May 5
1. Temperatur
Jelas terlihat bahwa satu satuan derajat (satuan perbedaan temperatur) adalah tidak sama
untuk Kelvin-Celcius dengan Rankine-Fahrenheit, atau dengan kata lain bisa di buat :
(1)
(2)
dan (3)
dari penjelasan tersebut, maka dapat diperoleh relasi antara Rankine dengan Fahrenheit dan
relasi antara Celcius dengan Kelvin seperti berikut ini.
(4)
(5)
2. Tekanan
P=Fn/A (6)
Untuk gas dan cairan, istilah tekanan sering digunakan, tetapi untuk
zat padat, lebih sering digunakan istilah tegangan. Tekanan pada tiap titik dalam fluida yang
diam besarnya sama ke segala arah dan tekanan didefinisikan sebagai komponen gaya yang
tegak lurus pada suatu bidang per satuan luas. Tekanan P pada suatu titik di dalam fluida
yang berada dalam kesetimbangan besarnya sama ke segala arah, akan tetapi untuk zat cair
yang pekat dan dalam keadaan bergerak, variasi tekanan terhadap kedudukan bidang
datumnya merupakan suatu hal yang penting dan perlu pembahasan khusus di luar
thermodinamika. Dalam thermodinamika klasik, umumnya diperhatikan tekanan fluida dalam
keadaan setimbang.
Dalam berbagai penggunaan, umumnya digunakan istilah tekanan absolut, yaitu tekanan yang
dimiliki oleh sistem pada batas sistem. Istilah absolut digunakan untuk membedakannya dari
tekanan relatif (pressure gauge), karena dalam praktek, pengukur tekanan dan pegukur
kevakuman menyatakan perbedaan antara tekanan absolut dan tekanan atmosfer. Untuk
memperoleh tekanan absolut, maka tekanan atmosfer harus ditambahkan pada pembacaan
tekanan relatif, jadi :
Persamaan (7) ini digunakan untuk tekanan di atas tekanan atmosfer. Untuk tekanan di
bawah tekanan atmosfer, maka tekanan relatif menjadi negatif, dan umumnya disebut tekanan
vakum sebesar harga tekanan relatif tersebut. Jadi tekanan relatif sebesar 10 atm disebut
vakum sebesar 10 atm. Hubungan antara tekanan absolut, tekanan relatif, tekanan atmosfer,
dan vakum dinyatakan secara grafis dalam Gambar 3 berikut ini
Gambar 3. Skema Perbandingan Tekanan
Ditinjau suatu sistem tertutup, persamaan energi di peroleh dari penyusunan Neraca Energi
untuk sistem tertutup tersebut, yaitu seperti berikut :
(8)
(9)
Perubahan Energi total dinyatakan sebagai jumlah dari perubahan energi dalam ,
energi potensial , dan energi kinetik pada suatu sistem, maka persamaan (9) dapat
ditulis dalam bentuk :
(10)
Keterangan :
kebanyakan sistem tertutup adalah stasioner sehingga perubahan energi kinetik dan potensial
dapat diabaikan, persamaan (10) menjadi :
(11)
Telah menjadi suatu kesepakatan umum, bahwa tanda + dan dari nilai Q dan W
adalah seperti berikut ini.
Untuk menghitung nilai Kerja (W) dari suatu proses pada sistem tertutup ini, akan
diilustrasikan dari pergerakan piston di dalam sebuah silinder, seperti gambar berikut ini.
Gambar 5. Silinder Piston
Menurut Hukum thermodinamika pertama, energi dalam dari sistem akan berubah bila
sistem akan berubah bila sistem tersebut menerima kerja atau melepaskan panas. Dari gambar
diatas dapat dikatakan bahwa bila piston ditekan dengan tekanan tertentu secara konstan,
maka volume cairan akan berubah sampai suatu saat sistem tersebut diberikan sejumlah kalor
(panas) sehingga cairan tersebut kembali mengekspansi sampai ke keadaan semula. Akhirnya
satu siklus proses tadi dapat dikatakan reversibel pada tekanan tetap dan volume tetap. Dalam
bentuk formulasi matematisnya dapat dinyatakan sebagai berikut.
Untuk Gambar 5 tersebut, Gaya (F) = P x A, dimana A adalah luas penampang lintang piston
yang bekerja pada cairan, dengan demikian kerja (W) dapat ditulis sebagai :
(13)
Atau (14)
Untuk perubahan volume yang sangat kecil (dV), maka persamaan (14) dapat ditulis sebagai :
dW = P dV (15)
(16)
Contoh (1):
Sebuah tangki berisi air panas yang akan didinginkan dengan cara mengaduk-aduk air panas
tersebut dengan pengaduk. Mula-mula energi dalam dari fluida adalah 800 kJ. Selama proses
pendinginan, fluida kehilangan panas sebesar 500 kJ, dan pengaduk melakukan kerja
terhadap fluida sebesar 100 kJ.Tentukan nilai energi dalam akhir.
Penyelesaian :
Analisis :
Terlihat bahwa tidak ada massa yang berpindah, sehingga sistem yang dimaksud adalah
sistem tertutup atau non flow system. Tidak ada pergerakan sistem dan sistem dianggap
stasioner, sehingga DEp dan DEk sama dengan nol, maka digunakan persamaan (2-11) :
= U2 U1
U2 = 400 kJ
2.3.2 Enthalpi
Secara eksplisit, enthalpi didefinisikan dalam bentuk persamaan matematis seperti berikut ;
H = U + PV (17)
keterangan : H = enthalpi
P = tekanan absolut
V = volume
semua variabel yang ada dipersamaan (17) harus mempunyai satuan yang sama. Hasil kali P
dengan V mempunyai satuan energi, demikian juga dengan U. Oleh karena U, P dan V adalah
fungsi keadaan (state functions), bentuk differensial dari persamaan (17) dapat ditulis sebagai
:
dH = dU + d(PV) (18)
persamaan (18) ini digunakan apabila adanya suatu perubahan differensial pada suatu sistem.
Integrasi persamaan (18) akan menghasilkan :
(19)
enthalpi sebagai salah satu properti thermodinamika, sangat berguna dalam banyak
pemakaian, terutama pada persoalan-persoalan yang melibatkan proses alir yang seringkali
memunculkan suku-suku U dan PV.
Contoh (2) :
Hitunglah dan untuk 1 kg air, apabila aitr tersebut diuapkan pada temperatur
o
konstan 100 C dan tekanan konstan 101.325 kPa. Volume spesifik air dalam fasa cair dan
volume spesifik air dalam fasa uapnya masing-masing adalah 0.00104 dan 1.673 m3/kg. Pada
proses ini, panas sebesar 2256 kJ diberikan kepada air sehingga penguapan dapat
berlangsung.
Penyelesaian :
Analisis : air sebanyak satu kilogram ditetapkan sebagai sistem. Dimisalkan air tersebut
ditempatkan di dalam sebuah silinder tabung yang bertekanan 101.325 kPa. Begitu panas
diberikan, air akan mengekspansi dari volume mula-mula ke volume akhir, kerja yang
diberikan oleh air kepada piston, dihitung menurut persamaan (2-16), yang hasil integrasinya
adalah :
= 1 kg (1.673 m3/kg)
= 1.673 m3.
= 1 kg (0.00104 m3/kg)
= 0.00104 m3.
sedangkan , dihitung dari persamaan (19), dengan catatan bahwa tekanan selama proses
berlangsung adalah tetap, hasilnya adalah :
= +W
Untuk kebanyakan proses dalam industri, analisis terhadap proses alir steady-state sering
dijumpai, terutama pada peristiwa mengalirnya fluida di dalam suatu peralatan. Analisis dan
perhitungan yang dilakukan terhadap peristiwa demikian tetap akan didasari pada hukum
thermodinamika pertama dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan yang ada. Istilah
steady-state dalam hal ini berkaitan dengan berlangsungnya suatu proses tidak tergantung
kepada waktu atau dengan kata lain, tidak terjadi akumulasi massa dan energi dari suatu
sistem yang ditinjau. Sebagai dasar dari perhitungan proses alir ini, disusunlah suatu
persamaan kontinuitas.
Persamaan kontinuitas menggambarkan suatu hubungan tekanan, kecepatan aliran, dan luas
penampang aliran dari titik inlet ke titik outlet tanpa melalui suatu sistem peralatan proses.
Berikut ini akan diturunkan persamaan kontinuitas untuk suatu aliran satu dimensi. Sebagai
Illustrasi perhatikan Gambar 7.
Apabila proses mengalirnya fluida di dalam tabung tersebut berlangsung secara steady-state,
maka massa fluida yang mengalir melalui tiap penampang harus sama, dengan kata lain :
(20)
atau (21)
Persamaan (21) dikenal sebagai Persamaan Kontinuitas untuk aliran satu dimensi. Dengan
menggunakan differensial Logaritmik, diperoleh bentuk :
(22)
Persamaan kontinuitas adalah pernyataan matematik dari prinsip kekekalan massa, dan
bersama-sama dengan persamaan energi sebelumnya, sangat membantu penyelesaian soal-
soal keteknikan.
Untuk memudahkan dalam mendapatkan bentuk umum dari persamaan energi proses
alir, Pertimbangkan suatu proses alir seperti pada Gambar 8 berikut.
Suatu fluida mengalir melalui peralatan-peralatan seperti tersebut pada gambar, dari titik
inlet (1) ke titik outlet (2). Pada titik inlet (1) kondisi fluida ditandai dengan subskrip
1. Pada titik ini pula fluida berada pada ketinggian z1 dari bidang datumnya, dengan
kecepatan v1, memiliki volume spesifik v1, tekanan P1 dan energi dalam (U1). Dengan cara
yang sama, untuk titik outlet ditandai dengan subskrip 2. Sistem dianalisis dalam besaran per
satuan massa fluida. Perubahan energi per satuan massa untuk sistem tersebut melibatkan
perubahan energi kinetik, potensial dan energi dalamnya seperti pada persamaan (10).
Keterangan :
sehingga secara umum, persamaan energi untuk proses alir steady-state dapat ditulis sebagai :
W pada persamaan (23) menyatakan semua kerja yang dilakukan oleh fluida, dan nila kerja
(W) tesebut merupakan jumlah dari Kerja Poros (Shaft Work, Ws) dan Kerja hasil kali PV
dari fluida yang mengalir. Yang dimaksud dengan kerja poros (Ws) adalah kerja yang yang
dilakukan atau diterima oleh fluida yang mengalir melalui suatu peralatan sehingga
dihasilkan suatu kerja mekanik (misalnya dapat memutar suatu poros atau menggerakan
baling-baling pada turbin dan banyak lagi lainnya). Secara matematis dapat dituliskan :
m(u2 u1) + 1/2 m(u22 u12)+ mg(z2 z1) = Q [Ws + P2V2 P1V1] (25)
diketahui bahwa, V2 = mv2 dan V1 = mv1, dengan menyusun kembali persamaan (2-23) akan
diperoleh :
atau (28)
atau
(29)
dalam hal ini, diketahui bahwa enthapi (h) adalah fungsi keadaan, sehingga ia punyai nilai
tertentu pada kondisi P dan T tertentu pula, untuk itu sering juga nilai enthalpi ini dapat
dilihat pada Tabel-tabel data thermodinamika untuk zat-zat murni tertentu.
Contoh 3 :
Udara pada tekanan 1 bar dan 25 oC memasuki sebuah kompressor dengan kecepatan rendah,
tekanan keluar kompressor adalah 3 bar, untuk selanjutnya melewati sebuah nozel, dimana
udara tersebut akan terekspansi sehingga kecepatannya menjadi 600 m/det dimana udara
kembali pada tekanan 1 bar dan 25 oC seperti semula. Jika pada saat kompressi terjadi adalah
240 kJ per kilogram udara, berapa banyak panas yang dipindahkankan selama proses
kompressi tersebut berlangsung ?
Penyelesaian :
Analisis : oleh karena kondisi udara keluar sama dengan kondisi udara masuk,
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perubahan enthalpi dari udara. Selanjut perubahan
energi kinetik mula-mula (pada titik inlet) dapat dianggap kecil sekali. Abaikan juga
perubahan energi potensial baik pada titik inlet maupun titik outletnya, sehingga persamaan
(28) menjadi :
Karena m tidak diketahui, maka persamaan (A) dinyatakan dalam bentuk per
satuan massa.