Anda di halaman 1dari 18

1

HUKUM PERTAMA DAN KONSEP DASAR TERMODINAMIKA

PERCOBAAN JOULE
Pada dekade 1840 1878, James P. Joule sebagai eksperimen
berkesimpulan, ia menyatakan bahwa ada hubungan kuantitatif
antara energi dalam bentuk panas dengan energi dalam bentuk
kerja, dan panas adalah salah satu bentuk dari energi.

ENERGI DALAM
Energi Dalam (Internal Energi) yang diberi simbol (U).
Energi Dalam adalah suatu energi yang dimiliki oleh molekul
molekul benda yang tak dapat dilihat oleh pandangan makroskopis
secara langsung karena watak dan keadaan mikroskopisnya tidak
teratur. Energi ini dapat ditransfer sebagai energi panas atau
bentuk lainnya, dan secara parsil bergantung pada temperatur.

FORMULASI HUKUM TERMODINAMIKA


Pernyataan hukum pertama atau hukum ke nol termodinamika
adalah :
Jika dua benda disetimbangtermalkan hingga temperaturnya sama
dan kemudian dihubungkan dengan benda ketiga yang suhunya
berbeda, maka akan terjadi kesetimbangan temperatur kembali
sehingga suhu benda ketiga akan sama.

Hukum Pertama (I) Termodinamika


Meskipun ada berbagai bentuk energi tetapi secara total kuantitas
energi selalu konstan (tetap), dan ketika energi hilang dari bentuk
yang satu maka secara simultan energi tersebut akan muncul
dalam bentuk yang lain.
2

Pengertian sistim dan lingkungan sekitar dapat digambarkan sbb :

Pada bagian proses yang sedang berlangsung atau yang akan


ditinjau disebut sebagai sistim dan semua yang tidak termasuk
didalam sistim atau berada diluar garis batasan sistim disebut
sebagai lingkungan sekitar atau surroundings
Secara umum formulasi hukum pertama dinyatakan dengan
persamaan berikut:

( Energy of system) ( Energy of surrounding ) 0 (1)

Perubahan energi yang dapat terjadi pada sistim adalah energi


potensial (Ep), energi kinetik (Ek) baik secara keseluruhan atau
sebagian atau salah satunya saja.

KESETIMBANGAN ENERGI UNTUK SISTIM TERTUTUP


Pengertian sistim ada dua macam yaitu sistim tertutup dan sisitim
terbuka.
Sistem dikatakan tertutup bila perubahan keadaan yang terjadi
tidak disertai dengan perpindahan massa antara sistem dengan
sekitarnya. Yang ada hanya perpindahan panas saja. Sedangkan
sistim terbuka terdapat transfer panas dan massa antara sistim
dengan sekitarnya.
3

Dari persamaan (2.1) diatas secara matematis dituliskan sbb :


(Energy of surrounding) Q W
Tanda positif (+) atau negatif (-) tergantung pada arah masuk atau
keluarnya panas atau kerja ke dalam suatu sistim /
surroundingsnya.
Perubahan energi dapat terjadi dalam bentuk Ep, Ek, atau U .

Perubahan energi pada sistim energi sistim adalah =


U + Ek + Ep , sehingga persamaan di atas menjadi sbb :

U E K E P Q W (2)

Untuk panas (Q) tanda positif (+) berarti panas ditransfer dari

surroundings masuk ke dalam sistim, dan tanda (-) berarti
sebaliknya.
Untuk kerja (W) tanda positif (+) berarti kerja masuk dari
surroundings ke sistim dan tanda (-) adalah sebaliknya.
Pengertiannya seperti dijelaskan dalam gambar berikut :

Pada gambar di bawah ini dapat dilihat sejumlah panas (Q) masuk
ke sistim, berarti Q (+) dan sistim mengeluarkan kerja W, jadi
W (-) dan secara langsung kerja ini diterima oleh sekitarnya atau
surroundings menerima kerja (W) tandanya (+)
4

Kerja W keluar sistim tandanya negatif (-)


Kerja W masuk ke surroundings tandanya positif (+)
Dari gambaran di atas pemakaian persamaan (2.2) yang terjadi
pada sistim yang ditinjau dapat dituliskan sbb :
U E K E P Q W (3)
Pengertian dari persamaan ini adalah Total perubahan semua
bentuk energi yang terjadi pada sistim adalah sama dengan jumlah

panas yang dimasukkan ke dalam sisitim dikurangi dengan kerja
yang keluar sistim

Pada sistim tertutup (closed system ) biasanya harga Ep dan Ek


nya selalu konstan) atau Ek dan Ep adalah nol sehingga
persamaan (2.3) untuk sistim tertutup dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut :
U Q W (4)
atau dalam bentuk diferensialnya :
dU dQ dW (5)

Formulasi ini yang dikenal sebagai Hukum ke I Termodinamika
Untuk menggunakan
persamaan ini harga U, Q dan W haruslah
dalam sistim satuan yang sama.
Properti seperti volume Vt dan energi dalam Ut yang bergantung
pada kuantitas material dalam sebuah sistim biasanya disebut
dengan istilah sifat ekstensif
5

Vt = mV atau Vt = nV dan Ut = mU
atau Ut = nU
Dimana V dan U menunjukkan volume dan energi dalam sejumlah
unit material, baik itu unit massa atau mol dan disebut dengan sifat
spesifik atau molar.
Meskipun Vt dan Ut pada sistim homogen merupakan sifat
ekstensif, tetapi volume spesifik atau molar V (atau densitas ) dan
energi dalam spesifik/molar U bersifat intensif
(nU) nU Q W
d(nU) ndU dQ dW
Contoh 2.1.

KONDISI TERMODINAMIKA DAN FUNGSI KEADAAN


Fungsi keadaan (state function ) merupakan properti atau sifat
yang tidak bergantung baik pada keadaan zat sebelumnya
maupun pada kondisi dimana zat tersebut mencapai kondisi yang
diberikan tetapi hanya bergantung pada keadaan pada saat itu.
Ketika sifat tersebut diberikan nilai untuk zat murni yang homogen
maka keadaan termodinamika zat tersebut dapat ditentukan.
Bentuk diferensial dari state function menunjukkan perubahan tak
tentu dalam harganya. Integrasi dari diferensial ini dihasilkan
dalam bentuk perbedaan antara kedua harganya.
P2 V2

dP P P P
2 1 dan dV V
2 V1 V
P1 V1

Bentuk diferensial panas (heat) dan kerja (work) bukan merupakan


suatu perubahan

tetapi merupakan

jumlah tak tentu. Bila
diintegralkan akan memberikan jumlah / harga tentu bukan suatu
perubahan tentu.
dQ Q dan dW W

Untuk sistim tertutup, jumlah panas dan kerja yang dibutuhkan


akan berbeda untuk proses tertentu, tetapi jumlah Q W tetap
sama untuk proses.
Contoh 2.2,2.3,.2.4 pelajari di rumah
..
KESETIMBANGAN (EQUILIBRIUM)
Kesetimbangan sama dengan kondisi statis, artinya tak ada
perubahan. Menurut pandangan termodinamika, hal ini bukan saja
tidak ada perubahan, tetapi juga tidak ada kecenderungan
perubahan secara makroskopis.
Sistim pada keadaan setimbang akan tetap ada pada kondisi
tersebut, cenderung tidak terjadi perubahan kecuali kondisi
berubah. Kondisi bisa berubah karena adanya gaya pendorongnya
(driving force) seperti tekanan, temperatur, dan potensial kimia
(yang menyebabkan terjadinya reaksi kimia). Pada kondisi
setimbang, gaya pendorongnya juga dalam keadaan setimbang .

HUKUM / ATURAN FASE


Fulida murni yang homogen, keadaannya sudah mantap, misalnya
pada suatu T dan P tertentu, fluida tersebut berwujud cair. Apabila
keadaannya pada kondisi setimbang maka wujud atau sifat
fluidanya tidak dapat dikatakan dalam posisi mantap (bersifat
cairan atau uap/gas saja), karena tergantung pada keadaan
setimbang tersebut. Contohnya, pada suhu T = 100 0C, tekanan P
= 101,33 kPa, air akan berada pada kesetimbangan antara fase
cair dan fase uap (ada 2 fase) dalam sistimnya. Pada kondisi ini,
selagi uap dan cair secara kontinyu terjadi di dalam sistim, tidak
mungkin terjadi perubahan T tanpa mengubah P sisitim tersebut.
Sedangkan untuk membuat suatu perhitungan, keadaan sistim
7

perlu diambil suatu ketentuan fasa yang tetap. Untuk itu


diperkenalkan suatu hukum oleh Willard Gibbs pada tahun 1875
yang dikenal dengan Hukum Fasa (Phase Rule) untuk sistim tak
bereaksi. Dinyatakan dengan persamaan berikut:
F 2 N
F = derajat kebebasan ( degree of freedom )
= jumlah fasa , N = jumlah spesies kimia yang ada

Contoh 2.5

Dengan hukum fasa, untuk keadaan setimbang dapat ditentukan


keadaan intensifnya. Jika temperatur, tekanan dan komposisi
untuk semua fase yang ada telah mantap. Pada hukum fase,
dan N tidak saling ketergantungan. Harga F minimum untuk setiap
sistim adalah nol.
Bila F 0 , maka persamaan F 2 N menjadi 2 N , ini
berarti adalah maksimum, fase yang terjadi pada
kesetimbangan. Contoh yang umum ada 3 fase yaitu cair, uap/gas
dan padat.

Jika spesies kimia N 1 , maka 2 1 3 , ada 3 fase ( dikenal
dengan triple point ), contohnya spesies air fase padat, cair dan
uap dimana kondisi 3 fase ini terjadi pada harga P dan T yang
setimbang. Bila P atau Tberubah, maka kesetimbangannya tidak
terjadi lagi.

PROSES REVERSIBEL (DAPAT BALIK)


Suatu proses dikatakan reversibel, bila arah prosesnya pada
setiap titik jika ada perubahan (meskipun sangat kecil), dapat
dikembalikan ke kondisi awalnya. Contoh yang sederhana untuk
8

memahami proses reversibel seperti terjadi pada sistim


silinder piston dengan torak.Lihat gambar di bawah ini

Pada gambar di atas, sistim yang ditinjau adalah silinder berisi


gas, di luar sistim dianggap sebagai surroundings. Pada keadaan
ini, juga dianggap tidak ada pengaruh panas antara silinder
dengan piston, tidak ada pengaruh gravitasi dan friksi atau
gesekan antara piston / torak dengan silinder diabaikan.
Beban dengan massa m , memberikan batasan pada besarnya
tekanan yang cocok dengan tekanan gas di dalam silinder
(tekanan gas di dalam silinder setimbang dengan beban m). Jika
massa beban m berubah, maka posisi kesetimbangan juga akan
berubah. Jika m berkurang, terjadi proses ekspansi gas atau bila
bertambah gas akan mengalami kompressi (penekanan yang lebih
besar). Pada setiap proses ekspansi atau kompresi ditandai

dengan gerakan piston, berarti ada perubahan L .


Jika m diambil, piston bergerak naik ke atas mencapai level
maksimum, lalu turun lagi hingga ke level tekanan gas setimbang
dengan bebanya, ini berarti, piston mempunyai energi potensial
(Ep). Energi potensial piston bertambah sama dengan kerja piston
9

dan setara dengan gerakan piston. Gerakan ke atas tadi bila dapat
balik ke posisi semula maka prosesnya telah berlangsung secara
reversibel (dapat balik ).
Dari rumusan kerja dW PdV t , maka hasil kerja dari sistim silinder
gas ini dapat dihitung dengan persamaan :
V2t
W t PdV t
V1

Dalam termodinamika, perhitungan kerja biasanya dibuat untuk

proses reversibel, hasil perhitungan dari proses tersebut dengan


kombinasi efisiensi yang tepat akan menghasilkan aproksimasi
kerja dari proses yang terjadi.

Contoh 2.6, 2.7


..

PROSES PADA VOLUME DAN TEKANAN KONSTAN


Kesetimbangan energi untuk sistim tertutup yang homogen
dengan sejumlah n mole:
d(nU) dQ dW (6)
Dimana Q = panas total
W=kerja total
Kerja dari proses sistim tertutup secara reversibel diberikan oleh
persamaan (1.2) sehingga diperoleh:
dW Pd(nV ) (7)
Dengan menggabungkan kedua persamaan di atas, akan

diperoleh:
d(nU) dQ Pd(nV ) (8)

10

PROSES DENGAN VOLUME KONSTAN


Jika proses terjadi pada volume total yang konstan , maka kerja
adalah nol bahkan harga pada persamaan (8) juga bernilai nol,
karena n dan V keduanya konstan.
dQ d(nU) (konstanV ) (9)
diintegralkan :
Q nU ( KonstanV ) (10)

Persamaan (10) diatas dapat diartikan pada proses sistim tertutup


dengan volume konstan, panas yang dipindahkan sama dengan

perubahan energi dalam di suatu sistim.

PROSES DENGAN TEKANAN KONSTAN


Guna menyelesaikan dQ , maka persamaan (8) menjadi:
dQ d(nU) Pd(nV ) (11)
Untuk perubahan keadaan dengan tekanan konstan:
dQ d(nU) d(nPV ) d[n(U PV )]

H U PV
Dimana
H , V,
U dalam satuan unit massa atau molar.

dQ d(nH) (konstan P) (12)


Diintegrasi sehingga menghasilkan;



Q nH (konstan P) (13)
Pada proses sistim tertutup dengan volume konstan, panas
yangdipindahkan sama dengan perubahan entalpi di suatu sistim.

ENTALPI
Secara matematis, entalpi dapat dinyatakan dalam bentuk
diferensial:
dH dU d(PV ) (14)


11

Dengan integrasi maka akan diperoleh persamaan dengan


perubahan / perbedaan tertentu di dalam suatu sistim:
H U (PV ) (15)
Dalam pemakaian persamaan di atas perlu diperhatikan sistim
satuan yang digunakan. Karena entalpi adalah satuan energi maka

satuan PV juga dalam satuan energi.
Pada sistim satuan SI, tekanan P dinyatakan dalam Pascal (Pa)
atau Nm 2 dan volume dalam m3 sehingga satuan PV = Nm =
Joule

Contoh 2.8.
.

KAPASITAS PANAS
Kapasitas panas dapat dinyatakan dalam :
dQ
C
dT

KAPASITAS PANAS PADA VOLUME KONSTAN


U
CV (16)
T V

Persamaan di atas mencakup kapasitas panas molar dan


kapasitas panas spesifik
tergantung jika U merupakan energi
dalam spesifik atau molar. Walaupun pernyataan di atas bukan
merupakan suatu acuan proses namun berhubungan dengan
proses volume konstan pada sistim tertutup sehingga persamaan
(16) menjadi:
dU Cv dT (konstanV ) (17)
Diintegrasi menjadi:


T2
U T1
CvdT ( konstanV ) (18)


12

Dengan kombinasi dengan persamaan (2.10) untuk reaksi


reversibel mekanis dapat dihasilkan:
Q nU n T CvdT (konstanV )
T2

1
(19)

Jika volume bervariasi selama proses namun pada akhir proses


akan kembali
ke nilai awal, proses tersebut tidak dikatakan
sebagai salah satu proses volume konstan walaupun
V2 V1 dan V 0 . Namun perubahan pada state function (fungsi
keadaan) tidak bergantung pada alur (arah) dan sifatnya sama
untuk semua proses.

Untuk perhitungan perubahan properti / sifat seperti U , Cv , T ,


proses aktual dapat digantikan oleh proses lainnya yang
memberikan perubahan kondisi yang sama.

KAPASITAS PANAS PADA TEKANAN KONSTAN


H
Cp (20)
T P

Persamaan
di atas mencakup kapasitas panas molar dan
kapasitas panas spesfik tergantung jika H merupakan entalpi
spesifik atau molar.
dH Cp dT (konstan P) (21)


T2
H T1
CpdT ( konstan P) (22)

Dengan kombinasi dengan persamaan (2.13), dihasilkan:
Q nH n T CpdT (konstan P)
T2
1
(23)

Untuk proses reversibel mekanis dengan tekanan konstan, panas


dan kerja dapat
dihitung dengan persamaan (2.23) dan rumus.
W PnV


13

Contoh 2.9,2.10.

KESETIMBANGAN MASSA DAN ENERGI


UNTUK SISTIM TERBUKA
Pengukuran Aliran
Sistim terbuka biasanya dicirikan oleh arus yang mengalir, dimana
ada empat macam jenis pengukuran yaitu :
.
1) Laju massa, m
.
2) Laju molar, n
3) Laju volum, q
4) Kecepatan, u
Pengukuran aliran dapat dihubungkan menjadi:
. .
m Mn dan q uA

Dimana M merupakan massa molar. Laju massa dan molar dapat


dikaitkan dengan kecepatan : .
m uA (24a)
atau .
n uA

Area A merupakan luas area saluran dan adalah densitas molar.


Walaupun kecepatan merupakan kuantitias vektor, besaran skalar
u digunakan sebagai kecepatan ratarata aliran dalam arah
normal terhadap A. Laju massa, molar dan volume menunjukkan
pengukuran kuantitias per unit waktu.
14

Gambar 2.5 menunjukkan control volume

KESETIMBANGAN MASSA UNTUK SISTIM TERBUKA


Secara matematis kesetimbangan massa dapat ditulis:
dmcv . (25)
m 0
dt fs

Dimana persamaan kedua untuk control volume diperlihatkan pada


gambar diatas :
. . . .
m m3 m1 m2
fs

Operator selisih menunjukkan perbedaan antara aliran masuk


dan keluar dan lambang fs berarti hal tersebut berlaku untuk
semua arus aliran ( flowing stream ).
Ketika laju massa diberikan oleh persamaan (24a) dan (24b),
dmcv (26)
uAfs 0
dt

Persamaan di atas biasanya disebut dengan Persamaan


Kontinuitas.
Laju aliran dicirikan sebagai kondisi mantap (steady state) sebagai
kondisi khusus dimana keadaan di dalam control volume tidak
berubah terhadap waktu. Control volume memiliki massa fluida
15

konstan atau akumulasinya berharga nol sehingga persamaan (26)


menjadi:
u Afs 0
Istilah steady stated tidak langsung berarti harga lajunya konstan,
sebab dapat juga berarti laju aliran massa masuk sama dengan
laju aliran massa keluar.
2u2 A2 1u1 A1 0 (27)
.
m kons tan 2u2 A2 1u1 A1
.
u1 A1 u2 A2 uA
m
V1 V2 V

KESETIMBANGAN ENERGI SECARAUMUM


d mU cv 1 . .
U U 2 zg m Q laju kerja
dt 2 fs
.
Bentuk lain dari kerja adalah kerja poros oleh laju Ws yang

ditunjukkan dalam gambar 2.6 Sebagai tambahan, kerja dapat


diasosiasikan sebagai ekspansi atau kontraksi dari control volume.
.
Semua kerja ditulis dalam bentuk W .
d mU cv 1 . .
.
.
U u 2 zg m Q PV m W
dt 2 fs fs

Dengan kombinasi dengan pengertian entalpi , H U PV , maka :


d mU cv 1 . . .
H u 2 zg m Q W
dt 2 fs

d mU cv 1 . . .
(28)
H u 2 zg m Q W
dt 2 fs

Untuk beberapa aplikasi tertentu, perubahan energi kinetik dan


potensial pada aliran dapat diabaikan, sehingga persamaan (28)
dapat disederhanakan menjadi :
16

(29)
d mU cv . . .
H m Q W
dt fs

Kesetimbangan Energi Untuk Proses Dengan Aliran Mantap


(Steady State)
Pada keadaan steady state, d mU cv / dt berharga nol, tidak
terdapat ekspansi dari control volume pada kondisi tersebut. Satu
satunya kerja proses adalah kerja poros, dan persamaan
kesetimbangan energi menjadi :
1 . . . (30)
H u 2 zg m Q Ws
2 fs

Dengan mengabaikan fs untuk laju massa yang sama , maka


diperoleh :
1 . . .
H u 2 zg m Q Ws
2
31)
u 2
H zg Q Ws (32a)
2
Dalam sistim English engineering , persamaan tersebut ditulis :

u 2 g
H z Q Ws (32b)
2 gc

Pada banyak aplikasi, energi potensial dan kinetik kita abaikan.


Untuk kasus seperti itu, maka persamaan (32a) dan (32b)
menjadi :
H Q Ws (33)
17

Pada rangkaian alir proses, seksi 1 dan seksi 2 didesain tidak ada

perubahan kinetik energi dan potensial energi ( Ek dan E p

diabaikan), dan kerja Ws tidak ada. Water bath dijaga agar


temperaturnya tetap 00C, diisi dengan es.
Pemanas listrik (heater) dialiri arus listrik sebagai pemanas aliran
yang melewati heater. Seluruh peralatan diisolasi dengan baik.
Aliran masuk heater dengan laju tertentu, suhunya 0 0C pada seksi
1, menerima panas dari elemen pemanas, laju panas masuk akan
diukur dan dihitung.
Perhitungannya dengan prinsip perubahan entalpi ( H ) antara
seksi 1 dan seksi 2. Pada seksi 2 dipasang alat ukur temperatur
dan tekanan sehingga harga entalpi dan temperatur di seksi 2
adalah H2 dan T2 , harga H2 dengan persamaan :

H H 2 H1 Q
H 2 H1 Q

Dengan mengatur H1 = 0 untuk air (fase liquid) pada 00C


membuat :
H 2 H1 Q 0 Q Q
18

Dari persamaan di atas, dibuktikan bahwa H 2 tidak hanya


bergantung pada Q tetapi juga bergantung pada harga H 1-nya.

TERIMAKASIH

Jangan lupa selesaikan soal-soal Bab II


Yang NIM Ganjil selesaikan no soa ganjil
Begitu juga sebaliknya

Anda mungkin juga menyukai