Anda di halaman 1dari 11

SENYAWA ETER & EPOKSIDA

Eter/Alkoksi Alkana
1.Rumus Umum

Struktur umum dari eter


Eter adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus ROR', dengan R dapat berupa
alkil maupun aril. Contoh senyawa eter yang paling umum adalah pelarut dan anestetik dietil
eter (etoksietana, CH3-CH2-O-CH2-CH3). Eter sangat umum ditemukan dalam kimia organik
dan biokimia, karena gugus ini merupakan gugus penghubung pada senyawa karbohidrat dan
lignin.
Jika R=R atau Ar=Ar maka dinamakan eter simitrik (eter sederhana) Jika RR atau
ArAr
maka dinamakan eter asimitrik (eter campuran) Sudut yang dibentuk oleh gugus eter (-O-)
sebesar 109,50 dan panjang ikatan C-O- 0,142 nm

Struktur dan ikatan


Eter memiliki ikatan C-O-C yang bersudut ikat sekitar 110 dan jarak C-O sekitar 140 pm.
Sawar rotasi ikatan C-O sangatlah rendah. Menurut teori ikatan valensi, hibridisasi oksigen
pada senyawa eter adalah sp3.
Oksigen lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga hidrogen yang berada pada posisi alfa
relatif terhadap eter bersifat lebih asam daripada hidrogen senyawa hidrokarbon. Walau
demikian, hidrogen ini kurang asam dibandingkan dengan alfa hidrogen keton.
Struktur Serupa
Eter tidak boleh disamakan dengan gugus-gugus sejenis berikut yang mempunyai stuktur
serupa - R-O-R.
Senyawa aromatik seperti furan di mana oksigen adalah sebagian daripada sistem
aromatik.
Senyawa dengan atom-atom karbon yang bersebelahan dengan oksigen terikat dengan
oksigen, nitrogen, atau sulfur:
1. Ester R-C(=O)-O-R
2. Asetal R-CH(-O-R)-O-R
3. Aminal R-CH(-NH-R)-O-R
4. Anhidrida R-C(=O)-O-C(=O)-R
2. Tatanama Eter
a. IUPAC
a) Nama sistematik eter adalah alkoksi alkana. Alkil terkecil dianggap sebagai alkoksi, dan
yang terbesar dianggap alkana.
Contoh :
b) Tentukan nomor terikatnya gugus alkoksi.
Contoh :

c) Gugus alkoksi merupakan salah satu substituen , sehingga penulisan namanya harus
berdasarkan urutan abjad huruf pertama nomor substituen.

d) Awalan di-, tri-, sek-, ters-, tidak perlu diperhatikan dalam penentuan urutan abjad
sedangkan awalan yang tidak dipisahkan dengan tanda hubung (antara lain : iso-, dan
neo-) diperhatikan dalam penentuan urutan abjad.
Contoh :

b. Trivial

1) Tentukan gugus-gugus alkil (substituen) yang mengikat gugus eter (-O-).

Contoh :

2) Tambahkan akhiran eter setelah nama-nama subtituen.

Contoh :
3) Penulisan substituen alkil tidak harus menurut urutan abjad.

Sifat Fisik & Kimia Eter


Berbeda dengan senyawa-senyawa alkohol, eter mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1) Titik didih rendah sehingga mudah menguap
2) Sulit larut dalam air, karena kepolarannya rendah
3) Sebagai pelarut yang baik senyawa-senyawa organik yang tak larut dalam air
4) Mudah terbakar
5) Pada umumnya bersifat racun
6) Bersifat anastetik (membius)
7) Eter sukar bereaksi, kecuali dengan asam halida kuat (HI dan H Br)
Molekul-molekul eter tidak dapat berikatan hidrogen dengan sesamanya, sehingga
mengakibatkan senyawa eter memiliki titik didih yang relatif rendah dibandingkan dengan
alkohol.
Eter bersifat sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat, sehingga dipol C-O
tidak dapat meniadakan satu sama lainnya. Eter lebih polar daripada alkena, namun tidak
sepolar alkohol, ester, ataupun amida. walau demikian, keberadaan dua pasangan elektron
menyendiri pada atom oksigen eter, memungkinkan eter berikatan hidrogen dengan molekul
air. Eter dapat dipisahkan secara sempurna melalui destilasi. Eter siklik seperti tetrahidrofuran
dan 1,4-dioksana sangat larut dalam air karena atom oksigennya lebih terpapar ikatan hidrogen
dibandingkan dengan eter-eter alifatik lainnya

Sifat Kimia

a. Oksidasi
Oksidasi suatu eter dengan campuran kalium bikromat dan asam sulfat akan
menghasilkan aldehida.

Contoh :

b. Reaksi dengan asam sulfat


Eter dapat bereaksi dengan asam sulfat menghasilkan suatu alcohol dan asam alkana
sulfonat.

Contoh :

c. Reaksi dengan asam iodida


Eter dapat bereaksi dengan asam iodida menghasilkan campuran alkohol dengan alkil
halida.
Contoh :

d. Hidrolisis

Hidrolisis dengan asam sulfat suatu eter akan menghasilkan alkohol.

Contoh :

e. Halogenasi

Eter dapat mengalami reaksi substitusi oleh halogen. Substitusi terjadi pada atom H.

Contoh :

4. Pembuatan dan Kegunaan eter

Pembuatan Eter

a. Mereaksikan alkil halida dengan alkoksida

Eter dapat dibuat dengan mereaksikan antara alkil halida dengan natrium alkoksida. Hasil
samping diperoleh garam natrium halida.

Contoh :

b. Mereaksikan alkil halida dengan perak(I) oksida

Alkil halida bereaksi dengan perak(I) oksida menghasilkan eter. Hasil samping diperoleh
garam perak halida.

Contoh :

c. Dehidrasi alkohol primer

Eter dapat dibuat dengan dehidrasi alkohol primer dengan asam sulfat dan katalis alumina.

Contoh :

Kegunaan Eter
Senyawa-senyawa eter yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari antara
lain
1) Dietil eter (etoksi etana) biasanya digunakan sebagai pelarut senyawa-senyawa organik.
Selain itu dietil eter banyak digunakan sebagai zat arestesi (obat bius) di rumah sakit.
2) MTBE (Metil Tertier Butil Eter),Senyawa eter ini digunakan untuk menaikan angka oktan
besin menggantikan kedudukan TEL / TML, sehingga diperoleh bensin yang ramah
lingkungan. Sebab tidak menghasilkan debu timbal (Pb2+) seperti bila digunakan TEL / TML
3) Bi bidang otomotif, eter digunakan untuk menghidupkan mesin yang tak mau menyala.
Bahkan eter juga digunakan sebagai tambahan bahan bakar sehingga laju mesin lebih kencang.

b. Dampak

Pada konsentrasi rendah, eter dapat menyebabkan pusing kepala, sedangkan pada konsentrasi
tinggi menyebabkan tidak sadarkan diri.

5. Beberapa Reaksi Eter


Eter adalah golongan senyawa organik yang memiliki rumus umum R-O-R'. Beberapa reaksi
dari eter diantaranya adalah:
a. Pembakaran
Eter mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air.
Contoh:
CH3-O-CH3 + 3O2 2CO2 + 3H2O
b. Reaksi dengan Logam Aktif
Berbeda dengan alkohol, eter tidak bereaksi dengan logam natrium (logam aktif).

c. Reaksi dengan PCl5


Eter bereaksi dengan PCl5, tetapi tidak membebaskan HCl.

d. Reaksi dengan Hidrogen Halida (HX)


Eter terurai oleh asam halida, terutama oleh HI. Jika asam halida terbatas:
ROR + HI > ROH + RI
Jika asam halida berlebihan:
ROR + 2HI > RI + RI + H2O
e. Membedakan Alkohol dengan Eter
Alkohol dan eter dapat dibedakan berdasarkan rekasinya dengan logam natrium dan fosforus
pentaklorida.
Alkohol bereaksi dengan logam natrium membebaskan hidrogen, sedangkan eter tidak
bereaksi.
Alkohol bereaksi dengan PCl5
menghasilkan gas HCl, sedangkan eter bereaksi tetapitidak menghasilkan HCl.

Pembelahan eter
Walaupun eter tahan terhadap hidrolisis, ia dapat dibelah oleh asam-asam mineral seperi
asam bromat dan asam iodat. Asam klorida hanya membelah eter dengan sangat lambat.
Metil eter umumnya akan menghasilkan metil halida:
ROCH3 + HBr CH 3Br + ROH
Reaksi ini berjalan via zat antara onium, yaitu [RO(H)CH3] + Br -.

Beberapa jenis eter dapat terbelah dengan cepat menggunakan boron tribomida (dalam
beberapa kasus aluminium klorida juga dapat digunakan) dan menghasilkan alkil bromida.
Berganting pada substituennya, beberapa eter dapat dibelah menggunakan berbagai jenis
reagen seperti basa kuat

Pembentukan peroksida
Eter primer dan sekunder dengan gugus CH di sebelah oksigen eter, dapat membentuk
peroksida, misalnya dietil eter peroksida. Reaksi ini memerlukan oksigen (ataupun udaara),
dan dipercepat oleh cahaya, katalis logam, dan aldehida. Peroksida yang dihasilkan dapat
meledak. Oleh karena ini, diisopropil eter dan tetrahidrofuran jarang digunakan sebagai pelarut.
Sebagai basa Lewis
Eter dapat berperan sebagai basa Lewis maupun basa Bronsted. Asam kuat dapat memprotonasi
oksigen, menghasilkan "ion onium". Contohnya, dietil eter dapat membentuk kompleks dengan
boron trifluorida, yaitu dietil eterat (BF3-OEt2). Eter juga berkooridasi dengan Mg(II) dalam
reagen Grignard. Polieter (misalnya eter mahkoya) dapat mengikat logam dengan sangat kuat.
Sintesis
Eter dapat disintesis melalui beberapa cara:
Dehidrasi alkohol
Dehidrasi senyawa alkohol dapat menghasilkan eter:
2 R-OH R-O-R + H2O
Reaksi ini memerlukan temperatur yang tinggi (sekitar 125 C). Reaksi ini dikatalisis oleh
asam, biasanya asam sulfat. Metode ini efektif untukn menghasilkan eter simetris, namun tidak
dapat digunakan untuk menghasilkan eter tak simetris. Dietil eter dihasilkan dari etanol
menggunakan metode ini. Eter siklik dapat pula dihasilkan menggunakan metode ini.
Sintesis eter Williamson
Eter dapat pula dibuat melalui substitusi nukleofilik alkil halida oleh alkoksida
R-ONa + R'-X R-O-R' + Na
Reaksi ini dinamakan sintesis eter Williamson. Reaksi ini melibatkan penggunaan alkohol
dengan basa kuat, menghasilkan alkoksida, yang diikuti oleh adisi pada senyawa alifatik terkait
yang memiliki gugus lepas (R-X). Gugus lepas tersebut dapat berupa iodida, bromida, maupun
sulfonat. Metode ini biasanya tidak bekerja dengan baik dengan aril halida (misalnya
bromobenzena). Reaksi ini menghasilkan rendemen reaksi yang tinggi untuk halida primer.
Halida sekunder dan tersier sangat rawan menjalani reaksi eliminasi E2 seketika berpaparan
dengan anion alkoksida yang sangat basa. Dalam reaksi lainnya yang terkait, alkil halida
menjalani substitusi nukleofilik oleh fenoksida. R-X tidak dapat digunakan untuk bereaksi
dengan alkohol. Namun, fenol dapat digunakan untuk menggantikan alkohol. Oleh karena
fenol bersifat asam, ia dapat bereaksi dengan basa kuat seperti natrium hidroksida, membentuk
ion fenoksida. Ion fenoksida ini kemudian mensubstitusi gugus -X pada alkil halida,
menghasilkan eter dengan gugus aril
yang melekat padanya melalui mekanisme reaksi SN2.

C6H5OH + OH- C 6H5-O-+ H2O


C6H5-O- + R-X C 6H5OR
3. Kondensasi Ullmann
Kondensasi Ullmann mirip dengan metode Williamson, kecuali substratnya adalah aril halida.
Reaksi ini umumnya memerlukan katalis, misalnya tembaga.

a. Adisi elektrofilik alkohol ke alkena


Alkohol dapat melakukan reaksi adisi dengan alkena yang diaktivasi secara elektrofilik.
R2C=CR2+ R-OH R 2CH-C(-O-R)-R2
Katalis asam diperlukan agar reaksi ini dapat berjalan. Biasanya merkuri trifluoroasetat
(Hg(OCOCF3)2) digunakan sebagai katalis.

Pembuatan epoksida
Epoksida biasanya dibuat melalui oksidasi alkena. Eposida yang paling penting dalam industri
adalah etilena oksida, yang dihasilkan melalui oksidasi etilena dengan oksigen. Epoksida
lainnya dapat dihasilkan melalui dua cara:
a. Melalui oksidasi alkena dengan peroksiasam seperti Asam meta-
kloroperoksibenzoat (m-CPBA).
b. Melalui substitusi nukleofilik intramolekuler halohidrin.

Beberapa eter penting

Etilena oksida Eter siklik yang paling sederhana.

Dimetil eter Merupakan propelan pada aerosol. Merupakan bahan bakar


alternatif yang potensial untuk mesin diesel karena mempunyai bilangan cetan sebesar 56-57

Dietil eter Merupakan pelarut umum pada suhu rendah (b.p. 34.6 C), dan
dulunya merupakan zat anestetik. Digunakan sebagai cairan starter kontak pada mesin diesel.

Dimetoksimetana (DME) Pelarut pada suhu tinggi (b.p. 85 C)

Dioksana Merupakan eter siklik dan pelarut pada suhu tinggi (b.p. 101.1 C)

Tetrahidrofuran(THF) Eter siklik, salah satu eter yang bersifat paling polar yang
digunakan sebagai pelarut.
Anisol (metoksibenzena) Merupakan eter aril dan komponen utama minyak
esensial pada biji adas manis.

Eter mahkota Polieter siklik yang digunakan sebagai katalis transfer fase.

Polietilen glikol (PEG) Merupakan polieter linear, digunakan pada kosmetik dan
farmasi.

Epoksida
Epoksida adalah senyawa eter siklik dengan cincin yang memiliki tiga anggota. Struktur dasar
dari sebuah epoksida berisi sebuah atom oksigen yang diikat pada dua atom karbon berdekatan
yang berasal dari hidrokarbon. Tegangan dari cincin dengan tiga anggota ini membuat senyawa
epoksida menjadi lebih reaktif daripada eter asiklik. Karakteristik dari senyawa epoksida
adalah gugus oksiran yang terbentuk oleh oksidasi dari senyawa olefinik atau senyawa
aromatik ikatan ganda.

Senyawa epoksida merupakan senyawa yang sangat penting sama seperti produk kimia
lainnya, misalnya resin. Epoksida minyak, yang produksinya mencapai sekitar level 50.000 ton
per tahun, memiliki fungsi utama sebagai plastisizer dan stabilisator pada PVC (Gunstone,
1996). Bentuk gugus epoksi, antara lain :
Terminal

Internal
Dan mungkin memiliki pengganti pada atom karbon selain hidrogen, misalnya:
Gugus epoksi dapat pula menjadi bagian dalam sebuah struktur cincin, seperti:

Senyawa epoksida dapat dibuka dengan mudah, di bawah kondisi asam atau basa.
Contohnya, hidrolisis propilen oksida yang dikatalis dengan senyawa asam atau basa untuk
menghasilkan propilen glikol.

Epoksida merupakan gugus yang sangat reaktif, terutama dalam larutan asam karena akan
menaikkan kecepatan pembukaan cincin oksida dengan cara protonasi kepada atom oksigen
dan berinteraksi dengan berbagai macam reagen nukleofilik (Gunstone, 1996).

Salah satu produk penting industri petrokimia yang dapat dihasilkan dari minyak nabati
adalah senyawa polihidroksi trigliserida. Senyawa ini banyak digunakan sebagai bahan
poliuretan, bahan aditif plastik, pelumas, surfaktan, dll sehingga kebutuhan akan senyawa ini
menjadi sangat tinggi. Senyawa polihidroksi trigliserida dihasilkan melalui reaksi hidroksilasi.
Reaksi hidroksilasi meliputi dua tahap reaksi, yaitu reaksi epoksidasi dan reaksi pembukaan
cincin oksiran. Pada penelitian ini akan dibahas lebih mendalam mengenai reaksi epoksidasi.
Karena kereaktifan yang tinggi dari cincin oksiren, epoksida dapat berlaku sebagai bahan
baku untuk sintesis berbagai macam varietas kimia, seperti alkohol, glikol, alkanolamin,
komponen karbonil, komponen olefin, dan polimer, seperti poliester, poliuretan, dan resin
epoksi (Dinda et al, 2008).
Reagen (produk): HX = H2 (alkohol), H2O (diol), ROH (alkoksi alkohol), RCOOH
(asiloksi alkohol), RCONH2 (asilamino alkohol), H2S (merkapto alkohol), HCN (cyano
alkohol), HBr (bromo alkohol). Reaksi epoksidasi (terutama yang berasal dari triasilgliserol)
dengan alkohol polihidrik menghasilkan komponen polihidroksi yang mana dapat direaksikan
dengan diisosianat untuk menghasilkan poliuretan. Epoksida dapat dikonversi menjadi keton
melalui reaksi dengan natrium iodida dalam polietilen glikol (Gunstone, 1996).
Sebagai kesimpulan, epoksida diproduksi bukan hanya sebagai produk akhir, tetapi juga
sebagai intermediet karena epoksida merupakan komponen yang sangat bernilai dalam sintesis
kimia organik. Sekarang ini, beberapa usaha telah dilakukan agar reaksi dapat berlangsung
secara selektif dengan penggunaan katalis (Brown et al., 2009).

Beberapa eter penting

Etilena oksida Eter siklik yang paling sederhana.

Merupakan propelan pada aerosol. Merupakan


bahan bakar alternatif yang potensial untuk
Dimetil eter
mesin diesel karena mempunyai bilangan cetan
sebesar 56-57.
Merupakan pelarut umum pada suhu rendah
(b.p. 34.6 C), dan dulunya merupakan zat
Dietil eter
anestetik. Digunakan sebagai cairan starter
kontak pada mesin diesel.
Dimetoksimetana
Pelarut pada suhu tinggi (b.p. 85 C):
(DME)

Merupakan eter siklik dan pelarut pada suhu


Dioksana
tinggi (b.p. 101.1 C).

Tetrahidrofuran Eter siklik, salah satu eter yang bersifat paling


(THF) polar yang digunakan sebagai pelarut.

Anisol Merupakan eter aril dan komponen utama


(metoksibenzena) minyak esensial pada biji adas manis.
Polieter siklik yang digunakan sebagai katalis
Eter mahkota
transfer fase.

Polietilen glikol Merupakan polieter linear, digunakan pada


(PEG) kosmetik dan farmasi.

Anda mungkin juga menyukai