Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

PERTIMBANGAN DASAR RENCANA PENAMBANGAN

4.1. PERTIMBANGAN EKONOMIS

4.1.1. Cut off Grade

Ada 2 pengertian tentang cut off grade, yaitu :


a. Kadar endapan bahan galian terendah yang masih
memberikan keuntungan apabila ditambang.
b. Kadar rata-rata terendah dari endapan bahan galian yang
masih memberikan keuntungan apabila endapan tersebut ditambang.
Cut off grade inilah yang akan menentukan batas-batas atau besarnya
cadangan, serta menentukan perlu tidaknya dilakukan mixing/blending.

4.1.2. Break Even Stripping Ratio (BESR)

Untuk menganalisis kemungkinan sistem penambangan yang akan


digunakan, apakah tambang terbuka ataukah tambang bawah tanah,
maka dipelajari Break Even Stripping Ratio (BESR), yaitu perbandingan
antara biaya penggalian endapan bijih (ore) dengan biaya pengupasan
tanah penutup (overburden) atau merupakan perbandingan biaya
penambangan bawah tanah dengan penambangan terbuka. BESR ini juga
disebut over all stripping ratio.
Underground mining cost/ton ore - Open pit mining cost/ton ore
BESR = Open pit stripping cost/ton waste

Misalnya biaya penambangan secara tambang bawah tanah = 2,00/ton


ore, biaya penambangan secara tambang terbuka = 0,30/ton ore dan
ongkos pengupasan tanah penutup = 0,35/ton waste. Maka untuk memilih
salah satu sistem penambangan digunakan rumus BESR (1).

IV - 1
$2,00 - $ 0,30
BESR(1) = $ 0,35

Ini berarti bahwa hanya bagian endapan yang mempunyai BESR yang
lebih rendah dari 4,86 yang dapat ditambang secara tambang terbuka
dengan menguntungkan. Jadi 4,86 adalah BESR(1) tertinggi yang masih
dibolehkan untuk operasi tambang terbuka dengan kondisi tersebut di
atas. Setelah ditentukan bahwa akan digunakan sistem tambang terbuka,
maka dalam rangka pengembangan rencana penambangan digunakan
BESR (2) dengan rumus sebagai berikut.

Recoverable value/ton ore - Production cost/ton ore


BESR(2) = Stripping cost/ton waste

BESR(2) ini juga disebut economic stripping ratio yang artinya berapa besar
keuntungan yang dapat diperoleh bila endapan bijih itu ditambang secara
tambang terbuka. Contoh perhitungan BESR (2) untuk bijih tembaga kadar
0,80%, 0,75% dan 0,60%Cu adalah sebagai berikut.
Dari hasil perhitungan seperti terlihat pada Tabel 4.1 bila harga logam
Cu = $0,35/lb, ternyata untuk bijih Cu (ore) dengan kadar 0,80%
mempunyai BESR 1,5 : 1 dan kadar 0,60% Cu mempunyai BESR 0,6 :1.
dengan demikian selanjutnya untuk harga metal $0,30/lb dan $0,35/lb Cu
juga dihitung BESR-nya. Setelah masing-masing BESR dihitung untuk
setiap kadar Cu dan untuk berbagai harga logam Cu, kemudian dapat
dibuat grafik BESR vs kadar Cu (lihat Gambar 4.1).

Dari grafik BESR (lihat Gambar 4.1) terlihat bahwa tinggi rendahnya BESR
sangat dipengaruhi oleh :
- kadar logam dari bijih yang akan ditambang
- harga logam di pasaran

Jadi pada dasarnya, jika terjadi kenaikan harga logam di pasaran, dapat
mengakibatkan perluasan tambang karena cadangan bertambah,
sebaliknya jika harga logam turun maka jumlah cadangan akan berkurang.
Tabel 4.1

IV - 2
Contoh Perhitungan Break Even Stripping Ratio (BESR)

Kadar bijih, % Cu 0,80 0,70 0,60


Smelter recovery, % 81,80 83,02 85,80
Recovery Cu/ton ore, lb 14,10 12,20 10,30

ONGKOS PRODUKSI TIAP TON BIJIH


Penambangan $ 0,45 $ 0,45 $ 0,45
Miling, Dpr. & Gen. Cost $ 1,25 $ 1,25 $ 1,25
Treatment etc. $ 0,85 $ 0,76 $ 0,65
Ongkos produksi total $ 2,55 $ 2,46 $ 2,35

ONGKOS PENGUPASAN
Ongkos pengupasan /ton waste $ 0,40 $ 0,40 $ 0,40

RECOVERY VALUE
Harga jual per ton bijih
1. Untuk $ 0,25/lb Cu $ 3,53 $ 3,05 $ 2,58
BESR 2,5 : 1 1,5 : 1 0,6 : 1
2. Untuk $ 0,30/lb Cu $ 4,23 $ 4,23 $ 3,09
BESR 4,2 : 1 3,0 : 1 1,8 : 1
3. Untuk $ 0,35/lb Cu $ 4,94 $ 4,27 $ 3,61
BESR 6,0 : 1 4,5 : 1 3,2 : 1

6:1
GRAFIK BESR

5:1

4:1
BESR

3:1

2:1

1:1

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8


Kadar Bijih, % Cu

$ 0,25/lb Cu $ 0,30/lb Cu $ 0,35/lb C u

Gambar 4.1. Contoh Grafik BESR

IV - 3
4.2. PERTIMBANGAN TEKNIS

4.2.1. Ultimate pit slope

Ultimate pit slope adalah batas akhir atau paling luar dari suatu tambang
terbuka yang masih diperbolehkan, dan pada kemiringan ini jenjang masih
tetap mantap (stabil).

Jadi dalam menentukan kemiringan lereng suatu tambang harus ditinjau


dari dua segi, yaitu :
dari segi ekonomis masih menguntungkan
dari segi teknis keamanannya bisa dijamin.

Dengan demikian, maka faktor-faktor yang mempengaruhi kemiringan


lereng (ultimate pit slope) suatu tambang adalah :
BESR yang masih diperbolehkan
Struktur geologi yang meliputi joint, bidang-bidang geser, patahan, dll.
Ada air, yaitu kandungan air tanah di dalam lapisan-lapisan batuan.
Unsur waktu.

Hubungan antara ultimate pit slope dengan BESR dapat berubah-ubah


tergantung dari harga metal di pasaran (lihat Gambar 4.2).

4.2.2. Sistem penirisan

Secara garis besar sistem penirisan tambang ( drainage system) dapat


dibagi menjadi 2 (dua) golongan yaitu :
- sistem penirisan langsung (konvensional)
- sistem penirisan tidak langsung (inkonvensional)

1) Sistem Penirisan Langsung

Adalah sistem penirisan dengan cara mengeluarkan (memompa) air yang


sudah masuk ke dalam tambang.

IV - 4
Common Surface Intercept

WASTE

45 0 at 3 : 1
allowable ratio

50 0 at 3 : 1
allowable ratio
ORE

Gambar 4.2. Hubungan Antara Ultimate Pit Limit Dengan BESR

Sistem penirisan langsung dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :

a) Penirisan dengan tunnel atau adit


Cara penirisan ini hanya bisa diterapkan untuk tambang yang terletak
di daerah pegunungan atau berbentuk bukit.
Air yang masuk ke dalam tambang dikeluarkan dengan cara
mengalirkan air dari dasar tambang ke luar tambang melalui
terowongan (tunnel/adit).

b) Penirisan dengan open sump


Cara penirisan inilah yang pada umumnya banyak digunakan di
tambang-tambang terbuka.
Air yang masuk ke dalam tambang dikumpulkan ke suatu sumuran
(sump) yang biasanya dibuat di dasar tambang dan dari sumuran
tersebut kemudian air dipompa keluar tambang.

2) Sistem penirisan tak langsung

Adalah sistem penirisan dengan cara mencegah masuknya air ke dalam


tambang (preventive drainage system) artinya dengan cara membuat

IV - 5
beberapa lubang bor dibagian luar daerah penambangan atau di jenjang
kemudian dari lubang-lubang bor tersebut air dipompa ke luar tambang.

Ada beberapa macam cara penirisan tak langsung, yaitu :


siemens methods
small pipe with vacuum pump
deep well pump method
electro osmosis methods

4.2.3. Ukuran Jenjang (bench dimension)

Cara-cara pembongkaran akan mempengaruhi ukuran jenjang. Ada


beberapa pendapat tentang ukuran jenjang itu, antara lain :

1) Menurut Head Quarter of US Army (pits and quarry tehnical


bulletin) No : (5-352)

W minimum = Y + Wt + Ls + G + Wb
keterangan :
W minimum : lebar jenjang minimum, m
Y : lebar yang disediakan untuk pengeboran, m
Wt : lebar yang disediakan untuk alat-alat, m
Ls : panjang power shovel tanpa panjang boom, m
G : floor cutting radius dari power shovel, m
Wb : lebar untuk broken material, m

2) Menurut Lewis (elements mining)

Tinggi jenjang adalah sebagai berikut.

a. Untuk cara hydraulicking yang baik adalah 200 ft dan maksimum


600 ft.

b. Untuk dredging kedalaman ideal antara 50 ft-80 ft, tetapi ada


yang sampai 130 m.

IV - 6
c. Untuk open cut antara 12 ft75 ft; yang baik adalah 30 ft.
Sedangkan untuk tambang bijih dapat sampai 225 ft. Lebar
jenjang disesuaikan dengan loading track, daerah operasi power
shovel serta untuk peledakan, lebarnya antara 20 ft76 ft,
umumnya 50 ft dan yang ideal 30 ft.

3) Menurut L. Sheyyakov (mining of mineral deposits)

Lebar jenjang tergantung pada metoda penggalian dan kekerasan


mateial yang ditambang.

a. Untuk material lunak


B = (1,00 sampai 1,50) Ro + L + L1 + L2
keterangan :
B = lebar jenjang, m
Ro = digging radius dari alat muat, m
L = jarak antara sisi jenjang (bench) dengan rel, 3-4 m
L1 = lebar lori, 1,753,00 m
L2 = jarak untuk menjaga agar tidak longsor, m

b. Untuk material keras


B = N + L + L1 + L2
keterangan :
B = lebar jenjang, m
N = lebar yang dibutuhkan untuk broken material, m

Disini tidak disediakan lebar untuk alat-muat/gali karena dianggap alat


muat bekerja disamping broken material.

4) Menurut Melinkov dan Chevnokoy (safety in open cast mining)

a. Untuk lapisan yang lunak (soft strata)


B = 2R + C + C1 + L
keterangan :
B = lebar jenjang, m

IV - 7
R = digging radius dari alat muat, m
C = jarak sisi jenjang broken material ke garis tengah rel, m
L= lebar yang disediakan untuk pengaman ( safety), biasanya
selebar dump truck, m

b. Untuk lapisan yang keras (hard strata)


B = a + C + C1 + L + A
keterangan :
B = lebar jenjang, m
a = lebar untuk broken material, m
A = lebar pemotongan pertama (awal), m

5) Menurut Popov (the working of mineral deposit)

a. Tinggi jenjang dan kemiringannya


(i) Kemiringan jenjang tergantung dari
kandungan air pada material. Material yang relatif kering
biasanya memungkinkan kemiringan jenjang yang lebih besar.
(ii) Umumnya tinggi jenjang berkisar antara
1215 m, dengan kemiringan :

untuk batuan beku : 70o - 80o

untuk batuan sedimen : 50o - 60o

untuk pasir kering : 40o - 50o

untuk batuan yang argilaceous : 35o - 45o

b. Lebar jenjang
Lebar jenjang antara 4060 m, biasanya juga dibuat antara
80100 m. Jika memakai multi row bore hole. Lebar minimum
untuk batuan keras :
Vr = A + C + C1 + L + B
keterangan :
Vr = lebar jenjang minimum, m
A = lebar broken material, m

IV - 8
C = jarak sisi timbunan ke sisi tengah rel, m
C1 = 0,50 lebar lori = 23 m
B = lebar endapan yang diledakkan = 612 m
L = lebar yang disediakan untuk menjamin extraction
dari endapan pada jenjang di bawahnya.

6) Menurut Young (elements of mining)

a. Tinggi jenjang
Untuk tambang bijih besi antara 20 40 ft
Untuk tambang bijih tembaga 30 70 ft
Untuk limestone dapat sampai 200 ft
b. Lebar jenjang
Antara 50250 ft
c. Kemiringan jenjang
Antara 45o65o

7) Menururt E. P. Pfleider (surface mining)

Tinggi jenjang : L = Lm x Sf
keterangan :
L = tinggi jenjang, m
Lm = maximum cutting height dan alat muat
Sf = swell factor
= 1/3 untuk cara corner cut dan = 0,50 untuk cara box cut

8) Menurut Hustrulid (open pit mine planning and design)

Pada tambang terbuka, masing-masing jenjang memiliki permukaan


bagian atas dan bagian bawah yang dipisahkan oleh jarak H yang
disebut dengan tinggi jenjang. Kemudian permukaan sub-vertikal
yang tersingkap dan disebut dengan muka jenjang. Semuanya itu
digambarkan dengan kaki lereng ( toe), puncak (crest) dan sudut muka
jenjang (face angle). Sudut muka jenjang ini dapat bervariasi
tergantung dari karakteristik batuan, orientasi jenjang dan peledakan.

IV - 9
Pada batuan keras sudut ini bervariasi antara 55 0800. Bagian-bagian
jenjang tersebut dapat digambarkan pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Bagian-Bagian Jenjang Menurut Hustrulid

Permukaan jenjang yang tersingkap paling bawah disebut jenjang dasar


(bench floor). Lebar jenjang ini adalah jarak antara crest dan toe yang
diukur sepanjang permukaan jenjang bagian atas. Lebar bank adalah
proyeksi horisontal dari muka jenjang. Terdapat beberapa tipe jenjang.

Jenjang kerja adalah suatu jenjang dimana dilakukan proses penambangan.


lebar yang digali dari jenjang kerja ini disebut cut. Lebar jenjang kerja
(WB) didefinisikan sebagai jarak dari crest pada jenjang dasar keposisi toe
yang baru setelah cut digali (lihat Gambar 4.4).

Setelah cut dipindahkan maka akan terlihat sisanya adalah sebagai jenjang
pengaman atau jenjang penangkap (catch bench) dengan lebar SB. Tujuan
pembuatan jenjang penangkap ini adalah :
a. Untuk mengumpulkan material yang meluncur dari jenjang yang ada
di atasnya

IV - 10
b. Untuk memberhentikan pergerakan boulder yang bergerak ke bawah

Kedua fungsi tersebut dapat digambarkan pada Gambar 4.5.

Gambar 4.4. Penampang Jenjang Kerja

Gambar 4.5. Fungsi Jenjang Penangkap

Secara umum lebar dari jenjang penangkap adalah 2/3 dari tinggi jenjang
sedangkan pada akhir umur tambang lebar jenjang penangkap kadang-
kadang dikurangi sampai kira-kira 1/3 dari tinggi jenjang. Kadang-kadang

IV - 11
jenjang ganda (double benches) ditinggalkan sepanjang final pit seperti
pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Jenjang Ganda Pada Final Pit Limit

Sebagai tambahan pada jenjang penangkap, tumpukan material


bongkahan (berm) biasanya sering terdapat di sepanjang crest. Dengan
terdapatnya tumpukan tersebut maka akan terbentuk suatu saluran antara
tumpukan dan kaki lereng ( toe) untuk menangkap batuan yang jatuh
(falling rock). Menurut Call (1986) bahwa geometri jenjang penangkap
direkomendasikan untuk didesain seperti pada Gambar 4.7 dan Tabel 4.2.

IV - 12
Gambar 4.7. Geometri Jenjang Penangkap (Call, 1986)
Tabel 4.2. Dimensi Jenjang Penangkap (Call, 1986)

Bench height Impact Berm height Berm width Minimum berm


(m) zone (m) (m) (m) width (m)
15 3.5 1.5 4 7.5
30 4.5 2 5.5 10
45 5 3 8 13

Berikut ini adalah suatu lereng yang terdiri dari 5 jenjang (Gambar 4.8)
dimana sudut lerengnya dibuat dari garis yang menghubungkan kaki
lereng yang paling rendah sampai ke puncak lereng yang paling tinggi
sehingga kemiringan lereng keseluruhannya ( overall pit slope) dapat
dihitung sebagai berikut.
5 x 50
(overall) = tan-1 5 x 50 = 50.4O
4 x 35
tan 75

IV - 13
Gambar 4.8. Sudut Lereng Keseluruhan
Jika pada Gambar 4.9 terlihat bahwa pada jenjang ketiga terdapat jalan
masuk yang berbelok (acces ramp) dengan lebar 100 ft maka kemiringan
lerengnya menjadi :
5 x 50
(overall) = tan -1
5 x 50 = 39.2O
4 x 35 100
tan 75

Apabila pada lereng tersebut terdapat jenjang kerja dengan lebar 125 ft
pada jenjang 2 seperti pada Gambar 4.10 maka sudut lereng keseluruhan
menjadi :
5 x 50
(overall) = tan -1
5 x 50 = 36.98O
4 x 35 125
tan 75

Gambar 4.9. Sudut Lereng Keseluruhan Dengan Adanya Ramp

IV - 14
Jika ramp tersebut dibagi menjadi 2 bagian seperti pada Gambar 4.10
yang masing-masing ramp tersebut dapat digambarkan dengan sudut
lereng. Sudut ini disebut sudut antar ramp (interramp angle). Dalam hal ini
berlaku :
125
IR1 = IR2 = tan -1
2 x 50 25 = 50.4O
2 x 35
tan 75 tan 75

Gambar 4.10. Sudut Lereng Antar Ramp (Interramp)

IV - 15
Gambar 4.11. Sudut Lereng Keseluruhan Dengan Adanya
Jenjang Kerja

IV - 16

Anda mungkin juga menyukai