Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep kebutuhan cairan dan elektrolit


I.1 Definisi
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga
kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalam tubuh adalah salah satu bagian dari fisiologi homeostasis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan
yang terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit
adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
Elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya.

Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena


metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk
melakukan respons terhadap keadaan fisiologis dan lingkungan.
(Tamsuri.2004).

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena


metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam
berespons terhadap stresor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan
elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan
yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit
adalah zat kimia yang mengjasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intervena (IV) dan distribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elktrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan yang lain. Dalam keadaan normal kebutuhan cairan adalah
35 cc/KgBB/hr. namun bila dirata-ratakan, kebutuhan intake
(masukan) air pada orang dewasa adalah ingesti liquid 1500 cc, dari
makanan 700 cc, air dari oksidasi 200 cc sehingga totalnya menjadi
2400 cc/hari. Air menempati posisi yang besar dalam tubuh dimana
terbagi menjadi dua :

1. Cairan Intraseluler (CIS) adalah cairan yang terdapat di dalam


sel tubuh dan menyusun sekitar 70% total cairan tubuh (TBW)
CIS merupakan tempat terjadinya aktivitas sel kimia.

2. Cairan Ekstraseluler (CES) merupakan cairan yang terdapat


diluar sel dan menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES
meliputi cairan intravaskuler, cairan interstitial (terdapat dalam
ruang antar sel, plasma darah dan cairan serebrospinal, limfe
serta cairan rongga serosa serta sendi), dan cairan transeluler.

Fungsi cairan tubuh :


1. Sebagai sarana transportasi dalam tubuh
2. Sebagai pelarut elektrolit dan non elektrolit
3. Sebagai bahan dalam metabolisme
4. Untuk membentuk struktur tubuh
5. Memelihara suhu tubuh

Faktor Predisposisi (Burner & Suddarth.2002)


1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas perkembangan tubuh,
metabolism yang diperlukan dan berat badan.
2. Temperature lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang
dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30
g/hari.
3. Kondisi stress
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel,
konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat
menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat
meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi
urin.
4. Keadaan sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan
jantung, gangguan hormone akan mengganggu
keseimbangan cairan.
5. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah
cadangan energy, proses ini menimbulkan pergerakan cairan
dari interstitial ke intraseluler.

Cara Pengeluaran Cairan


Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti :
1. Ginjal
Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang
menerima 170 liter darah untuk disaring setiap hari.
Produksi urin untuk semua usia 1ml/kg/jam. Pada orang
dewasa produksi urin sekitar 1,5 lt/ hari. Jumlah urine
yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan
aldosteron.
2. Kulit
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis
yang merangsang aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan
kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot,
temperature lingkungan yang meningkat, dan demam.
Disebut juga Insesible Water Loss (IWL) sekitar 15-
20ml/24 jam.
3. Paru-paru
Menghasilkan IWL sekitar 400ml/hari. Meningkatnya
cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan
kecepatan dan kedalaman nafas akibat pergerakan atau
demam.

Kebutuhan cairan menurut berat badan

NO UMUR BB (KG) CAIRAN


(ML/24JAM)
1 3 hari 3,0 250-300

2 1 tahun 9,5 1150-1300

3 2 tahun 11,8 1300-1500


4 6 tahun 20 1500-2000

5 10 tahun 28,7 2000-2500

6 14 tahun 45 2200-2700

7 18 tahun (adult) 54 2200-2700

I.2 Etiologi
a. Ketidakseimbangan volume cairan
1. Kekurangan volume cairan
Kehilangan cairan dari system gastrointestinal seperti
diare,muntah dari fistula atau selang.Keringat berlebihan,
demam, penurunan asupan cairan per oral, penggunaan
obat obatan diuretic.
2. Kelebihan volume cairan
Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, sirosis, peningkatan
kadar aldosteron dan steroid di dalam serum, asupan
natrium berlebih.
3. Sindrom ruang ketiga
Hipertensi portal, abstruksi usus halus, peritonitis, luka
bakar
4. Ketidakseimbangan hiperosmolar
Diabetes insipidus Interupsi dorongan rasa haus yang
dikontrol secara neurologis ketoasidosis diabetic,
pemberian cairan hipertonik.
5. Ketidakseimbangan hipoosmolar
Asupan cairan berlebih
b. Ketidakseimbangan elektrolit
1) Hiponatremia
Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui
gastrointestinal pengeluaran diuretic.
2) Hipernatremia
Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat,
Pemberian larutan salin hipertonik lewat IV secara
iatrogenic.
3) Hipokalemiagastrointestial
Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium, diare,
muntah atau kehilangan cairan lain melalui saluran.
4) Hiperkalemia
Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang
parah seperti akibat luka bakar dan trauma.
5) Hipokalsemia
Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat,
hipoalbuminemia, hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin
D, penyakit-penyakit neoplastik, pancreatitis.
6) Hiperkalsemia
Metastase tumor tulang, penyakit paget, osteoporosis,
imobilisasi yang lama.

I.3 Tanda gejala


Gangguan keseimbangan cairan
Keseimbangan cairan Tanda dan gejala
Kekurangan volume Pemeriksaan fisik: hipotensi postural, takikardia,
membran mukosa kering, turgor kulit buruk,
cairan kehilangan
haus, konfusi, kehilangan berat badan
air dan elektrolit pada
berlebihan, pengisian vena lambat, vena leher
jumlah yang sama
datar, letargi, oliguria (<30 mL/hari), denyut
atau isotonik
nadi lemah.
Hasil laboratorium: berat jenis urine >1.030,
meningkatnya kadar hematokrit >50%, dan
meningkatnya kadar BUN >25 mg/100 ml
(hemokonsentrasi)

Kelebihan volume Pemeriksaan fisik: berat badan meningkat, edema


cairan air dan (terutama pada area yang bergantung bebas),
natrium ditahan pada hipertensi,poliuria (jika mekanisme hinjal normal),
jumlah yang isotonik distensi vena leher, meningkatnya tekanan darah
dan vena, bunyi krekles pada paru, konfusi.

Hasil laboratorium: menurunnya kadar hematokrit


<38%, dan menurunnya kadar BUN <10 mg/100
ml (hemodilusi)

Gangguan Keseimbangan Elektrolit


Keseimbangan Tanda dan gejala
elektrolit
hiponatremia Pemeriksaan fisik: pemahaman, perubahan
kepribadian, hipotensi postural, pusing karena
perubahan posisi, kram abdomen, mual dan
muntah, diare, takikardia
Hasil laboratorium: kadar natrium serum di bawah
135 mEq/L, osmolalitas serum 280 mOsm/kg,
berat jenis urine di bawah 1,010.

Hipernatremia Pemeriksaan fisik: haus yang berlebihan, kulit


kering dan panas, membran mukosa dan lidah
kering dan kasar, hipotensi postural, demam,
agitasi, kejang, kelelahan, dan iritabilitas
Hasil laboratorium: kadar natrium serum di atas
145 mEq/L, osmolalitas serum 300 mOsm/kg,
berat jenis urine 1,030.

Hipokalemia Pemeriksaan fisik: kelemahan dan keletihan,


kelemahan otot, mual dan muntah, distensi
intestinal, pergerakan usus menurun, refleks
tendon dalam menurun, disritmia ventrikular,
parastesia, dan lemah, denyut irregular.
Hasil laboratorium: kadar kalium serum di bawah
3,5 mEq/L

Hiperkalemia Pemeriksaan fisik: ansietas, disritmia, parastesia,


kelemahan, kram abdomen, dan diare
Hasil laboratorium: kadar kalium serum di atas 5
mEq/L
Hipokalsemia Pemeriksaan fisik: perasaan mati rasa dan geli
pada jari dan sirkumoral (sekitar mulut), refleks
hiperaktif, tanda Trousseaus positif (spasme
karpopedal disertai hipoksia), tandan Chvosteks
positif (kontraksi otot wajah ketika saraf wajah
tidak berfungsi), tetanus, kram otot, dan fraktur
patologis (hipokalsemia kronik)
Hasil laboratorium: kadar kalsium serum
terionisasi di bawah 4,5 mEq/L dan total kalsium
serum di bawah 8,5 mEq/L

Hiperkalsemia Pemeriksaan fisik: anoreksia, mual dan muntah,


kelemahan, refleks hipoaktif, letargi, nyeri tumpul
(batu ginjal), tingkat kesadaran menurun,
perubahan kepribadian, dan henti jantung.
Hasil laboratorium: kadar kalsium serum
terionisasi diatas 5,5 mEq/L dan total kalsium
serum di atas 10,5 mEq/L

Hipomagnesia Pemeriksaan fisik: tremor otot, refleks tendon


dalam hiperaktif, konfusi dan disorientasi,
takikardia, hipertension, disritmia, dan tanda
Trousseaus positif (spasme karpopedal disertai
hipoksia), tandan Chvosteks positif (kontraksi
otot wajah ketika saraf wajah tidak berfungsi)

Hasil laboratorium: kadar magnesium serum di


bawah 1,5 mEq/L

Hipermagnesia Pemeriksaan fisik: elevasi kadar magnesium akut;


refleks tendon dalam hipoaktif, kedalaman dan
kecepatan pernapasan menurun, hipotensi, dan
kemerahan (flushing)
Hasil laboratorium: kadar magnesium serum di
atas 2,5 mEq/L (Potter, Perry. 2009).

I.4 Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan
dan elektrolit dalam jumlah yang perposional. Kondisi seperti ini
disebut juga hipovolemia. Umumnya gangguan ini di awali
dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan
perpindahan cairan intraseluler menuju intraveskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Secara umum,
deficit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan
cairan, pendarahan dan pergerakan cairanke lokasi ketiga ( lokasi
tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikannya ke lokasi semula dalam kondisi cairan
ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari sisi
intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritoneum,
pericardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu
seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat
terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan ( Faqih, 2011).

I.5 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui
adanya gangguan cairan dan elektrolit yaitu:
a. Pemeriksaan Radiologi
Photo thorak dapat mengarah ke kardio megali : pembesaran
paru dengan kongestif paru.
b. EKG
EKG dilaksanakan untuk mengetahui adak tidaknya infark
miokardial akut, guna mengkaji aritma dan untuk mengenal
respon kompensatori seperti terjadinya hypertropi ventrikel.
c. Laboratorium
1) Darah
2) Urin
3) Kateteri jantung
Biasanya ditemukan tekanan akhir diastole ventrikel kiri,
atrium kiri dan tekanan vena pulmonalis meninggi,
sedangkan tekanan atrium kanan baru meninggi pada
keadaan lanjut.

I.6 Komplikasi
Gangguan penurunan kardiac out put.
a. Hypokalemia
Gagal ginjal akut, gangguan sirkulasi ( aritmia, decomp. cordis,
hypotensi orthostatik), Ileus paralitik, kelemahan otot sampai
kuadrat plegia.
b. Hyponatremia:
Kram otot (kejang), twicing, hemiparese, odema pupil, koma.
c. Perubaan perfusi jaringan perifer.

I.7 Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1) Menghitung IWL
2) Menghitung tetesan infus
Cara menghitung tetesan infus :
a) Dewasa
Tetesan/menit : Jumlah cairan yang masuk lamanya infus
( jam ) x 3
b) Anak
Tetesan/menit : Jumlah cairan yang masuk Lamanya infus
( jam )

b. Medis
1) Terapi cairan IV
2) Pemberian cairan melalui infus
3) Transfusi darah
I.8 Pathway

Usia, Temperatur lingkungan, diet, stress, penyakit tertentu

Gagal ginjal

Gangguan pertukaran gas

Gangguan eliminasi fekal

Batu ginjal

Gangguan proses berpikir (konfusi atau


bingung)

Gangguan integritas kulit

Penurunan tekanan darah Ada saat bernapas

Penurunan denyut nadi Gangguan eliktrolit

Penurunan velome nadi Penurunan hematocrit

Penurunan hemoglobin
Penurunan turgo kulit
Penurunan tekanan darah
Penurunan pengeluaran
Edema

Asupan melebihi haluran


Kekurangan volume cairan Distensi vena jugulasis

II. Rencana asuhan klien dengan overdosis


Kelebihan volume cairan
2.1 Pengkajian
1.2.1 Riwayat keperawatan
a. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral,
parentral).
b. Tanda umum masalah elektrolit.
c. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan.
d. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan
homeostatis cairan dan elektrolit.
e. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat
mengganggu status cairan.
f. Status perkembangan seperti usia dan situasi sosial.
g. Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang
mengganggu pengobatan.
2.2.1 Pemeriksaan fisik: data fokus
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit
difokuskan pada :
a. Integumen : Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan,
kelemahan otot, tetani, dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler: Distensi vena jugularis, tekanan darah
hemoglobin, dan bunyi jantung.
c. Mata: Cekung, air mata kering.
d. Neurologi : Refleks, gangguan motorik dan sensorik,
tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal: Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah,
muntah-muntah, dan bising usus.
3.2.1Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, PH, berat janis urine,
dan analisis gas darah.

2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Diagnosa keperawatan yang terjadi pada masalah
kebutuhan eliminasi urine .
1.2.1 Definisi
Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau
intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan
cairan saja tanpa perubahan pada natrium.
2.2.2 Batasan Karakteristik
Perubahan dalam status mental
Penurunan tekanan darah
Penurunan denyut nadi
Penurunan volume nadi
Penurunan turgor kulit
Penurunan pengeluaran urin
Menurunnya pengisian vena
Membrane mucus kering
Kulitnya kering
Mempertinggi hematokrit (persentase volume eritrosit
dalam darah secara keseluruhan)
Peningkatan suhu tubuh
Peningkatan rata-rata denyut nadi
Peningkatan konsentrasi urine
Kehilangan berat badansecara tiba-tiba
Dahaga
Kelemahan
2.2.3 Faktor yang berhubungan
Kehilangan cairan aktif
Peningkatan hematokrit
Peningkatan suhu tubuh
Peningkatan frekuensi nadi
Peningkatan konsentrasi urine
Penurunan berat badan tiba-tiba (kecuali pada ruang
ketiga)
Haus
Kelemahan
Peningkatan hematokrit
Peningkatan suhu tubuh
Peningkatan frekuensi nadi
Peningkatan konsentrasi urine
Penurunan berat badan tiba-tiba (kecuali pada ruang
ketiga)
Haus
Kelemahan

Diagnosa 2 : Kelebihan volume cairan


2.2.4 Definisi : Peningkatan retensi cairan isotonik
2.2.5 Batasan Krakterisitik
Ada suara saat bernapas
Perubahan elektrolit
Gangguan elektrolit
Anasarka
Ansietas
Azotemia
Perubahan tekanan darah
Perubahan status mental
Perubahan pola pernapasan
Penurunan hematocrit
Penurunan hemoglobin
Dispnea
Edema
Peningkatan tekanan vena sentral
Asupan melebihi haluaran
Distensi vena jugularis
Oliguria
Ortopnea
Efusi pleura
Refleks heparojugular positif
Perubahan tekanan arteri pulmonal
Kongesti pulmonal
Gelisah
Bunyi jantung S3
Penambahan berat badan dalam waktu singkat
2.2.6 Faktor yang berhubungan:
Gangguan mekanisme regulasi
Kelebihan asupan cairan
Kelabihan asupan natrium
Asupan melebihi keluaran
Distensi vena jugularis
Oliguria
Efusi pleura
Reflex hepatojugular positif
Perubahan tekanan arteri pulmonal
Kongesti pulmonal
Gelisah
Perubahan berat badan jenis urine
Bunyi jantung S3
Penambahan berat badan dalam waktu sangat singkat

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Kekurangan volume cairan.
2.3.1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam,
volume cairan tidak mengalami kekurangan dengan
kriteria hasil pasien mampu:
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan
BB, BJ urine normal, HT normal
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor
kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan.
2.3.4 Intervensi Keperawatan
Pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan
Observasi khususna terhadap kehilangan cairan yang
tinggi elektrolit
Pantau perdarahan
Identifikasi factor pengaruh terhadap bertambah
buruknya dehidrasi
Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan
keseimbangan cairan
Kaji adanya vertigo atau hipotensi postural
Kaji orientasi terhadap orang, tempat dan waktu
Cek arahan lanjut klien untuk menentukan apakah
penggantian cairan pada pasien sakit terminal tepat
dilakukan
Manajemen cairan (NIC):
Pantau status hidrasi
Timbang berat badan setiap hari dan pantau
kecenderungannya
Pertaruhkan keakuratan catatan asupan dan haluaran

DIAGNOSA 2: Kelebihan volume cairan


2.3.3 Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam,
volume cairan tidak mengalami kelebihan dengan
kriteria hasil pasien mampu:
terbebas dari edema, efusi, anaskara
bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu
terbebas dari distensi vena jugularis, reflek
hepatojugular +
memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler
paru, output jantung dan vital sign dalam batas
normal
terbebas dari kelelahan, kecemasan atau
kebingungan
menjelaskan indikator kelebihan cairan

2.3.4 Intervensi Keperawatan


pertahankan cairan intake dan output yang akurat
pasang urin kateter jika diperlukan
monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan
(BUN, Hmt, osmolalitas urin)
monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP,
PAP, dan PCWP
monitor vital sign

monitor indikasi retensi/kelebihan cairan (cracles,


CVP, edema, distensi vena leher, asites)
kaji lokasi dan luas edema
monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake
kalori
monitor status nutrisi
kolaborasi pemberian diuretik sesuai interuksi
batasi masukan cairan pada keadaan hiponatermi
dilusi dengan serum Na<130mEq/l
kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
memburu

Daftar pustaka

Herdinan, Heather T. 2012.Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014 .Jakarta: EGC.
Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi &
Klasifikasi. 2009-2011. Jakarta :Penerbit buku kedokteran EGC
Potter, perry. 2009.Fundamental Keperawatan.Jakarta : EKG
Burrner & Suddarth. 2002.anatomi & fisiologi.Jakarta : EKG

Banjarmasin, Januari 2017


Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(.....) (..)

Anda mungkin juga menyukai