Oleh :
MARIYANI, S.Kep
1614901110016
BANJARMASIN, 2017
LAPORAN PENDAHULUAN
Cardiac Myxoma sering menunjukkan gejala yang tidak khas dan kadang-
kadang ditemukan secara insidentil selama pemeriksaan fisik.
Gejala yang dikeluhkan penderita selalu berhubungan dengan massa yang
tampak dengan pemeriksaan transthoracic echocardio graphy (TTE),
magnetic resonance imaging (MRI) ataupun dengan pemeriksaan computed
tomography scaning (CT scan). Oleh karena gejala yang ditimbulkan mirip
dengan kondisi kelainan jantung lainnya, hal ini merupakan tantangan bagi
klinisi untuk penangan yang lebih baik.
Tumor primer pada jantung merupakan jenis tumor yang jarang ditemukan
dalam dunia kedokteran, dengan angka kejadian 0,0017 hingga 0,19 persen.
Sepertiga dari jumlah tersebut merupakan jenis tumor jinak. Hampir
sebagian dari tumor jinak tersebut merupakan myxoma, selain myxoma
terdapat pula lipomas, papillary fibroelastoma, serta rhabdomyoma.
Myxoma merupakan jenis tumor primer jinak pada jantung yang sering
terjadi pada orang dewasa, sedangkan rhabdomyoma merupakan jenis tumor
primer yang sering ditemukan pada anak-anak. Myxoma merupakan tumor
jinak yang umumnya muncul pada atrium kiri, cardiac myxoma ini pertama
kali dijelaskan oleh para ahli pada tahun 1845. Sebelum tahun 1951,
diagnosis cardiac myxoma hanya dapat ditegakkan pada saat pemeriksaan
postmortem. Angiocardiografi saat ini merupakan pemeriksaan penunjang
yang sangat baik digunakan dalam mendiagnosis cardiac tumor. Pada tahun
1955 untuk pertama kalinya telah berhasil dilakukan eksisi tumor pada
atrium kiri dan hingga saat ini eksisi tumor merupakan terapi terbaik pada
tumor cardiac, dengan angka keberhasilan yang tinggi.
Myxoma merupakan tumor jinak yang umumnya muncul pada atrium kiri
yang dapat terjadi pada semua golongan usia, tetapi tumor ini umumnya
terjadi pada usia 30-60 tahun. Hampir 75 persen cardiac myxoma tumbuh
pada bagian atrium kiri dan 15 hingga 20 persen tumbuh pada atrium kanan.
Myxoma ini merupakan neoplasma endokrin yang biasanya muncul dari
endokardium ke ruang dalam jantung. Temuan klinis dari myxoma
ditentukan dari lokasi, ukuran, dan mobilitasnya. Sebagian besar pasien
datang dengan satu atau lebih dari trias embolism, obstruksi intrakardia, dan
gejala penyerta. Beberapa ditemukan tanpa gejala, biasanya yang memiliki
tumor ukuran kecil. Pada sebagian besar kasus cardiac myxoma, seringkali
dijumpai adanya sistolik serta diastolic murmur. Hal tersebut berdasarkan
atas lokasi serta mobilitas dari tumor itu sendiri. Hingga saat ini metode
operasi merupakan pilihan terapi pada cardiac myxoma. Setelah diagnosis
ditegakkan , harus segera dilakukan operasi karena besar kemungkinan
untuk terjadi komplikasi seperti emboli hingga kematian.
Myxoma merupakan jenis tumor primer jinak pada jantung yang sering
terjadi padaorang dewasa, yang umumnya muncul pada atrium kiri.
Miksoma adalah tumor jinak,dimana bentuk jantung biasanya tidak teratur
dan kepadatannya seperti jeli (agar-agar).50% dari tumor primer adalah
miksoma. 75% dari miksoma ditemukan di atrium kiri(bilik jantung yang
menerima darah yang kaya akan oksigen dari paru-paru). Miksomaadalah
tipe tumor jantung primer yang paling sering dijumpai pada seluruh
kelompokusia. Dapat muncul di segala usia, paling sering pada dekade
ketiga sampai keenam,dengan predileksi pada perempuan.
Tumor pada jantung dibagi menjadi 2 kelompok:
1. Tumor primer: berasal dari dalam jantung dan bisa terjadi pada bagian
manapundari jaringan jantung. Tumor ini bisa berupa kanker
atau nonkanker danbiasanya jarang terjadi.
2. Tumor sekunder: berasal dari bagian tubuh yang lain (biasanya paru-
paru,payudara, darah, dan kulit), yang menyebar ke jantung dan
selalu berupakeganasan. Tumor sekunder 30-40 kali lebih sering
ditemukan.
Hampir semua keganasan jantung primer adalah sarkoma, yang mungkin
terdiridari beberapa tipe histologis. Umumnya, tumor-tumor ini
dicirikan dengan memburuknya keadaan dengan cepat yang mengarah ke
kematian pasien dalam beberapa minggu atau bulan. Sarkoma umumnya
melibatkan sisi kanan jantung, dankarena pertumbuhan yang sangat cepat,
invasi ke ruang perikardial dan penyumbatanjantung atau vena kava sering
dijumpai. Sarkoma juga mungkin muncul pada bagiankiri jantung dan
mungkin disalahartikan sebagai miksoma.
Adapun tumor jinak lainnya yaitu lipoma. Lipoma mungkin tumbuh sampai
sebesar15 cm dan mungkin muncul dengan gejala karena interferensi
mekanik dengan fungsijantung, aritmia, atau gangguan konduksi, atau
sebagai abnormalitas siluet jantung padapemmeriksaan foto rontgen dada.
Rabdomioma dan fibroma, merupakan tumor-tumoryang paling sering
muncul pada bayi dan anak-anak, paling sering muncul padaventrikel dan
karena itu menunjukkan tanda-tanda dan gejala obstruksi mekanik.
1.2 Etiologi
Beberapa jenis miksoma cenderung diturunkan dalam keluarga (Herediter).
Miksoma yang bersifat herediter biasanyadi temukan pada pria muda pada
usia pertengahan 20 tahun. Miksoma yang bersifat herediter biasanya pada
wanita, seringkalipada usia antara 40-60 tahun.
Baik tumor primer maupun sekunder bisa terjadi pada kantung yang
mengelilingijantung (pericardium). Tumor pada pericardium bisa
menekan (constrict) jantung,encegahnya untuk pengisian dengan baik.
Sakit di dada dan gagal jantung bisa terjadi.
Dengan tanpa melihat apa yang mendasari terjadinya cardiac myxoma, studi
tentang morfologi, ultrastruktur dan immunoperoksidase dilakukan untuk
mempelajari sel-sel neoplasma ini yang merupakan sel-sel primitif yang
diduga berasal dari sel-sel multipoten mesenkim.
1.6 Komplikasi
1.6.1 Kerusakan saraf cranial
a. Anosmia
Kerusakan nervus olfactorius menyebabkan gangguan sensasi
pembauan yang jika total disebut dengan anosmia dan bila
parsial disebut hiposmia. Tidak ada pengobatan khusus bagi
penderita anosmia.
b. Gangguan penglihatan
Gangguan pada nervus opticus timbul segera setelah mengalami
cedera (trauma). Biasanya disertaihematoma di sekitar
mata, proptosis akibat adanya perdarahan, dan edema di
dalam orbita. Gejala klinik berupa penurunan visus, skotoma,
dilatasi pupil dengan reaksi cahaya negative, atau hemianopia
bitemporal. Dalam waktu 3-6 minggu setelah cedera yang
mengakibatkan kebutaan, terjadi atrofi papil yang difus,
menunjukkan bahwa kebutaan pada mata tersebut bersifat
irreversible.
c. Oftalmoplegi
Oftalmoplegi adalah kelumpuhan otot-otot penggerak bola mata,
umumnya disertai proptosis dan pupil yang midriatik. Tidak ada
pengobatan khusus untuk oftalmoplegi, tetapi bisa diusahakan
dengan latihan ortoptik dini.
d. Paresis fasialis
Umumnya gejala klinik muncul saat cedera berupa gangguan
pengecapan pada lidah, hilangnya kerutan dahi, kesulitan
menutup mata, mulut moncong, semuanya pada sisi yang
mengalami kerusakan.
e. Gangguan pendengaran
Gangguan pendengaran sensori-neural yang berat biasanya
disertai vertigo dan nistagmus karena ada hubungan yang erat
antara koklea, vestibula dansaraf. Dengan demikian adanya
cedera yang berat pada salah satu organtersebut umumnya juga
menimbulkan kerusakan pada organ lain.
1.6.2 Disfasia
Disfasia dapat diartikan sebagai kesulitan untuk memahami atau
memproduksi bahasa disebabkan oleh penyakit sistem saraf pusat.
Penderita disfasia membutuhkan perawatan yang lebih lama,
rehabilitasinya juga lebih sulit karena masalah komunikasi. Tidak
ada pengobatan yang spesifik untuk disfasia kecuali speech therapy.
1.6.3 Hemiparesis
Hemiparesis atau kelumpuhan anggota gerak satu sisi (kiri atau
kanan) merupakan manifestasi klinik dari kerusakan jaras
pyramidal di korteks, subkorteks, atau di batang otak. Penyebabnya
berkaitan dengan cedera kepala adalah perdarahan otak, empiema
subdural, dan herniasi transtentorial.
1.6.4 Sindrom pasca trauma kepala
Sindrom pascatrauma kepala (postconcussional syndrome)
merupakan kumpulan gejala yang kompleks yang sering dijumpai
pada penderita cedera kepala. Gejala klinisnya meliputi nyeri
kepala, vertigo gugup, mudah tersinggung, gangguan konsentrasi,
penurunan daya ingat, mudah terasa lelah, sulit tidur, dan gangguan
fungsi seksual.
1.6.5 Fistula karotiko-kavernosus
Fistula karotiko-kavernosus adalah hubungan tidak normal antara
arteri karotis interna dengan sinuskavernosus, umumnya disebabkan
oleh cedera pada dasar tengkorak. Gejala klinik berupa bising
pembuluh darah (bruit) yang dapat didengar penderita atau
pemeriksa dengan menggunakan
stetoskop, proptosis disertai hyperemia dan pembengkakan
konjungtiva, diplopia dan penurunanvisus, nyeri kepala dan nyeri
pada orbita, dan kelumpuhan otot-otot penggerak bola mata.
1.6.6 Epilepsi
Epilepsi pascatrauma kepala adalah epilepsi yang muncul dalam
minggu pertama pascatrauma (early posttrauma epilepsy) dan
epilepsy yang muncul lebih dari satu minggu pascatrauma (late
posttraumatic epilepsy) yang pada umumnya muncul dalam tahun
pertama meskipun ada beberapa kasus yang mengalami epilepsi
setelah 4 tahun kemudian.
1.7 Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis yaitu diantaranya:
1.7.1 Tindakan terhadap peningkatan TIK
a. Pemantauan TIK dengan ketat
b. Oksigenasi adekuat
c. Pemberian manitol
d. Penggunaan steroid
e. Peningkatan tempat tidur pada bagian kepala
f. Bedah neuro
1.7.2 Tindakan pendukung lain
a. Dukung ventilasi
b. Pencegahan kejang
c. Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi.
d. Terapi antikonvulsan
e. CPZ untuk menenangkan pasien
f. NGT
Pengkajian Kegawatdaruratan:
1. Primary Survey
a. Airway dan cervical control
Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran airway. Meliputi
pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan
benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau maksila,
fraktur larinks atau trachea. Dalam hal ini dapat dilakukan chin lift
atau jaw thrust. Selama memeriksa dan memperbaiki jalan nafas,
harus diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau
rotasi dari leher.
2) Kontrol Perdarahan
d. Disability
Penilaian neurologis secara cepat yaitu tingkat kesadaran, ukuran
dan reaksi pupil.
2. Secondary Survey
a. Fokus assessment
b. Head to toe assessment
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Nyeri akut (00132)
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
nyeri berkurang atau dapat terkontrol, dengan kriteria:
(.....) (..)