Anda di halaman 1dari 34

1.

Apa saja perubahan fisiologis dan anatomi yang terjadi pada fase
nifas? Bedanya multipara dan nulipara

Hal-hal yg terjadi selama nifas

1. Genitalia eksternal dan internal


Alat-alat genitalia interna dan eksterna akan berangsur pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil involusi
Setelah janin lahir TFU : setinggi pusat. Setelah plasenta
lahir TFU : 2 jari di bawah pusat. Hari ke-5 pascapersalinan
TFU : 7cm di atas symphisis/setengah sympisis-pusat.
Sesudah 12 hari uterus tdk dapat diraba lagi di atas
symphisis
Bagian bekas implantasi plasenta luka kasar dan menonjol ke
dalam cavum uteri, diameter(d) 7,5cm, sering disangka bagian
plasenta yg tertinggal. Sesudah 2 minggu d : 3,5cm. Pd 6
minggu d : 2,4cm
Berat uterus gravidus aterm 1000g. 1mgg pascapersalinan
500g, 2mgg pascapersalinan 300g. Stlh 6mgg
pascapersalinan 40-60g (berat uterus normal 30g)
Pd pascapersalinan cerviks agak terbuka seperti corong dan
konsistensi lunak. Segera stlh melahirkan tangan pemeriksa
dpt dimasukkan ke dlm cavum uteri. Setlh 2jam hnya dpt
dimasukkan 2-3 jari. Stlh 1 mgg hnya dimasukakn 1 jari
Ligament, diafragma pelvis, serta fasia yg meregang waktu
kehamilan kembali seperti semula
Luka jalan lahir (seperti episiotomi yg telah dijahit), luka pd
vagina dan cerviks yg tidak luas akan sembuh primer
2. Suhu badan pascepersalinan dpt naik >0,5 oC dr keadaan normal tp
tdk > 39oC. Stlh 12 jam I melahirkan t normal. Bila >38 oC
mungkin infeksi
3. Nadi 60-80 denyut/menit (umumnya), setelah partus dpt terjadi
takikardi. Pd masa nifas denyut nadi lbh stabil dibanding suhu
badan
4. Hemokonsentrasi terjadi pd hari ke-3 15 pascapersalinan
5. Laktasi. Kelenjar mammae tlh disiapkan semenjak kehamilan.
Umunya ASI keluar 2/3 hari pascapersalinan. Pd hari pertama
kolustrum cairan kuning lebih kental dari air susu, mengandung
banyak protein albumin, globulin, dan benda-benda kolustrum
6. Perasaan mulas sesudah partus kontraksi uterus kg sangat
menggangguslma 2-3 hari pascapersalinan, lebih sering pd multipara
dri primipara. Perasaan mulas lebih terasa saat menyusui, dpt pula
timul bila masih ada sisa selaput ketuban, sisa plasenta, atau
gumpalan darah dlm cavum uteri. Pasien dpt diberi analgetik atau
sedatif
7. Keadaan cerviks, uterus dan adneksa. Perdarahan (karena involusi
uteri) tablet ergometrin dan tirah baring u/hentikan
perdarahan. Cerviks hiperemis, meradang, erosi curiga
keganasan px sitologi.
8. Lokia
o Hari pertama : lokia rubra atau kruenta darah segar
bercampur sisa selaput ketuban, sel desidua, sisa verniks
kaseosa, lanugo, mekoneum
o Hari berikutnya : lokia sanguinolenta darah bercampur
lendir
o Stlh 1 minggu : lokia serosa warna kuning, tdk mengandung
darah
o Stlh 2 minggu : lokia alba cairan putih
9. Miksi harus cepat dilakukan sendiri. VU penuh dan tidak bs miksi
sendiri kateterisasi
10. Defekasi harus ada dlm 3 hari pascapersalinan. Obstipasi,
timbul koprotase hingga skibala tertimbun rektum, febris
lakukan klisma /beri laksan peroral
11. Latihan senam dpt diberikan mulai hari kedua misal ;
a. Ibu telentang lalu kedua telapak kaki ditekuk, kedua tangan
ditaruh di atas dan menekan perut. Lakukan pernapasan dada
lalu pernapasan perut
b. Dengan posisi yg sama, angkat bokong lalu taruh kembali
c. Kedua kaki diluruskan dan disilangkan, lalu kencangkan otot
seperti menahan miksi dan defekasi
d. Duduklah pd kursi, perlahan bungkukkan badan sambil tangan
berusaha menyentuh tumit
Sumber : kapita selekta kedokteran, jilid I, edisi ketiga

Berdasarkan periode:
(1) Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah
bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
(2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
(3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan.
Mochtar Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Cetakan I, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Normalnya :
Bayi lahir fundus setinggi pusat
2 jam post partum : TFU 2 jari dibawah pusat, Uterus
keras
6 jam post partum: TFU 2 jari dibawah pusat, Kontraksi
uterus baik
2 hari post partum: TFU pertengahan sympisis
6 hari post partum: TFU pertengahan sympisis
Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba
pertengahan pusat simpisis
Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba
diatas simpisis
6 minggu post partum: TFU tidak teraba

Fundus uteri lembek


Adaptasi Fisiologis Post Partum.
1.Sistem Reproduksi.
a. Involusi uterus.
Pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal.setelah kelahiran bayi

diketahui sebagai involusi. Pada akhir kala 3 dari persalinan uterus berada

pada garis tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilicus, dengan fundus

menetap pada sacral promontorium pada waktu ini, ukuran uterus kurang

lebih sama dengan umur kehamilan 16 minggu. Uterus mempunyai panjang

kira-kira 14 cm, lebar 12 cm, dan tebal 10 cm serta berat kira-kira 1000

gr.

Dalam 12 jam setelah persalinan fundus berada kurang lebih 1 cm diatas

umbilicus. Dari waktu ini, involusi berlangsung sangat cepat. Dengan


demikian memperbaiki keadaan uterus mensuport tinggi fundus uteri kira-

kira 1 s/d 2 cm setiap 24 jam. Tiga hari post partum tinggi fundus uteri 3

jari dibawah umbilicus. Uterus harus tidak teraba pada abdominal setelah

9 hari post partum dengan berat 500 gr. Pada minggu ke 6 tidak teraba

lagi beratnya 50 s/d 60 gr.


b. Kontraksi uterus.
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segara setelah
persalinan bayi,yang merupakan respon untuk segera mengurangi jumlah

volume intra uterus. Selama 1 s/d 2 jam pertama post partum, aktifitas

uterus menurun dengan halus dan stabil.


Kontraksi uterus mempunyai peran untuk keseimbangan oleh penekanan

intra mural pembuluh-pembuluh darah pada waktu pertama keadaan ibu

ditinggikan sehingga fundus menetap dengan tegas. Periode relaksasi dan

kontraksi dengan kuat adalah lebih umum ada pada kehamilan dan mungkin

menyebabkan nyeri perut yang tidak nyaman yang disebut afterpains

dimana terus berlangsung sampai masa puerperium.


c. Tempat pelepasan placenta.
Segera setelah placenta dan membran-membran dikeluarkan terjadi
kontriksi vascular dan trombus untuk menutupi tempat tumbuhnya

placenta dengan suatu nodul-nodul yang irregular dan area elevasi.

Pelepasan jaringan- jaringan yang nekrose diikuti dengan pertumbuhan

endrometrium untuk mencegah terjadinya scar. Proses yang unik ini adalah

karakteristik penyembuhan luka yang normal. Itu memungkinkan

endrometrium untuk segera memulai siklus perubahan dan untuk

mempersiapkan tempat tumbuhnya dan pembentukan placenta pada

kehamilan yang akan datang. Regenerasi endometrium sempurna pada akhir

minggu ketiga post partum


kecuali pada tempat pelepasan placenta. Regenerasi tempat pelepasan

placenta sering kali tidak sempurna hingga 6 minggu setelah persalinan.


d. Lochea.
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavam uteri dan vagina
dalam masa nifas.
1) Lochea rubra (1-3 hari post partum)
Jumlahnya sedang, berwarna merah dan hitam.
2) Lochea sanginolenta ( 3-7 hari)
Jumlahnya berkurang dan berwarna putih bercampur merah.
3) Lochea serosa (7-14 hari)
Jumlahnya sedikit, berwarna kekuningan.
4) Loche alba
Setelah hari ke-14 berwarna putih.
e. Serviks.
Setelah kala III dan segmen uterus merupakan struktur tipis, kolap dan
lembek. Pada ekstroserviks akan mendapat luka kecil dan memar, yang

merupakan kondisi optimal untuk terjadinya infeksi setelah melahirkan,

lubang serviks akan dilatasi hingga 10 cm dan berangsur- angsur menutup

tetapi ostium ekternum akan kembali dan akan terbentuk seperti mulut

ikan.
f. Vagina dan perineum.
Awalnya introitus vagina eritema dan edema pada area episiotomy atau
perbaikan area yang sobek. Melakukan perawatan dengan hati-hati pada

area tersebut, mencegah dan mengobati segera hematom dam menjaga

kebersihan dengan baik selama 2 minggu pertama.


g. Payudara.
Berbeda dengan perubahan atrofik yang terjadi pada organ organ pelvis,
payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas, kecuali jika
laktasi disupresi. Payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan

mula mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status

hormonal serta dimulainya laktasi.

2. Sistem Gastro Intestinal.


Rasa sering timbul segera setelah persalinan karena banyaknya energy

yang
telag dikeluarkan oleh ibu selama proses persalinan.
a. Haus dan ingin minum banyak, akibat banyaknya cairan yang keluar

selama
proses persalinan, baik berupa darah, keringat, maupun kemih dan

pernafasan.
b. Buang air besar sering kurang lancer karena tonus otot yang

menurun, tekanan intra abdominal menurun, dan nyeri akibat luka

perineum, serta kadang-


kadang oleh hemoroid.

3. Sistem Kardiovaskuler
a. Tanda tanda vital.
1) Suhu dalam 24 jam pertama mungkin akan meningkat menjadi 380C

disebabkan oleh kelelahan dan dehidrasi. Bila lebih dari 38 0C setelah 24

jam pertama sampai dengan hari kesepuluh, kemungkinan terjadi infeksi.


2) Tekanan darah harus stabil, bila terjadi penurunan sedikit, hal ini

normal karena adanya proses adaptasi terhadap penurunan dalam rongga

panggul dan perdarahan. Tetapi bila ada peningkatan dan keluhan pusing,

perlu diperhatikan.
3) Bradikardi, dengan frekuensi 50 70 kali/menit adalah normal untuk 6

10 jam pertama, hal ini mungkin disebabkan Karen penuruna aliran darah

dari jantung.
4) Takhikardi jarang terjadi, hal ini akan timbul karena perdarahan

persalinan lama atau sulit.


4. System endokrin.
Beberapa perubahan terjadi pada system endokrim selama masa

puerperium antara lain hormone estrogen dan progesterone menurun.

Hormone prolaktin meningkat sehingga merangsang untuk mengeluarkan

air susu. Bila ibu tidak menyusui maka akan lebih cepat menstruasi kurang

lebih 12 minggu post partum dan hormone estrogen akan meningkat dan

akan terjadi ovulasi bila ibu menyusui bayinya,menstruasi lebih lama

kurang lebih 36 minggu post partum dan tidak terjadi ovulasi.


5. Sistem Hematologi ( darah ).
a. Pada akhir periode post partum, darah harus sudah mulai kembali ke

keadaan
semula.
b. Leukositosis normal pada kehamilan rata-rata sekitar 12.000/mm3.

Selama10
sampai 12 hari pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 20.000 dan
25.000/mm3. ( Bobak, 2001)
c. Kehilangan darah yang normal (250-500 cc) pada persalinan normal.

d. Haemoglobin dan nilai eritrosit bervaraiasi selama masa nifas dini,

tetapi
harus kembali normal dalam 2-6 minggu post partum
6. Sistem Neurologi.
Perubahan pada system neurologi selama masa nifas sebagai akibat dari
adaptasi menjadi seorang ibu setelah hamil dan adanya trauma setelah

proses melahirkan. Rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan

akan menghilang setelah wanita melahirkan.


7. Sistem Integumen
Kloasma akibat kehamilan biasanya akan hilang sampai masa kehamilan
berlalu. Terjadinya hiperpigmentasi pada aareola dan linea nigra mungkin

akan hilang setelah melahirkan. Namunm pada beberapa wanita ada yang

menetap pada daerah daerah tersebut. Perubahan daerah vaskuler yang

abnormal akan menimbulkan nyeri,kemerah dan epulis, yang merupakan

respon dari penuruna


estrogen setelah selesai melahirkan. Namun tanda nyeri pada wanita ada

yang menetap da nada yang hilang.


8. Sistem Imunologi
Imunologi A merupakan suatu anti bodi yang terdapat pada colostrums dan

air
susu yang berfungsi untuk mencegah menempelnya bakteri permukaan

mukosa terutamam pada traktus gastroenstestinal.


(http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3d3keperawatanpdf/0910703019/ba

b2.pdf)

Beberapa perubahan Lain pada Masa Nifas


o After pains (mules-mules) dapat terjadi postpartum akibat
kontraksi uterus yang dapat sangat mengganggu selama 2-3 hari
postpartum dan lebih terasa ketika sedang menyusui, yang timbul
akibat masih terdapat sisa-sisa selaput ketuban, sisa-sisa
plasenta / gumpalan darah dalam kavum uteri.
o Suhu badan inpartu tidak > 37,2 oC, sesudah partus dapat naik 0,5
o
C dari keadaan normal tapi tidak melebihi 38 oC, setelah 12 jam
pertama postpartum, umumnya suhu badan akan kembali normal, bila
suhu badan > 38 oC mungkin ada infeksi.
o Nadi berkisar 60-80 denyutan/menit, segera setelah partus dapat
terjadi bradikardia, bila terdapat takikardia sedangkan badan tidak
panas, mungkin ada perdarahan berlebihan / ada vitium kordis pada
penderita.
o Dapat terjadi hipertensi postpartum, bila tidak ada penyakit
penyerta akan menghilang dalam 2 bulan tanpa pengobatan.
o Lokia adalah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam
masa nifas.
o Pada akhir hari nifas kedua kuman-kuman di vagina dapat
mengadakan kontaminasi pada uterus, tapi tidak semua wanita akan
terinfeksi karena adanya lapisan pertahanan terdiri atas leukosit
yang memisahkan endometrium yang nekrotik dari endometrium
sehingga kuman relative tidak virulen, kecuali jika ada penyulit
seperti perdarahan, keletihan, syok, luka-luka di jalan lahir.
(Wiknjosastro, H., 2006, Ilmu Kebidanan, YBP-SP, Jakarta)

2. Bagaimana penurunan tinggi fundus uteri setelah persalinan?

Involusi Tinggi fundus uterus Berat uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat-symphisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas symphisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
3. Jelaskan macam-macam kelainan masa nifas
Demam post partum : normal naiknya 0.5C, tapi jika lebih dari 38C infeksi.
Kelainan payudara : galaktokel
Kelainan uterus : sub involusi , harusnya 6-8 minggu kembali normal tp disini terjadi kelainan.
PPP : Perdarahan yang keluar setelah persalinan,
ada primer dan sekunder
Primer (24jam pertama)
Sekunder (setelah 24 jam postpartum)
Kelaianan lain : seperti trombosis atau tromboemboli.
- Etiologi :
hipotoni, atonia uteri
sisa plasenta
perdarahan kartena robekan
gangguan koagulasi
infeksi : local dan umum, terbatas pada vulva vagina, menyebar lewat pembuluh darah dan
limfe, permukaan endometrium
-terlokalisir (perineum, vulva
-menyebar/sistemiktrombussumbatanvena(v. femoralis)flegmensia alba dolens di
kanan/kiri terbawaa ke aliran darah sistemikbisa ke paru sumbatanmeninggal lebih
cepat
Sering terjadi infeksi karena vagina berubah jadi basa , normalnya asam untuk proteksi
kuman
Robekan dari placentabisa terjadi infeksiflora normal di vagina terbawa ke uterus

4. Jelaskan macam-macam lokhea


Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas.
Macam macam Lochea :
Lochea rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo,dam
mekonium, selama 2 hari post partum.
Lochea Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir,
hari 3 7 post partum.
Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7 - 14 post partum
Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu
Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk
Lochea stasis : lochia tidak lancar keluarnya.

5. Kenapa ditemukan pendarahan semakin memberat disertai demam?

Demam
Faktor predisposisi terjadinya infeksi pada post partum :
Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti
perdarahan yang banyak, pre eklampsia; juga infeksi lain seperti pneumonia,
penyakit jantung, dsb.
Partus lama, terutama partus dengan ketuuban pecah lama.
Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah.

(Ilmu Kebidanan)
Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang
ditularkan dari penderita lain , alat alat yang tidak steril , tangan penolong ,
dan sebagainya.
Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit
Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum , menyebabkan infeksi
terbatas
Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada
abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
6. Tindakan awal apa yang dilakukan dokter untuk menghentikan
perdarahan?

Jenis uterotonika dan cara pemberiannya

Jenis dan Cara Oksitosin Ergometrin Misoprostol


Dosis dan cara IV: 20 U dalam 1 IM atau IV (lambat): 0,2 Oral atau rektal 400 mg
pemberian awal mg
L larutan garam

fisiologis dengan

tetesan cepat

IM: 10 U
Dosis lanjutan IV: 20 U dalam 1 Ulangi 0,2 mg IM setelah 400 mg 2-4 jam setelah
15 menit dosis awal
L larutan garam
Bila masih diperlukan,
fisiologis dengan beri IM/IV setiap 2-4 jam

40 tetes/menit
Dosis maksimal per Tidak lebih dari 3 L Total 1 mg (5 dosis) Total 1200 mg atau 3
hari larutan fisiologis dosis
Kontraindikasi atau Pemberian IV secara Preeklampsia, vitium Nyeri kontraksi
hati-hati cepat atau bolus kordis, hipertensi
Asma

7. Bagaimana interpretasi dari PF yang didapat?

1. Gejala Klinis berdasarkan penyebab:


a. Atonia Uteri:
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan
segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer)
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi
cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
b. Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah
bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik
Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan,
inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh
darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera
Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus
tidak berkurang.
e. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak
tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau
berat.
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat

2. Diagnosis

Gejala dan tanda yang Gejala dan tanda yang Diagnosis kemungkinan
selalu ada kadang-kadang ada
Uterus tidak Syok Atonia uteri
berkontraksi dan
lembek
Perdarahan segera
setelah anak lahir
(Perdarahan
Pascapersalinan
Primer (P3))
Perdarahan segera Pucat Robekan jalan lahir
Darah segar yang Lemah
Menggigil
mengalir segera
setelah bayi lahir
Uterus kontraksi baik
Pasenta lengkap
Plasenta belum lahir Tali pusat putus akibat Retensio plasenta
setelah 30 menit traksi berlebihan
Perdarahan segera Inversio uteri akibat
Uterus kontraksi baik
tarikan
Perdarahan lanjutan
Plasenta atau Uterus berkontraksi Tertinggalnya sebagian
sebagian selaput tetapi tinggi fundus plasenta
(mengandung uteri tidak berkurang
pembuluh darah)
tidak lengkap
Perdarahan segera
Uterus tidak teraba Syok neurogenik Inversio uteri
Lumen vagina terisi Pucat dan limbung
massa
Tampak tali pusat
(jika plasenta belum
lahir)
Perdarahan segera
Nyeri sedikit atau
berat
Sub involusi uterus Anemia Perdarahan terlambat
Nyeri tekan perut Demam Endometritis atau sisa
bawah plasenta (terinfeksi atau
Perdarahan > 24 jam
tidak)
setelah persalinan.
Perdarahan sekunder
atau P2S. perdarahan
bervariasi (ringan
atau berat, terus-
menerus atau tidak
teratur ) dan berbau
(jika disertai infeksi)

Perdarahan segera Syok Robekan dinding uterus


Nyeri tekan perut
(perdaran (Ruptura uteri)
Denyut nadi ibu cepat
inraabdominal
dan/vaginum)
Nyeri perut berat
(kurangi dengan
ruptur)
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirodhardjo)

8. DD

Perdarahan post partum

3. Definisi

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama


24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta.
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-
600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam
Mochtar, MPH, 1998).
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml
dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998)

4. Etiologi
a. Atonia uteri
i. Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri adalah:
1. Umur: umur yang terlalu muda atau tua
2. Paritas: sering dijumpai pada multipara dan
grandemultipara
3. Partus lama dan partus terlantar
4. Obstetri operatif dan narkosa
5. Uterus terlalu regang dan besar, misalnya pada gemeli,
hidramnion, atau janin besar
6. Kelainan padauterus, seperti miornauteri, uterus couvelair
pada solusio plasenta
7. Faktor sosio ekonorni, yaitu malnutrisi
b. Sisa plasenta dan selaput ketuban
c. Jalan lahir; robekan perineum, vagina seviks, forniks, dan rahim.
d. Penyakit darah
e. Kelainan pembekuan darah misalnya a atau hipofibrinogenemia yang
sering dijumpai pada:
i. Perdarahan yang banyak
ii. Solusio plasenta
iii. Kematian janin yang lama dalam kandungan
iv. Pre-eklamsi dan eklamsi
v. Infeksi, hepatitis, dan septik syok.

2. Klasifikasi

Klasifikasi Klinis
Perdarahan pascapersalinan di bagi menjadi perdarahan pascapersalinan
primer dan sekunder.
1. Perdarahan pascapersalinan primer (Early Postpartum Haemorrhage, atau
perdarahan pascapersalinan segera).
Perdarahan pascapersalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab
utama Perdarahan pascapersalinan primer adalah atonia uteri, retensio
plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam
pertama.
2. Perdarahan pascapersalinan sekunder (Late Postpartum Haemorrhage, atau
perdarahan masa nifas, atau perdarahan pascapersalinan lambat, atau PPP
kasep)
Perdarahan pascapersalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama.
Penyebab utama Perdarahan pascapersalinan sekunder adalah robekan jalan
lahir dan sisa plasenta atau membran.

3. FAKTOR PREDISPOSISI

Kelahiran bayi yg berat


Persalinan lewat servik yg dilatasi lgkap
Insisi Duhrssen pada servik
Tindakan manipulasi intrauteri
Persalinan pervaginam dg riwayat seksio sesarea
(Obstetri,Willyam ARNANDO D.E)

4. PATOFISIOLOGI (SECARA ANATOMI JUGA )

Sebagian besar kasus Perdarahan postpartum terjadi selama persalinan kala


tiga. Selama jangka waktu tersebut, otot-otot rahim berkontraksi dan
plasenta mulai memisahkan diri dari dinding rahim. Jumlah darah yang hilang
tergantung pada seberapa cepat hal ini terjadi. Persalinan kala tiga biasanya
berlangsung antara 5 sampai 15 menit. Bila lewat dari 30 menit, maka
persalinan kala tiga dianggap panjang/lama yang berarti menunjukkan
masalah potensial. Bilamana rahim lemah dan tidak berkontraksi secara
normal, maka pembuluh darah di daerah plasenta tidak terjepit dengan
cukup,hal ini akan mengakibatkan perdarahan yang berat

( Hanifa Wiknjosastro 2002 )


Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus
menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-
pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga
perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi
yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan
perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu;
misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau
kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga
merupakan penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit
dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.
( Rustam Mochtar 1998)
a. Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri
Perdarahan postpartum dapat terjadi karena terlepasnya sebagian
plasenta dari rahim dan sebagian lagi belum; karena perlukaan pada
jalan lahir atau karena atonia uteri. Atoni uteri merupakan sebab
terpenting perdarahan postpartum.
Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama;
pembesaran rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada
hamil kembar atau janin besar; persalinan yang sering (multiparitas)
atau anestesi yang dalam. Atonia uteri juga dapat terjadi bila ada
usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat dan mendorong rahim
ke bawah sementara plasenta belum lepas dari rahim.
Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera
diketahui. Tapi bila perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa
disadari penderita telah kehilangan banyak darah sebelum tampak
pucat dan gejala lainnya. Pada perdarahan karena atonia uteri, rahim
membesar dan lembek.

b. Perdarahan Pospartum akibat Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir


selama 1 jam setelah bayi lahir.
Penyebab retensio plasenta :
a. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat
dan tumbuh lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya :
i. Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua
endometrium lebih dalam.
ii. Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan
menembus desidua endometrium sampai ke
miometrium.
iii. Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus
miometrium sampai ke serosa.
iv. Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus
serosa atau peritoneum dinding rahim.
b. Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum
keluar karena atoni uteri atau adanya lingkaran konstriksi
pada bagian bawah rahim (akibat kesalahan penanganan kala
III) yang akan menghalangi plasenta keluar (plasenta
inkarserata).

Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi


perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan
terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk segera
mengeluarkannya.
Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih
atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan

c. Perdarahan Postpartum akibat Inversio Uteri


Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik
sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Uterus
dikatakan mengalami inverse jika bagian dalam menjadi di luar saat
melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan dengan
berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang
terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah.
Pembagian inversio uteri :
a. Inversio uteri ringan : Fundus uteri terbalik menonjol ke
dalam kavum uteri namun belum keluar dari ruang rongga
rahim.
b. Inversio uteri sedang : Terbalik dan sudah masuk ke dalam
vagina.
c. Inversio uteri berat : Uterus dan vagina semuanya terbalik
dan sebagian sudah keluar vagina.
d. Perdarahan Postpartum Akibat Hematoma
Hematoma terjadi karena kompresi yang kuat disepanjang traktus
genitalia, dan tampak sebagai warna ungu pada mukosa vagina atau
perineum yang ekimotik. Hematoma yang kecil diatasi dengan es,
analgesic dan pemantauan yang terus menerus. Biasanya hematoma
ini dapat diserap kembali secara alami.
(Williams, 1998)

5. Gejala Klinis berdasarkan penyebab:


f. Atonia Uteri:
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan
perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum
primer)
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan
lain-lain)
g. Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir
segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
h. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik
Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi
berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
i. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera
Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi
tinggi fundus tidak berkurang.
j. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi
massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan
segera, dan nyeri sedikit atau berat.
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat

6. Diagnosis
Gejala dan tanda yang Gejala dan tanda yang Diagnosis kemungkinan
selalu ada kadang-kadang ada

Uterus tidak Syok Atonia uteri


berkontraksi dan
lembek
Perdarahan segera
setelah anak lahir
(Perdarahan
Pascapersalinan
Primer (P3))

Perdarahan segera Pucat Robekan jalan lahir


Darah segar yang Lemah
mengalir segera Menggigil
setelah bayi lahir
Uterus kontraksi
baik
Pasenta lengkap

Plasenta belum Tali pusat putus Retensio plasenta


lahir setelah 30 akibat traksi
menit berlebihan
Perdarahan segera Inversio uteri
Uterus kontraksi akibat tarikan
baik Perdarahan lanjutan

Plasenta atau Uterus Tertinggalnya sebagian


sebagian selaput berkontraksi tetapi plasenta
(mengandung tinggi fundus uteri
pembuluh darah) tidak berkurang
tidak lengkap
Perdarahan segera

Uterus tidak Syok neurogenik Inversio uteri


teraba Pucat dan limbung
Lumen vagina terisi
massa
Tampak tali pusat
(jika plasenta
belum lahir)
Perdarahan segera
Nyeri sedikit atau
berat

Sub involusi uterus Anemia Perdarahan terlambat


Nyeri tekan perut Demam Endometritis atau sisa
bawah plasenta (terinfeksi
Perdarahan > 24 atau tidak)
jam setelah
persalinan.
Perdarahan
sekunder atau P2S.
perdarahan
bervariasi (ringan
atau berat, terus-
menerus atau tidak
teratur ) dan
berbau (jika
disertai infeksi)

Perdarahan segera Syok Robekan dinding


(perdaran Nyeri tekan perut uterus (Ruptura uteri)
inraabdominal Denyut nadi ibu

dan/vaginum) cepat
Nyeri perut berat
(kurangi dengan
ruptur)

(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodhardjo)

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang
b. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan
peningkatan jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak hamil:12-
16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat
hamil:32%-42%. Total SDP saat tidak hamil 4.500-10.000/mm3.
saat hamil 5.000-15.000)
c. Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum
d. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih
e. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk
fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen :
masa tromboplastin partial diaktivasi, masa tromboplastin partial
(APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID
f. Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan
(Williams, 1998)

8. PENATALAKSANAAN

Pengobatan perdarahan postpartum pada atonia uteri tergantung pada


banyaknya perdarahan dan derajat atonia uteri, dibagi dalam 3 tahap :

o Tahap I : Perdarahan yang tidak begitu banyak dapat diatasi dengan


cara pemberian uterotonika, mengurut rahim (massage), dan
memasang gurita
o Tahap II : Bila perdarahan belum berhenti dan bertambah banyak,
selanjutnya berikan infuse dan transfuse darah dan dapat dilakukan
:
Manuver Zangemeister
Manuver Fritch
Kompresi bimanual
Kompresi aorta
Tamponade utero vaginal
Jepitan arteri uterine dengan cara Henkel

Tamponade utero vaginal walaupun secara fisiologis tidak tepat,


hasilnya masih memuaskan, terutama di daerah pedesaan di mana
fasilitas lainnya sangat minim/tidak ada

o Tahap III : Bila semua upaya di atas tidak menolong juga, maka
usaha terakhir adalah menghilangkan sumber perdarahan, dapat
ditempuh 2 cara, yaitu dengan meligasi a.hipogastrika/histerektomi.

Pada perdarahan postpartum sekunder penanganannya yaitu :

o Kompresi bimanual sedikitnya selama 30 menit


o Antibiotik spectrum luas
o Oksitosin 10 U i.m tiap 4 jam/10 20 U/l i.v dengan tetesan lambat,
15 metal PGF 0,25 mg i.m tiap 2 jam/ergot alkaloid tiap 6 jam
sedikitnya selama 2 hari

Segera lakukan KBI (kompresi bimanual interna) masukkan tangan kanan


sampai kedalam fornix anterior lalu tekan dinding anterior uterus, dan
tangan kiri pada abdomen menekan dinding posterior uterus dan dorong
kedalam bawah, hal ini dilakukan untuk menekan pembuluh darah dan
merangsang kontraksi miometrium. Evaluasi dalam waktu 5 menit, bila ada
kontraksi teruskan KBI selama 2 menit, tapi bila tidak ada kontraksi maka
dapat dilakukan KBE (kompresi bimanual eksterna) dengan bantuan
keluarga pasien.
KBE letakkan satu tangan pada abdomen didepan uterus diatas simfisis
pubis, dan letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen (dibelakang
korpus uteri), kemudian lakukan gerakan saling merapatkan kedua tangan
untuk melakukan kompresi.
Berikan ergometrin 0,2 mg im (jangan diberikan bila pasien menderita
hipertensi)
Pasang infus dengan larutan RL 500 ml yang mengandung oksitosin 20 unit
(dengan jarum ukuran 16 / 18).
Kemudian ulangi KBI
Jika uterus tetap tidak berkontraksi dalam waktu 1-2 menit, segera
lakukan rujukan karena atonia yang terjadi adalah kompleks (perlu
pembedahan dan transfusi darah).
Selama pengiriman pasien ke lokasi rujukan usahakan meneruskan KBI dan
teruskan pemberian cairan iv dengan ; infus RL 500 ml/10 menit, kemudian
berikan RL 500 ml/jam sampai total cairan yang diinfuskan 1,5 L, dan
kemudian berikan 125 ml/jam, tapi apabila cairan infus tidak cukup dapat
diberikan botol kedua 500 ml dengan tetesan lambat disertai pemberian
cairan secara oral untuk asupan tambahan.
(Wiknjosastro, H., 2006, Ilmu Kebidanan, ed.3 cet.8, YBP-SP,
Jakarta)

9. KOMPLIKASI
a. Sindrom sheehan-Perdarahan banyak kadang-kadang diikuti dengan
sndrom Sheehan, yaitu: kegagalan laktasi, amenore, atrofi payudara,
rontok rambut pubis dan aksila, superinvolusi uterus, hipotiroidi,
dan insufisiensi korteks adrenal
b. Diabetes insipidus
c. Syok
( Hanifa Wiknjosastro 2002 )

Infeksi pasca persalinan


DEFINISI
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah
melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2
hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam
pertama.
ETIOLOGI :
Yang paling terbanyak dan lebih dari 50% : streptococcus anaerob yang sebenarnya
tidak pathogen sebagai penghuni normal jalan lahir
Kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain :
1. Streptococcus haemoliticus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari
penderita lain, alat2 yang tidak suci hama, tangan penolong, dan sebagainya.
2. Staphylococcus aureus
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit.
3. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum, menyebabkan infeksi terbatas.
4. Clostridium welchii
Kuman anaerobic yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.

Cara terjadinya infeksi nifas


Infeksi dapat terjadi sebagai berikut:
1) Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam
vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-
alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-
kuman.
2) Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri
yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan
lainnya. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar
bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran pernafasan
dilarang memasuki kamar bersalin.
3) Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari
penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa
dibawa oleh aliran udara kemana-mana termasuk kain-kain, alat-alat yang suci
hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada
waktu nifas.
4) Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali
apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.

PREDISPOSISI

- Partus lama, partus terlantar, dan ketuban pecah lama


- Tindakan obstetric operatif baik pervaginam maupun perabdominal
- Tertinggalnya sisa-sisa uri, selaput ketuban, dan bekuan darah dalam rongga rahim
- Keadaan-keadaan yang menurunkan daya tahan seperti perdarahan, kelelahan,
malnutrisi, pre-eklamsi, eklamsi, dan penyakit ibu lainnya (penyakit jantung,
tuberculosis paru, pneumonia, dan lain2)

FREKUENSI
Secara umum frekuensi infeksi puerperalis adalah sekitar 1-3%. Secara proporsional
angka infeksi menurut jenis infeksi adalah :

- Infeksi jalan lahir 25 sampai 55% dari kasus infeksi


- Infeksi saluran kencing 30-60% dari kasus infeksi
- Infeksi pada mamma 5-10% dari kasus infeksi
- Infeksi campuran 2-5% dari kasus infeksi

KLASIFIKASI

- Infeksi terbatas lokalisasinya pada perineum, vulva, serviks dan endometrium


- Infeksi yang menyebar ke tempat lain melalui : pembuluh darah vena, pembuluh
limfe, dan endometrium

INFEKSI YANG TERLOKALISIR DI JALAN LAHIR


Biasanya terdapat pada tempat-tempat perlukaan jalan lahir karena tindakan
persalinan dan pada bekas insersi plasenta.
a. Vulvitis : luka bekas episiotomy atau robekan perineum yang kena infeksi.
b. Vaginitis : luka karena tindakan persalinan terinfeksi.
c. Servisitis : infeksi pada serviks agak dalam dapat menjalar ke lig. Latum dan
parametrium.
d. Endometritis : infeksi terjadi pada tempat insersi plasenta dan dalam waktu singkat
dapat mengenai seluruh endometrium. Kalau tidak diobati dapat terjadi penjalaran
keseluruh tubuh (septikemia). Ibu demam, lokia berbau, dan involusi tidak sempurna
(sub-involusi)

PENCEGAHAN INFEKSI NIFAS


1. Masa kehamilan
Mengurangi atau mencegah factor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi, dan
kelemahan, serta mengobati penyakit-penyakit yang disertai ibu. Pemeriksaan dalam
jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus pada hamil
tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat
menyebabkan pecahnya ketuban, kalau terjadi infeksi akan mudah masuk dalam
jalan lahir.
2. Masa persalinan
- Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan
sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
- Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
- Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.
- Perlukkaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun
perabdominal dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
- Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan penderita harus
terjaga kesucian hamaannya.
- Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera
diganti dengan transfuse darah.
3. Masa nifas
- Luka-luka dirawat dengan baik jangan samai kena infeksi, bagitu pula alat-alat dan
pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
- Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak
bercampur dengan ibu sehat.
- Tamu yang berkunjung harus dibatasi.

PENGOBATAN INFEKSI NIFAS


1. Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dari secret vagina, luka operasi, dan
darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat dalam
pengobatan.
2. Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
3. Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika spectrum
luas (broad spectrum) menunggu hasil laboratorium.
4. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infuse atau transfuse darah
diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai
PENGOBATAN KEMOTERAPI DAN ANTIBIOTIKA
a. Kemasan sulfonamide
Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin 185 mg, sulfamerazin 130 mg, dan
sulfatiozol 185 mg. Dosis inisial 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam kemudian peroral. Sediaan
dapat berupa Septrin tablet biasa atau forte, Bactrim, dan lain-lain.
b. Kemasan penisilin
Prokain-penisilin 1,2 sampai 2,4 juta satuan intramuscular penisilin G 500.000 satuan
setiap 6 jam atau metisilin 1 gr setiap 6 jam intramuscular ditambah dengan ampisilin
kapsul 4x250 mg peroral. Atau kemasan-kemasan penisilin lainnya.
c. Tetrasiklin, eritromisin, dan kloramfenikol
d. Jangan diberikan politerapi antibiotika yang sangat berlebihan, karena itu
perhatikanlah hasil pembiakan apusan vaginam, serviks atau dari luka dan uji
kepekaan terhadap kemoterapi dan antibiotika.
e. Tidak ada gunanya memberikan obat2an yang mahal kalau evaluasi penyakit dan
hasil laboratorium (kultur dan uji kepekaan) tidak dilakukan.

INFEKSI POSTPARTUM
Definisi
Semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam
alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas. ( Ilmu Kebidanan )

Etiologi
Yang paling terbanyak dan lebih dari 50% : streptococcus anaerob yang sebenarnya
tidak pathogen sebagai penghuni normal jalan lahir
Kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain :
5. Streptococcus haemoliticus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari
penderita lain, alat2 yang tidak suci hama, tangan penolong, dan sebagainya.
6. Staphylococcus aureus
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit.
7. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum, menyebabkan infeksi terbatas.
8. Clostridium welchii
Kuman anaerobic yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit. ( Ilmu
Kebidanan )
Klasifikasi
a. Infeksi terbatas lokalisasinya pada perineum, vulva, serviks dan endometrium
INFEKSI YANG TERLOKALISIR DI JALAN LAHIR
Biasanya terdapat pada tempat-tempat perlukaan jalan lahir karena tindakan persalinan
dan pada bekas insersi plasenta
e. Vulvitis : luka bekas episiotomy atau robekan perineum yang kena infeksi.
f. Vaginitis : luka karena tindakan persalinan terinfeksi.
g. Servisitis : infeksi pada serviks agak dalam dapat menjalar ke lig. Latum dan
parametrium.
h. Endometritis : infeksi terjadi pada tempat insersi plasenta dan dalam waktu singkat
dapat mengenai seluruh endometrium. Kalau tidak diobati dapat terjadi penjalaran
keseluruh tubuh (septikemia). Ibu demam, lokia berbau, dan involusi tidak
sempurna (sub-involusi)
b.Infeksi yang menyebar ke tempat lain melalui : pembuluh darah vena, pembuluh limfe,
dan endometrium
Infeksi yang Menyebar ke Tempat Lain
Pembuluh darah Vena
Septikemia dan Piemia
Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman dan atau toksinnya
langsung masuk ke dalam peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi
umum. Piemia dimulai dengan tromboflebitis vena daerah perlukaan yang lalu
lepas menjadi embolus-embolus kecil, dibawa oleh peredaran darah umum dan
terjadilah infeksi dan abses pada organ-organ tubuh yang dihinggapinya (paru-
paru, ginjal, jantung, otak, dan sebagainya).
Disebabkan oleh kuman-kuman sangat patogen dan biasanya Streptococcus
beta haemolytic golongan A. Infeksi ini amat berbahaya dan merupakan 50%
dari sebab kematian karena infeksi nifas.
Gambaran Klinis & Diagnosis
o Baik septikemia maupun piemia adalah penyakit berat. Gejala septikemia
lebih akut dari piemia, ibu kelihatan sakit dan lemah, suhu badan naik 39-
40C, keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140-160 kali permenit
atau lebih, tekanan darah turun bila keadaan umum memburuk, sesak
nafas, kesadaran menurun, gelisah.
o Pada piemia, dimulai dengan rasa sakit pada daerah tromboflebitis tidak
lama postpartum, dan setelah ada penyebaran trombus terjadi gejala umum
seperti di atas. Suhu meningkat, lalu ibu menggigil kemudian suhu turun lagi
seperti pada penyakit malaria.
o Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositosis, pada kultur darah
dijumpai kuman-kuman yang patogen. Lokia berbau, bernanah, dan involusi
uterus buruk, Harus dicari sumber tempat masuk kuman-kuman ke dalam
tubuh (port d' entree).
Prognosis
Septikemia dan piemia adalah infeksi berat dengan angka kematian yang
tinggi, apalagi bila diikuti oleh peritonitis umum, Kadang-kadang walaupun
dengan pemberian antibiotik dan upaya yang cukup kematian ibu tidak
terhindarkan. Karena itu pencegahan sedini mungkin adalah yang terbaik,
jangan sampai terjadi keadaan yang buruk ini.
JALAN LIMFE
Parametritis (Selulitis Pelvika)
Parametritis adalah infeksi jaringan ikat pelvis yang dapat terjadi melalui
beberapa jalan:
- Dari servisitis atau endometritis dan tersebar melalui pembuluh limfe
- Langsung meluas dari servisitis ke dasar ligamentum sampai ke
parametrium,
- Sekunder dari tromboflebitis.
Peritonitis
Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus;
parametritis yang meluas ke peritoneum; salpingo-ooforitis meluas ke
peritoneum; atau langsung sewaktu tindakan perabdominal.
Peritonitis yang terlokalisir hanya dalam rongga pelvis disebut
pelvioperitonitis, bila meluas ke seluruh rongga peritoneum disebut peritonitis
umum, dan ini sangat berbahaya yang menyebabkan kematian 33% dari seluruh
kematian karena infeksi.
Gambaran klinis dan diagnosis
o Pelvioperitonitis: demam, nyeri perut bawah, nyeri pada periksa dalam,
kavum Douglasi menonjol karena adanya abses (kadang-kadang). Bila hal ini
dijumpai maka nanah harus dikeluarkan dengan kolpotomi posterior, supaya
nanah tidak keluar menembus rektum.
o Peritonitis umum adalah berbahaya bila disebabkan oleh kuman yang
patogen. Perut kembung, meteorismus, dan dapat terjadi paralitik ileus.
Suhu badan tinggi, nadi cepat dan kecil, perut nyeri tekan (defanse
musculaire), pucat, muka cekung, kulit din gin, mata cekung yang disebut
muka hipokrates (facies hippocratica).
o Diagnosa dibantu dengan pemeriksaan laboratorium.
PERMUKAAN ENDOMETRIUM
Salfingitis (Salfingo-Ooforitis)
Salfingitis adalah peradangan dari adneksa. Terdiri atas salfingitis akut dan
kronik. Diagnosis dan gejala klinis hampir sama dengan parametritis. Bila infeksi
berlanjut dapat terjadi piosalfing.( Ilmu Kebidanan )
Faktor risiko
a.Partus lama, partus terlantar, dan ketuban pecah lama
a. Tindakan obstetric operatif baik pervaginam maupun perabdominal
b. Tertinggalnya sisa-sisa uri, selaput ketuban, dan bekuan darah dalam rongga rahim
c. Keadaan-keadaan yang menurunkan daya tahan seperti perdarahan, kelelahan,
malnutrisi, pre-eklamsi, eklamsi, dan penyakit ibu lainnya (penyakit jantung,
tuberculosis paru, pneumonia, dan lain2) ( Ilmu Kebidanan )

Patofisiologi
Setelah Kala III,
Daerah bekas insersio Plasenta
( sebuah luka diameter 4 cm,perm.tidak rata, benjol2
krn banyaknya vena yg ditutupi thrombus)

Daerah itu merupakan tempat yg baik untuk tumbuhnya kuman2


Dan masuknya jenis2 yg pathogen dalam tubuh wanita

Melalui cara penularan / terjadinya infeksi


- Tangan pemeriksa
- Droplet infection
- Peralatan Rumah sakit
- Coitus pd akhir kehamilan saat ketuban sudah pecah
- Infeksi Intrapartum

Kuman masuk dinding uterus

Melewati amnion

Menmbulkan Infeksi pada janin

Timbullah peradangan yang awalnya terbatas pd daerah luka


Atau dapat juga menyebar diluar luka asalnya.

Gambaran klinis
Manifestasi klinik
1. infeksi terbatas pada perineum,vulva,vagina,serviks
berupa rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi
kadang perih bila kencing
bila getah radang bisa keluar,biasanya keadaan tidak berat
suhu -+ 38 derajat dan nadi <100/menit
bila luka terinfeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat
keluar,demam bisa naik sampai 39-40 derajat,kadang disertai mengigil
2. endomteritis
kadang lokia tertahan tertahan dalam uterus oleh darah ,sisa plasenta dan
selaput ketuban
keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan
suhu.Uterus agak membesar ,nyeri pada perabaan dan lembek.
3. septikemia
dari permulaan pasien sudah sakit dan lemah
sampai 3 hari pasca persalinan suhu meningkat dengan cepat biasanya
disertai menggigil
suhu sekitar 39-40 derajat,keadaan umum cepat memburuk
nadi cepat 140-160 menit atau >
pasien dpat meninggal dalam 6-7 hari pasca persalinan.
4. piema
tidak lama pasca persalinan ,pasien sudah merasa sakit ,perut nyeri dan suhu
badan agak naik
tetapi gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta mengigil terjadi setelah
kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum
ciri khas pasien dengan piema ialah berluang ulang suhu meningkat dengan
cepat disertai mengigil,kemudian diikuti oleh turunnya suhu.Lambat laun
timbul gejala abses paru,pneumonia dan pleuritis
5. peritonitis
peningkatan suhu menjadi tinggi,nadi cepat dan kecil,perut kembung dan
nyeri,ada defense musculare.
Muka penderita mula-mula kemerahan menjadi pucat
Mata cekung
Kulit muka dingin ;terdapat facies hippocratica
Terdapat didaerah pelvis gejala tidak seberat peritonitis umum.Pasien
demam,perut baweah nyeri,tetapi keadaan umum tetap baik
Bisa terdapat pembentukan abses
6. selulitis pelviks
bila suhu tiggi menetap>1 minggu disertai nyeri dikiri atau kanan dan nyeri
pada pemeriksaan dalam,patut dicurigai adanya selulitis pelvika.
Pada perkembangannya ,gejala akan lebih jelas.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan yeri disebelah
uterus.Ditengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses.Dalam
keadaan ini suhu suhu yang mula-mula tinggi menetap,menjadi naik turun
disertai menggigil
Pasien tampak sakit nadi cepat dan perut nyeri. ( Ilmu Kebidanan )
Pencegahan
4. Masa kehamilan
Mengurangi atau mencegah factor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi,
dan kelemahan, serta mengobati penyakit-penyakit yang disertai ibu. Pemeriksaan
dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus pada
hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat
menyebabkan pecahnya ketuban, kalau terjadi infeksi akan mudah masuk dalam
jalan lahir.
5. Masa persalinan
- Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan
sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
- Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
- Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.
- Perlukkaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun
perabdominal dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
- Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan penderita
harus terjaga kesucian hamaannya.
- Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera
diganti dengan transfuse darah.
6. Masa nifas
- Luka-luka dirawat dengan baik jangan samai kena infeksi, bagitu pula alat-alat dan
pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
- Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak
bercampur dengan ibu sehat.
- Tamu yang berkunjung harus dibatasi. ( Ilmu Kebidanan )
Penatalaksanaan
5. Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dari secret vagina, luka operasi, dan
darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat dalam
pengobatan.
6. Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
7. Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika spectrum
luas (broad spectrum) menunggu hasil laboratorium.
8. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infuse atau transfuse darah
diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai
PENGOBATAN KEMOTERAPI DAN ANTIBIOTIKA
f. Kemasan sulfonamide
Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin 185 mg, sulfamerazin 130 mg, dan
sulfatiozol 185 mg. Dosis inisial 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam kemudian peroral. Sediaan
dapat berupa Septrin tablet biasa atau forte, Bactrim, dan lain-lain.
g. Kemasan penisilin
Prokain-penisilin 1,2 sampai 2,4 juta satuan intramuscular penisilin G 500.000 satuan
setiap 6 jam atau metisilin 1 gr setiap 6 jam intramuscular ditambah dengan
ampisilin kapsul 4x250 mg peroral. Atau kemasan-kemasan penisilin lainnya.
h. Tetrasiklin, eritromisin, dan kloramfenikol
i. Jangan diberikan politerapi antibiotika yang sangat berlebihan, karena itu
perhatikanlah hasil pembiakan apusan vaginam, serviks atau dari luka dan uji
kepekaan terhadap kemoterapi dan antibiotika.
j. Tidak ada gunanya memberikan obat2an yang mahal kalau evaluasi penyakit dan
hasil laboratorium (kultur dan uji kepekaan) tidak dilakukan.

Suhu < 39C: beri Ampisilin / Amoksisilin 4 x 500 mg per hari


Suhu > 39C: beri Antibiotika: Amoksilin 1 gr (inj) dengan garamisin (inj) 80 mg atau
Kemisetin ( inj ) 1 flc. Pagi dan sore ( Ilmu Kebidanan )

Prognosis
Dubia ad bonam bila diatasi dg pengobatan yang sesuai. Menurut derajatnya,
septikemia merupakan infeksi paling berat dg mortalitas tinggi, diikuti peritonitis
umum & piemia.

9. Pemeriksaan penunjang dari scenario


Pemeriksaan Lab hb, ht, faktor pembekuan
USGmelihat sisa jaringan di intra uterin
Urinalisismenyingkirkan DD dari kanding kemih
Kultur jaringan uterus dan vagina melihat adanya infeksi
10.Bagaimana penatalaksanaan dari scenario setelah mengatasi
perdarahan

1.
11.Mengapa dokter memberikan paracetamol dan meminta pasien
banyak minum

Paracetamol :Untuk antipiretik dan analgesic menghambat COX 1, menekan zat pirogen
endogen
Banyak minum : untuk rehidrasi
Px lab : melihat adanya infeksi

Anda mungkin juga menyukai