mati. Roh dan tubuh adalah suatu kesatuan. Tentu tidak bisa dikatakan sebagai manusia yang
hidup atau sebuah kehidupan untuk manusia kalau roh tidak bertubuh. Jadi, roh tanpa tubuh bukan
kehidupan yang dimaksud oleh Allah.

Ketika Alkitab berbicara mengenai Allah yang hidup (Mat 22:23-32), konteksnya ketika percakapan
orang-orang Saduki dengan Tuhan Yesus mengenai kebangkitan orang mati. Sebagian orang Yahudi
memang tidak percaya adanya kebangkitan, khususnya dari kelompok Saduki (Saduki adalah suatu
komunitas yang tidak percaya adanya dunia yang akan datang). Mereka menentang keras realitas
kebangkitan. Tuhan Yesus menyatakan bahwa Allah adalah Allah orang hidup, bukan Allah orang mati
(Mat 22:31-32). Tuhan Yesus hendak menegaskan bahwa fakta kebangkitan di mana manusia
mengenakan fisik jasmani adalah suatu realita, jika tidak demikian maka Allah bukan Allah orang hidup.
Sorga adalah tempat orang-orang hidup tinggal menetap (tempat atau dunia orang yang sudah
dibangkitan), bukan tempat tinggal orang mati.

Kebangkitan adalah sebuah realitas. Demonstrasi pertama mengenai kebangkitan adalah kebangkitan
Tuhan Yesus sendiri. Alkitab mencatat bahwa Tuhan Yesus bangkit dari kematian, dan Ia membuktikan
kebangkitan-Nya dengan jelas atau nyata-nyata. Setelah kebangkitan-Nya, Ia makan dan minum di
hadapan mereka. Kalau Tuhan Yesus tidak membutuhkan tubuh nyata (secara fisik) guna membuktikan
kebangkitan atau hidup-Nya, maka Ia tidak perlu memakai tubuh kebangkitan seperti yang
didemonstrasikan-Nya tersebut. Berminggu-minggu Tuhan Yesus membuktikan kebangkitan-Nya dengan
tubuh kebangkitan, dengan cara makan dan minum bersama-sama murid-murid-Nya.

Sorga adalah riil (nyata) secara fisik, bukan alam roh yang tak tersentuh dengan tubuh jasmani, sebab
sorga merupakan kelanjutan dunia hari ini. Kelanjutan dunia hari ini maksudnya adalah Tuhan tetap
menggunakan fasilitas alam semesta jagad raya yang nyata secara fisik sebagai Shamayim atau Ouranos
(Sorga) untuk manusia.
Mengapa Tuhan menggunakan fasilitas alam semesta ini bukan alam yang lain, seperti yang biasanya
dipahami kebanyakan orang, yaitu sebuah tempat di alam roh?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, harus dijelaskan bahwa alam semesta ini adalah ciptaan Allah
yang terbaik untuk manusia. Dalam Kejadian 1:31 Alkitab mencatat bahwa apa yang Tuhan telah
ciptakan adalah sungguh amat baik (towb meod), dalam versi King James diterjemahkan it was very
good. Towb meod sebenarnya bisa diterjemahkan secara harafiah the very best, sangat bagus dan
terbaik. Perlu ditambahkan di sini, bahwa yang dinyatakan Tuhan sebagai towb meod adalah segala
sesuatu yang dijadikan-Nya, bisa jadi seluruh tatanan alam semesta ini.

Dari pernyataan Alkitab ini diperoleh kebenaran bahwa tidak ada dunia dan alam semesta yang lebih
baik dari apa yang Tuhan telah ciptakan. Tuhan tidak akan menciptakan alam semesta lain, kecuali alam
semesta yang sudah ada. Allah ciptakan yang baru, di atas penciptaan yang pertama. Jadi, sangatlah
logis kalau Sorga bagi manusia nanti menggunakan fasilitas yang ada, yaitu alam semesta yang sudah
ada sekarang. Jagad raya yang tak terbatas inilah yang nantinya akan memfasilitasi langit baru dan bumi
yang baru, yaitu Sorga. Sedangkan bumi yang sekarang akan lenyap (Wahyu 21:1-3).

Dalam Wahyu 21:1 terdapat kata baru untuk langit dan bumi. Hal ini sangat menarik untuk dikupas.
Kata baru yang teks aslinya adalah kainos berarti baru dalam kualitas. Dengan kata lain, bumi yang
akan dihuni oleh orang percaya nanti adalah alam semesta yang sama, tetapi dengan kualitas yang
berbeda. Tuhan tidak menciptakan alam semesta yang baru. Jadi, perlu ditegaskan di sini bahwa langit
yang baru dan bumi yang baru adalah bagian dari alam semesta yang sangat besar, dan tidak terbatas.

Memang hal tersebut di atas masih merupakan sebuah misteri, tetapi kita dapat memperhatikan secara
logis bahwa kalau alam semesta ini dinilai oleh Tuhan sebagai towb meod (the very best), maka tidak
ada alam semesta lain yang lebih baik. Banyak orang menyangka bahwa Sorga terletak di alam semesta
yang lain yang diciptakan Tuhan atau dalam roh yaitu dunia lain dibalik dunia nyata ini. Pandangan ini
tidak tepat, yang benar bahwa sorga adalah sesuatu yang bersifat materi atau nyata secara fisik. Dalam
hal ini, kita jangan terjebak oleh filsafat Yunani yang dipelopori Plato, yang mengatakan bahwa yang
jasmani itu kotor, najis dan buruk, tetapi yang rohani (dunia ide) adalah kudus dan baik.

Bila sorga dihubungkan dengan tubuh kebangkitan, maka akan kita dapati sebuah relasi yang sangat erat
di antara keduanya. Karena semua orang percaya yang setia akan dibangkitkan dan mengenakan tubuh
kemuliaan yang bisa berinteraksi dengan alam semesta, maka sorga haruslah sesuatu yang bersifat
materi. Dalam hal ini, Tuhan Yesus telah menampilkan suatu peragaan yang dasyat dari tubuh
kebangkitan-Nya.
Tubuh kebangkitan Tuhan Yesus dapat bersentuhan dengan alam ini, atau benda-benda yang juga dapat
diraba secara fisik. Ini berarti tubuh kebangkitan tidak membutuhkan benda-benda rohani di alam roh
atau benda-benda yang berbeda dengan alam kita ini.

Tuhan Yesus dengan tubuh kebangkitan-Nya dapat berinteraksi dengan alam materi ini dan
menikmatinya. Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: rabalah tubuh-Ku ini. Dengan tubuh
kebangkitan Tuhan Yesus dapat dipegang dan Ia pun makan dan minum santapan.

Dalam satu pernyataan-Nya, Tuhan Yesus membandingkan tubuh kebangkitan dengan hantu. Ia berkata:
Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada
daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku (Lukas 24:39). Kemudian Tuhan Yesus makan
dan minum di hadapan mereka. Ia membuktikan kebangkitan-Nya dengan tubuh kemuliaan, selama
beberapa minggu (Kis 1:3-4). Peragaan ini menjadi pesan penting untuk menghayati realitas sorga yang
akan datang nanti.

Tubuh kebangkitan adalah tubuh yang akan membuat orang saling mengenal, dan juga mengenal Tuhan
di Kerajaan-Nya nanti. Di Sorga dengan tubuh kebangkitan orang-orang percaya yang setia berkumpul
bersama dan bertemu muka dengan muka dengan Tuhan (Wahyu 22:3-4). Ini adalah suatu pertemuan
indah; di mana tidak ada pertikaian, permusuhan dan perang. Di tempat ini tidak ada kenajisan, dosa
dan penderitaan. Di Sorga orang akan makan dan minum seperti di dunia ini, sangat besar kemungkinan
dengan jenis dan makanan dan minuman seperti makanan dan minuman yang ada di bumi ini. Hal ini
dikuatkan oleh pernyataan Tuhan Yesus, bahwa Ia tidak akan minum anggur (anggur secara fisik),
sampai pada kedatangan kerajaan Sorga (secara fisik) nanti. Tuhan Yesus berkata: Akan tetapi Aku
berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai hari
Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam kerajaan Bapa-Ku. Itulah yang
Tuhan Yesus sebut sebagai anggur yang baru (Mat 26:29).

Kata baru dalam Matius 26:29 teks aslinya adalah kainos, kata yang sama digunakan dalam Wahyu
21:1 (langit baru dan bumi yang baru). Jadi, Tuhan Yesus sejak kenaikan-Nya ke Sorga sampai saat ini
tidak makan dan tidak minum. Ia barulah makan dan minum bersama dengan kekasih-kekasih-Nya
dalam kerajaan-Nya nanti yaitu di Sorga (Luk 22:30).

Dengan penjelasan di atas ini dapatlah ditarik kesimpulan secara logis, bahwa sorga bagi manusia adalah
suatu alam bersifat fisik dengan segala fasilitasnya yang dapat dinikmati oleh tubuh kebangkitan.
Dengan demikian sorga adalah kelanjutan dari sejarah alam semesta secara fisik ini, alam semesta yang
diciptakan Tuhan yang ditulis oleh Musa dalam kitab Kejadian.
Akan timbul pertanyaan: mengapa Tuhan tidak mengungkapkan hal tersebut dengan jelas atau terang-
terangan kepada murid-murid-Nya? Jawabnya sederhana: Murid-murid yang hidup pada jaman
primitif (dibanding jaman sekarang), tidak akan memahami sama sekali dan akan sangat
membingungkan. Bahkan orang-orang pada waktu itu tidak memahami bahwa bumi bulat dan matahari
adalah pusat tata surya kita. Lagipula konsep mereka mengenai kebangkitan juga jelas bahwa mereka
akan mengenakan tubuh fisik kembali dan memiliki kemakmuran seperti di bumi ini.

Anda mungkin juga menyukai