Anda di halaman 1dari 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan dan pertumbuhan individu dimulai sejak dalam kandungan

dan dilanjutkan sampai ke tahap akhir menjadi lansia. Dalam tahapan

perkembangan tersebut terdapat periode penting dari anak sampai dewasa yaitu
1
periode pra sekolah.(wong,2009) Anak usia prasekolah adalah anak dengan

rentang usia 3-6 tahun.(wong 2009, soetjiningsih 2013) 1,2 Pada usia prasekolah

anak sudah mulai mengikuti berbagai pendidikan untuk usia

dini.(patmonodewo, 2008) 3 Berdasarkan data UNESCO Institute for Statistics

2014, angka partisipasi kasar (APK) PAUD dunia tahun 2012 sebesar 54 %,
4
sedangkan APK PAUD Indonesia telah mencapai 63%.(kompas.com) APK

PAUD di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya, pada tahun 2013


5
APK PAUD di Indonesia mencapai 67,40%. (buku paud) Beberapa negara

seperti yaman, somalia dan afghanistan presentasi anak mengikuti kegiatan

pendidikan usia dini masih dibawah 10%, sedangkan untuk bebrapa negara lain

sudah ada yang diatas 80%.(unicef) 6

Pada tahun 2013 populasi anak prasekolah (usia 3-6 tahun) untuk Indonesia

mencapai 18.710.122 jiwa. Untuk Propinsi Jawa Tengah sendiri populasi anak

dengan rentang usia 3-6 tahun mencapai 2.221.615 jiwa.(buku paud) 5 Menurut

sumber data sementara hasil olahan Setditjen PAUDNI 2014 proyeksi peserta

didik PAUD berdasarkan satuan PAUD tahun 2013 yang ada di seluruh

1
2

Indonesia mencapai 12.610.622 jiwa. Sedangkan untuk Popinsi Jawa Tengah

sendiri tahun 2013 proyeksi peserta didik PAUD berdasarkan satuan PAUD

yang ada mencapai 1.579.877 jiwa.(buku paudni) 5

Menurut Hurlock usia prasekolah adalah usia 3-5 tahun, dan pada masa ini

merupakan kurun waktu yang disebut sebagai masa keemasan (the golden age).7

Masa pra sekolah disebut juga dengan masa keemasan (Golden period), jendela

kesempatan (window of opportunity), dan masa kritis (critical period)

dikarenakan pada tahun-tahun pertama perkembangan anak sangat penting yang

akan menentukan kualitas anak kedepannya.(setiadi 2012) 8 Golden age karena

pada usia ini anak akan mengalami perkembangan yang sangat cepat pada setiap

aspek pertumbuhan dan perkembangannya, meskipun setiap anak memiliki pola

perkembangan sama tetapi ritme perkembangannya antara anak yang satu

dengan lainnya berbeda karena pada dasarnya anak bersifat individual. (sofia,

2005) 9

Anak usia prasekolah memiliki beberapa tugas perkembangan yang harus

dilewati sebelum mereka mencapai tahap perkembangan selanjutnya. Tugas

perkembangan anak usia prasekolah adalah perkembangan terkait pada

kemampuan fisik/ motorik (motorik kasar dan motorik halus), bahasa dan

sosial. (wong, 2009) 1 Perkembangan kemampuan motorik kasar pada anak usia

prasekolah antara lain; anak dapat melompat dengan dua kaki dan satu kaki,

berdiri dengan satu kaki selama 2-6 detik, naik turun tangga, menari.

Perkembangan motorik halus usia prasekolah; mampu memegang pensil

dengan benar, menggambar garis lurus, lingkaran, tanda silang, menggambar


3

2
orang dengan 3 bagian tubuh, menyusun kubus. (soetjiningsih, 2013)

Kemampuan berbahasa anak usia prasekolah seperti; anak sudah bisa menyusun

kalimat tunggal yang sempurna, mampu memahami tetang perbandingan, lebih

banyak menanyakan tempat dan nama, dan sudah dapat menggunakan kata-kata

berawalan dan berakhiran.(wong, 2009) 1

Perkembangan bahasa pada usia prasekolah ditunjukkan dengan anak

sudah mampu menyebutkan gambar hingga empat, menyebutkan warna satu

sampai dua, menyebutkan kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua kata,

menirukan suara/bunyi, mengerti perintah dan larangan, lebih banyak

menanyakan tempat dan nama, dan sudah dapat menggunakan kata-kata

berawalan dan berakhiran, lebih banyak menanyakan tempat dan nama, dan

sudah dapat menggunakan kata-kata berawalan dan berakhiran dan


2,10
sebagainya.(soetjiningsih, 2013, hidayat, 2009) Perkembangan adaptasi

sosial dapat ditunjukkan dengan adanya peningkatan kecemasan terhadap

perpisahan, menangis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan

gaya tubuh, mengenali anggota keluarga, bermain aktif dengan permainan

sederhana, memakai dan melepaskan sepatu sendiri, mengenakan dan

melepaskana pakaian sendiri dan lain sebagainya.(soetjiningsih, 2013) 2

Perkembangan fisik yang terjadi anak usia prasekolah adalah peningkatan

pertumbuhan tubuh, baik menyangkut berat badan dan tinggi, maupun

tenaganya. Perkembangan tersebut memungkinkan anak lebih mengembangkan

keterampilan fisik dan eksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan orang

tua.(depkes, 2012) 11 Perkembangan Emosional Pada usia 4 tahun adalah anak


4

sudah mulai menyadari dirinya sendiri. Pada tahap ini juga berkembang

perasaan harga diri. (wong, 2009) 1 Perkembangan intelektual menurut Piaget

pada anak usia prasekolah yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai

operasi mental secara logis. Periode ini juga ditandai dengan berkembangnya

representasional atau symbolic function yaitu kemampuan menggunakan

sesuatu untuk mempresentasikan sesuatu yang lain; menggunakan simbol-

simbol seperti bahasa, gambar, isyarat, benda, untuk melambangkan sesuatu

atau peristiwa, anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai

hal.(wong, 2009) 1

Untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak usia prasekolah

membutuhkan stimulasi dan pendekatan pembelajaran yang terpusat pada anak,

yaitu salah satunya adalah pembelajaran melalui bermain, pembelajaran yang

memungkinkan anak secara aktif berinteraksi dan mengeksplorasi


12
lingkungannya.(erviyanti, 2016) Pada tanggal 30 maret 2001 berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Surat

keputusan Menteri Pendidikan Nasional pada tanggal 19 april 2001 didirikan

Direktorat PAUD yang merupakan upaya pemberian layanan kepada anak usia

0-6 tahun melalui penitipan anak, kelompok bermain, dan satuan PAUD agar

anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.( Departemen Pendidikan

Nasional. 2003) 13

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa yang dimaksud

pendidikan usia dini adalah: Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada

anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
5

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam


14
memasuki pendidikan lebih lanjut.(uu PAUD) Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar

perilaku seseorang terbentuk sejak masih berusia dini. Lembaga PAUD dapat

diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal berbentuk TK, RA, atau

bentuk lain yang sederajat.(Noorlaila, 2010) 15

Pada pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu mitra

tenaga kesehatan dalam melakukan stimulasi dan deteksi dini penyimpangan

tumbuh kembang anak (Depkes, 2006). Kegiatan stimulasi, deteksi dan

intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang anak yang menyuluruh dan

terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang

tua, pengasuh anak, guru dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader,

organisasi profesi lain) dengan tenaga profesional (kesehatan, pendidikan dan

sosial) akan meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak usia dini dan

kesiapan memasuki jenjang pendidikan formal. Pelaksanaan deteksi tumbuh

kembang anak selain dapat dilakukan di semua tingkat pelayanan kesehatan

mulai dari Posyandu, Pos PAUD/BKB, Pustu, Puskesmas, Polindes, Bidan dan

dokter praktek hingga Rumah Sakit.(depkes,2007) 16

Stimulasi merupakan hal yang penting untuk perkembangan anak. Anak

yang mendapat stimulasi yang teratur dan terarah akan lebih cepat berkembang

dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapat


6

2
stimulasi.(soetjiningsih,2013) Kegiatan stimulasi yang ada pada lembaga

PAUD untuk tumbuh kembang anak prasekolah yaitu untuk motorik kasar yang

diberikan seperti permainan bola, permainan menjaga keseimbangan tubuh,

mengikuti gerakan senam, belari, melompat, bermain sepeda, dan lain

sebagainya.(depkes,2007) 16 Stimulasi untuk motorik halus misalnya; menulis

angka, menggambar, berhitung, berlatih mengingat, mengajarkan kebersihan

mulut, membuat sesuatu dari tanah liat atau lilin, bermain berjualan, belajar

mengukur dan lain-lain. Stimulasi untuk kemampuan bicara dan bahasa seperti

bermain tebak-tebakan, berlatih mengingat, menjawab pertanyaan, mengenal

uang logam, mengamati atau meneliti keadaan sekitanya dan lain-lain.

Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan bersosialisasi dan kemandirian

pada anak prasekolah misalnya mendorong anak untuk mengenakan pakaian

sendiri, menyimpan mainan tanpa bantuan, mengajak berbicara tentang apa

yang dirasakan, berkomunikasi dengan anak, berteman dan bergaul, mematuhi

peraturan keluarga dan lain-lain.(depkes,2012) 11

Deteksi dini tumbuh kembang pada anak adalah suatu kegiatan atau

pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh

kembang pada balita dan anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini

penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan

mudah dilakukan, tenaga kesehatan juga mempunyai waktu dalam membuat

rencana tindakan yang tepat terutama untuk melibatkan ibu dan


11
keluarga.(depkes,2012) Tujuan dilakukan skrining deteksi dini

perkembangan pada anak pra sekolah yaitu untuk mengetahui apakah


7

perkembangan anak normal atau mengalami penyimpangan, terselenggaranya

kegiatan stimulasi tumbuh kembang pada lembaga PAUD, terselenggaranya

intervensi dini pada semua balita dan anak pra sekolah bila ada penyimpangan

pada pertumbuhan-perkembanga, melakukan rujukan ke pusat pelayanan yang

lebih tinggi.( depkes, 2007) 11

Alat yang digunakan untuk kegiatan deteksi tumbuh kembang berupa

kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP) yang merupakan salah satu alat

skrining/deteksi yang diwajibkan oleh Depkes untuk digunakan di tingkat

pelayanan kesehatan primer. (prasida 2015). KPSP ini merupakan revisi dari

program Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) yang telah dilakukan sejak

tahun 1988 dan termasuk salah satu program pokok Puskesmas. KPSP adalah

salah satu alat deteksi dini yang sudah baku dan di keluarkan oleh Depkes serta
18
sudah teruji validitasnya. (Susanti, 2014). Instrumen ini ditujukan bukan

hanya untuk tenaga kesehatan di Puskesmas dan jajarannya saja (dokter, bidan,

perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat, dan tenaga kesehatan

lainnya yang peduli anak) tetapi juga untuk petugas sektor lainnya dalam

menjalankan tugas melakukan stimulasi dan deteksi dini penyimpangan tumbuh

kembang anak. Pengasuh atau guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

merupakan salah satu mitra tenaga kesehatan dalam melakukan stimulasi dan

deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak (Depkes, 2006).

Penelitian yang dilakukan Kusbiantoro. D tahun 2015 menjelaskan bahwa

keberhasilan Kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan

tumbuh kembang pada anak Prasekolah juga melibatkan peran dari berbagai
8

pihak dan salah satunya adalah pihak pendidik di sekolah tersebut.28

Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor,

salah satunya adalah peranan guru pendidikan anak usia dini di sekolah.(Depkes

RI,2007) Sesuai dengan peran tersebut diharapkan keterlibatan guru pendidik

PAUD mampu dalam melaksanakan kegiatan skrinning deteksi tumbuh

kembang sekaligus memberikan stimulasi untuk proses tumbuh kembang

peserta didik mereka. Pada penelitian Ekowati D tentang pengeDari hasil

analisa tentang kemampuan pengetahuan guru terhadap KPSP secara umum

dapat disimpulkan bahwa 73.7% subjek pernah mendengar tentang KPSP

namun hanya 2.6% atau 1 dari 38 orang saja yang mampu menyimpulkan dan

memberikan saran terhadap hasil tes KPSP yang tentu saja mampu melakukan

pengetesan sesuai standar. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan

penguasaan guru terhadap KPSP sebagai alat deteksi tumbuh kembang anak

tergolong rendah. Penelitian lain menyebutkan di PAUD kota pekanbaru juga

menyebutkan masih kurangnya pengetahuan dan pelaksanaan dalam asesmen

bagi para pendidik PAUD, juga monitoring dan evaluasi oleh pengelola

perkembangan anak usia dini.21

Pendekatan pembelajaran pada PAUD yaitu: 1) Berorientasi pada

kebutuhan anak, 2) Berorientasi pada perkembangan anak. 3) Anak usia dini

belajar melalui bermain, 4) Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan (PAKEM), 5) Pembelajaran terpadu, 6) Pengembangan


9

keterampilan hidup.19

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) merupakan salah satu alat

skrining/deteksi yang diwajibkan oleh Depkes untuk digunakan di tingkat

pelayanan kesehatan primer. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan atau

disebut KPSP merupakan suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan

kepada para orang tua dan dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining

pendahuluan perkembangan anak usia 3 bulan sampai dengan 72 bulan (Prasida,

2015).

Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia

(IDAI) telah menyusun berbagai instrumen stimulasi, deteksi dan intervensi

dini tumbuh kembang untuk anak umur tiga bulan sampai dengan 72 bulan yaitu

dengan kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Instrumen ini ditujukan

bukan hanya untuk tenaga kesehatan di Puskesmas dan jajarannya saja (dokter,

bidan, perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat, dan tenaga kesehatan

lainnya yang peduli anak) tetapi juga untuk petugas sektor lainnya dalam

menjalankan tugas melakukan stimulasi dan deteksi dini penyimpangan tumbuh

kembang anak. Pengasuh atau guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

merupakan salah satu mitra tenaga kesehatan dalam melakukan stimulasi dan

deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak (Depkes, 2006).

Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor,

salah satunya adalah peranan guru pendidikan anak usia dini di sekolah.(Depkes
16
RI,2007) Kegiatan pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
10

penyimpangan tumbuh kembang yang menyeluruh dan terkoordinasi

diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga, masyarakat dan

tenaga profesional.11 Untuk pelaksanaannya dapat dilakukan di semua tingkat

pelayanan kesehatan mulai dari Posyandu, Pos PAUD/BKB, Pustu, Puskesmas,

Polindes, Bidan dan dokter praktek hingga Rumah Sakit. Dan untuk

pelaksanaan pada tingkat sekolah usia dini yang melakukan skrining bisa

petugas atau kader Posyandu/PAUD/BKB, guru TK, tenaga kesehatan atau

petugas terlatih lainnya. 16

Sesuai dengan peran tersebut diharapkan keterlibatan guru pendidik

mampu dalam pelaksanaan kegiatan skrinning deteksi tumbuh kembang

sekaligus memberikan stimulasi untuk proses tumbuh kembang peserta didik

mereka. Pendekatan pembelajaran pada PAUD yaitu: 1) Berorientasi pada

kebutuhan anak, 2) Berorientasi pada perkembangan anak. 3) Anak usia dini

belajar melalui bermain, 4) Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan (PAKEM), 5) Pembelajaran terpadu, 6) Pengembangan

keterampilan hidup.19

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pada anak pra sekolah

sangat bervariasi, menurut Wong (2009) ada beberapa faktor yaitu keturunan,

neuroendokrin, hubungan interpersonal, tingkat sosial ekonomi, penyakit,

bahaya lingkungan, stress pada anak, dan pengaruh media massa.1 Menurut

Hidayat (2009), faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan anak antara

lain adalah faktor herediter, faktor lingkungan pranatal dan lingkungan

postnatal yang terdiri dari budaya, sosial ekonomi, nutrisi, iklim/cuaca,


11

olahraga/latihan fisik, posisi anak dalam keluarga, status kesehatan dan faktor

hormonal.10

Dalam hal ini mengapa kegiatan pendeteksian tumbuh kembang

difokuskan pada anak prasekolah di tingkat PAUD, alasannya adalah karena

anak dengan usia 0-5 tahun merupakan masa keemasan, dimana masa tersebut

sangat penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat

sedini mungkin. Pada tahap ini juga kemampuan otak anak untuk menyerap

segala bentuk informasi sangatlah tinggi yaitu sekitar 80%.20 Masa ini juga

merupakan kesempatan bagi anak untuk memungkinkan mengasah seluruh

aspek perkembangan motorik, penglihatan, kemampuan berpikir, kemampuan

bahasa, perkembangan sosial, serta kecerdasan emosional.

Mendidik anak sejak dini bukan hanya sekedar menjadi tugas orangtua

semata namun memang perlu melibatkan masyarakat umum. Meskipun orang

tua menjadi penanggung jawab utama dalam tumbuh kembang anak, namun

setelah mereka memasuki dunia pendidikan itu juga merupakan salah satu

tanggung jawab sebagai pendidik dalam mewujudkan proses tersebut. Tetapi

yang kita ketahui belum semua tenaga pendidik mengenal tentang pelaksanaan

deteksi tumbuh kembang pada anak dengan menggunakan KPSP. Pada

penelitian di PAUD kota pekanbaru juga menyebutkan masih kurangnya

pengetahuan dan pelaksanaan dalam asesmen bagi para pendidik PAUD, juga

monitoring dan evaluasi oleh pengelola perkembangan anak usia dini.21

Berdasarkan survey pendahuluan bahwa pada bulan oktober 2016 pada Pos

Paud yang ada di kecamatan Banyumanik terdapat 30 Pos PAUD dengan


12

jumlah tenaga pendidik 140 dan jumlah peserta didik 1005 anak.22 Berdasarkan

keterangan dari beberapa tenaga pendidik di pos paud bahwa kegiatan deteksi

penyimpangan pada anak prasekolah oleh pendidik sendiri dengan

menggunakan kuesioner KPSP selama ini sebagian belum melakukan.

Setelah disebutkan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan mendeteksi

kemampuan motorik kasar, motorik halus, kemampuan bahasa dan bicara serta

kemampuan sosial/kemandirian yang ada pada KPSP. Untuk kegiatan stimulasi

perkembangan dan pertumbuhan pada anak mereka menyebutkan bahwa

kagiatan tersebut masuk dalam proses pembelajaran yang diberikan di PAUD,

seperti pemberian makanan tambahan yang dilakukan seminggu sekali,

kagiatan pengukuran dan penimbangan berat badan juga dilakukan awal

penerimaan siswa baru.

Mereka juga menyebutkan bahwa kegiatan pembelajaran di PAUD

disesuaikan kurikulum yang mengarah kepada pembelajaran dengan sistem

bermain namun didalamnya terdapat unsur-unsur stimulasi untuk

perkembangan anak didiknya. Kegiatan dalam mengembangkan bahasa

diajarkan bernyangi, belajar mengenal warna, nama binatang, dan lain-lain,

untuk motorik kasar ada kagiatan melompat, bermain bola, menangkap bola,

kegiatan senam, menari, untuk motorik halus seperti menggambar, menempel

potongan puzzle, berhitung, memakai septu, melepas spatu, untuk kegiatan

sosial seperti bermain kelompok, bersosialisasi dengan teman dan alam, melatih

maju didepan kelas. Untuk mengembangkan dan menilai pertumbuhan ada

program pemberian makanan tambahan, kagiatan pengukuran dan


13

penimbangan berat badan juga dilakukan awal penerimaan siswa baru.

Dan mereka mendokumentasikan hasilnya kedalam bentuk laporan hasil

evaluasi anak tersebut. Dalam hal ini penulis tertarik untuk meneliti bagaimana

gambaran sistem pelaksanaan, pemahaman tentang deteksi tumbuh kembang

anak prasekolah menggunakan KPSP yang dilakukan oleh tenaga pendidik pos

PAUD.

B. RUMUSAN MASALAH

Deteksi tumbuh kembang pada anak prasekolah ini dilakukan supaya bila

ditemukan adanya penyimpangan perkembangan yang terjadi, pihak sekolah

juga dapat langsung menyikapi dan menanggapi kasus tersebut. Lebih intens

dalam pemberian stimulasi, dan apabila menemukan kasus yang serius bisa

mengkoordinasikan ataupun melaporkan ke pusat fasilitas layanan kesehatan

yang lebih tinggi, dapat bekerja sama dengan pihak layanan kesehatan dalam

melakukan kegiatan rutin pendeteksian perkembangan pada anak prasekolah

yang sudah bersekolah, dapat mengembangkan bakat dan peran seorang guru

dalam menciptakan stimulasi yang tepat dan sesuai, dapat mengajak orang tua

sekaligus mengajarkan cara stimulasi yang tepat yang harus terus dilakukan bila

anak di lingkungan keluarga, kemudian dengan kegiatan deteksi tumbuh

kembang anak dalam memperhatikan pertumbuhan maupun perkembangan

anak.

Pelaksanaan deteksi tumbuh kembang pada tingkat sekolah untuk usia dini

juga mengharuskan keterlibatan Guru PAUD/pendidik itu sendiri karena dalam


14

pelaksanaan kegiatan deteksi tumbuh kembang dan pemberian stimulasi

diperlukan koordinasi dari beberapa pihak terkait.(Depkes RI, 2007)16

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada bulan oktober 2016 di beberapa

Pos PAUD yang ada di kecamatan Banyumanik bahwa dalam pelaksanaan

deteksi penyimpangan tumbuh kembang pada anak selama ini kebanyakan

belum dilakukan oleh pendidik itu sendiri. Mereka menyebutkan bahwa

tindakan deteksi dini perkembangan biasanya dilakukan oleh tenaga kesehatan

yang mendatangi sekolah mereka. Untuk kegiatan stimulasi perkembangan dan

pertumbuhan pada anak mereka menyebutkan bahwa kagiatan tersebut masuk

dalam proses pembelajaran yang diberikan di PAUD,

Meskipun sebagian kegiatan sudah termasuk dalam penerapan deteksi

tumbuh kembang seperti pada formulir KPSP namun sistem pelaporan

merupakan laporan hasil akhir studi para siswa. Menurut para guru mereka tidak

menggunakan form seperti KPSP, namun menurut para guru kegiatan

psikomotor untuk gerak kasar maupun halus, serta pelatihan bahasa sudah ada

di kurikulum pendidikan PAUD, dengan melakukan sistem bermain sambil

belajar agar anak merasa tertarik dengan hal-hal baru dan menarik. Sebagian

sekolah dengan mendokumentasikan hasil karya anak dalam menggambar,

mewarnai, penilaian motorik kasar dan halus dalam pelaporan saja.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum
15

Mengetahui gambaran pelaksanaan deteksi tumbuh kembang anak

usia pra sekolah yang dilakukan oleh tenaga pendidik pada Pos PAUD di

Kecamatan Banyumanik.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pelaksanaan deteksi tumbuh kembang pada anak

usia 36 bulan

b. Mengetahui gambaran pelaksanaan deteksi tumbuh kembang pada

anak usia 42 bulan.

c. Mengetahu gambaran pelaksanaan deteksi tumbuh kemban pada anak

usia 48 bulan.

d. Mengetahui gambaran pelaksanaan deteksi tumbuh kembang pada

anak usia 54 bulan

e. Mengetahui gambaran pelaksanaan deteksi tumbuh kembang pada

anak usia 60 bulan.

D. MANFAAT PENELTIAN

1. Institusi Pendidikan Keperawatan

a. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan keperawatan tentang deteksi

tumbuh deteksi kembang anak usia pra sekolah


16

b. Sebagai bahan acuan bagi kegiatan penelitian selanjutnya.

2. Tempat penelitian (PAUD/TK)

a. Sebagai masukan dalam memantau tumbuh kembang anak pra sekolah

di POSPAUD kecamatan Banyumanik

b. Mengembangkan ketrampilan mandiri para pengajar dalam

melaksanakan deteksi dini tumbuh kembang pada anak yang mengalami

penyimpangan maupun yang tidak.

c. Sebagai bahan acuan pengembangan kualitas pengajaran dan derajat

kesehatan anak usai pra sekolah.

3. Profesi Keperawatan

Dapat memberikan kontribusi berupa informasi terhadap

pelaksanaan deteksi tumbuh kembang yang dilakukan oleh pendidik di

tingkat PAUD dan meningkatkan koordinasi yang baik antar pihak yang

terkait untuk meningkatkan perkembangan anak.

4. Peneliti

Menerapkan metodologi penelitian secara nyata serta menambah

pengetahuan tentang pelaksanaan deteksi tumbuh kembang anak prasekolah

yang dilakukan oleh guru/pendidik di tingkat Pos PAUD.


17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Anak Prasekolah

a. Definisi Anak Prasekolah

Anak prasekolah adalah mereka yang berada pada rentang usia

antara 3-6 tahun, mereka biasanya sudah mampu mengikuti program

prasekolah atau Taman Kanakkanak.1, 3


Menurut Hurlock 2004 7

mengatakan bahwa usia prasekolah berada pada rentang usia 3-5 tahun

dan merupakan kurun yang disebut sebagai masa keemasan (the golden

age).

Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam

potensi. Potensi-potensi tersebut perlu mendapatkan stimulus dan

dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal.23


18

b. Karakteristik Ciri ciri Anak Prasekolah


24
Snowman dalam Patmonodewo 2003 mengemukakan bahwa

ciri-ciri anak prasekolah meliputi aspek fisik, emosi, social dan kognitif.

Ciri fisik pada anak prasekolah dalam penampilan maupun gerak gerik

prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan

sebelumnya yaitu umumnya anak sangat aktif, mereka telah memiliki

penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan

yang dilakukan sendiri.seperti memberikan kesempatan kepada anak


15
untuk berlari, memanjat dan melompat. 3

Pada ciri sosialnya, anak prasekolah mudah bersosialisasi dengan

orang di sekitarnya. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau

dua sahabat, tetapi cenderung cepat bergonta-ganti, memilih bergaul

dengan yang sama jenis kelaminnya, kemudian berkembang bergaul

dengan teman dari jenis kelamin yang berbeda.7

Emosional pada anak prasekolah cenderung mengekspresikan

emosi mereka dengan bebas dan terbuka. Sikap marah dan iri hati sering

terjadi pada usia tersebut. Saat berada dilingkungan sekolah akan lebih

sering memperebutkan perhatian guru dan orang sekitar, begitupula saat

berada di lingkungan keluarga.7 Ciri kognitif pada anak prasekolah

umumnya sudah terampil dalam bahasa. Sebagian besar anak senang

bicara saat berada pada kelompoknya. Untuk melatih ketrampilan

bahasa mereka harus lebih sering diberi kesempatan untuk berbicara dan

dilatih menjadi pendengar yang baik.3


19

c. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Prasekolah

Tumbuh kembang merupakan dua proses yang sifatnya berbeda,

tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu terkait dengan

pertumbuhan dan perkembangan.2

1) Definisi Pertumbuhan

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan

dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun

individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang),

umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan

nitrogen tubuh).2

Pertumbuhan masa prasekolah pada anak yaitu pada

pertumbuhan fisiknya, khususnya berat badan mengalami kenaikan

rata-rata pertahunnya adalah 2 kg, sebagian akan terlihat kurus

namun aktivitas motoriknya tinggi. Pada proses pertumbuhan ini

sistem tubuh sudah mencapai kematangan, seperti berjalan,

melompat, dan lain-lain. Sedangkan pada pertumbuhan tinggi badan


20

anak kenaikannya rata-rata akan mencapai 6,75-7,5 cm setiap

tahunnya.10

2) Defenisi perkembangan

Perkembangan (development) itu sendiri adalah suatu proses

perubahan bertambahnya kemampuan dan struktur atau fungsi tubuh

yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan

dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan

tubuh, organ-organ lain dan sistemnya yang terorganisasi.2

Perkembangan anak pada periode prasekolah dimulai dari usia

3-6 tahun. Periode ini dimulai dari waktu anak bergerak sambil

berdiri sampai mereka masuk sekolah, dan ditandai dengan

mempunyai aktivitas yang tinggi. Pada masa ini perkembangan fisik

dan kepribadian anak berkembang dengan pesat. Kemampuan

interaksi sosial lebih luas, memulai konsep diri, perkembangan

motorik berlangsung terus menerus ditandai keterampilan motorik

seperti berjalan, berlari dan melompat.1

d. Teori Perkembangan Usia Prasekolah 1

1) Teori Perkembangan kognitif (Jean Piaget)

Perkembangan kognitif menurut Piaget merupakan perubahan

yang terkait usia yang terjadi dalam aktifitas mental. Disebutkan

juga bahwa kesuksesan perkembangan kognitif mengikuti proses

yang urutannya melewati fase sensorimotorik (0-2 tahun), fase pra-


21

operasional (2-7 tahun), fase operasional (7-11 tahun) dan fase

operasional formal (>11 tahun).

Untuk anak usia pra sekolah termasuk dalam fase

praoperasional, pada fase ini anak belum mampu

mengoperasionalisasikan apa yang dipikirkan melalui tindakan

dalam pikiran anak.

2) Teori Perkembangan Psikososial (Erikson)

Dalam teori perkembangan psikososial anak prasekolah

termasuk dalam tahap perkembangan inisiatif versus rasa bersalah.

Pada tahap ini anak mulai mencari pengalaman baru secara aktif.

Apabila anak menapat dukungan dari orang tuanya untuk

mengekplorasikan keingintahuannya maka anak akan mengambil

inisiatif untuk suatu tindakan yang akan dilakukan, tetapi bila

dilarang atau dicegah maka akan tumbuh perasaan bersalah pada diri

anak.

3) Teori Perkembangan Psikoseksual (Freud)

Selama masa kanak-kanak bagian-bagian tubuh tertentu

memiliki makna psikologik yang menonjol sebagai sumber

kesenangan baru dan konflik baru yang secara bertahap bergeser dari

satu bagian tubuh ke bagian tubuh lain pada tahap-tahap

perkembangan tertentu. Dalam teori perkembangan psikoseksual

anak prasekolah termasuk dalam tahap phalilc, dalam tahap ini

genital menjadi area tubuh yang menarik dan sensitif anak mulai
22

mengetahui perbedaan jenis kelamin dan menjadi ingin tahu tentang

perbedaan tersebut.

4) Teori Perkembangan Moral (Kohlberg)

Teori perkembangan moral dikemukakan oleh Kohlberg

dengan memandang tumbuh kembang anak ditinjau dari segi

moralitas anak dalam menghadapi kehidupan. Dalam teori

perkembangan moral anak prasekolah termasuk dalam tahap

prakonvensional, dalam tahap perkembangan ini anak terorientasi

secara budaya dengan label baik atau buruk, anak-anak menetapkan

baik atau buruknya suatu tindakan dari konsekuensi tindakan

tersebut. Dalam tahap ini anak tidak memiliki konsep tatanan moral,

mereka menentukan prilaku yang benar terdiri atas sesuatu yang

memuaskan kebutuhan mereka sendiri meskipun terkadang

kebutuhan orang lain. Hal tersebut diinterprestasikan dengan cara

yang sangat konkrit tanpa kesetiaan, rasa terimakasih atau keadilan.

e. Aspek Tumbang Anak Prasekolah

1) Aspek pertumbuhan

Untuk menilai pertumbuhan anak dilakukan pengukuran

antropometri, yang meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan,

lingkar kepala. Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai

hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada

tubuh, pengukuran tinggi badan digunakan untuk menilai status


23

perbaikan gizi disamping faktor genetik sedangkan pengukuran

lingkar kepala dimaksudkan untuk menilai pertumbuhan otak.

Pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) menunjukkan adanya reterdasi

mental, apabila otaknya besar (volume kepala meningkat) terjadi

akibat penyumbatan cairan cerebrospinal.10

2) Aspek perkembangan

a) Motorik kasar (gross motor)

Motorik kasar merupakan keterampilan yang meliputi

aktivitas otot yang besar seperti gerakan lengan dan berjalan. 25

Perkembangan motorik kasar pada masa prasekolah, diawali

dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5

detik, melompat dengan satu kaki, membuat posisi merangkak

dan lain-lain.10

Perkembangan motorik kasar yang dapat dilihat pada usia 3

tahun diantaranya adalah:26

i) Melakukan gerakan sederhana seperti berjingkrak,

ii) Melompat, berlari ke sana ke mari dan ini menunjukkan

kebanggaan dan prestasi.

iii) Sedangkan usia 4 tahun, si anak tetap melakukan gerakan

yang sama, tetapi sudah berani mengambil resiko seperti jika

si anak dapat naik tangga dengan satu kaki lalu dapat turun
24

dengan cara yang sama dan memperhatikan waktu pada

setiap langkah.

iv) Pada usia 5 tahun si anak lebih percaya diri dengan mencoba

untuk berlomba dengan teman sebayanya atau orang tuanya.

b) Motorik halus (fine motor Skills)

Motorik halus merupakan keterampilan fisik yang

melibatkan otot kecil dan koordinasi meta dan tangan yang

memerlukan koordinasi yang cermat. perkembangan

keterampilan motorik halus yang dapat dilihat pada usia 3 tahun

yakni :26

i) kemampuan anak-anak masih terkait dengan kemampuan

untuk menempatkan dan memegang benda-benda.

ii) Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah

semakin meningkat dan menjadi lebih tepat seperti bermain

balok, kadang sulit menyusun balok sampai tinggi sebab

khawatir tidak akan sempurna susunannya.

iii) Sedangkan pada usia 5 tahun, mereka sudah memiliki

koordinasi mata yang bagus dengan memadukan tangan,

lengan, dan anggota tubuh lain-nya untuk bergerak.

iv) Mulai sejak si anak membuka mata di waktu pagi sampai

menutup mata kembali di waktu malam, semua kegiatannya

dilalui dengan bergerak, baik bolak-balik, berjingkrak,

berlari maupun melompat.


25

c) Bahasa (language)

Bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respon

terhadap suara, mengkuti perintah dan dan berbicara spontan.

Pada perkembangan bahasa diawali mampu menyebut hingga

empat gambar, menyebut satu hingga dua warna, menyebutkan

kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua kata, meniru

berbagai bunyi, mengerti larangan dan sebagainya.10

d) Perilaku sosial (personal social)

Perilaku sosial adalah aspek yang berhubungan kemampuan

mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Perkembangan adaptasi sosial pada anak prasekolah yaitu dapat

berrmain dengan permainan sederhana, mengenali anggota

keluarganya, menangis jika dimarahi, membuat permintaan yang

sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan

kecemasan terhadapa perpisahan dan sebagainya.10

f. Tahapan Perkembangan Anak Prasekolah menurut Umur

Perkembangan motorik kasar, motorik halus, perkembangan

kognitif, personal-soscial dan perkembangan bahasa anak usia

prasekolah, yaitu:

1) Usia 36 48 bulan ;

Berjalan sendiri mengunjungi tetangga., berjalan pada jari

kaki., belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri,


26

menggambar garis silang, menggambar orang hanya kepala dan

badan., mengenal dua atau tiga warna, bicara dengan baik,

menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya, banyak

bertanya, bertanya bagaimana anak dilahirkan, mengenal sisi

atas, sisi bawah, sisi muka, sisi belakang, mendengarkan cerita,

bermain dengan anak lain., menunjukkan rasa sayang kepada

saudaranya, dapat melaksanakan tugas sederhana.2

2) Usia 48 60 bulan ;

Melompat dan menari, menggambar orang terdiri dari

kepala, lengan dan badan, menggambar segi empat dan segi tiga,

pandai bicara, dapat menghitung jari, dapat menyebut hari dalam

seminggu, mendengar dan mengulang hal penting dan cerita,

minat kepada kata baru, memprotes bila dilarang apa yang

diinginkannya., mengenal 4 warna, memperkirakan bentuk dan

besarnya benda, membedakan besar dan kecil, menaruh minat

kepada aktivitas orang dewasa.2

3) Usia 60 72 bulan ;

Berjalan lurus, berdiri dengan satu kaki selama beberapa

detik, menggambar orang dengan enam bagian tubuh,

menggambar orang dengan bagian tubuh lengkap, menangkap

bola kecil dengan kedua tangan, menggambar segi empat,

mengerti arti lawan kata, mengerti pembicaraan yang

menggunakan tujuh kata atau lebih, menjawab pertanyaan tentag


27

benda terbuat dari apa dan kegunaannya, mengenal angka, bisa

menghitung angkan 5 - 10, mengenal warna, mengungkapkan

simpati, mengikuti peraturan permainan, berpakaian sendiri

tanpa dibantu.2

g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbang Anak

Prasekolah.

Proses Percepatan dan Perlambatan Tumbuh kembang anak

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor:10

1) Faktor Herediter

Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan

sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang. Yang termasuk

faktor herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa.

Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas dan kecepatan

alam pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhaap

rangsangan, umur puberitas, dan berhentinya pertumbuhan

tulang.

2) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan pranatal,

lingkungan postnatal, dan faktor hormonal. Faktor pranatal

merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari konsepsi


28

sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, posisi

janin, pengunaan obat-obatan , alkohol atau kebiasaan merokok.

Faktor lingkungan pasca lahir yang mempengaruhi tumbuh

kembang anak meliputi budaya lingkungan, sosial ekonomi,

keluarga. nutrisi, posisi anak dalam keluarga dan status

kesehatan. Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh

kembang anak antara lain. somatotrofin (growth Hormon) yang

berperan alam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan,

dengan menstimulasi terjadinya poliferasi sel kartigo dan sistem

skeletal. Hormon tiroid menstimulasi metabolisme tubuh,

glukokartikoid menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari

testis untuk memproduksi testosteron dan ovarium untuk

memproduksi esterogen selanjutnya hormon tersebut

menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki-laki

maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya.

2. Stimulasi Tumbuh Kembang

a. Definisi Stimulasi Tumbuh Kembang

Stimulasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk merangsang

kemampuan dasar anak dari usia 0-6 tahun supaya anak dapat tumbuh

dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapatkan

stimulasi rutin sedini mungkin.11


29

Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran,

perabaan) yang datang dari lingkungan anak. stimulasi dilakukan oleh

keluarga yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti

ibu/pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di

lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-

hari.2

b. Jenis Stimulasi untuk Usia Prasekolah yang Diberikan di Tingkat

PAUD

Kegiatan stimulasi deteksi dan intervensi dini penyimpangan

tumbuh kembang balita yang menyeluruh dan terkoordinasi

diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua,

pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh

masyarakat, lembaga swadaya masyarakat) dan tenaga professional

(kesehatan, pendidikan dan sosial).11

Kemampuan anak prasekolah dirangsang dengan stimulasi terarah

pada kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan

bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian.11

1) Stimulasi untuk kemampuan gerak kasar pada anak prasekolah

misalnya dengan mendorong anak untuk bermain bola bersama

temannya, permainan menjaga keseimbangan tubuh, belari,

melompat dengan satu kaki, diajari bermain sepeda, dan sebagainya.


30

2) Stimulasi untuk kemampuan gerak halus pada anak prasekolah

misalnya menulis namanya, menulis angka-angka, menggambar,

berhitung, berlatih mengingat, membuat sesuatu dari tanah liat atau

lilin, bermain berjualan, belajar mengukur dan lain-lain.

3) Stimulasi untuk kemampuan bicara dan bahasa pada anak

prasekolah misalnya bermain tebak-tebakan, berlatih mengingat-

ingat, menjawab pertanyaan mengapa?, mengenal uang logam,

mengamati atau meneliti keadaan sekitanya dan lain-lain.

4) Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan bersosialisasi dan

kemandirian pada anak prasekolah misalnya mendorong anak untuk

berpakaian sendiri, menyimpan mainan tanpa bantuan, ajak

berbicara tentang apa yang dirasakan, berkomunikasi dengan anak,

berteman dan bergaul, mematuhi peraturan keluarga dan lain-lain.

Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa

prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu: 2

1) Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.

2) Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan

meniru

tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya.

3) Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.

4) Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi,

bervariasi, menyenangkan tanpa paksaan dan tidak ada hukuman


31

5) Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur

anak, terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak.

6) Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di

sekitar anak.

7) Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas

keberhasilannya.

c. Pendidikan Usia Prasekolah

Direktorat Pendidikan anak usian dini (PAUD) tahun 2005

menyebutkan bahwa PAUD merupakan pendidikan yang paling

mendasar dan menempati kedudukan sebagai golden age dan sangat

strategis dalam pengembangan sumber daya manusia.27 Hal ini

menegaskan bahwa rentang usia dini (sejak lahir 6 tahun) merupakan

masa masa penting untuk menerapkan berbagai stimulus pendidikan.

Penerapan stimulus pendidikan pada rentang usia ini bertujuan untuk

membantu perkembangan anak secara maksimal dan lebih terarah, baik

pada perkembangan jasmani maupun rohaninya.

Pembelajaran anak usia dini memerlukan pendekatan tertentu

dalam pelaksanaannya, mengingat bahwa usia yang di milikinya

merupakan usia golden age. Dengan kata lain, segala bentuk stimulus

yang diberikan akan mudah diserap oleh anak.


32

Dengan adanya pendidikan prasekolah dan tugas perkembangan

yang diemban anak usia prasekolah diperlukan adanya pembelajaran

yang menarik dan menyenangkan yang dikemas dengan permainan,

suasana riang, ringan, bernyanyi dan menarik.

d. Peran Pendidik dalam Stimulasi Tumbuh Kembang Anak

Merujuk pada pendekatan pembelajaran anak usia dini akan berhasil

apabila memerhatikan tingkat kebutuhan anak, tingkat perkembangan anak,

cara belajar anak melalui bermain, pembelajaran dilaksanakan secara aktif,

kreatif, efektif dan menyenangkan, pembelajaran dilaksanakan secara

terpadu dan anak diberi bekal untuk mengembangkan keterampilan hidup

melalui pembiasaan-pembiasaaan agar mampu menolong dirinya sendiri

untuk kelangsungan hidupnya di masa yang akan datang.19

Peran pendidik pada lembaga pendidikan usia dini dalam berbagai

sektor juga mencakup sebagai pelaksana untuk mengevaluasi

perkembangan anak dan pemberian stimulasi dalam kegiatan pembelajaran

perkembangan anak.16 Dijelaskan bahwa dalam kegiatan deteksi

penyimpangan perkembangan anak dilakukan di semua tingkat pelayanan

kesehatan mulai dari Posyandu, Pos PAUD/BKB, Pustu, Puskesmas,

Polindes, Bidan dan dokter praktek hingga Rumah Sakit. Pelaksana skrining

bisa petugas atau kader Posyandu/PAUD/BKB, guru TK, tenaga kesehatan

atau petugas terlatih lainnya.16


33

Penelitian yang dilakukan Kusbiantoro. D tahun 2015 menjelaskan

bahwa dalam penelitiannya tentang pertumbuhan dan perkembangan anak

usia prasekolah di TK ABA Lamongan bahwa keberhasilan Kegiatan

stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada

anak Prasekolah juga melibatkan peran dari berbagai pihak dan salah

satunya adalah pihak pendidik di sekolah tersebut.28

e. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Prasekolah

Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan

untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada

balita dan anak prasekolah.11

1) Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan

Deteksi ini dilaksanakan di semua tingkat pelayanan. Untuk

mengetahui atau menemukan status gizi kurang atau buruk dan mikro

atau makrosefali. Jenis kegiatan yang dilaksanakan meliputi pengukuran

berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) dan pengukuran Lingkar

Kepala Anak (LKA).

Tabel 1. Pelaksana dan alat yang digunakan dalam Deteksi Dini


Penyimpangan Pertumbuhan.11

Tingkat Pelaksana Alat


pelayanan
Keluarga dan - Orang tua - KMS
34

masyarakat - kader kesehatan - Timbangan


- petugas PAUD, BKB, Dacin
TPA dan guru TK
Puskesmas - Dokter - Tabel BB/TB
- Bidan - Grafik LK
- Perawat - Timbangan
- Ahli Gizi - Alat Ukur
- Peugas lainnya tinggi Badan
- Pita pengukur

2) Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan

Deteksi ini dilakukan untuk mengetahui gangguan perkembangan

anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, dan gangguan daya dengar.

Jenis kegiatan yang dilaksanakan meliputi skrining atau pemeriksaan

menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), Tes

Daya Lihat (TDL) dan Tes Daya Dengar ( TDD). Deteksi Dini

Penyimpangan Pertumbuhan dilakukan di semua tingkat pelayanan.11

Tabel 2. Pelaksana dan alat yang digunakan dalam Deteksi Dini


Penyimpangan Perkembangan.11

Tingkat Pelaksana Alat


pelayanan
Keluarga dan - Orang tua Buku KIA
masyarakat - kader kesehatan, BKB,
TPA
- Petugas PAUD terlatih - KPSP
- Guru TK terlatih - TDL
- TDD
Puskesmas - Dokter - KPSP
- Bidan - TDL
- Perawat - TDD

Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh

kembang anak, maka intervensi akan mudah dilakukan, tenaga


35

kesehatan juga mempunyai waktu dalam membuat rencana tindakan

yang tepat terutama untuk melibatkan ibu dan keluarga.

f. Skrining atau Pemeriksaan Perkembangan Anak Menggunakan

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)11

Tujuan skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan

KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada

penyimpangan. Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP rutin adalah pada

umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan.

Skrining atau pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan,

guru TK dan petugas PAUD terlatih. alat atau instrumen yang digunakan

adalah formulir KPSP menurut umur, alat bantu pemeriksaan berupa pensil,

kertas, bola tenis, bola besar dan kubus.

KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu : pertanyaan yang dijawab

oleh ibu atau pengasuh anak, dan perintah kepada ibu atau pengasuh anak

untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Setiap pertanyaan

hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Pertanyaan pada KPSP mengacu pada

4 perkembangan yaitu yang berkaitan pada perkembangan motorik halus,

motorik kasar, perkembangan bahasa dan perkembangan sosialisasi dan

kemandirian. Semua jawaban tersebut dicatat pada formulir tersebut. Teliti

kembali apakah semua pertanyaan telah terjawab.

Interpretasi hasil KPSP yaitu dengan menghitung jawaban YA, dan

jawaban TIDAK, lalu dengan menjumlahkan semua jawaban yang sesuai


36

menurut hasil skrining akan diperoleh hasil akhir. Apabila Jumlah jawaban

Ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangan

(S). Jumlah jawaban Ya =7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).

Jumlah jawaban Ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan

(P). Untuk Jawaban TIDAK , perlu diperincikan jumlah jawaban menurut

jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi

dan kemandirian).

B. KERANGKA TEORI

Faktor yang mempengaruhi


pertumbuhan dan
perkembangan anak:5
1. Faktor Herediter : ras,
keluarga, umur, jenis
kelamin, keturunan/ herediter Tumbuh kembang anak
2. Faktor Lingkungan : prenatal prasekolah. 1
(gizi, mekanis, infeksi),
persalinan pasca natal (gizi,
lingkungan pengasuhan,
stimulasi, obat-obatan
Deteksi dini perkembangan & pertumbuhan
Anak prasekolah

Petugas Orang Pendidik LSM


Bidan
kesehatan tua PAUD/TK

Pelaksana
Pendidik POSPAUD. 11
37

KPSP sesuai usia

Deteksi dini perkembangan. 11 Deteksi Dini Pertumbuhan:11


- Motorik kasar - Tinggi Badan
- Motorik halus - Berat Badan
- Bahasa - Lingkar Kepala
- sosialisai

Keterangan :

: yang diteliti

: tidak diteliti

Gambar 1; 1, 5, 11

BAB III

METODE PENELITIAN

A. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep merupakan acuan yang dapat digunakan untuk mencapai

tujuan penelitian. Kerangka konsep dalam penelitian ini, yaitu:

Pelaksanaan deteksi dini tumbuh kembang anak pra sekolah oleh


tenaga pendidik

Gambar 2. Kerangka Konsep

B. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN


38

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif

dengan menggunakan desain deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan

objek atau peristiwa yang terjadi saat ini.29 Penelitian diskriptif adalah

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu

variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau

menghubungkan dengan variabel yang lain.30

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

metode survei. Deskriptif survei adalah cara penelitian deskriptif yang

dilakukan terhadap sekumpulan objek dalam waktu tertentu untuk mengangkat

fakta, keadaan, variabel, dan fenomena yang terjadi selama penelitian

berlangsung dan menyajikan apa adanya.31,32

Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk mendeskripsikan atau


34
menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fenomena yang

di temukan.33

Penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan deteksi

tumbuh kembang pada anak prasekolah oleh tenaga pendidik di Pos PAUD

kecamatan Banyumanik.

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari subjek/unit yang memenuhi

kriteria didalam pengamatan yang akan di teliti.34 Populasi dirumuskan

sebagai populasi finite (terbatas) yang artinya dapat diketahui jumlahnya.29


39

Populasi dalam penelitian adalah sekumpulan subjek yang mempunyai

karakteristik tertentu, subjek dapat berupa manusia, hewan, benda, gejala,

data ataupun lainnya, sedangkan karakteristik subjek ditentukan sesuai

dengan ranah dan tujuan penelitian.33

Populasi pada penelitian ini adalah semua tenaga pendidik pada Pos

PAUD se kecamatan Banyumanik yang berjumlah 140 orang.6

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan cara

tertentu berdasarkan nilai atau karakteristik dapat diukur dan digunakan

sehingga dianggap dapat mewakili populasinya.34

Sampling merupakan proses menyeleksi populasi yang dapat mewakili

populasi yang ada.35

Adapun sampel dari penelitian ini adalah responden yang

melaksanakan langsung pengamatan dan penilaian pada perkembangan

anak prasekolah yaitu tenaga pendidik pada Pos PAUD se kecamatan

Banyumanik.

a. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan cara yang ditempuh dalam mengambil

sampel, untuk memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan subjek penelitian.35

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan nonprobability

sampling dengan teknik total sampling atau biasa disebut juga dengan

sampling jenuh. Menggunakan semua populasi sebagai sampel


40

dikarenakan agar lebih mendapatkan gambaran dari suatu kejadian pada

suatu wilayah. 10

b. Besar Sampel

Besar sampling yang digunakan dalam penelitian dengan teknik

sampling jenuh yaitu keseluruhan dari jumlah populasi yang ada yaitu

sebanyak 140 tenaga pendidik pada Pos PAUD kecamatan Banyumanik.

c. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria subjek penelitian mewakili sampel


36
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria inklusi

pada penelitian ini adalah tenaga pendidik pada Pos PAUD kecamatan

Banyumanik yang berinteraksi langsung dengan peserta didik dalam

belajar mengajar.

Kriteria ekslusi adalah sebagian subjek yang memenuhi kriteria

inklusi yang harus dikeluarkan dari studi karena berbagai sebab.35

Kriteria ekslusi pada penelitian ini yaitu;

1) Tenaga pendidik yang sedang dalam masa cuti,

2) Tenaga pendidik yang tidak berada di lokasi saat pelaksanaan

penelitian karena dinas luar atau mengikuti penelitian,

3) Tenaga pendidik yang tidak dapat menyelsaikan data hingga jangka

waktu penelitian berakhir.

D. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN PENELITIAN

1. Tempat penelitian
41

Penelitian ini di laksanakan pada Pos PAUD di Kecamatan

Banyumanik, Kota Semarang. Peneliti memilih Pos PAUD yang ada

pada kecamatan Banyumanik yaitu meskipun pada daerah tersebut

sudah banyak terdapat lembaga pendidikan usia dini seperti yang

berbasis TK, Play group namun ada satuan forum Pos PAUD

pengorganisasiannya sudah terkoordinir dengan baik. Hal lain yang

mendasari penelitian ini adalah untuk meningkatkan peran dan

kemampuan tenaga pendidik dalam melaksanakan deteksi dini

perkembangan pada peserta didik agar dapat meningkatkan kesehatan

dan kesejahteraan anak usia pra sekolah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan pada bulan Maret 2017.

E. VARIABEL PENELITIAN, DEFENISI OPERASIONAL DAN

SKALA PENGUKURAN

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau

ukuran yang dimiliki atau di dapatkan oleh satuan penelitian terhadap

sesuatu.37 Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal

yaitu gambaran pelaksanaan deteksi tumbuh kembang anak prasekolah

yang dilaksanakan oleh tenaga pendidik.

2. Definisi Operasional
42

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga peneliti

dapat melakukan pengukuran yang tepat terhadap suatu fenomena yang

ada.35 Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang

dijadikan ukuran dalam penelitian, dimana variabel tersebut dapat

diukur dan ditentukan karakteristiknya.37


43

Tabel 3. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Data demografi
Responden
1. Usia
Data diri responden yang Mengggunakan Kuesioner Kategori umur menurut Ordinal
dilihat dari tanggal ulang A karakteristik responden Depkes RI:
tahun terakhir. berdasarkan kategori umur Remaja Akhir:
menurut Depkes RI, 2009 (17 - 25 tahun).
38
Dewasa Awal:
(26- 35 tahun).
Dewasa Akhir:
(36- 45 tahun).
Lansia Awal (46- 55 tahun).
Lansia Akhir;
(56 - 65 tahun)
2. Pendidikan terakhir Data diri responden yang Menggunakan Kuesioner SD Ordinal
dilihat dari jenjang A karakteristik responden SMP
pendidikan formal berdasarkan tingkat SMA
terakhir yang pendidikan Diploma
ditempuhnya. Sarjana

3. Jenis kelamin Data diri responden Menggunakan Kuesioner Laki- laki Nominal
berdasarkan pembagian A karakteristik responden Perempuan
jenis kelamin Berdasarkan jenis kelamin
44

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala

4. Paparan Data diri responden yang Menggunakan Kuesioner Pernah Nominal


informasi dilihat dari keterpaparan A karakteristik responden Tidak pernah
tumbang anak informasi tentang KPSP. berdasarkan paparan
menggunakan informasi deteksi tumbuh
KPSP kembang

5. Pelatihan deteksi Data diri responden yang Menggunakan Kuesioner Pernah Nominal
tumbang anak dilihat dari keikutsertaan A karakteristik responden Tidak pernah
dengan KPSP dalam pelatihan deteksi berdasarkan keikutsertaan
tumbang anak dengan pelatihan deteksi tumbang
KPSP. anak

Pelaksanaan deteksi Peran serta guru dalam Menggunakan kuesioner 3= tindakan baik Ordinal
tumbang pada anak praktik/ melaksanakan B pelaksanaan deteksi (76-100%) dari skor 64- 84
usia 36 bulan deteksi tumbang pada anak tumbang pada anak oleh 2= tindakan cukup
usia 36 bulan yang sesuai guru pendidik dengan (56-75%) dari skor 47-63
dengan KPSP, meliputi penilaian: 1= tindakan kurang
motorik kasar, bicara dan 1. Selalu: 3 (<56%) dari skor 21-46.
bahasa, serta sosialisasi 2. Sering: 2 (Hidayat A, 2009) 12
dan kemandirian 3. Kadang-kadang: 1
4. Tidak pernah: 0
45

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Pelaksanaan deteksi Peran serta guru dalam Menggunakan kuesioner 3= tindakan baik Ordinal
tumbang pada anak praktik/ melaksanakan B pelaksanaan deteksi (76-100%) dari skor 64- 84
usia 42 bulan deteksi tumbang pada anak tumbang pada anak oleh 2= tindakan cukup
usia 42 bulan yang sesuai guru pendidik (56-75%) dari skor 47-63
dengan KPSP, meliputi dengan penilaian: 1= tindakan kurang
motorik halus, motorik 1. Selalu: 3 (<56%) dari skor 21-46
kasar, bicara dan bahasa, 2. Sering: 2
serta sosialisasi dan 3. Kadang-kadang: 1
kemandirian 4. Tidak pernah: 0
Pelaksanaan deteksi Peran serta guru dalam Menggunakan kuesioner 3= tindakan baik Ordinal
tumbang pada anak praktik/ melaksanakan B pelaksanaan deteksi (76-100%) dari skor 64- 84
usia 48 bulan deteksi tumbang pada anak tumbang pada anak oleh 2= tindakan cukup
usia 48 bulan yang sesuai guru pendidik (56-75%) dari skor 47-63
dengan KPSP, meliputi dengan penilaian: 1= tindakan kurang
motorik halus, motorik 1. Selalu: 3 (<56%) dari skor 21-46
kasar, bicara dan bahasa, 2. Sering: 2
serta sosialisasi dan 3. Kadang-kadang: 1
kemandirian 4. Tidak pernah: 0
Pelaksanaan deteksi Peran serta guru dalam Menggunakan kuesioner 3= tindakan baik Ordinal
tumbang pada anak praktik/ melaksanakan B pelaksanaan deteksi (76-100%) dari skor 64- 84
usia 54 bulan deteksi tumbang pada anak tumbang pada anak oleh 2= tindakan cukup
usia 54 bulan yang sesuai guru pendidik (56-75%) dari skor 47-63
dengan KPSP, meliputi dengan penilaian: 1= tindakan kurang
motorik halus, motorik 1. Selalu: 3 (<56%) dari skor 21-46
kasar, bicara dan bahasa, 2. Sering: 2
serta sosialisasi dan 3. Kadang-kadang: 1
kemandirian 4. Tidak pernah: 0
46

Pelaksanaan deteksi Peran serta guru dalam Menggunakan kuesioner 3= tindakan baik Ordinal
tumbang pada anak praktik/ melaksanakan B pelaksanaan deteksi (76-100%) dari skor 64- 84
usia 60 bulan deteksi tumbang pada anak tumbang pada anak oleh 2= tindakan cukup
usia 60 bulan yang sesuai guru pendidik (56-75%) dari skor 47-63
dengan KPSP, meliputi dengan penilaian: 1= tindakan kurang
motorik halus, motorik 1. Selalu: 3 (<56%) dari skor 21-46
kasar, bicara dan bahasa, 2. Sering: 2
serta sosialisasi dan 3. Kadang-kadang: 1
kemandirian 4. Tidak pernah: 0
47

F. ALAT PENELITIAN DAN CARA PENGUMPULAN DATA

1. Instrumen pengumpulan data

a. Kuesioner A berisi Data Demografi

Kuesioner karakteristik demografi responden terdiri atas jenis

kelamin, kategori usia, tingkat pendidikan, apakah pernah mendapat

informasi tentang deteksi perkembangan anak dengan KPSP, apakah

pernah mengikuti pelatihan deteksi perkembangan anak menggunakan

KPSP.

b. Kuesioner B tentang pelaksanaan deteksi dini perkembangan anak

yang dilakukan oleh guru/tenaga pendidik.

Variabel pelaksanaan deteksi perkembanagan anak yang

pertanyaannya meliputi pelaksanaan deteksi untuk motorik kasar,

motorik halus, kemampuan dalam berbicara dan bahasa, serta

kemampuan sosialisasi dan kemandirian anak.

Kuesioner dalam penelitian disusun berdasarkan teori serta acuan

KPSP yang merupakan alat deteksi dini tumbuh kembang pada anak

yang sudah baku dan di keluarkan oleh Depkes serta sudah teruji

validitasnya.18 Pertanyaan dalam KPSP ini terdiri dari 9-10 pertanyaan

yang disesuaikan dengan perkembangan anak sesuai tingkatan usia.17


48

Tabel 4. Kisi kisi Kuesioner


Variabel Indikator Nomor Jumlah
Karakteristik Jenis kelamin 1 1
demografi Usia 2 1
(kuesioner A) Tingkat pendidikan 3 1
Paparan informasi 4 1
Pelatihan yang di ikuti 5 1

Pelaksanaan deteksi motorik halus, 4, 5, 6 3


tumbuh kembang motorik kasar, 7, 8, 9 3
anak usia 36 bulan bicara dan bahasa, 10,11,12 3
oleh tenaga sosialisasi dan kemandirian 13 1
pendidik.
(kuesioner B)

Pelaksanaan deteksi motorik halus, 14, 15 2


tumbuh kembang motorik kasar, 16, 17, 18 3
anak usia 42 bulan bicara dan bahasa,
oleh tenaga sosialisasi dan kemandirian 19, 20, 21, 22 4
pendidik.
(kuesioner B)

Pelaksanaan deteksi motorik halus, 23, 24 2


tumbuh kembang motorik kasar, 25, 26, 27 3
anak usia 48 bulan bicara dan bahasa, 28 1
oleh tenaga sosialisasi dan kemandirian 29, 30, 31 3
pendidik.
(kuesioner B)

Pelaksanaan deteksi motorik halus, 32, 33, 34 3


tumbuh kembang motorik kasar, 35 1
anak usia 54 bulan bicara dan bahasa, 36, 37, 38 3
oleh tenaga sosialisasi dan kemandirian 39, 40, 41 3
pendidik.
(kuesioner B)

Pelaksanaan deteksi motorik halus, 42, 43 2


tumbuh kembang motorik kasar, 44, 45 2
anak usia 60 bulan bicara dan bahasa, 46, 47, 48 3
oleh tenaga sosialisasi dan kemandirian 49, 50, 51 3
pendidik.
(kuesioner B)
49

2. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan

suatu instrumen. Uji validitas merupakan analisis yang digunakan untuk

mengetahui apakah alat ukur tersebut valid, yang bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu

data.29, 37 Namun dalam hal ini kuesioner tidak perlu lagi dilakukan uji

validitas karena isi dari kuesioner pelaksanaan merupakan isi dari KPSP

yang dikeluarkan Depkes RI yang sudah baku.

3. Uji Reliabilitas

Uji reliablitas adalah merupakan keajegan suatu alat ukur, yang artinya

konsistenitas alat ukur yang digunakan tidak akan berubah meskipun

digunakan pada tempat dan waktu yang berbeda.39

Reliabilitas merupakan adanya suatu kesamaan hasil apabila

pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda dan pada waktu yang

berbeda.40

Kuesioner yang digunakan tidak perlu lagi dilakukan uji reliabilitas

karena isi dari kuesioner pelaksanaan merupakan isi dari KPSP yang

dikeluarkan Depkes RI yang sudah baku.

4. Cara pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan.41

a. Tahap persiapan
50

1) Melakukan study literature dari google, google Schoolar, text book,

journal, contoh skripsis, dan Science direct dalam penyusunan

proposal penelitian

2) Melakukan konsultasi dan bimbingan dengan dosen pembimbing

terkait fenomena dan ketepatan judul proposal.

3) Melakukan seminar proposal penelitian.

b. Tahap Administratif

1) Mengajukan perijinan studi pendahuluan kepada ketua forum Pos

PAUD di Kecamatan Banyumanik.

2) Melakukan studi pendahuluan dan penjajagan awal di beberapa Pos

PAUD Kecamatan Banyumanik .

3) Mengajukan ijin penelitian ke Pos PAUD Banyumanik dan

mengajukan Ethical Clearance pada Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro Semarang.

4) Menyiapkan kelengkapan data dan instrumen penelitian.

c. Tahap pelaksanaan

Setelah mendapatkan Surat Ijin Penelitian, dilanjutkan dengan

melakukan penelitian di pospaud yang telah ditentukan:

1) Peneliti melakukan pendekatan kepada responden untuk

menjelaskan maksud serta tujuan penelitian dengan melampirkan

surat keterangan dari sekolah.


51

2) peneliti menjelaskan tentang materi yang tercantum dalam

kuesioner yang akan diisi serta menjelaskan cara pengisian

kuesioner kepada responden.

3) Peneliti melakukan pengambilan data sendiri tanpa bantuan pihak

lain atau enumerator

4) Peneliti meminta responden membaca, memahami dan mengisi

lembar informed consent . Apabila responden setuju maka

dilanjutkan dengan penandatanganan surat persetujuan responden.

5) Peneliti memberi kode pada kuesioner sebelum kuesioner diisi oleh

responden

6) Peneliti meminta responden untuk mengisi kuesioner didampingi

peneliti dan menganjurkan bertanya apabila tidak mengerti maksud

dari pertanyaan kuesioner tersebut.

7) Peneliti meminta responden untuk mengembalikan kuesioner

kepada peneliti setelah selesai mengisi.

8) Peneliti memeriksa kelengkapan setiap kuesioner.

9) Jika ada responden yang belum mengisi dengan lengkap atau kurang

jelas, peneliti menanyakan kembali kepada responden.


52

G. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

1. Teknik pengolahan

Pengolahan data merupakan tehnik yang digunakan untuk

menemukan teori dari data yang diambil dari responden yang kemudian

akan dianalisis aleh peneliti.42

a. Editing

Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali

kelengkapan dan kebenaran isi kuisioner yang diperoleh atau

dikumpulkan.39 Kegiatan ini yang dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul yaitu memeriksa

apakah semua pernyataan sudah terisi dan memeriksa.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan mengklasifikasikan jawaban-

jawaban dari responden kedalam kategori tertentu. Klasifikasi

dilakukan dengan cara memberikan kode berbentuk angka pada

masing-masing jawaban.39 Pemberian kode bertujuan

mempermudah peneliti dalam pengklasifikasian serta dalam

pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.43

Tabel 5. Coding
Keterangan Coding

Data demografi Jenis kelamin 1. Laki-laki 1


2. Perempuan 2

Umur 1. 17-25 tahun 1


2. 26-35 tahun 2
53

3. 36-45 tahun 3
4. 46-55 tahun 4
5. 56-65 tahun 5

Tingkat 1. SD 1
pendidikan 2. SMP 2
3. SMA 3
4. DIPLOMA 4
5. SARJANA 5

Paparan informasi 1. Pernah 1


2. Tidak pernah 2

Keikutsertaan 1. Pernah 1
dalam Pelatihan 2. Tidak pernah 2

Keterangan Coding

Pelaksanaan KPSP pada anak 1. Tidak pernah 1


deteksi tumbang usia 36 bulan 2. Kadang-kadang 2
dengan KPSP 3. Selalu 3
4. Sering 4

KPSP anak usia 1. Tidak pernah 1


42 bulan 2. Kadang-kadang 2
3. Selalu 3
4. Sering 4

KPSP anak usia 1. Tidak pernah 1


48 bulan 2. Kadang-kadang 2
3. Selalu 3
4. Sering 4

KPSP anak usia 1. Tidak pernah 1


54 bulan 2. Kadang-kadang 2
3. Selalu 3
4. Sering 4

KPSP anak usia 1. Tidak pernah 1


60 bulan 2. Kadang-kadang 2
3. Selalu 3
4. Sering 4
54

c. Entry Data

Entry data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master table atau database computer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau membuat

table kontingensi.43

d. Tabullating

Tabullating merupakan kegiatan menggambarkan jawaban

responden dengan cara tertentu.43 Dalam hal ini peneliti melakukan

tabulasi dengan memasukkan data kedalam tabel yang telah dibuat.

Peneliti menggunakan program komputer untuk memudahkan

dalam proses tabulasi, selanjutnya data dihitung untuk mengetahui

distribusi frekuensinya.

2. Analisa Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

univariat. Analisis univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisis

data dari suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu

hasil penelitian.43 Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis tiap

variabel dari suatu penelitian dan berfungsi untuk meringkas kumpulan

data hasil pengukuran sehingga kumpulan data tersebut berubah

menjadi informasi yang berguna.39

Variabel yang dianalisis adalah karakteristik responden (usia,

tingkat pendidikan, paparan informasi, keikutsertaan dalam pelatihan)

serta pelaksanaan deteksi tumbang anak yang dilakukan oleh pendidik.


55

Data karakteristik responden dan pelaksanaan deteksi tumbang anak

prasekolah di Pos PAUD oleh pendidik disajikan dalam bentuk

distribusi frekuensi.

H. ETIKA PENELITIAN

Merupakan azas moral yang berhubungan dengan perilaku benar atau

salah dengan tujuan untuk melindungi responden yang dijadikan obyek

dalam sebuah penelitian dengan tetap memperhatikan hak asasi

manusia.12,44

1. Autonomy

Penelitian yang dilakukan mempertimbangkan hak-hak yang

dimiliki responden dalam menentukan pilihan dan bebas dari paksaan

untuk berpartisipasi atau tidak dalam kegiatan penelitian dengan

memberikan persetujuannya dalam lembar informed consent. Informed

consent memiliki tujuan agar responden mengerti maksud dan tujuan,

mengetahui dampaknya penelitian. Bila seorang responden bersedia

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, dan jika tidak

bersedia maka peneliti harus menghormati keputusan responden

tersebut.

2. Berbuat baik (benefience)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian

yang berlaku guna mendapatkan hasil yang bermanfaat bagi responden


56

maupun bagi instansi yang melakukan penelitian dan bermanfaat pula

bagi peneliti-peneliti lainnya.

3. Tidak Merugikan (Nonmaleficence)

Penelitian yang dilakukan tidak mengandung unsur bahaya atau

merugikan responden, apalagi sampai bisa mengancam responden.

4. Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik

informasi maupun masalah lainnya. Semua informasi dari responden

dijamin kerahasiannya oleh peneliti dan hanya informasi tertentu saja

yang dapat disajikan pada hasil riset.

5. Kejujuran (veracity)

Pada penelitian ini, peneliti menjelaskan secara jujur tentang

manfaat, efek dan apa yang didapatkan jika responden terlibat dalam

penelitian tersebut. Penjelasan seperti ini harus disampaikan kepada

responden karena mereka mempunyai hak untuk mengetahui segala

informasi dari peneliti.

6. Keadilan (justice)

Prinsip keadilan menekankan sejauh mana peneliti memberikan

keuntungan dan manfaat secara merata kepada responden


57

Anda mungkin juga menyukai