Anda di halaman 1dari 5

PERLINDUNGAN HUKUM DAN PEMBUKTIAN ATAS

PELANGGARAN MEREK TERDAFTAR

Oleh:
Made Passek Reza Swandira
Ni Ketut Supasti Dharmawan
Anak Agung Sri Indrawati
Program Kekhususan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

Abstrak:
Sengketa merek merupakan hal yang sangat sering terjadi didalam lingkup
peradilan niaga. Indonesia telah memiliki pengaturan mengenai merek dan juga hukum
acara perdata umum. Namun peraturan-peraturan ini belum mengatur secara jelas
mengenai perlindungan terhadap pemilik merek terdaftar yang haknya dipermasalahkan,
dan tidak diaturnya prosedur pembuktian didalam sengketa merek sehingga
menyebabkan kekosongan norma hukum pada kedua peraturan tersebut. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Pendekatan dalam
penelitian ini digunakan dengan pendekatan kasus.
Kata kunci: Merek, Sengketa, Pembuktian

Abstract:
Trademark dispute is frequent in scope of commercial law. Laws regarding
trademark and procedural civil law had been ruled in Indonesia. However, these
regulations doesnt have definite legislates on owner rights protection of the registered
trademark disputed, and the lack of proofing procedure in trademark disputes, therefore
both of these rules contains void legal norm. The type of research used in this paper are
normative legal research and using a case approach.
Keywords: Trademark, Dispute, Legal Proofing

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia, perlindungan hukum terhadap Hak Kekayaan Intelektual
merupakan perkembangan yang baru, namun di negara-negara maju telah berabad-abad
lamanya dikenal dan diketahui memiliki manfaat ekonomi yang besar bagi pendapatan
negara.1 Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 2001 tentang Merek (selanjutnya disebut dengan Undang-undang Merek), merek

1
Eddy Damian, 2004, Hukum Hak Cipta, Alumni, Bandung, h.2

1
merupakan tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Fungsi dari merek adalah
sebagai suatu tanda pembeda antara barang atau jasa milik satu pihak atau perusahaan,
dengan barang atau jasa milik pihak atau perusahaan lain. Selain itu merek juga berfungsi
sebagai penjamin kualitas apabila merek dilekatkan pada produk asli yang diproduksi
oleh pihak yang berhak.2

Seiring dengan dimulainya pembangunan ekonomi Indonesia kasus-kasus Merek


mulai mengalami peningkatan, dan perkara atau sengketa merek yang terjadi di Indonesia
hingga saat ini lebih didominasi oleh perkara gugatan ganti rugi dan pembatalan Merek
yang berkaitan dengan pelanggaran hak atas Merek terkenal. Pelanggaran terhadap
penggunaan merek secara melawan hukum yang marak di Indonesia tidak dapat
dipisahkan dari mental dari para pengusaha yang tanpa usaha yang cukup untuk
mengembangkan merek yang mereka buat sendiri, yang dinilai akan memakan waktu
yang cukup lama.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui
perlindungan hukum kepada pemilik merek terdaftar dan pembuktian didalam suatu
sengketa merek terdaftar.

II. ISI MAKALAH


2.1. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dengan pertimbangan
bahwa titik tolak penelitian adalah analisis terhadap peraturan perundang-undangan.
Jenis Pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan Perundang-Undangan (Statute
Approach) yaitu dengan mengkaji peristiwa hukum yang terjadi dalam bidang merek dan
membandingkan penerapan hukumnya dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, terutama yang berkaitan dengan merek. Selain itu juga digunakan pendekatan
kasus (Case Approach) yang bertujuan untuk mempelajari penerapan norma-norma atau

2
Henry Soelistyo, 2014, Hak Kekayaan Intelektual. Konsepsi, Opini, dan Aktualisasi, Jakarta,
Penaku, h.52

2
kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum3, dengan cara mengkaji kasus-kasus
yang berkaitan dengan merek yang telah menjadi putusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum yang tetap.

2.2. Hasil dan Pembahasan


2.2.1. Perlindungan Hukum Pemilik Merek Terdaftar Terhadap Penggunaan
Merek yang Mempunyai Persamaan dengan Merek Lain
Secara umum, perlindungan terhadap pemilik merek terdaftar diatur dalam Pasal
28 Undang-undang Merek yang menyatakan bahwa: Merek terdaftar mendapat
perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak Tanggal Penerimaan
dan jangka waktu perlindungan itu dapat diperpanjang. Lebih lanjut, jangka waktu
tersebut dapat diperpanjang untuk masa yang tidak ditentukan selama 10 (sepuluh) tahun
sebagaimana diatur dalam Pasal 35 ayat (1) dengan pembayaran biaya. Permohonan
perpanjangan tersebut harus diajukan secara tertulis dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan sebelum berakhirnya jangka waktu perlindungan bagi merek terdaftar tersebut.
Merek akan diperpanjang masa berlakunya hanya jika pemilik masih memakai merek
tersebut dalam perdagangan barang dan/atau jasa (Pasal 36 huruf a dan b).
Sementara perlindungan hukum bagi pemilik merek terdaftar secara preventif
dapat dilihat dalam Pasal 6 Undang-undang Merek yang menyatakan bahwa permohonan
harus ditolak oleh direktorat jenderal merek apabila merek tersebut:
a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek
milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa
yang sejenis;
b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek
yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau sejenisnya;
c. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi
geografis yang sudah dikenal.
Perlindungan hukum bagi pemilik merek terdaftar secara represif dapat dilihat
dalam Pasal 76 sampai dengan Pasal 84 mengenai penyelesaian sengketa, dan Pasal 90
sampai dengan Pasal 95 mengenai ketentuan pidana bagi pelaku pelanggaran merek.

3
Johnny Ibrahim, 2012, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Banyumedia,
Malang, h. 321

3
Meskipun perlindungan hukum telah diberikan sedemikian rupa kepada pemilik
merek terdaftar, namun hal ini dirasa belum kuat karena dalam prakteknya masih saja
dijumpai sengketa-sengketa merek terdaftar yang dapat dijumpai di pengadilan-
pengadilan niaga di Indonesia.

2.2.2. Pembuktian Kepemilikan Suatu Merek dalam Kasus Pelanggaran Merek


Dalam ketentuan Undang- Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek tidak diatur
secara konkrit mengenai proses pembuktian perkara Merek, namun hanya dijelaskan
tentang tata cara gugatan pembatalan pendaftaran merek sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 80 Undang- Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek, tetapi tidak diatur
mengenai tata cara pembuktian dalam proses peradilan perkara sengketa merek. Dalam
peraturan perundang-undangan Indonesia juga belum diatur mengenai Pengadilan Niaga.
Hal ini dapat ditemukan dalam Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi
Pengadilan, yang menyatakan bahwa tata cara pemeriksaan persidangan perkara HKI
adalah sesuai dengan tata cara pemeriksaan perkara perdata biasa. Proses peradilan
perdata sendiri masih mengacu kepada HIR (Reglemen Indonesia yang diperbaharui)
peninggalan kolonial sebagai dasar hukum beracaranya. Oleh sebab itu, maka pembuktian
dalam perkara sengketa merek sama dengan pembuktian acara perdata biasa. Namun di
beberapa kasus juga digunakan alat bukti berupa tautan ke situs web pemilik merek
maupun foto-foto dan iklan-iklan untuk membuktikan eksistensi merek tersebut di
masyarakat.

III. KESIMPULAN
1. Perlindungan hukum kepada pemilik merek terdaftar dinilai belum kuat. Dalam
Undang-Undang Merek telah diatur secara preventif diberikan dalam Pasal 6 yang
menyatakan bahwa permohonan pendaftaran merek harus ditolak oleh Direktorat
Jenderal Merek apabla memiliki persamaan pada pokoknya maupun secara
keseluruhannya dengan merek terdaftar lain untuk barang dan/atau jasa yang sejenis,
merek terkenal untuk barang dan/atau sejenisnya maupun dengan indikasi geografis
yang sudah dikenal. Perlindungan hukum bagi pemilik merek terdaftar secara
represif dapat dilihat dalam Pasal 76 sampai dengan Pasal 84 mengenai penyelesaian
sengketa, dan Pasal 90 sampai dengan Pasal 95 mengenai ketentuan pidana bagi
pelaku pelanggaran merek. Namun aturan-aturan tersebut diatas masih belum

4
memberikan perlindungan yang memadai karena pada prakteknya masih banyak
terjadi sengketa merek yang melibatkan merek terdaftar.
2. Pembuktian dalam sengketa merek menggunakan prosedur yang sama dengan
hukum acara perdata pada umumnya, namun tidak ada peraturan yang secara
eksplisit menentukan hal tersebut. Maka dari itu hakim niaga dalam memeriksa
perkara HKI pada khususnya mengacu kepada Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas
dan Administrasi Pengadilan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung yang
mengatur bahwa hukum acara yang digunakan dalam perkara HKI pada umumnya
menggunakan hukum acara perdata yang diatur dengan HIR. Pada prakteknya di
persidangan, dapat digunakan alat bukti lain untuk menguatkan dalil-dalil salah satu
pihak, seperti lampiran iklan maupun hal lain yang membuktikan bahwa suatu merek
terdaftar sudah eksis terlebih dahulu dan memiliki hak atas merek tersebut.

DAFTAR BACAAN

Buku-buku
Damian, Eddy, 2004, Hukum Hak Cipta, Alumni, Bandung
Ibrahim, Johnny, 2012, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif,
Banyumedia, Malang
Henry Soelistyo, 2014, Hak Kekayaan Intelektual. Konsepsi, Opini, dan Aktualisasi,
Jakarta, Penaku
Mahkamah Agung Republik Indonesia, 2007, Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas
dan Administrasi Pengadilan, Jakarta
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 110, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4132)

Anda mungkin juga menyukai