Anda di halaman 1dari 13

PENGENDALIAN pH (CRpH)

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan praktek mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan dan membedakan mode pengendalian kontinyu dan tidak
kontinyu.
2. Menjelaskan terminologi yang digunakan daalam simulasi unit CRpH.
3. Memahami prinsip pengendalian level air pada unit CRpH
4. Melakukan simulasi pengendalian dan menjelaskan grafik tersebut

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


Alat yang digunakan :
1 set peralatan pengendalian Ph
Peralatan CRpH terdiri dari beberapa unit :
1. Tangki umpan Asam dan Basa kapasitas volume 10 liter
2. Pompa umpan proporsional dengan laju maksimum 12 liter/jam
3. Pompa sentrifugal dengan laju maksimum 570 L/jam
4. Flowmeter jenis float dengan rentang laju 0-15 L/jam
5. Alat ukur pH
6. Tangki penampung 20 L

1 : Feeding Tank, 2 : Feed Proportioning Pump,


3 : Feeding Centrifugal Pump 4 : Float Flow Meter
5 : Measurement Probe of The pH 6 : Reactor
7 : Oil Collecting tray

Bahan yang digunakan :


- Asam Klorida (HCl) 30%
- Natrium Hidroksida (NaOH) 30%
III. DASAR TEORI
Peralatan proses pengendalian pH terdiri dari dua tangki yang terletak
dibagian atas alat dan dibagian dasar. Tangki atas terbagi dua, tangki A dan
tangki B yang masing-masing berisi larutan umpan berupa larutan asam dan
tangki bawah sebagai tangki penampung.
Tujuan utama pengendalian pH adalah mengendalikan pH larutan yang
terdapat pada tangki utama (MAIN) yang mengalir kebawah masuk menuju
tangki pencampur, jumlah larutan yang masuk dapat diketahui dengan
mengatur katup dan mengukur laju alir dari flowmeter. Gangguan (NOISE)
dari tangki noise juga mengalir kebawah menuju tangki pencampur, jumlah
dan besar aliran dapat diatur dan dilihat dengan flowmeter. Larutan bercampur
di tangki dan di aduk oleh stirrer kemudian di ukur oleh elektroda, hasil
pengukuran diberikan ke controller CRpH yang berhubungan dengan sebuah
personal computer. Output dari controller kemudian diberikan ke pompa
peristaltik yang akan memompa sejumlah larutan koreksi sehingga pH didalam
tangki akan mendekati harga setpoint yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam variasi laju alir umpan dengan setpoint bersifat agak asam dan
asam kuat. Pada laju alir yang lambat, pengendali tidak dapat mempertahankan
harga pH dan pompa akan bergerak secara periodik (bergantian) sehingga
menghasilkan osilasi dan tidak mencapai setpoint stabil. Pengurangan osilasi
dapat dilakukan dengan mempercepat laju alir. Perbedaan untuk setpoint yang
bersifat agak asam dan asam dapat diperlihatkan pada grafik yang terbentuk.
Linearitas dan bentuk simetris grafik antara setpoint yang berbeda pada saat
laju alir divariasikan menunjukkan ketergantungan pH terhadap laju alir.

1. Pengendalian P/I/D
Sistem pengendalian secara kontinyu berbeda dengan pengendalian
tak kontinyu (ON/OFF). Pada sistem kontrol kontinyu, sistem secara
kontinyu melakukan evaluasi antara error dan set point dan secara kontinyu
pula memberikan masukan (input) bagi elemen kontrol akhir untuk
melakukan perubahan agar harga pengendalian (control point) mendekati
atau sama dengan harga set point.
Sistem pengendalian kontinyu ini menggunakan tiga terminology
khusus berikut :
Proporsional
Integral
Derivativ
Sinyal yang diregulasi yang didasarkan atas error (perbedaan antara
set point dengan control point ditentukan oleh jumlah ketiga definisi diatas.

PROPORSIONAL
Bagian atau komponen mode pengendali ini menyatakan error yang
terjadi sebanding antara set point dan harga terukur. Sebanding ini
dinyatakan sebagai harga konstanta proporsional (Kp).
Ketika sinyal regulasi mencapai 100% atau katup pneumatic terbuka
penuh, error mencapai level saturasi (jenuh), penambahan error tidak akan
meningkatkan sinyal regulasi.
Disini perlu diketahui range interval error sinyal regulasi dapat
beroperasi antara 0%-100%. Range variasi error dinyatakan sebagai
Proportional apabila error (e) antara 0-PB, maka persen sinyal regulasi (x)
adalah :
X = e . PB
Semakin besar PB, semakin kecil keluaran controller (x) untuk error yang
sama. Dengan kata lain, semakin rendah Gain proportional kontroler.
Sistem pengendali yang hanya menggunakan mode Proportional ini
mempunyai ketentuan sebagai berikut :
a. Error tidak dapat dieliminasi (dikurangi) dan sulit mencapai setpoint
b. Adanya error sisa (residu) yang disebut OFFSET yang bertambah dengan
bertambahnya PB.

INTEGRAL
Mode kontrol integral selalu digunakan berpasangan dengan mode
proporsional dengan persamaan :
0
X(t) = Kp.e(t) + Ki t (x) dx

Dengan mode gabungan ini error pertama-tama akan meningkat kemudian


berkurang dengan cepat oleh aksi proporsional. Error tidak akan nol
dikarenakan adanya offset. Aksi kontrol integral akan mengurangi error
residu (OFFSET) dari proporsional. Dengan mode ini kemungkinan untuk
mengurangi error secara tuntas, sedangkan kondisi equilibrium baru
memerlukan aliran masuk yang baru yang digerakkan oleh mode integral
juga.
Umumnya mode gabungan ini digunakan ketika variabel yang
dikendalikan diharapkan mengalami perubahan besar namun lambat yang
memerlukan perubahan cukup besar pada sinyal regulasi (x).

DERIVATIF
Mode derivatif juga dipergunakan bergabung dengan moode
proporsional dengan persamaan :

d
X(t) = Kp.e(t) + Kd. dT e(t)

Jika error konstan, derivative sebagai fungsi waktu akan mempunyai harga
nol (tidak ada output). Mode proportional derivative ini digunakan apabila
diharapkan perubahan yang cepat dan dalam batas level yang diizinkan.
Oleh karena level control mempunyai variasi bahan yang rada lambat,
penggunaan mode derivatif kurang memberi pengertian yang jelas.
Mode gabungan yang melibatkan derivative yang digunakan pada
CRpH adalah mode gabungan lengkap atau mode PID (Proportional,
Integral, Derivatif) dengan persamaan :

0 d
X(t) = Kp.e(t) + Ki t (x) dx + Kd. dT e(t)
Gabungan ketiganya disini memberikan kemungkinan pengendalian yang
sempurna dan menghasilkan pengendalian yang optimal.

IV. PROSEDUR KERJA

1. Memipet 6 mL larutan NaOH 30% ke dalam galon aquadest bagian bawah,


menambahkan aquadest hingga terisi 9 L.
2. Memipet 3 mL larutan HCl 30% ke dalam galon aquadest bagian atas dan
menambahkan aquadest hingga terisi 9 L.
3. Menghidupkan alat dengan memutar MAIN SWITCH ke posisi ON.
4. Mengambil sampel dari masing-masing galon sejumlah 50 mL dan
mengecek pH dengan menggunakan pH elektroda tersedia. Membilas
elektroda.
5. Memutar katup tempat elektroda di tangki proses dengan memutar dan
memasukkan elektroda pH ke dalam, kencang kembali dengan memutar.
6. Menghidupkan komputer dan menghubungkan antara CRpH dengan
computer menggunakan kabel USB tersedia. Menjalankan program
DIDATEC CONTROL pada layar desktop dengan mengklik 2x
menggunakan mouse.
7. SWITCH ON pengaduk, menekan tombol power pada bagian pengaduk
sampai muncul 50 rpm, menekan tanda + hingga kecepatan pengaduk
menjadi 350 rpm.
8. Menghidupkan pompa sentrifugal dan mengatur debit pada 3,5 L/h.
Mengamati permukaan cairan di dalam tangki proses hingga elektroda
tercelup dengan baik.
9. Mengatur USB Port di monitor ke COM 6 dan mengubah SETPOINT
menjadi 8.
10. Memasukkan harga proportional band 30%, integral time 1 dan derivative
time 0.
11. Menghidupkan Dosing Pump.
12. Mengklik START ACQUISITION pada layar monitor untuk memutar
proses pengendalian pH. Mengklik kanan pada bagian sumbu X untuk
mengaktifkan AUTOSCALE pada bagian pengukuran.
13. Mengamati hingga didapat grafik perubahan yang cenderung stabil.
14. Setelah selesai RUN 1 terdapat 2 bukit dan 1 lembah, klik STOP.
15. Klik save graph untuk melihat grafik pengukuran dan mengisi nama grafik
yang akan disimpan.
16. Mengulangi percobaan dari langkah 10 dan mengubah nilai derivatif time
menjadi 0.

Keterangan :

- Garis hijau : Output dari dosing pump berupa bukaan katup


- Garis merah : Harga pH yang terukur
- Garis hitam : Set point
V. DATA PENGAMATAN

- Set point = 6,9


- pH awal HCl =5
- pH awal NaOH = 7,08

Percobaan Percobaan Percobaan


Variabel Satuan
2 3 4
Proporsional
30 30 30 %
Band
Integral 1 0 1 Detik
Derifativ 0 1 1 Detik
pH maksimum 7,9 7,5 7,6 -
Waktu mencapai
40 145 15 Detik
set point
Laju alir 3,5 3,5 3,5 L/H
Kecepatan
350 350 350 rpm
pengadukan
GRAFIK

1. Grafik P/D

2. Grafik P/I
3. Grafik P/I/D
VI. ANALISA DATA

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa tujuan dari
pengendalian pH adalah untuk menjaga nilai pH agar tetap berada pada set
point yang diinginkan. Pada alat pengendalian pH terdapat 2 galon yang
terletak dibagian atas dan bagian bawah. Galon yang terletak pada bagian atas
berisikan larutan asam yaitu HCl 0,01% dan pada bagian bawah berisi larutan
basa yaitu NaOH 0,02%. pH awal larutan HCl 4,64 dan pH awal larutan NaOH
7,08. Set point pada praktikum ini adalah 6.
Dari percobaan ini galon yang berada di atas akan masuk ke dalam
reaktor dengan dipompakan oleh dosing pump, sedangkan larutan NaOH akan
dikendalikan oleh proporsional pump. Pencampuran kedua larutan dilakukan
dengan pengadukkan secara otomatis dengan kecepatan 350 rpm. Output dari
controller kemudian diberikan ke pompa dosing yang akan memompa sejumlah
larutan NaOH, sehinngga pH didalam reaktor akan mencapai set point.
Pada grafik dapat dilihat bahwa NaOH akan dipompakan ke dalam
reaktor apabila pH campuran lebih kecil dari set point. NaOH secara otomatis
akan berhenti dipompakan apabila campuran dalam reaktor memiliki pH di atas
6. Pengendalian ini akan berlangsung terus-menerus, sehingga NaOH secara
otomatis akan hidup / mati sesuai pH yang ada didalam reaktor.
Pada percobaan 1 digunakan pengendali proporsional integral (PI) dan
pada percobaan 2 digunakan pengendalian proporsional integral derifativ
(PID). Dari grafik dapat dilihat bahwa, pada percobaan dengan menggunakan
pengendali PID lebih cepat mencapai set point dibandingkan dengan
pengendali PI. Selain itu, bentuk lembah yang terbentuk dari hasil output
dosing pump berupa bukaan katup menunjukkan pengendali PI memiliki
lembah lebih kecil dibandingkan dengan pengendali PID. Ini akan
menyebabkan error yang dihasilkan oleh pengendali PI lebih besar dari
pengendali PID. Terlihat dari pH maksimum percobaan 1 sebesar 6,62 dan pH
maksimum pada percobaan 2 sebesar 6,50.

VII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengendalian pH bertujuan untuk menjaga agar nilai pH dalam reaktor
tetap berada pada set point yang diinginkan.
2. Pengendalian dengan mode PID lebih cepat mencapai set point
dibandingkan dengan pengendali PI, dimana dari data didapat set point
tercapai pada :
- Percobaan 1 =
- Percobaan 2 =
3. Error yang dihasilkan dari pengendali PI lebih besar daripada pengendali
PID. Nilai pH maksimum yang tercapai yaitu :
- Percobaan 1 =
- Percobaan 2 =
4. Output dari dosing pump yang dihasilkan oleh pengendali PI lebih kecil
dibandingkan dengan pengendali PID. Hal ini ditunjukkan pada lembah
yang terbentuk pada garis hijau di grafik.
DAFTAR PUSTAKA

Meidinariasty, Anerasari. 2017. Penuntun Praktikum Pengendalian Proses.


Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya

Midia,Kiki.2015. Laporan Pengendalian Ph, (0nline),


(http://kikimidia.blogspot.co.id/2015/12/laporan-crph-pengendalian-proses.html,
diakses 15 April 2017)

Khusnul, Khotimah. 2014. Laporan Pratikum Pengendalian Proses, (online),


(http://khusnulbravo.blogspot.co.id/2014/07/laporan-praktikum-pengendalian-
proses.html, diakses 15 April 2017)
LAPORAN TETAP PENGENDALIAN PROSES

PENGENDALIAN Ph (CRpH)

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Arananda Dwi Putri ( 061540411570 )
Ayu Purnama Sari ( 061540411571 )
Dedek Aguspina ( 061540411573 )
Djiquwatan Abrar ( 061540411574 )
Dona Wulandari ( 061540411575 )
Fatimi Umaira ( 061540411576 )
Fherycia Oktin Anggraini ( 061540411577 )
Lili Wijayanti ( 061540411579 )
Nurul Hidayati ( 061540411585 )
Wahyu Herdi Ramadhani ( 061540411590 )

Dosen Pembimbing: Yohandri Bow, ST., M.S.

PRODI DIV TEKNIK ENERGI JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG

2017

Anda mungkin juga menyukai