Anda di halaman 1dari 6

I.

LATAR BELAKANG
Kebutuhan manusia yang membutuhkan obat semakin banyak dari tahun
ke tahunnya. Perlu suatu langkah yang tepat untuk dapat menyembuhkan pasien
dengan cara memberikan obat yang tepat. Tantangan dalam hal tersebut adalah
praktisi kesehatan harus mempunyai dasar ilmu yang menjelaskan mengapa setiap
individu mempunyai respon yang berbeda terhadap terapi obat yang diberikan
Farmakoepidemiologi merupakan penelitian yang terbilang baru yang
dimulai pada sekitar tahun 1980. Dasar ilmu ini adalah epidemiologi klinik
dengan farmasi klinik yang menyediakan informasi berupa efikasi serta keamanan
obat, pengawasan keamanan produk farmasetika, comparative effectiveness
research (CER), dan cost - effective analysis (CEA)
Dalam membangun farmakoepidemiologi dibutuhkan suatu data yang
bersifat paten. Sumber data didapat dari informasi medis seseorang. Yang dimana
kualitas data dapat memberikan kualitas hasil farmakoepidemiologi. Sehingga
dapat dilihat keamanan dan efikasi terapi dari suatu populasi.
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker. Apotek menyelenggarakan fungsi SEBAGAI
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan
pelayanan farmasi klinik, termasuk di komunitas. Cakupan area studi
farmakoepidemiologi dimulai dari efek samping obat, pola kebermanfaatan obat,
efikasi obat, dan pemantauan pemasaran obat. studi yang menghubungkan ilmu
epidemiologi, farmasi klinik, farmakologi. Dari latar belakang tersebut penulis
tertarik untuk melihat bagaimana penerapan farmakoepidemiologi di apotik.

II. TUJUAN
Untuk mengetahui peranan farmakoepidemiologi di apotek ?
III. PEMBAHASAN
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker. terdapat Fasilitas Kefarmasian sebagai sarana yang
digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian. Tenaga Kefarmasian yang
melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker
dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker sedangkan Tenaga Teknis
Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalankan
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi
dan Analis Farmasi. Apotek menyelenggarakan fungsi SEBAGAI pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan
farmasi klinik, termasuk di komunitas.
Farmakoepidemiologi berasal dari dua kata yang terdiri dari pharmaco
yang berarti obat dan epidemiology yang berarti populasi besar. Dengan kata
lain farmakoepidemiologi adalah studi yang mempelajari hubungan pengaruh
klinis suatu obat terhadap suatu populasi. Cakupan area studi
farmakoepidemiologi dimulai dari efek samping obat, pola kebermanfaatan obat,
efikasi obat, dan pemantauan pemasaran obat. Studi yang menghubungkan ilmu
epidemiologi, farmasi klinik, farmakologi, biostatistik, demografi, dan sains sosial
telah
berkembang pesat. Kebermanfaatannya sangat dirasakan di era sekarang karena
dapat mengoptimalkan kebutuhan obat dan membantu para tenaga medis dalam
memutuskan terapi obat yang tepat dan telah menjadi hal yang fundamental dalam
meningkatkan efisiensi dan efikasi suatu obat. Farmakoepidemilogi pun sudah
berubah fokus dari yang awalnya melihat efek samping suatu obat dan faktor
resiko menjadi output dari suatu terapi dilihat dari aspek keberhasilan terapi
maupun ekonomi.
Penerapan farmakoepidemiologi di apotik perlu diterapkan ini berkaitan
dengan semangkin meningkatnya pengobatan secara mandiri atau swamedikasi
yang dilakukan oleh masyarakat, apotik merupakan sarana yang paling mudah
ditemukan oleh masyarakat dalam pembelian obat dan gerbang terakhir dalam
pelayanan resep dokter. untuk pengotrolan pengunaan obat ini ada beberapa
penerapan farmakoepidemiologi di apotik:
1. efek samping obat
2. efektifitas dan efisiensi pengobatan
3. pematauan DRP
4. farmasi klinik
penerapan farmakoepidemiologi di apotik terhadap efek samping obat
berkaiatan dengan keluhan keluhan yang di laporkan oleh pasien setelah pemakian
obat tertentu dimana data-data tersebut dapat dikumpulkan untuk sebagai
pedoman pembuatan suatu penelitian terhadap obat-obat yang bermasalah dan
segera dapat ditarik oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya korban
selanjutnya sehingga produsen yang mempunyai produk tersebut dapat
memperbaiki produknya.
Menginvestigasi efisiensi dan keamanan obat untuk mengetahui apakah
obat tersebut bermanfaat atau merugikan seseorang sehingga dapat diputuskan
obat tersebut memiliki potensi terapi atau tidak. Selain dari yang dipaparkan
diatas peranan farmakoepidemiologi di apotek juga untuk melihat determinan dari
efek-efek obat, baik yang diharapkan maupun yang tidak diinginkan. Pola
penggunaan, analisis manfaat biaya, analisis manfaat resiko, dan berkonsentrasi
pada outcome klinis terapi untuk memahami determinan efek obat yang
bermanfaat dan tidak dikehendaki, efek variasi genetik terhadap efek obat,
hubungan durasi-respon, efek klinis interaksi antar obat, efek ketidakpatuhan
medis. Kadang juga mencangkup pelaksanaan dan evaluasi program untuk
meningkatkan penggunaan obat pada pasien. Topik-topik dalam
farmakoepidemiologi di apotek meliputi perbandingan efektifitas, uji klinis,
regulasi obat, pengambilan keputusan dan riset di pelayanan kesehatan (Reddy et
al, 2014).
Peranan seorang farmasis dalam farmakoepidemiologi di apotek adalah
mengetahui kesalahan resep, Menghindarkan interaksi obat dan adverse drug
reaction, kontra-indikasi, reaksi alergi dan idio-sinkrasi, penggunaan obat yang
salah (mis-use) dan penyalahgunaan obat (ab-use), serta efek samping yang
berlebihan, Memantau kemajuan kesehatan pasien, Memantau rasionalitas
pelayanan kesehatan yang diterima pasien. Dari otoritas dan kemampuan
mengelola informasi obat, farmasis dapat bertugas sebagai penyuluh antara lain
tentang penyakit tertentu, pola hidup sehat, kesehatan lingkungan, gizi dan nutrisi,
serta konsultasi terapi (Hartzema, 1992).
Prinsip dan Aplikasi Farmakologi dan Farmasi Klinik dalam
Farmakoepidemiologi. Farmakoepidemiologi adalah bentuk implementasi dari
metode epidemiologi dengan pertimbangan pertimbangan berdasarkan farmasi
klinik yang berfokus kepada pengaruh efek suatU obat terhadap populasi.
Farmakologi menjelaskan mengenai efek obat terhadap manusia dan farmasi
klinik berfungsi dalam menginvestigasi efisiensi dan keamanan obat. Farmasi
klinik dibagi menjadi dua aspek, yaitu farmakokinetik yang mempelajari
mekanisme absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi suatu obat, dengan kata
lain kadar obat dalam plasma dan farmakodinamik mempelajari hubungan dosis
obat dengan efek yang dihasilkan. Dengan mengetahui dua aspek tersebut, maka
dapat diketahui apakah obat tersebut bermanfaat atau merugikan seseorang
sehingga dapat diputuskan obat tersebut memiliki potensi terapi atau tidak.

IV. KESIMPULAN
Farmakoepidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan efek obat
terhadap suatu populasi. Dengan menjembatani dua cabang ilmu, yaitu
farmakologi dan epidemiologi, tujuan farmakoepidemiologi akan tercapai.
penerapan farmakoepidemiologi di apotik menganai efek samping obat, efektifitas
dan efisiensi pengobatan, pematauan DRP, farmasi klinik
V. DAFTAR PUSTAKA

Indah Utami Putri, 2016, OVERVIEW FARMAKOEPIDEMIOLOGI,


Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran, Bandung

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017


Tentang Apotek

Harztema A. G, 1992, Pharmacoepidemiology its relevance to clinical


practice, journal of clinical Pharmacy and therapeutic, vol 17, No, 73-74, school
of pharmacy, university of north Carolina USA.

Reddy YN, Sankhariah P, 2014, Pharmacoepidemiology study of diabetes


mellitus in south india population, vol 3, issue 2, department of pharmacology and
clinical pharmacy kakatiya university, Warangal, India.
TUGAS FARMAKOEPIDEMIOLOGI 1
PERAN FARMAKOEPIDEMIOLOGI DALAM APOTEK

OLEH
Si Ngurah Made Suta Prarama 162200026/B1

JURUSAN FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS
INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
2017

Anda mungkin juga menyukai