Anda di halaman 1dari 4

HASIL PENGAMATAN

Kelompok kami
No Berat Badan Kadar glukosa KGD KGD Keterangan
Tikus (gram) Darah awal setelah setelah
induksi perlakuan
aloksan
1. 284 108 mg/dL 84 mg/dL - Mencit mati sebelum dilakukan
tahap perlakuan dengan OAD,
mencit juga tidak berhasil
dibuat hiperglikemi

Dosis aloksan untuk 1 ekor mencit (dosis aloksan 100 mg/dL)

Kebutuhan aloksan untuk 1 ekor tikus


a. Untuk BB 284 gram = 0,1 mg/gBB x 284 g
= 28 gram aloksan dilarutkan dengan aquabides 0,28 ml
= 28 g/0,28 ml

Data dari kelompok lain


No Berat Badan Kadar glukosa KGD KGD Keterangan
Tikus (gram) Darah awal setelah setelah
induksi perlakuan
aloksan
2. 100,8 56 mg/dL 226 mg/dL 62 mg/dL Mencit hidup hingga dilakukan
pengitungan kadar glukosa
darah setelah perlakuan

Dosis aloksan untuk 1 ekor mencit (dosis aloksan 100 mg/dL)

Untuk BB 100 gram = 0,1 mg/gBB x 100 g

= 10 gram aloksan dilarutkan dengan aquabides 0,1 ml

= 10 g / 0,1 ml

Dosis metformin yang diberikan 0,3 ml


PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai model hewan coba untuk penelitian
diabetes sesuai beberapa tujuan penelitian yaitu memahami beberapa model hewan coba untuk
penelitian diabetes, pada praktikum ini ditetapkan bahwa akan digunakan mencit sebagai hewan
coba. Hal ini sesuai dengan karakteristik mencit yang mudah dipelihara dan berkembang biak
karena dapat hidup pada kondisi berbagai iklim serta mudah ditangani karena ukuran tubuhnya
yang kecil. Kemudian mampu melakukan induksi aloksan secara intraperitoneal, pada kelompok
kami induksi dilakukan pada bagian medial antara garis tengah tubuh dan pangkal paha mencit.
Tujuan injeksi intraperitoneal adalah supaya aloksan tidak melalui saluran pencernaan,
melainkan langsung beredar di pembuluh darah, otomatis efek diabetik yang diinginkan dapat
tercapai.
Terakhir, memahami obat anti diabetes farmakodinamik dan farmakokinetiknya.
Seharusnya pada percobaan kelompok kami menggunakan obat hipoglikemik oral glibenklamid.
Namun, mencit pada kelompok kami mati beberapa jam setelah induksi aloksan. Kadar gula
darah terakhir yang kami catat setelah pemberian aloksan adalah 84 mg/dL yang berarti mencit
kami mengalami hipoglikemi, kadar gula darah telah dapat dikatakan hipoglikemi apabila <100
mg/dL. Kami meduga bahwa penyebabnya adalah adanya sudden hypoglycemic post injection.
Sebab sesaat sesudah injeksi aloksan mencit kami tidak segera mengkonsumsi larutan dekstrosa
10% yang telah kami masukkan ke dalam sonde. Padahal guna larutan dekstrosa adalah sebagai
cairan maintenance pada pasien dengan pembatasan intake natrium atau cairan pengganti pada
pure water deficit dan kita tahu bahwa pada pasien diabetes akan kehilangan banyak cairan
karena kelebihan glukosa akan dibuang melalui urin. Selain itu larutan dekstrosa 10% yang
bersifat isotonik akan menstabilkan tekanan darah pada mencit sebab cairan isotonik memiliki
osmolaritas (tingkat kepekatan) cairan mendekati serum (bagian cair dari komponen darah),
sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami
hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun), memiliki risiko
terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan
hipertensi.
Apabila mencit kami tidak mati dan berhasil dibuat hiperglikemi kemudian diobati
dengan glibenklamid harapannya akan terjadi penurunan kadar glukosa darah sebab kita tahu
bahwa aloksan akan menginduksi pengeluaran ion kalsium dari mitokondria yang
mengakibatkan proses oksidasi sel terganggu. Keluarnya ion kalsium dari mitokondria
mengakibatkan homeostasis yang merupakan awal dari kematian sel. Oleh karena itu pemberian
glibenklamid bertujuan untuk meningkatkan pelepasan insulin dari sel beta pancreas yang
fungsinya telah terganggu dengan induksi aloksan. Oleh karena itu, kami mengambil data dari
kelompok lain untuk menguji apakah induksi aloksan mampu membuat hiperglikemi dan
bagaimana OAD dalam hal ini metformin mampu mengobati gangguan fungsi pada kelenjar
pancreas mencit yang diinduksi aloksan. Berikut pembahasannya :

Aloksan merupakan derivate pirimidin sederahana. Zat ini digunakan untuk menginduksi
diabetes pada hewan coba. Dapat tidaknya aloksan menyebabkan diabetes mellitus tergantung
pada kadar insulin hewan coba yang diinduksi. Aloksan bersifat toksik selektif terhadap sel
pancreas yang memproduksi insulin karena terakumulasinya zat melalui GLUT 2. Efek
diabetogeniknya bersifat antagonis terhadap glutathione yang bereaksi terhadap gugus SH.
Aloksan bereaksi dengan merusak substansi esensial di dalam sel pancreas yang
mengakibatkan berkurangnya granula-granula pembawa insulin di dalam sel pancreas. Aloksan
meningkatkan pelepasan insulin dan protein, tetapi tidak berpengaruh terhadap sekresi glucagon.
Penelitian terhadap mekanisme kerja aloksan secara invitro menunjukkan bahwa aloksan
menginduksi pengeluaran ion kalsium dari mitokondria. Akibatnya, proses oksidasi sel
terganggu. Berikut ringkasan berupa bagan bagaimana aloksan dapat menginduksi terjadinya
hiperglikemi.
Pada praktikum ini, tikus yang diinduksi aloksan, menunjukkan peningkatan kadar
glukosa darah. Hal ini dapat disebabkan oleh terbentuknya radikal bebas ataupun oleh adanya
kerusakan permeabilitas membrane sel yang akan mengakibatkan kerusakan sel pancreas,
akhirnya, produksi insulin pun terganggu. Pada praktikum ini, setelak diinduksi aloksan dan
terjadi peningkatan kadar glukosa darah, tikus diberi pengobatan metformin. Tujuannya agar
kadar glukosa darah tikus kembali normal. Metformin merupakan OAD golongan biguanides.
Obat ini bekerja sebagai insulin sensitizer, mekanismenya dengan menghambat gluconeogenesis
di hati, menurunkan absorbs glukosa di usus, meningkatkan uptake dan penggunaan glukosa di
organ perifer. Selain itu, metformin juga menurunkan nafsu makan. Kelebihan dari metformin
adalah tidak menyebabkan hipoglikemi. Setelah diobati dengan metformin, kadar glukosa darah
tikus kembali normal meskipun sedikit lebih tinggi daripada kadar glukosa darah awal.

Daftar pustaka
http://eprints.undip.ac.id/7527/1/adhita_yuriska_f.pdf
http://eprints.undip.ac.id/17418/1/Erna_Fitriana_Alfanti.pdf
http://www.academia.edu/9151453/Diabetes_mellitus
http://www.academia.edu/6500068/Pembahasan_Praktikum_Farmakologi_dan_Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai