BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Asas PBB :
Asas dari PBB adalah sebagai berikut :
a. Persamaan derajat dan kedaulatan semua negara anggota.
b. Persamaan hak dan kewajiban semua negara anggota.
c. Penyelesaian sengketa dengan cara damai.
d. Setiap anggota akan memberikan bantuan kepada PBB sesuai ketentuan Piagam
PBB.
e. PBB tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri negara anggota.
1. Preventive Diplomacy
Preventive Diplomacy adalah suatu tindakan untuk mencegah timbulnya suatu
sengketa di antara para pihak, mencegah meluaskan suatu sengketa atau membatasi
perluasan suatu sengketa. Cara ini dapat dilakukan oleh Sekjen PBB, Dewan
Keamanan, Majelis Umum atau oleh organisasi-organisasi regional dengan bekerja
sama dengan PBB. Misalnya adalah upaya yang dilakukan Sekjen PBB Kofi Anan
dalam upayanya mencegah konflik Amerika Serikat Irak menjadi sengketa terbuka
mengenai keengganan Irak untuk mengijinkan UNSCOM memeriksa dugaan adanya
senjata biologi atau pemusnah massal yang disembunyikan di wilayah Irak.
5
2. Peace Making
Peace Making adalah tindakan untuk membawa para pihak yang bersengketa
untuk sepakat, khususnya melalui cara-cara damai. Tujuan PBB dalam hal ini berada
di antara tugas mencegah konflik dan menjaga perdamaian. Diantara dua tugas ini
terdapat kewajiban untuk mencoba membawa para pihak yang bersengketa agar
tercapai kesepakatan dengan cara-cara damai.
3. Peace Keeping
Peace Keeping adalah mengerahkan kehadiran PBB dalam pemeliharaan
perdamaian dengan kesepakatan para pihak yang berkepentingan. Bisanya PBB
mengirimkan personil militer, polisi PBB dan juga personal sipil. Meskipun sifatnya
militer, namun mereka bukan pasukan perang atau angkatan bersenjata (angkatan
perang). Cara ini adalah suatu teknik yang ditempuh untuk mencegah konflik
maupun untuk menciptakan perdamaian. Peace Keeping merupakan penemuan
PBB. Sejak pertama kali dibentuk, peace keeping telah menciptakan stabilitas yang
berarti di berbagai wilayah konflik.Sejak 1945 hingga 1992, PBB telah membentuk
26 kali operasi Peace Keeping. Sampai Januari 1992 tersebut, PBB telah menggelar
528.000 personil militer, polisi dan sipil. Mereka telah mengabdikan hidupnya di
bawah bendera PBB. Sekitar 800 dari jumlah tersebut yang berasal dari 43 negara
telah tewas dalam tugasnya.
4. Peace Building
Peace Building adalah tindakan untuk mengidentifikasi dan mendukung
struktur-struktur yang ada guna memperkuat perdamaian untuk mencegah suatu
konflik yang telah didamaikan berubah kembali menjadi konflik. Peace Building
lahir setelah berlangsungnya konflik. Cara ini bisa berupa proyek-proyek kerja sama
yang konkrit yang menghubungkan dua atau lebih negara yang menguntungkan di
antara mereka. Hal demikian tidak saja menyumbang pembangunan, ekonomi dan
sosial, tetapi juga menumbuhkan kepercayaan yang merupakan syarat fundamental
bagi perdamaian.
6
5. Peace Enforcement
Peace Enforcement (penegakan perdamaian). Maksud istilah ini adalah
wewenang Dewan Keamanan berdasarkan Piagam untuk menentukan adanya suatu
tindakan yang merupakan ancaman terhadap perdamaian atau adanya suatu tindakan
agresi. Dalam menghadapi situasi ini, dengan mendasarkan pada pasal 41 Piagam
(Bab VII), Dewan berwenang untuk memutuskan penerapan sanksi ekonomi, politik
atau militer. Bab VII yang membawahi pasal 41 Piagam ini dikenal pula sebagai
"gigi-nya PBB" ("the teeth of the United Nations"). Contoh penerapan sanksi ini
misalnya saja putusan Dewan Keamanan tanggal 4 November 1977. Putusan ini
mengenakan embargo senjata terhadap Afrika Selatan berdasarkan Bab VII Piagam
sehubungan dengan kebijakan negara tersebut yang menduduki Namibia
Organ-organ utama PBB berdasarkan Bab III (Pasal 7 ayat 1) Piagam PBB
yakni Dewan Keamanan, Majelis Umum, Sekretariat, Mahkamah Internasional,
ECOSOC, dan Dewan Perwalian (Saat Ini Tidak Akfif). Organ-organ ini berperan
penting dalam melaksanakan tujuan dan prinsip-prinsip PBB, terutama dalam
memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Untuk tujuan tersebut, organ-
organ tersebut berperan dalam mengupayakan penyelesaian sengketa internasional
secara damai, sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan hukum internasional.
Berikut adalah organ-organ PBB yang berperan agak lebih menonjol (aktif) dalam
penyelesaian sengketa tersebut. Organ-organ yang akan diuraikan adalah Dewan
Keamanan, Majelis Umum, Sekretariat (i.e., Sekretaris-Jenderal), dan Mahkamah
Internasional.
Albania bertanggung jawab atas insiden tersebut. Albania menolak keras tuduhan
dan sebaliknya menuduh Inggris telah melanggar perairan teritorialnya. Atas
rekomendasi Dewan Keamanan, para pihak membawa sengketanya kepada
Mahkamah Internasional.
Majelis Umum
Majelis Umum memiliki wewenang luas dalam memberikan sarandan
rekomendasi berdasarkan Bab IV Piagam (Pasal 9 - 14 Piagam).
Pasal terpenting adalah pasal 10. Pasal ini menyatakan bahwa Majelis dapat
membicarakan segala persoalan yang termasuk ke dalam ruang lingkup Piagam atau
yang berhubungan dengan kekuasaan dan fungsi sesuatu badan seperti yang terdapat
dalam Piagam. Dan dengan tunduk pada pasal 12, Majelis dapat mengajukan
rekomendasi kepada anggota PBB atau Dewan Keamanan atau kepada kedua badan
tersebut mengenai masalah atau persoalan.
Termasuk di dalam wewenang Majelis Umum tersebut adalah menyelesaikan
sengketa, kecuali sengketa yang secara esensial menjadi urusan dalam negeri suatu
negara (Pasal 2 ayat 7).
.
Sekretaris Jenderal
Upaya Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB dalam penyelesaian sengketa termuat
dalam dua pasal penting, yaitu pasal 98 dan 99 Piagam PBB. Pasal 98 merupakan
fungsi Dewan Keamanan, Majelis Umum, Dewan Ekonomi dan Sosial (ECOSOC),
dan Dewan Perwalian yang didelegasikan kepada Sekjen.
11
Pemberian wewenang ini merupakan praktek umum. Tidak jarang pula Sekjen
mendapat tugas politik tertentu untuk menyelesaikan suatu sengketa. Misalnya pada
tanggal 26 Mei 1982, Dewan Keamanan mengeluarkan Resolusi 505 yang meminta
Sekjen PBB, pada waktu itu Javier Perez de Cullar, untuk menggunakan jasa
baiknya untuk menyelesaikan sengketa kepulauan Falklands (Argentina/Inggris).
Dalam prakteknya, fungsi jasa baik ini semakin meningkat. Fungsi ini
dilakukan baik atas undangan para pihak, bekerja sama dengan badan atau organisasi
lain, atau kadang kala Sekjen menunjuk seorang wakil khusus Sekjen (Special
Representative) untuk membantu mencari penyelesaian sengketa atas masalah
tertentu.
Pasal 99 Piagam memberi kekuasaan kepada Sekjen untuk membawa kepada
Dewan Keamanan sengketa-sengketa yang menurut pendapatnya dapat mengancam
perdamaian dan keamanan interansional. Sekjen telah memainkan peran cukup
penting dalam menyelesaikan berbagai sengketa internasional. Peran yang menonjol
adalah fungsinya sebagai jasa baik terhadap para pihak yang bersengketa.
Uraian berikut adalah beberapa contoh peran Sekjen dalam melaksanankan jasa baik
tersebut :
a. Sengketa Cyprus (1980)
Pada tahun 1980 dalam sengketa Cyprus ini Sekjen telah berhasil mencegah
pertumpahan darah berkelanjutan dari perang yang telah berlangsung lebih dari 20
tahun antara etnis Turki dan Yunani di Siprus. Sekjen telah mengupayakan agar para
pihak yang bersengketa untuk bernegosiasi secara langsung untuk penyelesaian
sengketa mereka dengan cara membentuk suatu struktur pemerintahan konfederasi
yang diterima para pihak.
hanya mengupayakan dialog di antara para pihak, tetapi juga memberikan usulan-
usulan untuk mencapai kesepakatan.
Mahkamah Internasional
Dalam proses penyelesaian sengketa Mahkamah Internasional bersifat pasif
artinya hanya akan bereaksi dan mengambil tindakan-tindakan bila ada pihak-pihak
berperkara mengajukan ke Mahkamah Internasional. Dengan kata lain Mahkamah
Internasional tidak dapat mengambil inisiatif terlebih dahulu untuk memulai suatu
perkara.
Dalam mengajukan perkara terdapat 2 tugas mahkamah yaitu menerima
perkara yang bersifat kewenangan memberi nasihat (advisory opinion) dan menerima
perkara yang wewenangnya untuk memeriksa dan mengadili perkara yang diajukan
oleh negara-negara (contensious case).
Sebenarnya hanya negara sebagai pihak yang boleh mengajukan perkara
kepada Mahkamah Internasional. Karena itu perseorangan, badan hukum, serta
organisasi internasional tidak dapat menjadi pihak untuk berperkara ke Mahkamah
internasional.
13
Sebagai contoh dalam perkara Kepulauan Malvinas tahun 1955 dimana Inggris
menggugat Argentina dan Chili ke Mahkamah Internasional namun Chili dan
Argentina menolak kewenangan Mahkamah Internasional untuk memeriksa perkara
ini.
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pasal 38 Piagam PBB memberikan wewenang kepada Dewan dalam hal
menangani sengketa. Berdasarkan pasal ini, jika semua pihak yang bersengketa
menghendakinya, Dewan dapat membuat rekomendasi atau anjuran kepada para
pihak dengan tujuan untuk mencapai penyelesaian sengketa secara damai.
Badan PBB ( Perserikatan Bangsa Bangsa) merupakan organisasi internasional
yang memiliki tujuan utama menciptakan dan memilihara perdamaian dunia. PBB
adalah salah satunya lembaga dunia yang memiliki peran komprehensif dalam
menangani berbagai permasalahan dan sengketa di dunia.
3.2. S a r a n
Diharapkan kepada pelajar, makalah ini dijadikan sebagai salah satu bahan
bacaan guna mengetahui tentang peran PBB dalam menyelesaikan sengketa antar
Negara Negara di duni internasional.
15
DAFTAR PUSTAKA