TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Insiden
Frekuensi perdarahan antepartum kira-kira 3% dari seluruh
persalinan. Di Rumah Sakit Tjipto Mangunkusumo (1971-1975)
dilaporkan 14,3% dari seluruh persalinan. RS pirngadi Medan kira-
kira 10% dari seluruh persalinan.1
3
4
2.1.3. Tatalaksana
Langkah pertama dalam menghadapi setiap pasien dengan
perdarahan yang banyak adalah segera memberikan infus larutan
Ringer-Laktat atau larutan garam fisiologik dan kecepatannya
disesuaikan dengan kebutuhan setiap kasus, serta memeriksa Hb
dan golongan darah. Langkah berikutnya adalah penyediaan darah
segar senantiasa harus disiagakan berapa pun kadar Hb pasien
mengingat perdarahan ulang atau yang tersembunyi sewaktu-waktu
bisa mengancam. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb < 10
gram% karena perdarahan yang banyak kadar Hb baru nyata
berkurang setelah beberapa jam kemudian.3
Bersamaan dengan langkah tersebut perlu dipantau dari
waktu ke waktu tanda-tanda vital ibu hamil dan pemantauan
kesejahteraan janin (fetal well-being), dianjurkan dengan
mempergunakan KTG guna lebih akurat memantau keadaan janin.
Kesempatan yang ada harus digunakan untuk konfirmasi diagnosis
bila perlu dengan menggunakan peralatan yang ada seperti USG
5
atau MRI dan konsultasi dengan pihak terkait dan pihak yang
berkompeten. Semua personil dan fasilitas disiagakan jika tindakan
operasi pada ibu dan resusitasi janin sewaktu-waktu diperlukan.
Pemeriksaan darah lengkap termasuk pemeriksaan gangguan
mekanisme pembekuan darah perlu dilakukan terutama pada kasus
yang ditengarai solusio plasenta, dan juga pada ruptur uteri.
Komunikasi yang baik dan penuh empati antarsesama petugas
kesehatan dan dengan pihak keluarga pasien sangat membantu
dalam penanggulangan pasien yang memuaskan semua pihak dan
dalam mempersiapkan rekam medik dan mendapatkan informed
consent.3
2.2.2. Epidemiologi
Banyak pada kehamilan paritas tinggi dan pasa ibu usia
diatas 30 tahun. Juga lebih sering pada kehamilan ganda daripada
kehamilan tunggal.3 Prevalensi plasenta previa baru-baru ini
diperkirakan sekitar 0,5% dari seluruh kehamilan, dan peningkatan
ini berkorelasi dengan peningkatan tingkat operasi secsio caesaria.4
Plasenta previa adalah utama penyebab morbiditas dan mortalitas
karena ibu dari terkait dengan perdarahan ante partum.8 Selain itu,
plasenta previa berhubungandengan kelahiran prematur, dengan
kematian neonatal yang meningkat tiga kali lipat akibat
prematuritas.9 Kejadian plasenta previa terjadi kira-kira 1 dari 200
persalinan, insiden dapat meningkat diantaranya sekitar 1 dari 20
persalinan pada ibu yang paritas tinggi.10
6
2.2.3. Klasifikasi3
Klasifikasi plasenta previa yaitu :
a. Plasenta Previa Totalis
Bila plasenta menutupi ostium uteri internum.
b. Plasenta Previa Lateralis.
Bila plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum.
c. Plasenta Previa marginalis
Bila plasenta yang tepinya berada pada pinggir
ostium uteri internum.
d. Plasenta Letak Rendah (Low-lying PlacentaI)
Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim sedemikian rupa sehingga tepi bawahnya berada
pada jarak kurang lebih 2cm dari ostium uteri internum.
Bila yang lebih dari 2cm dianggap plasenta letak normal.
2.2.5. Patofisiologi4
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester
ketiga dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai
terbentuknya segmen bawah rahim, tampak plasenta akan
mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tampak plasenta
yang terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desisua basalis
yang bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya
isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang
berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat
pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula
pada waktuserviks mendatar (effacement) dan membuka
8
2.2.7. Diagnosis1,4,6
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis
dan beberapa pemeriksaan :
a. Anamnesis
Adanya keluhan berupa perdarahan jalan lahir pada
kehamilan 28 minggu atau pada kehamilan lanjut (Trimester
III), perdarahan tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless)
perdarahan bisa berulang (recurrent) serta perdarahan berwarna
merah terang.
b. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan Umum
Inspeksi
o Perdarahan yang keluar pervaginam.
o Pada perdarahan yang banyak ibu tampak
anemia.
o Keadaan penderita bervariasi dari kesadaran
yang compos mentis sampai koma.
2. Pemeriksaan obstetri
Palpasi abdomen
o Bagian terendah janin belum masuk PAP,
mengambang karena sekitar osteum uteri
tertutup oleh jaringan plasenta.
o Terdapat kelainan letak janin intrauteri; letak
bokong, letak lintang dan bagian terendah
miring.
3. Pemeriksaan auskultasi
Pemeriksaan menggunakan Doppler sehingga detak
jantung janin dapat didengar oleh ibu.
11
c. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam (pemeriksaan serviks) merupakan
kontraindikasi, kecuali apabila wanita yang bersangkutan sudah
di meja operasi dengan segala persiapan untuk seksio sesaria
segera karena pemeriksaan yang dilakukan dengan hati-hati
dapat juga menyebabkan perdarahan massif. Selain itu,
pemeriksaan ini jangan dilakukan kecuali apabila memang
telah direncanakan persalinan.
d. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Inspekulo
Bertujuan untuk mengetahui dari mana asal
perdarahan, apakah berasal dari uterus atau dari kelainan
serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari uterus
adanya plasenta previa dan solusio plasenta harus dicurigai
Pada kebanyakan kasus, perdarahan dapat dinilai tanpa
pemeriksaan inspekulo karena berpotensi menyebabkan
perdarahan yang lebih banyak.
2.2.8. Tatalaksana3
a. Tatalaksana Ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir
prematur, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan
dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan
secara non-invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara
ketat dan baik.
- Syarat terapi ekspektatif :
Perdarahan sedikit kadar Hb > 8 g%, keadaan umum
baik
Usia kehamilan < 37 minggu
Janin hidup
Belum inpartu
- Tindakan :
Tirah baring, rawat inap dan berikan antibiotik
profilaksis
13
b. Terapi Aktif
- Kriteria terapi aktif :
Perdarahan banyak
Keadaan umum jelek
Pasien syok
Inpartu
Usia kehamilan >37 minggu
Taksiran berat janin >2500 gram
Janin mati
- Tindakan :
Perbaiki keadaan umum : beri infus, atasi syok dan
transfusi darah
14
2.2.9. Komplikasi3
Beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu
hamil yang menderita plasenta previa, di antaranya ada yang bisa
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan fatal.
1. Perdarahan dapat mengakibatkan penderita menjadi anemia
bahkan syok karena pembentukan segmen rahim yang terjadi
secara ritmik, sehingga pelepasan plasenta dari tempat
melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak
2. Akibat plasenta berimplantasi di segmen bawah rahim dan
sifat segmen ini tipis sehingga memudahkan jaringan trofoblas
menginvasi ke dalam myometrium bahkan sampai
perimetrium dan menjadi penyebab dari plasenta inkreta dan
plasenta perkreta.
3. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi.
Hal ini memaksa lebih sering diambil tindakan operasai
dengan segala konsekuensinya.
4. Komplikasi lain dari plasenta previa adalah persalinan seksio
sesaria (RR = 3,9), abruption plasenta (RR = 13,8), perdarahan
postpartum (RR = 1,7), malpresentasion (RR = 2,8), kematian
maternal dari perdarahan uterus (50%) dan disseminated
intravascular coagulation (DIC)
2.2.10. Prognosis4
Mortalitas perinatal kurang dari 50 per 1000, kematian
janin disebabkan karena hipoksia. Setelah lahir dapat terjadi
perdarahan postpartum karena trofoblas menginvasi segmen bawah
uteri. Bila perdarahan tidak dapat dihentikan maka dilakukan
15