Anda di halaman 1dari 7

Vol: 6, No.

1, Maret 2017 ISSN: 2302 - 2949

RANCANG BANGUN ANTENA LOG PERIODIC DIPOLE ARRAY


UNTUK PENGUKURAN RADIASI ELEKTROMAGNETIK BTS

Haryo Dwi Prananto*, Priyo Wibowo


Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
*
Corresponding author, e-mail: haryo.dwi.prananto@lipi.go.id

Abstrak Telah dilakukan rancang bangun antena mikrostrip log periodic dipole antenna (LPDA) yang
akan digunakan sebagai alat ukur radiasi medan elektromagnetik pada base trransceiver station (BTS).
Sebelum dijadikan alat ukur radiasi medan elektromagnetik BTS, karakteristik antena dilihat terlebih
dahulu dari sisi return loss, dan pola radiasi yang dihasilkan. Desain antena LPDA menggunakan spesifikasi
khusus dengan parameter = 0.88 dan = 0.12. Pembuatan antena secara mikrostrip dengan bahan
dielektrik berupa FR4 sebagai substrat dan elemen antena berupa tembaga. Pengukuran return loss
menggunakan network analyzer dan pola radiasi diukur di semi anechoic chamber 3 m di frekuensi operasi
kerja BTS Indonesia (frekuensi 850, 900, 1800, 2100, dan 2300 MHz). Hasilnya pada setiap frekuensi nilai
return loss yang didapat baik karena bernilai dibawah -10 dB. Sedangkan pola radiasinya yang dihasilkan
berbentuk direksional pada setiap frekuensi. Pada frekuensi 850 dan 900 MHz back lobes yang ada pada
pola radiasi yang dihasilkan cukup besar nilainya mendekati nilai main lobes. Sedangkan pada frekuensi
2100 MHz, side lobes yang ada mendekati nilai main lobes. Hal ini merupakan hasil yang kurang maksimal,
sehingga antena LPDA yang dibuat cukup baik digunakan di frekuensi 1800 MHz dan 2300 MHz.

Kata Kunci : antena mikrostrip LPDA, return loss, dan pola radiasi

Abstract The Microstrip Antenna Log Periodic Dipole Array has been design and create as measuring
device for electromagnetic field on base transceiver station (BTS). Before it use for measuring device,
characterictics of antenna must be known from return loss and radiation pattern. The design of antenna has
special specification which it use = 0.88 and = 0.12 as parameter. Material of antenna from FR 4
dielectric material as substrate and element from chopper. Measuring return loss with networ analyzer and
radiation pattern in 3 m semi anechoic chamber at frequencies 850, 900, 1800, 2100, and 2300 MHz. The
result of return loss from each frequencies is good because the values is below than -10 dB. Whereas the
radiation pattern is directional type to each frequency. Frequency antena at 850 and 900 MHz, back lobes
that exist in the radiation pattern generated sizeable value approaching the value of the main lobes. While
in the 2100 MHz frequency, side lobes that is closer to the value of the main lobes. This is less than the
maximum results, so that the antenna LPDA made pretty good use in the frequency of 1800 MHz and 2300
MHz.

Keywords : Microstrip antenna LPDA, return loss, and radiation pattern

Copyright 2017 JNTE. All rights reserved

1. PENDAHULUAN sifatnya sebagai sarana dalam sistem transmisi


komunikasi ini, maka otomatis BTS akan
Base transceiver station (BTS) memegang menjadi sumber yang akan memancarkan radiasi
peranan penting dalam sistem komunikasi. BTS medan elektromagnetik, yang akan memberi
berperan penting dalam memfasilitasi pengaruh pada lingkungan sekitarnya [2].
komunikasi nirkabel antara pengguna jaringan Untuk mengetahui seberapa besar medan
komunikasi (mobile phone) dengan operator elektromagnetik yang dipancarkan oleh BTS,
telekomunikasi seluler [1]. diperlukan antena sebagai pengukur radiasi
BTS menerima sinyal dari pengguna mobile medan tersebut. Antena yang cukup baik
phone (dalam hal ini sebagai pengirim sinyal) digunakan untuk keperluan tersebut adalah jenis
untuk diproses dan dilanjutkan ke jaringan dan antena log periodic dipole array (LPDA).
ke telepon lainnya sebagai penerima. Sebelum Antena LPDA merupakan antenna jenis
dikirim ke penerima sinyal tersebut diperkuat direksional dan sangat baik untuk semua aplikasi
sampai level yang dipersyaratkan. Karena yang membutuhkan rentang frekuensi yang lebar

Received date 2016-09-30, Revised date 2017-02-10, Accepted date 2017-02-28


DOI : 10.20449/jnte.v6i1.317
Vol. 6, No. 1, Maret 2017 ISSN: 2302 - 2949

disertai dengan penguatan yang wajar [3]. Selain B merupakan bandwidth sedangkan BAR
itu jika jika antenna LPDA dibuat versi merupakan bandwidth pada daerah aktif antena.
mikrostripnya, kelebihannya bertambah yaitu B dan BAR didapatkan dari [9]:
ukuran yang kecil, ringan, mudah dibuat, pola

radiasi yang terarah [4]. B= (2)

Berbagai penelitian-penelitian telah
dilakukan untuk pengembangan antenna
mikrostrip LPDA. Seperti pada penelitian Karim = 1,1 + 7,7(1 )2 (3)
dkk [5], antenna LPDA cetak yang dibuat Definisi fmax adalah batas atas frekuensi
memiliki rentang frekuensi yang luas yaitu pada maksimum dan fmin adalah batas bawah frekuensi
rentang UHF (0,5 GHz 3 GHz) dengan nilai
minimum antena. Sedangkan cot merupakan
return loss dan pola radiasi dari penelitian
sudut antara feedline dengan ujung panjang
tersebut pun cukup baik. Nilai return loss yang
elemen antena. Simbol merupakan konstanta
didapat penelitian tersebut adalah di bawah -10
desain antena LPDA yang dapat ditentukan pada
dB dari rentang 0,5 GHz 4 GHz. Sedangkan
Gambar 1 sesuai dengan gain yang diinginkan.
Pola radiasinya bernilai tinggi dan directional
pada sudut 0 - 120 dan 240 - 360. Hasil yang
diperoleh dari penelitian tersebut didapat dengan
rancangan sebesar 0.85. Penelitian lainnya
dilakukan oleh Casula dkk [6] dengan rentang
frekuensi dan perancangan antena LPDA cetak
yang berbeda. Rentang frekuensi yang
digunakan adalah 2,4 3 GHz dan 5,2 5,8 GHz
dengan = 0.95.
Penelitian-penelitian diatas menggunakan
0.95 dan 0.85. Pada penelitian ini dibuatlah
antenna mikostrip LPDA dengan pemilihan
sebesar 0.8 dan sebesar 0.12 dengan rentang
frekuensi kerja BTS yaitu 800 MHz 2400
MHz. Gambar 1. Kontur directivity antena LPDA yang
Pemilihan dan didasarkan pada ditunjukkan fungsi dengan fungsi
pertimbangan akan dimensi antenna dan gain [8].
yang akan digunakan. Dengan nilai tersebut,
dimensi antena akan akan menjadi lebih Kemudian mencari panjang elemen antena
berkurang namun dengan gain yang wajar yaitu pada mikrostrip dengan menggunakan
berkisar 6.5 dB, sehingga cocok menjadi persamaan [5]:
pengukur radiasi BTS yang mudah dibawa dan
tidak memerlukan penguat daya lagi. = 0.5 / (4)

2. TINJAUAN PUSTAKA Dimana merupakan cepat rambat cahaya


pada dielektrik suatu media yang dipakai dalam
2.1. Antena LPDA pembuatan antenna mikrostrip. Sedangkan
Antena LPDA merupakan susunan antenna adalah frekuensi yang digunakan.
dipol yang dipasang berurutan dan sejajar [7]. Kemudian mencari jarak antara elemen satu
Antena tersebut dapat dibuat dengan beberapa dengan elemen (Sn) lainnya menggunakan
ketentuan berdasarkan rentang frekuensi yang persamaan [6]:
diinginkan. Dimana rentang frekuensi tersebut
mempengaruhi jumlah elemen antenna yang = 4 (5)
ingin dibuat yaitu sesuai dengan persamaan
berikut [8]: Panjang dan jarak antar elemen selanjutnya
dapat dicari melalui yang dipilih sebelumnya
( . )
=1+ 1 (1) menggunakan persamaan berikut [7]:
( )

Jurnal Nasional Teknik Elektro 31


Vol: 6, No. 1, Maret 2017 ISSN: 2302 - 2949

3. METODOLOGI
= = = (6)
+1 +1 +1
3.1. Desain Antena Mikrostrip LPDA
2.2. Return Loss Antena dirancang sesuai dengan rentang
Return loss merupakan nilai perbandingan frekuensi operasi BTS yaitu di rentang 800
antara besarnya amplitudo dari daya yang 2400 MHz, = 0.8 dan = 0.12. Parameter-
dipantulkan dengan amplitudo dari gelombang parameter tersebut digunakan dalam pembuatan
yang ditransmisikan. Parameter ini umumnya desain antenna LPDA dengan menggubakan
dinyatakan sebagai perbandingan dalam satuan persamaan-persamaan yang dijelaskan bagian
desibel (dB) dalam tanda negatif. Return Loss
sebelumnya.
dapat didefinisikan seperti pada persamaan 7
Berdasarkan desain yang dibuat didapatkan
[10][11]:
antena dengan spesifikasi yang terlihat pada
tabel berikut ini:
= 20 10 || (7)

Dimana merupakan koefisien refleksi (S11). Tabel 1. Spesifikasi desain antenna mikrostrip
LPDA yang dibuat
2.3. Pola Radiasi Dipole ln Sn wn
1 15.2 3.30
2 19.0 9.10 4.13
3 23.7 11.37 5.17
4 29.6 14.22 6.46
5 37.0 17.77 8.07
6 46.3 22.22 10.09
7 57.9 27.77 12.62
8 72.3 34.71 15.77
9 90.4 43.39 19.72

3.2. Pembuatan Antena mikrostrip LPDA


Gambar 3 merupakan antena LPDA cetak
yang telah dibuat dengan dimensi 19.8 cm x 20.5
cm. Pembuatan antena menggunakan bahan FR4
Gambar 2. Subklasifikasi lobes pada pola radiasi sebagai substrat dan tembaga sebagai elemen
[7] antenna. Konektor yang digunakan adalah
female SMA connector dengan lebar feedline
Pola radiasi merupakan penggambaran 3.137 mm.
distribusi energy yang dipancarkan antenna di
ruang bebas. Pola radiasi memiliki berbagai
bagian yang dinamakan lobes. Lobes dapat
disubklasifikasikan menjadi major lobe, minor
lobe, side lobe, dan back lobe seperti yang
diperlihatkan pada gambar 2. Lobes yang ada di
pola radiasi dapat menandakan sifat pancar suatu
antenna. Sifat pancar tersebut dapat berupa
direksional (arah pancar ke hanya ke satu arah),
omnidireksional (arah pancar ke berbagai arah
dengan energy pada satu bidang sama besar),
ataupun isotropis (arah pancaran ke segala arah
dengan energi sama besar di pada seluruh Gambar 3. Foto antenna mikrostrip yang telah
bidang) [7]. dibuat

32 Jurnal Nasional Teknik Elektro


Vol. 6, No. 1, Maret 2017 ISSN: 2302 - 2949

3.3. Pengukuran Return Loss Antena mikrostrip LPDA Cetak diletakkan


Gambar 4 menunjukkan pengukuran return pada meja yang dapat berputar 360 terhadap
loss pada antena mikrostrip LPDA dengan antena pengukur. Jarak antena pengukur dengan
menggunakan network analyzer. Nilai return antena LPDA Cetak yang disebut antenna under
loss diambil pada rentang frekuensi kerja BTS di test (AUT) adalah 3 m dimana kedua antenna
frekuensi GSM dan CDMA yang aktif berada di posisi horizontal. Antena pengukur
beroperasi di Indonesia yaitu frekuensi 850, 900, merupakan antena jenis bilog, gabungan antara
1800, 2100, dan 2300 MHz. [12] antena jenis LPDA dan bow-tie. Antena
mikrostrip LPDA diberikan sinyal sebesar 80
dBV oleh signal generator. Pola radiasi
diambil pada frekuensi yang sama saat
pengambilan data nilai return loss.

Gambar 4. Pengukuran return loss antena


mikrostrip LPDA menggunakan
network analyzer

3.4. Pola Radiasi Gambar 6. Pengukuran pola radiasi antena


Gambar 5 dan 6 menunjukkan pengambilan mikrostrip LPDA di semi anechoic
data pola radiasi far-field pada semi anechoic chamber 3 m di frekuensi diatas 1
chamber 3 m. Pada gambar 5, pengambilan pola GHz
radiasi di frekuensi dibawah 1 GHz (850 dan 900
MHz) dimana diantara antena yang diukur dan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
diukur dipasang ferit sebagai penyerap medan
elektromagnetik. Sedangkan pada gambar 6, 4.1. Return Loss
pengambilan pola radiasi pada frekuensi diatas 1 Data return loss yang didapat pada
GHz (1800, 2100, dan 2300 MHz) yang frekuensi kerja BTS ditampilkan pada tabel
penyerap gelombang elektromagnetik berupa berikut:
pyramid cone.
Tabel 2. Data return loss di setiap frekuensi
Frekuensi (MHz) Return Loss (dB)
850 -11.576
900 -11.852
1800 -14.796
2100 -15.049
2300 -18.424

Nilai return loss pada semua frekuensi


yang terdapat pada tabel 2 tersebut termasuk
baik karena nilainya dibawah -10 dB [13]. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa gelombang yang
Gambar 5. Pengukuran pola radiasi antena direfleksikan antena sangat kecil bila
mikrostrip LPDA di semi anechoic dibandingkan dengan gelombang yang salurkan.
chamber 3 m di frekuensi dibawah Hal itu menunjukkan efisiensi antena sebagai
1 GHz. antena pemancar maupun penerima.

Jurnal Nasional Teknik Elektro 33


Vol: 6, No. 1, Maret 2017 ISSN: 2302 - 2949

4.2. Pola Radiasi yang dihasilkan cukup besar mendekati main


Gambar 7, 8, 9, 10, dan 11 menunjukkan lobe.
pola radiasi yang dihasilkan antena mikrostrip Hal tersebut kurang baik karena dapat
LPDA pada frekuensi 850, 900, 1800, 2100, dan menyebabkan pembacaan medan
2300 MHz. Pola radiasi yang dihasilkan pada elektromagnetik tidak terfokus ke satu arah
setiap frekuensi merupakan pola radiasi melainkan dan akan mengganggu pengukuran.
direksional. Hal tersebut dibuktikan pada setiap Selain itu juga akan berpeluang terjadinya
pola radiasi hanya memiliki sebuah main lobe . kesalahan target saat pengukuran.
Pada frekuensi 850, 900, dan 1800 MHz, main Penyebab dari hasil tersebut mungkin
lobe mengarah ke sudut 0, sedangkan pola dikarenakan posisi connector SMA yang ada di
radiasi pada frekuensi 2100 dan 2300 mengarah ujung dekat elemen antena frekuensi tinggi
ke sudut -10. (Nilai Ln yang kecil).

0 0
-100 10 20 -100 10 20
-30-20 30 -30-20 30
-40 -5 40 -40 -5 40
-50 -10 50 -50 -10 50
-60 60 -60 60
-70 -15 70 -70 -15 70
-80 -20 80 -80 -20 80
-90 -25 90 -90 -25 90
-100 100 -100 100
-110 110 -110 110
-120 120 -120 120
-130 130 -130 130
-140 140 -140 140
-150
-160 150 -150 150
-170 170160 -160
-170 170160
180 180

Gambar 7. Pola radiasi antenna mikrostrip Gambar 9. Pola radiasi antenna mikrostrip
LPDA pada frekuensi 850 MHz. LPDA pada frekuensi 1800 MHz.

0 0
-100 10 20 -100 10 20
-30-20 30 -30-20 30
-40 -5 40 -40 40
-50 -10 50 -50 -10 50
-60 60 -60 60
-70 -15 70 -70 -20 70
-80 -20 80 -80 80
-90 -25 90 -90 -30 90
-100 100 -100 100
-110 110 -110 110
-120 120 -120 120
-130 130 -130 130
-140 140 -140 140
-150
-160 150 -150 150
-170 170160 -160
-170 170160
180 180

Gambar 8. Pola radiasi antenna mikrostrip Gambar 10. Pola radiasi antenna mikrostrip
LPDA pada frekuensi 900 MHz. LPDA pada frekuensi 2100 MHz.

Pada frekuensi 850, 900, dan 2300 MHz Connector SMA tersebut membuat elemen
pola radiasi yang dihasilkan kurang maksimal antena di frekuensi rendah (Ln bernilai besar)
bila dihubungkan dengan pola radiasi antenna tetap memancarkan medan elektromagnetnya
LPDA yang berjenis direksional. Pada frekuensi saat di posisi 180 dengan nilai yang cukup besar.
850 dan 900 MHz back lobe yang dihasilkan Sementara untuk frekuensi 1800 dan 2300
cukup besar dibanding dengan main lobe. MHz, pola radiasi yang dihasilkan cukup baik
Sedangkan di frekuensi 2100 MHz side lobe karena main lobe yang dimiliki hanya ada 1 dan

34 Jurnal Nasional Teknik Elektro


Vol. 6, No. 1, Maret 2017 ISSN: 2302 - 2949

back lobes serta side lobes nilainya tidak begitu IEEE Antennas Wirel. Propag. Lett., vol.
besar dibandingkan main lobes yang dihasilkan. 12, no. August 2015, pp. 12321235,
2013.
0 [4] D. E. Anagnostou, J. Papapolymerou, M.
-100 10 20
-30-20 30 M. Tentzeris, S. Member, and C. G.
-40 40 Christodoulou, A Printed Log-Periodic
-50 -10 50
-60 60 Koch-Dipole Array ( LPKDA ), IEEE
-70 -20 70 Antennas Wirel. Propag. Lett., vol. 7,
-80 80
2008.
-90 -30 90
-100 100 [5] M. A. Karim, M. Rahim, and H. Majid,
-110 110 Log periodic fractal Koch antenna for
-120 120 UHF band applications, Prog.
-130 130 Electromagn. Res., vol. 100, pp. 201218,
-140 140
-150
-160 150 2010.
-170 170160
180 [6] G. A. Casula and P. Maxia, A multiband
printed log-periodic dipole array for
Gambar 11. Pola radiasi antenna mikrostrip wireless communications, Int. J.
LPDA pada frekuensi 2300 MHz. Antennas Propag., vol. 2014, 2014.
[7] C. A. Balanis, Antenna Theory Analysis
5. KESIMPULAN and Design, 3rd ed. New Jersey: John
Wiley & Sons, Inc, 2005.
Antena mikrostrip LPDA telah berhasil [8] R. Carrel, The Design of log-periodic
dibuat dengan rancangan rentang frekuensi 800 dipole antennas, Urbana, Illinois, 1961.
2400 MHz dengan parameter dan sebesar [9] M. Bloom, S. Fagan, J. Morin, N. G.
0.8 dan 0.12 yang berdimensi kecil sehingga Hallas, D. F. Pingree, and C. Michaud,
mudah dibawa. Hasil karakteristik return loss The ARRL Antenna Book for Radio
yang didapat cukup baik karena bernilai dibawah Communications, 22th ed. Newington:
-10 dB. Sedangkan pola radiasi yang dihasilkan ARRL, 2011.
direksional pada setiap frekuensi. Namun hasil [10] H. Andre and U. Khayam, Antena Kupu
pola radiasi yang dihasilkan pada frekuensi 850, - Kupu Sebagai Sensor Ultra High
900, dan 2100 belum maksimal. Oleh karena itu Frequency ( UHF ) Untuk Mendeteksi
desain antena ini cukup baik digunakan untuk Partial Discharge Pada Gas Insulation
pengukur radiasi BTS di frekuensi 1800 dan Substation, JNTE, vol. 2, no. 2, pp. 817,
2300 MHz. 2013.
[11] H. Andre, K. Kananda, A. R. Timor,
DAFTAR PUSTAKA Khairullah, Erliawati, and Z. Hendri,
Perancangan Modifikasi Antena Kupu-
[1] Hidayat and D. Ginting, Rancang bangun Kupu Panjang Dual Frekuensi untuk
perangkat pemantau shelter bts, J. Tek. Aplikasi Hypherthermia, JNTE, vol. 4,
Komput. Unikom - Komputika, vol. 2, no. no. 2, pp. 207214, 2015.
2, pp. 1014, 2013. [12] www.worldtimezone.com, GSM World
[2] W. Ardiatna, A. N. Bakti, H. W. Nugroho, Coverage Map- GSM Country List by
S. W. Hidayat, J. Sadrach, and S. frequency bands, 2016. [Online].
Kadarwati, Analisis Tingkat Emisi Available:http://www.worldtimezone.co
Radiasi Medan Elektromagnetik Dari m/gsm.html. [Accessed: 26-Sep-2016].
BTS, J. Stand., vol. 15, no. 2, pp. 144 [13] R. Hadinegoro, Y. K. Ningsih, and I.
152, 2013. Surjati, Ultra-Wideband Notched
[3] G. A. Casula, P. Maxia, G. Montisci,G. Characteristic Fed by Coplanar
Mazzarella, and F. Gaudiomonte, A Waveguide, Makara J. Technol., vol. 18,
printed LPDA Fed by a coplanar no. 3, p. 105, 2015.
waveguide for broadband applications,

Jurnal Nasional Teknik Elektro 35


Vol: 6, No. 1, Maret 2017 ISSN: 2302 - 2949

Biodata Penulis Elektromagnetik sejak tahun 2015.


Haryo Dwi Prananto, merupakan peneliti di Priyo Wibowo, merupakan peneliti bidang
Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Kompatibilitas Elektromagnetik dan Aplikasi
Pengujian LIPI, saat ini aktif sebagai Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi
anggota kelompok penelitian Kompatibilitas Pengujian,LIPI.

36 Jurnal Nasional Teknik Elektro

Anda mungkin juga menyukai