Anda di halaman 1dari 1

Perkawinan Beda Agama dalam Undang-undang Perkawinan dan Hukum Islam

PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM UNDANG-


UNDANG PERKAWINAN DAN HUKUM ISLAM

Ermasyanti

Abstrack
The interratial marriage in marriage law is not the marriage of different religion but
it is because of the different law in different country. By using the analytic descriptive
method and normative juridical approach, therefore, the marriage of different religion
will be analyzed in marriage law and islamic law. However, the islamic law forbids
the marriage of different religion because it takes more disadvantages and intercession
than good things.

Keywords: marriage, marriage law, islamic law.

A. Pendahuluan
Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon)
seperti yang dikemukakan oleh filosof Yunani Aristoteles (dalam Soekanto dan
Poerbatjaraka, 1993:17), yang selalu berinteraksi dengan manusia lain dalam
memenuhi kehidupannya. Tuhan menciptakan manusia yang berlainan jenisnya
agar dapat melakukan perkawinan, dan menghasilkan keturunan yang dapat
menjadi generasi penerus dan tempat berlindung di hari tua.
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang selanjutnya disebut
Undang-Undang Perkawinan dalam Pasal 1 dinyatakan bahwa Perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal, berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Ramulyo, 2004:43).
Pada Pasal 2 ayat (1) Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut
hukum masing-masing agama dan kepercayaannya. Pasal 2 ayat (2) Tiap-tiap
perkawinan dicatat menurut perundang-undangan yang berlaku.
Di zaman modern pergaulan pria dan wanita telah melampaui batas
suku, etnis, kebangsaan bahkan batas keagamaan. Itu berarti, perbedaan
tersebut bukan merupakan halangan dalam perkenalan sehingga akhirnya
terjadi pernikahan. Bagi umat beragama Islam, perkawinan beda suku, etnis
dan bangsa tidak menjadi halangan, sepanjang kedua belah pihak sama-sama
beragama Islam. Akan tetapi akan lain masalahnya jika pihak salah satu dari
keduanya beragama non Islam.
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan mengatur bahwa
perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
Universitas Nasional, ayg_noe@yahoo.com
ILMU dan BUDAYA | 2573

Anda mungkin juga menyukai