Rinisulistyowatiblog
Rinisulistyowatiblog
Tentang Saya
oleh
Kelompok 8
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.i
KATA PENGANTAR..ii
DAFTAR ISI.iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan. 2
1.4 Manfaat . 2
1.5 Epidemiologi. . 2
3.1 Pengkajian 12
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Algoritma . 31
5.1 Kesimpulan.. 39
5.2 Saran 39
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1. Pendahuluan
Latar Belakang
Telah diketahui bahwa aktivitas irama jantung terletak pada permukaan jantung dekat muara
vena cava superior, yaitu pada punyak atrium kanan.Kumpulan sel-sel ini disebut NA node yang
bertindak sebagai pace maker.Melalui pace maker ini aktivitas otot jantung secara sinkron
memompa darah ke sirkulasi paru-paru dan ke sirkulasi darah sistemik (ke seluruh tubuh).Suatu
keadaan di mana terjadi kehilangan sinkronisasi yang disebut sebagai fibrilasi.Fibrilasi dapat
terjadi pada atrium maupun ventrikel.Pada atrium dikenal sebagai fibrilasi atrium sedangkan
pada ventrikeldikenal sebgai fibrilasi ventrikel.
Disritmia atau aritmia dapat diartikan sebagai abnormalitas irama jantung.Disritmia bisa
diakibatkan oleh gangguan otomatisasi, gangguan hantaran, atau kombinasi keduanya.Ada
beberapa macam jenis aritmia, salah satunya adalah fibrilasi ventrikel.Fibrilasi ventrikel
(Ventricular Fibrillation) adalah kontraksi sangat cepat yang tidak beraturan pada ruang bawah
jantung (ventrikel).Fibrilasi ventrikel merupakan jenis terburuk dari gangguan irama jantung
dan merupakan bentuk serangan jantung.Pada kondisi fibrilasi ventrikel jantung memompa darah
ke seluruh tubuh pada jantung berkontraksi pada saat yang bersamaan yang menyebabkan
kontraksi jantung menjadi disorganisasi.Kekacauan denyut jantung yang parah ini biasanya
berakhir dengan kematian dalam hitungan menit, kecuali segera dirawat misalnya implantable
cardiac defiblator (ICD) dan Resusitasi Kardiopulmoner (CPR).
Fibrilasi ventrikel ini merupakan penyebab kematian tersering mengikuti infark miokard
akut.Umumnya merupakan keadaan yang reversibel dengan pengobatan yang memadai, dan
pengenalannya menjadi dasar pemantauan kardiak dalam CCU.Faktor resiko termasuk
hipokalemia, ketidakseimbangan asam-basa dan katekolamin seperti adrenalin IV.Harus dikenali
dari kolaps kardiovaskuler dan suatu EKG yang menunjukkan bentuk kompleks QRS yang
kacau.Pengobatan adalah dengan kardioversi arus searah segera, diikuti lignokain (100 mg dalam
2 menit) dan natrium bikarbonat untuk memperbaiki asidosis metabolik yang timbul setelah
suatu periode henti jantung. Pengobatan oral untuk mencegah resiko kekambuhan adalah sama
seperti pada takikardia ventrikel.
Bentuk dan ukuran gelombang pada fibrilasi ventrikel sangat bervariasi, dan tidak terlihat
gelombang P, QRS maupun T. Tidak ada depolarisasi ventrikel yang terorganisasi sehingga
ventrikel tidak mampu berkontraksi sebagai suatu kesatuan.Kenyataannya, ventrikel kelihatan
seperti bergetar dengan sangat cepat dan tidak teratur tanpa menghasilkan curah
jantung.Sehingga tidak ada atau hanya sedikit darah yang dipompa oleh jantung ke seluruh
tubuh. Bentuk fibrilasi ventrikel ada yang kasar ( coarse ) dan halus ( fine ) tergantung pada
besarnya amplitudo gelombang fibrilasi.
Rumusan Masalah
1.2.3 Bagaiman algoritma sesuai AHA terbaru dan pembahasan jurnal mengenai
Ventrikel Fibrilasi?.
Tujuan
1.3.3 Untuk mengetahui algoritma sesuai AHA dan pembahasan jurnal mengenai Ventrikel
Fibrilasi.
Manfaat
1.4.2 Kita sebagai perawat dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan untuk pasien dengan
Ventrikel Fibrilasi.
Epidemiologi
Kejadian VF di dunia tidak msuk akal, sehingga sulit untuk menilai kejadian yang
sebenarnya.Dari 300.000 kasus gangguan imun yang terjadi setiap tahun di Amerika Serikat,
hanya sepertiga yang dikaitkan dengan VF. Kejadian VF 0,08-0,16% pertahun pada orang
dewasa. Persentase ini lebih banyak daripada kematian yang diakibatkan oleh kanker paru,
kanker payudara dan AIDS. Pada usia anak dan remaja, kejadian bertahun mencapai 1,3-8,5 per
100.000 orang. Penyakit jantung koroner adalah penyebab terjadinya VF paling tinggi yakni
sekitar 50% kematian manusia.
Insidensi VF paling tinggi dialami pada pria dibandingkan wanita dengan perbandingan 3:1. Hal
ini disebabkan karena insidensi penyakit jantung koroner banyak terjadi pada pria. Insidensi VF
sama dengan prevalensi penyakit jantung koroner, dengan tingkat puncak VF terjadi pada
usia45-75 tahun. Proporsi kematian mendadak dari penyakit jantung koroner dapat menurunkan
tingkat usia. Pada penelitian Framing Heart Study didapatkan bahwa kematian mendadak
dikarenakan penyakit jantung koroner pada pria yaitu 62% pada usia 45-54 tahun, 58% pada pria
berusia 55-64 tahun dan 42% pada pria berusia 65-74 tahun. Menurut Kuller, 31% kematian
mendadak terjadi pada pasien berusia 20-29 tahun.
Ventrikel Fibrilasi Kadang-kadang dipicu oleh serangan jantung, fibrilasi ventrikel menyebabkan
tekanan darah menurun, memotong pasukan darah ke organ vital.Merupakan gangguan darurat
yang membutuhkan penanganan medis segera, bisa menyebabkan penderitanya jatuh dalam
beberapa detik.Kondisi ini paling sering menjadi penyebab kematian jantung
mendadak.Perawatan gawat darurat, termasuk CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) dan
guncangan jantung dengan alat yang disebut defibrillator.Pengobatan untuk fibrilasi ventrikel
meliputi obat-obatan, dan perangkat implant yang dapat mengembalikan irama jantung ke
kondisi normal.
2.2 Etiologi
Penyebab yang paling umum dari fibrilasi ventrikel adalah heart attack, akan tetapi fibrilasi
ventrikel dapat terjadi ketika jantung tidak memperoleh oksigen yang cukup, atau orang tersebut
memiliki penyakit jantung yang lain.
1. Noncardiac respiratory
Bronchospasm
Aspirasi
Hipertensi pulmonal primer
Emboli pulmonal
Tension pneumotoraks
Metabolik atau toksik
Obat-obatan
Keracunan
Sepsis
1. Neurologik
Kejang
Perdarahan intrakranial atau strok iskemik
Tenggelam
2.3 Patofisiologi
Aktivitas listrik pada fibrilasi ventrikel ditandai oleh depolarisasi sel yang tidak beraturan
melalui otot jantung ventrikel.Berkurangnya depolarisasi yang terkoordinasi mencegah
terjadinya kontraksi yang efektif dari otot jantung dan pengeluaran darah dari jantung.Pada
pemeriksaan EKG tidak ditemukan kompleks QRS walaupun jarak amplitudo yang melebar pada
aktivitas listrik ditemukan, dari gelombang sinus di ventrikel menyebabkan terjadinya fibrilasi
ventrikel yang mungkin sulit dibedakan dengan asistol.Aritmia ini dipertahankan oleh adanya
jalur masuk yang berulang-ulang karena bagian dari otot jantung mengalami depolarisasi secara
konstan.Fibrilasi ventrikel dimulai ketika daerah pada miokard memiliki bagian refraksi dan
bagian konduksi pada jalur masuk.Adanya kombinasi ini menghasilkan irama sendiri.
Fibrilasi ventrikel terjadi pada situasi klinis yang bervariasi, namun lebih sering dihubungkan
dengan penyakit jantung koroner (PJK) dan sebagai kondisi terminal.Fibrilasi ventrikel dapat
disebabkan oleh iskemia atau infark miokard akut (merefleksikan instabilitas elektrik yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan biokimiawi pada miokard), dan atau dapat pula disebabkan
oleh skar infark yang kronik.Takikardia Ventrikel monomorfik dan polimorfik dapat memburuk
menjadi fibrilasi ventrikel yang menyebabkan kematian.Namun di luar konteks iskemia miokard
akut, fibrilasi ventrikel lebih jarang terjadi dibandingkan dengan Takikardi ventrikel sebagai
kejadian primer.Fibrilasi ventrikel kemungkinan merupakan aritmia dasar pada mayoritas pasien
dengan kematian jantung mendadak.Akumulasi kalsium intraseluler, aktivitas radikal bebas,
gangguan metabolik, dan modulasi autonom memiliki pengaruh yang besar pada perkembangan
fibrilasi ventrikel pada iskemik.Terdapat 3 jenis sel dalam jantung yang berperan dalam proses
impuls normal di dalam jantung, yaitu:
Nodus sino- atrial (SA) adalah pacemaker jantung.Ia terletak di atas krista terminalis, dibawah
pembukaan vena cava superior di dalam atrium kanan
Impuls yang dihasilkan oleh nodus SA diantar melalui otot-otot atrial untuk menyebabkan
sinkronisasi kontraksi atrial.Impuls tiba ke nodus atrioventrikular (AV) yang terletak di septum
interatrial dibawah pembukaan sinus koronaria. Dari sini impuls diantar ke ventrikel melalui
serabut atrioventrikular (His) yang turun ke dalam septum interventrikular. Serabut His terbagi
menjadi 2 cabang kanan dan kiri yang menghantar serabut Purkinje untuk tetap didalam
subendokardium dari ventrikel.Posisi serabut Purkinje menentukan kontraksi ventrikel yang
hampir sinkron.
Jika sebuah gelombang depolarisasi mencapai sebuah sel jantung, kalsium akan dilepaskan ke
dalam sel sehingga sel tersebut berkontraksi. Sel jantung memiliki banyak sekali protein
kontraktil, yaitu aktin dan miosin.
2.4 Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)
Manifestasi klinis dari ventrikel fibrilasi adalah henti nafas dan henti jantung, dimana pada
kondisi ini jantung hanya bergetar saja tidak mampu berkerja sebagai pompa, berarti terjadi
kematian klinis yang dapat berlanjut menjadi kematian biologis.Penderita biasanya sudah tidak
sadar dan tidak ada respon saat dicek kesadarannya.
Kondisi di mana ruang bawah jantung berdetak terlalu cepat dapat menyebabkan fibrilasi
ventrikel. Tanda-tanda dan gejala awalnya, meliputi:
Nyeri dada
Denyut jantung cepat (takikardia)
Pusing
Mual
Sesak napas
Hilangnya kesadaran
Fribilasi ventrikel selalu didiagnosis sebagai kondisi atau situasi darurat. Kita akan mengetahui
jika pasien mengalami fibrilasi ventrikel berdasarkan pemeriksaan dari:
1. Monitor Jantung yaitu sebuah monitor jantung yang akan membaca impuls listrik
sehingga kita akan mengetahui detak jantung pasien berdetak secara normal, atau
berdetak secara abnormal dan atau tudak berdetak sama sekali.
2. Cek Nadi : pada fibrilasi ventrikel tidak ditemukan denyut nadi.Pemeriksaan untuk
Diagnosa Penyebab Fibrilasi Ventrikel.
Tenaga kesehatan perlu melakukkan pemeriksaan untuk mengetahui penyebab terjadinya fibrilasi
ventrikel pada pasien, yaitu diantaranya :
1. Elekftrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan ini mencatat aktivitas kelistrikan di jantung pasien dengan cara menempelkan
lempeng elektroda pada kulit pasien. Impuls yang dicatat sebagai gelombang akan ditampilkan
pada monitor atau dicetak diatas kertas khusus. Karena jantung mengalami cedera otot, jantung
tidak dapat melakukan impuls listrik secara normal, dalam EKG menunjukkan pasien sedang
mengalami serangan jantung atau telah terjadi serangan jantung.
1. Tes Darah
Pengambilan sampel darah bertujuan untuk menguji keberadaan enzim hati tertentu yang bocor
kedalam aliran darah pasien jika hati pasien mengalami kerusakan akibat serangan jantung.
1. X-Ray Dada
Gambaran X-Ray dada pasien bertujuan untuk memeriksa ukuran dan bentuk jantung serta
pembuluh darah
1. Ekokardiogram
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar jantung pasien.
Selama ekokardiogram, gelombang suara diarahkan pada jantung pada pasien dari traduser dan
perangkat lainnya. Nantinya akan diproses secara elektronik, gelombang suara memberikan
gambar video dari jantung anda.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan apakah arteri koroner pasien menyempit atau
tersumbat. Pewarna cair disuntikkan melalui tabung panjang tipis (kateter) yang dimasukkan
melalui arteri pasien, biasanya arteri yang terdapat di kaki pasien. Pewarna cair akan membuat
arteri pasien menjadi terlihat pada X-Ray yang akan memperlihatkan daerah penyumbatan arteri.
Meskipun pemeriksaan ini lebih digunakan untuk pemeriksaan gagal jantung. Pemeriksaan ini
dapat mendiagnosa masalah jantung lainnya. Pasien berbaring di meja dalam sebuah mesin
bebentuk donat. Tabung X-Ray di dalam mesin akan berputar untuk mengambil gambar organ di
dada dan jantung.Pemeriksaan MRI jantung pasien berbaring di atas meja didalam sebuah tabung
panjang yang menghasilkan medan magnet yang berjqalan dalam partikel atom dan beberapa sel
pasien. Gelombang radio bertujuan untuk menghasilkan sinyal yang menggambarkan jantung
pasien.
Penatalaksanaan medis pada aritmia ventrikel dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
Penggunaan obat-obatan anti aritmia harus berhati-hati, karena efek obat tersebut juga bisa
menyebabkan aritmia atau memperburuk aritmia.Obat anti aritmia diberikan pada kondisi pasien
dengan hemodinamik yang stabil.Jenis obat-obatan yang digunakan sebagai anti aritmia ventrikel
adalah:
1. Amiodaron
Pada VT atau VF tanpa nadi diberikan 300 mg iv bolus diencerkan20-30 cc, dapat diulang
dengan dosis 150 mg selang waktu 3-5menit sampaidosis maksimal 2,2 gram dalam 24 jam.
Dapatdiberikan secara drip dengan dosis 0,5 mg/ menit.
1. Lidokain
Pada cardiac arrest dosis 1,0 1,5 mg/kg BB iv bolus dan dapatdiulang dengan dosis 0,5 0, 75
mg/kg BB. Dapat diberikanperdrip dengandosis 1-4 mg / menit.
1. Magnesium sulfat
Pada ventrikel fibrilasi diberikan dengan dosis 1-2 gr diencerkan dalam 10 cc iv bolus dan
diberikan cepat dengan memperhatikanefek hipotensi dan asistol.
1. Cardioversi
Pengobatan yang menggunakan aliran listrik dalam waktusingkat
secara sinkron
Indikasi pada aritmia ventrikel : Ventrikel takikardi dengannadi
( + ) dan hemodinamik tidak stabil
Energi pertama adalah 100 joule, kedua 200 joule, ketiga 300joule
dan keempat 360 joule.
2. PTCA ( Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty )
1. Ventrikel takikardia ( VT )
Jika pasien secara hemodinamik stabil, maka diatasi dengan agen antiaritmia
Jika pasien menjadi tidak stabil, tetapi nadi (+ ) , maka dilakukancardioversi
( sinkronisasi ) dengan energi mulai dari 100 joule
Jika nadi tidak teraba, maka dilakukan defibrilasi dengan energi mulai dari 200 joule.
1. Ventrikel fibrilasi
Pada keadaan emergency dimana alat defibrilasi tidak siap, maka dapat dilakukan
prekordial thump ( pukulan )
Jika alat defibrilasi sudah siap, segera lakukan defibrilasi dengan energi awal 200 joule,
lalu 300 joule dan 360 joule
Jika tidak terjadi perubahan, dapat dilakukan kompresi eksternal sambil menunggu alat
siap
Jika aritmia terjadi secara kontinue, maka untuk jangka panjang dapat digunakan AICD.
Riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita klien, seperti penyakit jantung rematik,
penyakit jantung koroner, hipertensi, dan trauma.
Riwayat kesehatan keluarga yang berhubungan dengan penyakit jantung atau jenis penyakit
kardiovaskuler lainnya.
Pasien datang ke rumah sakit dengan kegawat daruratan mengenai penyakit jantung.Tingkat
kesadaran pasien menurun.
Gejala : Hilang nafsu makan, tidak toleran terhadap makanan, mual, muntah, penurunan berat
badan
3. Pola Eleminasi
4. Pola Aktivitas atau Latihan
Tanda : kejang, penurunan tingkat kesadaran, sesak, disorientasi, bingung, kehilangan memori,
perubahan pola bicara/kesadaran, pingsan, koma.gelisah,
Keluarga menemani pasien atau tidak dapat mempengaruhi status kesehatan pasien
Nilai spiritual dan kepercayaan pasien terhadap Tuhan yang tinggi dapat meningkatkan status
kesehatan pasien
pergerakan dada
asimetris dada
suara napas
Suara tambahan (ronchi, wheezing, krepitasi)
Jantung :- tekanan darah
Vibrilasi ventrikel dapat terjadi pada kondisi iskemia dan infark miokard, manipulasi kateter
pada ventrikel, gangguan karena kontak dengan listrik, pemanjangan interval QT, atau sebagai
irama akhir pada pasien dengan kegagalan sirkulasi, atau pada kejadian takikardi ventrikel yang
memburuk. Penyebab yang paling umum dari fibrilasi ventrikel adalah heart attack, akan tetapi
fibrilasi ventrikel dapat terjadi ketika jantung tidak memperoleh oksigen yang cukup, atau orang
tersebut memiliki penyakit jantung yang lain. Fibrilasi ventrikel dapat disebabkan antara lain:
Gangguan jantung struktural, Gangguan jantung nonstructural, Noncardiac respiratory,
Gangguan elektrolit dan asidosis, Neurologik.
3.1.5 Pathway
NOC:
Kriteria hasil:
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam pasien perfusi jaringan adekuat
NOC:
1. Circulation status
2. Tissue perfusion: cerebral
Kriteria hasil:
1. Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan:
1. Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh: tingkat kesadaran membaik,tidak
ada gerakan-gerakan involunter.
2. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan.
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam nyeri pada pasien berkurang
NOC:
1. Pain level
2. Pain control
3. Comfort level
Kriteria hasil:
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 2 x 24 jam pasien tidak menunjukkan tanda-tanda
ansietas
NOC:
1. Anxiety self-control
2. Anxiety level
3. Coping
Kriteria hasil:
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam pasien tidak menunjukkan intoleransi
aktivitas
NOC:
1. Energy conservation
2. Activity tolerance
3. Self care: ADLs
Kriteria hasil:
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
2. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
3. Tanda-tanda vital normal
4. Energy psikomotor
5. Level kelemahan
6. Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat
7. Status kardiopulmonari adekuat
8. Sirkulasi status baik
9. Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuat
10. Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatanberhubungan dengan
kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi, tidak mengenal
sumber informasi.
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 2 x 24 jam pasien tidak menunjukkan kurangnya
pengetahuan
NOC:
Kriteria hasil:
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
4. Gangguan pola nafas berhubungan dengan edema paru
NOC:
Kriteria hasil:
1. Pasien mampu mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspnea (mampu bernapas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2. Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama napas, frekuensi
pernapasan dalamrentang normal, tidak ada suara napas abnormal
3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernapasan)
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kram otot
NOC:
1. Ansiety
2. Fear level
3. Sleep deprivation
4. Comfort, readiness for enchanced
Kriteria hasil:
NOC:
1. Nutrition status
2. Nutrition status: food and fluid intake
3. Nutritional status: nutrient intake
4. Weight control
Kriteria hasil:
Intervensi:
Cardiac care:
Intervensi:
Intervensi:
Pain management:
Analgesic Administration:
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dari analgesic ketika pemberian lebih dari
satu
5. Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelumdan sesudah pemberian analgesic pertama kali
9. Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan gejala
11. Ansietas berhubungan dengan takut terhadap ancaman kematian, lingkungan
perawatan dan pengobatan kritis.
Intervensi:
Intervensi:
Activity therapy:
Intervensi:
1. Berikan pnilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
dan fisiologi, dengan cara yang tepat
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
7. Hindari jaminan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang
tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi
di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
12. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas local, dengan cara yang tepat
13. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat.
14. Gangguan pola nafas berhubungan dengan edema paru
Intervensi:
Airway Management:
Oxigen Therapy:
Intervensi:
Pain Management
Nutrition management:
Nutrition Monitoring:
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
O: Hb
Eritrosit
Anemis
CRT
Nadi perifer lemah
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
parah
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
S: Pasien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sendiri, harus dibantu keluarga karena
merasa lemas
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
S: Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya, tujuan tindakan yang dilakukan
oleh perawat dan kondisi tubuhnya
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
O: TD
RR
Retraksi dinding dada
Sianosis
Pasien tampak sesak
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
BAB 4. Pembahasan
Algoritma
Empat jenis ritme jantung yang menyebabkan henti jantung yaitu ventrikular fibrilasi (VF),
ventrikular takikardia yang sangat cepat (VT), pulseless electrical activity (PEA), dan asistol.
Untuk bertahan dari empat ritme ini memerlukan bantuan hidup dasar/ Basic Life Support dan
bantuan hidup lanjutan/ Advanced Cardiovascular Life Support (ACLS) (American Heart
Association (AHA), 2005). Berdasarkan American Heart Association (AHA) pada Advanced
Cardio-vascular Life Support (ACLS) 2010 tentang Adult Cardiac Arrest, dikemukakan bahwa
kunci bertahan hidup pada cardiac arrest adalah Basic Live Support (BLS) dan sistem ACLS
yang terintegrasi dengan baik. Dasar berhasilnya ACLS adalah Resusitasi Jantung Paru (RJP)
yang berkualitas, dan untuk VF/ pulseless VT diperlukan defibrilasi yang cepat dan tepat.
Fibrilasi ventrikel , takikardia ventrikel tanpa denyut adalah penyebab tersering henti jantung
yang dapat disembuhkan. Tingkat keberhasilan menurun sebanyak 7-10% untuk tiap menit
penundaan defibrilasi. Beri muatan pada defibrilator dan beri tiga kejutan dengan energi 200 J,
200 J dan 360 J. Setelah berhasil melakukan kardioversi, mungkin terjadi asistol dan / atau
denyut lemah (kekagetan miokardial) transien ( 10 detik); maka lakukan RJP selama 1 menit
setelah tiga kejutan sebelum mengevaluasi ulang irama jantung. Jika VF/VT menetap, amankan
jalan nafas (endotracheal tube), masker laring (laryngeal mask airway [LMA] ) atau Combi-
Tube. Pasang ventilator dengan kecepatan 12 nafas/menit menggunakan oksigen 100%.Pasang
jalur intravena perifer (jalur sentral tidak aman selama melakukan RJP).Berikan adrenalin
(epinefrin) untuk memperbaiki efikasi RJP (efek -adrenaergik menyebabkan
vasokontriksi.Meningkatkan tekanan perfusi miokard dan otak.VF/VT yang refrakter mungkin
merespon terhadap kejutan lanjutan atau pemberian amiodaron.Lidokain (lignokain), atau
prokainamid intavena (jangan pernah berikan obat-obat ini dalam kombinasi ini).Lanjutkan
sampai sirkulasi kembali, atau diambil keputusan untuk berhenti.Berikan bikarbonat jika pH 7.1
pada overdosis trisiklik, atau jika ada hiperkalemia.
Ventrikel fibrilasi merupakan sebab paling sering yang menyebabkan kematian mendadak akibat
SCA.The American Heart Association (AHA) menggunakan 4 mata rantai penting untuk
mempertahankan hidup korban untuk mengilustrasikan 4 tindakan penting dalam menolong
korban SCA akibat ventrikel fibrilasi. Empat mata rantai tersebut adalah:
1. Sesegera mungkin memanggil bantuan Emergency Medical Service (EMS) tenaga medis
terdekat
2. Sesegera mungkin melakukan RJP
3. Sesegera mungkin melakukan defibrilasi
4. Sesegera mungkin dilakukan Advanced Life Support diikuti oleh perawatan
postresusitasi.
Sebagaimana kondisi VF, kondisi aritmia lain yang dapat menyebabkan SCA juga memerlukan
tindakan resusitasi jantung dan paru (RJP) yang sebaiknya segera dilakukan. Adapun algoritma
dari RJP yaitu:
Fibrilasi ventrikel (VF) umumnya terjadi pada pasien diluar rumah sakit Cardiac Arrest (OHCA)
18-63% dari semua kasus. Setengah dari pasien mengalami VF dalam dua menit pertama setelah
konversi VF. 74% pasien mengalami VF ketika masa pra-hospital. Pedoman saat ini untuk
resusitasi kardiopulmonal dikeluarkan pada tahun 2005 (G2005) yaitu disarankan segera
melakukan RJP. Namun, pedoman resusitasi pada tahun 2000 (G2000) menyarankan untuk
melakukan analisis ritme setelah kejutan sebelum melakukan RJP selama satu menit. Jurnal
yang berjudul Time in Recurrent Ventricular Fibrillation and Survival After Out-of-Hospital
Cardiac Arrest membahas mengenai pedoman manakah yang lebih efisien waktu dalam
melakukan RJP untuk menyelamatkan hidup pasien.
Metode pengumpulan data yang diambil oleh peneliti yaitu data dari pelayanan
darurat medis regional (EMS) di Amsterdam. EMS mengirimkan dua ambulan dan 1 paramedis.
Semua paramedis memenuhi persyaratan dan dilengkapi dengan defiblator manual sedangkan
dan juga ada responden yang dilengkapi defiblator eksterna otomatis (AED) yaitu pemadam
kebakaran dan polisi terlatih dalam bantuan kegawat daruratan dan pemakaian AED. Penelitian
ini mengumpulkan prospektif data pada semua pasien resusitasi yang dilakukan oleh tenaga EMS
seperti ketika pasien mengalami trauma, tenggelam, overdosis obat, asfiksia, atau kondisi non
kardiak. Analisis melalui rekaman defibrilator dari EKG. EKG diklasifikasikan bahwa RJP
selama 1 menit kompresi rasio ventilasi 15:2 lalu ritme setelah kejutan dianalasis. Sedangkan
EKG diklasifikasikan sesuai dengan G2005 bahwa RJP selama 2 menit,kompresi rasio ventilasi
30:2 tanpa analisis ritme setelah kejutan.
Semua kejutan ditampilkan dalam EKG dan dianalisis untuk keberhasilan kejutan. Kejutan
dapat dikatakan berhasil jika terminasi VF setidaknya 5 detik dengan pelepasan defibrilasi. Awal
VF adalah waktu interval anggota EMS memberikan RJP pertama.
4.2.1 Hasil
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah, apabila tim medis menggunakan pedoman
G2005, maka median yang diambil 1,2 menit lebih lama setelah defibrilator pasien berhasil
(p<0,001). Pasien dengan G2005 rata-rata menghabiskan 1,3 menit VF berulang. Sebanyak 282
pasien di rumah sakit cardiac arrest yang memakai pedoman G2000 menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan tingkat neurologis yang signifikan dibandingkan dengan 240 pasien di rumah
sakit cardia arrest menggunakan pedoman G2005.
Perubahan pedoman utama adalah melakukan inisiasi RJP selama 2 menit sebelum melakukan
kejutan pertama. Tenaga medis baru saja memakai pedoman G2005 sedangkan pedoman G2000
tim medis sudah diberi pelatihhan selama kurang lebih satu tahun. Pelatihan untuk G2005 tim
medis bertujuan untuk meningkatkan teknik penyelamatan pasien.dan meningkatkan kinerja tim
medis. Sehingga, dengan pedoman G2005 diharapkan dapat meningkatkan kelangsungan hidup
pasien. Namun, dari penelitian ini, tidak ada perbedaan yang signifikan antara pedoman G2000
dan G2005 dalam melakukan RJP.
Percobaan klinis yang dilakukan secara acak oleh peneliti menunjukkan bawa kekambuhan VF
lebih besar penanganannya dengan G2005 daripada dengan pedoman G2000. Cara untuk
mengakhiri VF sesegera mungkin agar tidak terjadi kekambuhan adalah dengan RJP terus-
menerus. Keberulangan VF dapat menurunkan keberlangsugan hidup pasien dan RJP merupakan
cara untuk meningkatkan hidup pasien.
RJP merupakan salah satu yang mendasari bantuan hidup dasar dalam kegawatdaruratan.
Penderita dengan henti jantung seperti VF dapat terjadi dimana saja. Oleh karena itu, sebagai
tenaga kesehatan harus siap melakukan pertolongan dengan segera. Baik menggunakan pedoman
G2000 maupun G2005 dalam pelaksanaan RJP dapat diaplikasikan oleh tenaga kesehatan untuk
menyelamatkan hidup pasien karena keduanya sama-sama dapat menyelamatkan nyawa pasien.
BAB 5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Fibrilasi ventrikel merupakan keadaan denyutan ventrikel yang cepat dan tidak efektif, denyut
jantung tidak terdengar dan tidak teraba serta tidak ada respirasi, biasanya berakhir dengan
kematian dalam waktu beberapa menit, kecuali jika tindakan penanganan tepat segera dilakukan.
Penyebab yang paling umum dari fibrilasi ventrikel adalah heart attack, akan tetapi fibrilasi
ventrikel dapat terjadi ketika jantung tidak memperoleh oksigen yang cukup, atau orang tersebut
memiliki penyakit jantung yang lain. Tanda dan gejala yang muncul ketika seseorang terkena
fibrilasi ventrikel adalah Nyeri dada, denyut jantung cepat (takikardia), pusing, mual, sesak
napas, hilangnya kesadaran. Proses diagnostic yang dapat dilakukan dapat berupa, pemeriksaan
fisik, laboratorium, pemeriksaan EKG, foto rontgen toraks, ekokardiografi, kateterisasi Koroner
(Angiogram), tomografi jantung terkomputerisasi (CT) atau Magnetic Resonance Imaging
(MRI).
The American Heart Association (AHA) menggunakan 4 mata rantai penting untuk
mempertahankan hidup korban untuk mengilustrasikan 4 tindakan penting dalam menolong
korban SCA akibat ventrikel fibrilasi. Empat mata rantai tersebut adalah:
1. Sesegera mungkin memanggil bantuan Emergency Medical Service (EMS) tenaga medis
terdekat
2. Sesegera mungkin melakukan RJP
3. Sesegera mungkin melakukan defibrilasi
4. Sesegera mungkin dilakukan Advanced Life Support diikuti oleh perawatan
postresusitasi.
Selain itu, kami menyimpulkan berdasarkan jurnal yang telah kami analisis bahwa pengaruh
peningkatan waktu VF berulang pada kelangsungan hidup neurolgis secara signifikan tidak
berbeda antara penggunaan G2000 dan penggunaan G2005
5.2 Saran
Kita sebagai perawat harus meningkatkan pengetahuan mengenai fibrilasi ventrikel yang
merupakan salah satu gangguan yang terjadi pada pasien penderita disritmia. Serta sebagai
seorang perawat harus memahami mengenai asuhan keperawatan untuk pasien fibrilasi ventrikel
sehingga kita dapat memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang optimal di bidang
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Hayes, Peter C., & Mackay, Tahomas W. 1997.Buku Saku Diagnosis dan Terapi.
Jakarta :EGC
http://www.goapotik.com/index.php?route=news/article&news_id=288(diakses pada
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ventricular-fibrillation/basics/tests-diagnosis/con-
20034473 (diakses pada tanggal 21 Oktober 2015 7.31 WIB)
19.30 WIB)
Iklan
Bagikan ini:
Twitter
Facebook
Google
This entry was posted on 24 April 2016. Bookmark the permalink. 2 Komentar
Navigasi pos
TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFAS ATAU PENANGANAN OBSTRUKSI JALAN
NAFAS PADA CARDIAC ARREST
kutipannya dong ditulisdi bawah sdh ada dapus tp di atas g ada kutipannya
akan lebih baik klo ada gambar atau video
Suka
Balas
o rinisulistyowatiblog berkata:
Suka
Balas
Tinggalkan Balasan
Tulisan Terakhir
TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFAS ATAU PENANGANAN OBSTRUKSI
JALAN NAFAS PADA CARDIAC ARREST
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Disritmia Ventrikel Fibrilasi
Komentar Terbaru
Arsip
April 2016
Kategori
Tanpa kategori