Apa saja perubahan fisiologis dan anatomi yang terjadi pada fase
nifas? Bedanya multipara dan nulipara
Berdasarkan periode:
(1) Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah
bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
(2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
(3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan.
Mochtar Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Cetakan I, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Normalnya :
Bayi lahir fundus setinggi pusat
2 jam post partum : TFU 2 jari dibawah pusat, Uterus
keras
6 jam post partum: TFU 2 jari dibawah pusat, Kontraksi
uterus baik
2 hari post partum: TFU pertengahan sympisis
6 hari post partum: TFU pertengahan sympisis
Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba
pertengahan pusat simpisis
Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba
diatas simpisis
6 minggu post partum: TFU tidak teraba
diketahui sebagai involusi. Pada akhir kala 3 dari persalinan uterus berada
menetap pada sacral promontorium pada waktu ini, ukuran uterus kurang
kira-kira 14 cm, lebar 12 cm, dan tebal 10 cm serta berat kira-kira 1000
gr.
kira 1 s/d 2 cm setiap 24 jam. Tiga hari post partum tinggi fundus uteri 3
jari dibawah umbilicus. Uterus harus tidak teraba pada abdominal setelah
9 hari post partum dengan berat 500 gr. Pada minggu ke 6 tidak teraba
volume intra uterus. Selama 1 s/d 2 jam pertama post partum, aktifitas
kontraksi dengan kuat adalah lebih umum ada pada kehamilan dan mungkin
endrometrium untuk mencegah terjadinya scar. Proses yang unik ini adalah
tetapi ostium ekternum akan kembali dan akan terbentuk seperti mulut
ikan.
f. Vagina dan perineum.
Awalnya introitus vagina eritema dan edema pada area episiotomy atau
perbaikan area yang sobek. Melakukan perawatan dengan hati-hati pada
mula mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status
yang
telag dikeluarkan oleh ibu selama proses persalinan.
a. Haus dan ingin minum banyak, akibat banyaknya cairan yang keluar
selama
proses persalinan, baik berupa darah, keringat, maupun kemih dan
pernafasan.
b. Buang air besar sering kurang lancer karena tonus otot yang
3. Sistem Kardiovaskuler
a. Tanda tanda vital.
1) Suhu dalam 24 jam pertama mungkin akan meningkat menjadi 380C
panggul dan perdarahan. Tetapi bila ada peningkatan dan keluhan pusing,
perlu diperhatikan.
3) Bradikardi, dengan frekuensi 50 70 kali/menit adalah normal untuk 6
10 jam pertama, hal ini mungkin disebabkan Karen penuruna aliran darah
dari jantung.
4) Takhikardi jarang terjadi, hal ini akan timbul karena perdarahan
air susu. Bila ibu tidak menyusui maka akan lebih cepat menstruasi kurang
lebih 12 minggu post partum dan hormone estrogen akan meningkat dan
keadaan
semula.
b. Leukositosis normal pada kehamilan rata-rata sekitar 12.000/mm3.
Selama10
sampai 12 hari pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 20.000 dan
25.000/mm3. ( Bobak, 2001)
c. Kehilangan darah yang normal (250-500 cc) pada persalinan normal.
tetapi
harus kembali normal dalam 2-6 minggu post partum
6. Sistem Neurologi.
Perubahan pada system neurologi selama masa nifas sebagai akibat dari
adaptasi menjadi seorang ibu setelah hamil dan adanya trauma setelah
akan hilang setelah melahirkan. Namunm pada beberapa wanita ada yang
air
susu yang berfungsi untuk mencegah menempelnya bakteri permukaan
b2.pdf)
Demam
Faktor predisposisi terjadinya infeksi pada post partum :
Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti
perdarahan yang banyak, pre eklampsia; juga infeksi lain seperti pneumonia,
penyakit jantung, dsb.
Partus lama, terutama partus dengan ketuuban pecah lama.
Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah.
(Ilmu Kebidanan)
Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang
ditularkan dari penderita lain , alat alat yang tidak steril , tangan penolong ,
dan sebagainya.
Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit
Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum , menyebabkan infeksi
terbatas
Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada
abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
6. Tindakan awal apa yang dilakukan dokter untuk menghentikan
perdarahan?
fisiologis dengan
tetesan cepat
IM: 10 U
Dosis lanjutan IV: 20 U dalam 1 Ulangi 0,2 mg IM setelah 400 mg 2-4 jam setelah
15 menit dosis awal
L larutan garam
Bila masih diperlukan,
fisiologis dengan beri IM/IV setiap 2-4 jam
40 tetes/menit
Dosis maksimal per Tidak lebih dari 3 L Total 1 mg (5 dosis) Total 1200 mg atau 3
hari larutan fisiologis dosis
Kontraindikasi atau Pemberian IV secara Preeklampsia, vitium Nyeri kontraksi
hati-hati cepat atau bolus kordis, hipertensi
Asma
2. Diagnosis
Gejala dan tanda yang Gejala dan tanda yang Diagnosis kemungkinan
selalu ada kadang-kadang ada
Uterus tidak Syok Atonia uteri
berkontraksi dan
lembek
Perdarahan segera
setelah anak lahir
(Perdarahan
Pascapersalinan
Primer (P3))
Perdarahan segera Pucat Robekan jalan lahir
Darah segar yang Lemah
Menggigil
mengalir segera
setelah bayi lahir
Uterus kontraksi baik
Pasenta lengkap
Plasenta belum lahir Tali pusat putus akibat Retensio plasenta
setelah 30 menit traksi berlebihan
Perdarahan segera Inversio uteri akibat
Uterus kontraksi baik
tarikan
Perdarahan lanjutan
Plasenta atau Uterus berkontraksi Tertinggalnya sebagian
sebagian selaput tetapi tinggi fundus plasenta
(mengandung uteri tidak berkurang
pembuluh darah)
tidak lengkap
Perdarahan segera
Uterus tidak teraba Syok neurogenik Inversio uteri
Lumen vagina terisi Pucat dan limbung
massa
Tampak tali pusat
(jika plasenta belum
lahir)
Perdarahan segera
Nyeri sedikit atau
berat
Sub involusi uterus Anemia Perdarahan terlambat
Nyeri tekan perut Demam Endometritis atau sisa
bawah plasenta (terinfeksi atau
Perdarahan > 24 jam
tidak)
setelah persalinan.
Perdarahan sekunder
atau P2S. perdarahan
bervariasi (ringan
atau berat, terus-
menerus atau tidak
teratur ) dan berbau
(jika disertai infeksi)
8. DD
3. Definisi
4. Etiologi
a. Atonia uteri
i. Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri adalah:
1. Umur: umur yang terlalu muda atau tua
2. Paritas: sering dijumpai pada multipara dan
grandemultipara
3. Partus lama dan partus terlantar
4. Obstetri operatif dan narkosa
5. Uterus terlalu regang dan besar, misalnya pada gemeli,
hidramnion, atau janin besar
6. Kelainan padauterus, seperti miornauteri, uterus couvelair
pada solusio plasenta
7. Faktor sosio ekonorni, yaitu malnutrisi
b. Sisa plasenta dan selaput ketuban
c. Jalan lahir; robekan perineum, vagina seviks, forniks, dan rahim.
d. Penyakit darah
e. Kelainan pembekuan darah misalnya a atau hipofibrinogenemia yang
sering dijumpai pada:
i. Perdarahan yang banyak
ii. Solusio plasenta
iii. Kematian janin yang lama dalam kandungan
iv. Pre-eklamsi dan eklamsi
v. Infeksi, hepatitis, dan septik syok.
2. Klasifikasi
Klasifikasi Klinis
Perdarahan pascapersalinan di bagi menjadi perdarahan pascapersalinan
primer dan sekunder.
1. Perdarahan pascapersalinan primer (Early Postpartum Haemorrhage, atau
perdarahan pascapersalinan segera).
Perdarahan pascapersalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab
utama Perdarahan pascapersalinan primer adalah atonia uteri, retensio
plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam
pertama.
2. Perdarahan pascapersalinan sekunder (Late Postpartum Haemorrhage, atau
perdarahan masa nifas, atau perdarahan pascapersalinan lambat, atau PPP
kasep)
Perdarahan pascapersalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama.
Penyebab utama Perdarahan pascapersalinan sekunder adalah robekan jalan
lahir dan sisa plasenta atau membran.
3. FAKTOR PREDISPOSISI
6. Diagnosis
Gejala dan tanda yang Gejala dan tanda yang Diagnosis kemungkinan
selalu ada kadang-kadang ada
dan/vaginum) cepat
Nyeri perut berat
(kurangi dengan
ruptur)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang
b. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan
peningkatan jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak hamil:12-
16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat
hamil:32%-42%. Total SDP saat tidak hamil 4.500-10.000/mm3.
saat hamil 5.000-15.000)
c. Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum
d. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih
e. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk
fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen :
masa tromboplastin partial diaktivasi, masa tromboplastin partial
(APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID
f. Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan
(Williams, 1998)
8. PENATALAKSANAAN
o Tahap III : Bila semua upaya di atas tidak menolong juga, maka
usaha terakhir adalah menghilangkan sumber perdarahan, dapat
ditempuh 2 cara, yaitu dengan meligasi a.hipogastrika/histerektomi.
9. KOMPLIKASI
a. Sindrom sheehan-Perdarahan banyak kadang-kadang diikuti dengan
sndrom Sheehan, yaitu: kegagalan laktasi, amenore, atrofi payudara,
rontok rambut pubis dan aksila, superinvolusi uterus, hipotiroidi,
dan insufisiensi korteks adrenal
b. Diabetes insipidus
c. Syok
( Hanifa Wiknjosastro 2002 )
PREDISPOSISI
FREKUENSI
Secara umum frekuensi infeksi puerperalis adalah sekitar 1-3%. Secara proporsional
angka infeksi menurut jenis infeksi adalah :
KLASIFIKASI
INFEKSI POSTPARTUM
Definisi
Semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam
alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas. ( Ilmu Kebidanan )
Etiologi
Yang paling terbanyak dan lebih dari 50% : streptococcus anaerob yang sebenarnya
tidak pathogen sebagai penghuni normal jalan lahir
Kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain :
5. Streptococcus haemoliticus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari
penderita lain, alat2 yang tidak suci hama, tangan penolong, dan sebagainya.
6. Staphylococcus aureus
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit.
7. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum, menyebabkan infeksi terbatas.
8. Clostridium welchii
Kuman anaerobic yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit. ( Ilmu
Kebidanan )
Klasifikasi
a. Infeksi terbatas lokalisasinya pada perineum, vulva, serviks dan endometrium
INFEKSI YANG TERLOKALISIR DI JALAN LAHIR
Biasanya terdapat pada tempat-tempat perlukaan jalan lahir karena tindakan persalinan
dan pada bekas insersi plasenta
e. Vulvitis : luka bekas episiotomy atau robekan perineum yang kena infeksi.
f. Vaginitis : luka karena tindakan persalinan terinfeksi.
g. Servisitis : infeksi pada serviks agak dalam dapat menjalar ke lig. Latum dan
parametrium.
h. Endometritis : infeksi terjadi pada tempat insersi plasenta dan dalam waktu singkat
dapat mengenai seluruh endometrium. Kalau tidak diobati dapat terjadi penjalaran
keseluruh tubuh (septikemia). Ibu demam, lokia berbau, dan involusi tidak
sempurna (sub-involusi)
b.Infeksi yang menyebar ke tempat lain melalui : pembuluh darah vena, pembuluh limfe,
dan endometrium
Infeksi yang Menyebar ke Tempat Lain
Pembuluh darah Vena
Septikemia dan Piemia
Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman dan atau toksinnya
langsung masuk ke dalam peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi
umum. Piemia dimulai dengan tromboflebitis vena daerah perlukaan yang lalu
lepas menjadi embolus-embolus kecil, dibawa oleh peredaran darah umum dan
terjadilah infeksi dan abses pada organ-organ tubuh yang dihinggapinya (paru-
paru, ginjal, jantung, otak, dan sebagainya).
Disebabkan oleh kuman-kuman sangat patogen dan biasanya Streptococcus
beta haemolytic golongan A. Infeksi ini amat berbahaya dan merupakan 50%
dari sebab kematian karena infeksi nifas.
Gambaran Klinis & Diagnosis
o Baik septikemia maupun piemia adalah penyakit berat. Gejala septikemia
lebih akut dari piemia, ibu kelihatan sakit dan lemah, suhu badan naik 39-
40C, keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140-160 kali permenit
atau lebih, tekanan darah turun bila keadaan umum memburuk, sesak
nafas, kesadaran menurun, gelisah.
o Pada piemia, dimulai dengan rasa sakit pada daerah tromboflebitis tidak
lama postpartum, dan setelah ada penyebaran trombus terjadi gejala umum
seperti di atas. Suhu meningkat, lalu ibu menggigil kemudian suhu turun lagi
seperti pada penyakit malaria.
o Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositosis, pada kultur darah
dijumpai kuman-kuman yang patogen. Lokia berbau, bernanah, dan involusi
uterus buruk, Harus dicari sumber tempat masuk kuman-kuman ke dalam
tubuh (port d' entree).
Prognosis
Septikemia dan piemia adalah infeksi berat dengan angka kematian yang
tinggi, apalagi bila diikuti oleh peritonitis umum, Kadang-kadang walaupun
dengan pemberian antibiotik dan upaya yang cukup kematian ibu tidak
terhindarkan. Karena itu pencegahan sedini mungkin adalah yang terbaik,
jangan sampai terjadi keadaan yang buruk ini.
JALAN LIMFE
Parametritis (Selulitis Pelvika)
Parametritis adalah infeksi jaringan ikat pelvis yang dapat terjadi melalui
beberapa jalan:
- Dari servisitis atau endometritis dan tersebar melalui pembuluh limfe
- Langsung meluas dari servisitis ke dasar ligamentum sampai ke
parametrium,
- Sekunder dari tromboflebitis.
Peritonitis
Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus;
parametritis yang meluas ke peritoneum; salpingo-ooforitis meluas ke
peritoneum; atau langsung sewaktu tindakan perabdominal.
Peritonitis yang terlokalisir hanya dalam rongga pelvis disebut
pelvioperitonitis, bila meluas ke seluruh rongga peritoneum disebut peritonitis
umum, dan ini sangat berbahaya yang menyebabkan kematian 33% dari seluruh
kematian karena infeksi.
Gambaran klinis dan diagnosis
o Pelvioperitonitis: demam, nyeri perut bawah, nyeri pada periksa dalam,
kavum Douglasi menonjol karena adanya abses (kadang-kadang). Bila hal ini
dijumpai maka nanah harus dikeluarkan dengan kolpotomi posterior, supaya
nanah tidak keluar menembus rektum.
o Peritonitis umum adalah berbahaya bila disebabkan oleh kuman yang
patogen. Perut kembung, meteorismus, dan dapat terjadi paralitik ileus.
Suhu badan tinggi, nadi cepat dan kecil, perut nyeri tekan (defanse
musculaire), pucat, muka cekung, kulit din gin, mata cekung yang disebut
muka hipokrates (facies hippocratica).
o Diagnosa dibantu dengan pemeriksaan laboratorium.
PERMUKAAN ENDOMETRIUM
Salfingitis (Salfingo-Ooforitis)
Salfingitis adalah peradangan dari adneksa. Terdiri atas salfingitis akut dan
kronik. Diagnosis dan gejala klinis hampir sama dengan parametritis. Bila infeksi
berlanjut dapat terjadi piosalfing.( Ilmu Kebidanan )
Faktor risiko
a.Partus lama, partus terlantar, dan ketuban pecah lama
a. Tindakan obstetric operatif baik pervaginam maupun perabdominal
b. Tertinggalnya sisa-sisa uri, selaput ketuban, dan bekuan darah dalam rongga rahim
c. Keadaan-keadaan yang menurunkan daya tahan seperti perdarahan, kelelahan,
malnutrisi, pre-eklamsi, eklamsi, dan penyakit ibu lainnya (penyakit jantung,
tuberculosis paru, pneumonia, dan lain2) ( Ilmu Kebidanan )
Patofisiologi
Setelah Kala III,
Daerah bekas insersio Plasenta
( sebuah luka diameter 4 cm,perm.tidak rata, benjol2
krn banyaknya vena yg ditutupi thrombus)
Melewati amnion
Gambaran klinis
Manifestasi klinik
1. infeksi terbatas pada perineum,vulva,vagina,serviks
berupa rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi
kadang perih bila kencing
bila getah radang bisa keluar,biasanya keadaan tidak berat
suhu -+ 38 derajat dan nadi <100/menit
bila luka terinfeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat
keluar,demam bisa naik sampai 39-40 derajat,kadang disertai mengigil
2. endomteritis
kadang lokia tertahan tertahan dalam uterus oleh darah ,sisa plasenta dan
selaput ketuban
keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan
suhu.Uterus agak membesar ,nyeri pada perabaan dan lembek.
3. septikemia
dari permulaan pasien sudah sakit dan lemah
sampai 3 hari pasca persalinan suhu meningkat dengan cepat biasanya
disertai menggigil
suhu sekitar 39-40 derajat,keadaan umum cepat memburuk
nadi cepat 140-160 menit atau >
pasien dpat meninggal dalam 6-7 hari pasca persalinan.
4. piema
tidak lama pasca persalinan ,pasien sudah merasa sakit ,perut nyeri dan suhu
badan agak naik
tetapi gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta mengigil terjadi setelah
kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum
ciri khas pasien dengan piema ialah berluang ulang suhu meningkat dengan
cepat disertai mengigil,kemudian diikuti oleh turunnya suhu.Lambat laun
timbul gejala abses paru,pneumonia dan pleuritis
5. peritonitis
peningkatan suhu menjadi tinggi,nadi cepat dan kecil,perut kembung dan
nyeri,ada defense musculare.
Muka penderita mula-mula kemerahan menjadi pucat
Mata cekung
Kulit muka dingin ;terdapat facies hippocratica
Terdapat didaerah pelvis gejala tidak seberat peritonitis umum.Pasien
demam,perut baweah nyeri,tetapi keadaan umum tetap baik
Bisa terdapat pembentukan abses
6. selulitis pelviks
bila suhu tiggi menetap>1 minggu disertai nyeri dikiri atau kanan dan nyeri
pada pemeriksaan dalam,patut dicurigai adanya selulitis pelvika.
Pada perkembangannya ,gejala akan lebih jelas.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan yeri disebelah
uterus.Ditengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses.Dalam
keadaan ini suhu suhu yang mula-mula tinggi menetap,menjadi naik turun
disertai menggigil
Pasien tampak sakit nadi cepat dan perut nyeri. ( Ilmu Kebidanan )
Pencegahan
4. Masa kehamilan
Mengurangi atau mencegah factor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi,
dan kelemahan, serta mengobati penyakit-penyakit yang disertai ibu. Pemeriksaan
dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus pada
hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat
menyebabkan pecahnya ketuban, kalau terjadi infeksi akan mudah masuk dalam
jalan lahir.
5. Masa persalinan
- Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan
sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
- Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
- Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.
- Perlukkaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun
perabdominal dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
- Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan penderita
harus terjaga kesucian hamaannya.
- Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera
diganti dengan transfuse darah.
6. Masa nifas
- Luka-luka dirawat dengan baik jangan samai kena infeksi, bagitu pula alat-alat dan
pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
- Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak
bercampur dengan ibu sehat.
- Tamu yang berkunjung harus dibatasi. ( Ilmu Kebidanan )
Penatalaksanaan
5. Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dari secret vagina, luka operasi, dan
darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat dalam
pengobatan.
6. Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
7. Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika spectrum
luas (broad spectrum) menunggu hasil laboratorium.
8. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infuse atau transfuse darah
diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai
PENGOBATAN KEMOTERAPI DAN ANTIBIOTIKA
f. Kemasan sulfonamide
Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin 185 mg, sulfamerazin 130 mg, dan
sulfatiozol 185 mg. Dosis inisial 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam kemudian peroral. Sediaan
dapat berupa Septrin tablet biasa atau forte, Bactrim, dan lain-lain.
g. Kemasan penisilin
Prokain-penisilin 1,2 sampai 2,4 juta satuan intramuscular penisilin G 500.000 satuan
setiap 6 jam atau metisilin 1 gr setiap 6 jam intramuscular ditambah dengan
ampisilin kapsul 4x250 mg peroral. Atau kemasan-kemasan penisilin lainnya.
h. Tetrasiklin, eritromisin, dan kloramfenikol
i. Jangan diberikan politerapi antibiotika yang sangat berlebihan, karena itu
perhatikanlah hasil pembiakan apusan vaginam, serviks atau dari luka dan uji
kepekaan terhadap kemoterapi dan antibiotika.
j. Tidak ada gunanya memberikan obat2an yang mahal kalau evaluasi penyakit dan
hasil laboratorium (kultur dan uji kepekaan) tidak dilakukan.
Prognosis
Dubia ad bonam bila diatasi dg pengobatan yang sesuai. Menurut derajatnya,
septikemia merupakan infeksi paling berat dg mortalitas tinggi, diikuti peritonitis
umum & piemia.
1.
11.Mengapa dokter memberikan paracetamol dan meminta pasien
banyak minum
Paracetamol :Untuk antipiretik dan analgesic menghambat COX 1, menekan zat pirogen
endogen
Banyak minum : untuk rehidrasi
Px lab : melihat adanya infeksi