TINJAUAN TEORITIS
kenaikan suhu tubuh (Suhu rektal lebih dari 38o C) yang disebabkan oleh
sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya
kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38oC) yang disebabkan oleh
(Ngastiyah,1997; 229)
1.1.2. Etiologi
Penyebab kejang demam menurut Buku Kapital Selekta
utama kejang demam ialah demam yang tinggi. Demam yang terjadi
media, bronchitis.
d. Keracunan obat
e. Faktor herediter
f. Idiopatik.
keotak.
d. Edema
e. Cyanosis
f. Bayi malas minum.
1.1.4. Klasifikasi
a. Infeksi saluran pernafasan akut.
b. Otitis mellitus
c. Infeksi saluran kemih.
d. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang panas.
1.1.5. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel/ organ otak diperluka
energi yang dapat dari mekanisme. Bahan baku untuk metabolisme otak
yang penting adalah glukosa. Sipat prose situ adalah obsida dengan
sumber energi otak adalah glukosa yang patah menjadi CO2 dan air sel
lipoid dan permukaan luar yaitu lurik. Dalam keadaan normal membrane
sel neuron dapat melalui dengan mudah ion kalium (K+) dan sangat sulit
dilalui ion natrium (Na+) dan elektronik lainnya kecuali ion klorida (eL-)
kejang.
b. Pembidaian CT untuk mendeteksi perbedaan kerapatan
jaringan.
c.MRI, untuk memperlihatkan daerah-daerah otak.
d. Uji laboraturium: fungsi lumbal, hitung darah lengkap, skrinin
1.1.7. Penatalaksanaan
a. Pengobatan fase akut
Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang
atau intracranial
b. Mencari dan Mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan sereprospinal dilakukan untuk
38,5oC.
2. Profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari.
Berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam
BB/hari.
berhungan dengan ;
1. Kelelahan, kelenahan, kesulitan keseimbangan.
2. Keterbatasan kogritis atau perbahan kesadaran.
3. Kehilangan koordinasi otot besar / kecil.
b. Pola nafas tak epektif berhungan dengan;
1. Kerusakan neoramus kuler.
2. Obstruksi trakeabronkial
3. Kerusakan persasi atau krogrutif.
c. Kekurangan pengetahuan keluarga mengenai kondisi penyakit
Intervensi Rasional
-Kaji tingkat kelenahan, - Dengan mengkaji kelemahan,
kesulitan dan keseimbangan kesulitan dan keseimbangan
keterbatasan kognitis dapat dikontrol peningkatan
kehilangan koordinasi otot kelemahan dan keseimbangan
besar. dll terpenuhi.
-Observasi tingkat kebinahan, - Dengan mengobservasi tingkat
kesutan dan keseimbangan dll. kelemahan, kesulitan dan
keseimbangan mana di ketahui
pola kelemahan, kesulitan dan
keseimbangan.
-Libatkan keluarga - Dengan melibatkan keluarga
maka klien akan merasa
diperhatikan.
-kolaborasi dengan tim dokter. - Dengan mengkolaborasikan
dengan tim dokter.
b. Diagnosa Keperawatan : 2
Tujuan : Pola nafas Epektif terpenuhi
Kriteria Haasil : -
Intervensi Rasionalisasi
- Kaji tingkat kerusakan - Dengan mengkaji kersakan
huromus kuler obstruksi neoromus kuler, obstruksi,
trakeabronkial dan kerusakan trakeabronkial dan kerusakan
persepsi. persepsi maka dapat
dikontrol peningkatannya
terjadi.
- Obsevasi tingkat kerusakan - Dengan mengobservasi
neuoromus kuler, obstruksi tingkat kerusakan neoromus
trakeabronkial dan kerusakan kuler, obsruksi trakeabronkial
persepsi. dan kerusakan persepsi maka
diketahui pola kerusakan
neoromus kuler dll.
- Dengan melibatkan keluarga
- Libatkan keluarga dalam dalam tingkat kerusakan
tingkat kerusakan neoromus neoromus kuler, obstruksi
kuler obstruksi trakeabonkial dan kerusakan persepsi maka
dan kerusakan persepsi. klein akan merasa di
perhatikan.
- Dengan mengkolaborasikan
- Kolaborasi dengan tim dokter. dengantim dokter maka akan
tercipta terapi (pengobatan
yang sesuai).
C. Diagnosa Keperawatan : 3
Tujuan : Kekurangan pengetahuan keluarga mengenai kondisi
penyakit.
Kriteria Hasil : -
Intervensi Rasionalisasi
- Kaji tingkat pengetahuan - Dengan mengkaji
keterbatasan kognitif dan kelahanan tingkat pengetahuan
intervensi informasi. keterbatasan kognitif
dan kerusakan
- Observasi tingkat pengetahuan intervensi informasi
keterbatasan kognitif dan kerusakan terjadi.
intervensi informasi. - Dengan mengobservasi
tingkatan pengetahuan
- Libatkan keluarga dalam keterbatasan kognitif
keterbatasan kognitif dan kerusakan dan kerusakan
intervensi informasi. intervensi informasi.
- Dengan
- Kolaborasi dengan tim dokter. mengkolaborasi
dengan tim dokter
maka akan tercipta
terapi/ pengobatan
yang sesuai.
optimal.
terpenuhi.
b. Pola nafas tak efektif hilang.
c. Kekurangan pengetahuan keluarga mengenai kondisi penyakit
pengobatan terpenuhi.
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1.1. Biodata
a. Identitas Klien
Aga ma :Islam
Pendidikan :-
07 Rw 10
Nama :Tn I
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Buruh
Aga ma :Islam
07 Rw 10
Ibu :
Nama :Ny T
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Wirasuasta
Agama :Islam
07 Rw 10
disertai kejang-kejang.
masuk rumah sakit Myria diberi obat melalui anus (Diazepam atau
kali kejang tidak ada, post ictal pasien mengantuk BAB dan BAK
biasa saja.
Natal
Post natal
panjang badan 4,8 cm, bayi dalam keadaan sehat, bayi tidak pernah
: laki-laki
: perempuan
: klien
---- : sekeluarga
a. Pertumbuhan Fisik
Berat badan klien sekarang 11 Kg, tinggi badan klien 79 cm,
a. Pemberian ASI
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
d. Riwayat Psikososial
Anak tinggal di rumah sendiri berada dilingkungan kota dan
antr keluarga haromis dan anak diasuh oleh kedua orang tua.
e. Riwayat Spiritual
selalu dikerjakan.
tua saat cemas dengan kondisi anaknya, lalu orang tua selalu berkunjung
doktor selalu menceritakan kondisi anak, dan anak merasa bosan berada
di rumah sakit
Istirahat tidur
1. Jam tidur
- Siang Tidak tidur 13 00 15 00
- Malam 09 00 05 00 Tidak tentu
2. Pola tidur - -
3. Kebiasaan sebelum tidur Nonton TV Cerita
4. Kesulitan tidur Tidak ada Ada, karena suhu tubuh
meningkat
Olah Raga:
1. Program olah raga Ada Tidak ada
2. Jenis dan frekuensi Silat Tidak ada
3. Kondisi setelah olah raga Senang Tidak ada
Personal Hygiene:
1. Mandi
- Cara Sendiri Dimandikan
- Frekuensi 2 3 kali 1 2 kali
- Alat mandi Sabun, sampo, sikat, Sabun, sikat gigi dan
sikat gigi dan pepsoden
2. Cuci rambut pepsoden
- Frekuensi 1 2 kali
- Cara 2 3 kali Mandi
3. Gunting kuku Mandi
- Frekuensi 1 kali seminggu
- Cara 1 2 kali seminggu Potong kuku
4. Gosok gigi Potong kuku
- Frekuensi 1 2 kali sehari
- Cara 3 4 kali sehari Gosok gigi
Gosok gigi
Aktifitas/Mobilitas Fisik:
1. Kegiatan sehari-hari Sekolah Istirahat
2. Pengaturan jadwal harian Ada Tidak ada
3. Penggunaan alat Bantu Tidak ada Tidak ada
aktifitas
4. Kesulitan pergerakan Tidak ada Tidak ada
tubuh
Rekreasi:
1. Perasaan saat sekolah Senang -
2. Waktu luang Bermain Istirahat
3. Perasaan setelah rekreasi Senang -
4. Waktu senggang klg _ -
5. Kegiatan hari libur Olahraga (silat) -
2.1.9. Pemeriks2.1.9. Pemeriksaan Fisik
b. tanda-tanda vital
suhu : 38,5 oc
nadi : 85 x/menit
respirasi : 28 x/menit
tekanan darah :-
c. antropometri
d. system pernafasan
hidung simetris, tidak terdapat sianosi pada bibir, jari tangan maupun
jari kaki, tidak terdapat cuping hidung, bentuk dada simetris, tidak
terlihat pucat
f. Sistem Pencernaan
warna bibir terlihat pucat, mukosa bibir kering, gigi tampak kotor,
tonsil tidak terdapat adanya nyeri tekan dan lepas pada daerah
abdomen.
g. System Integumen
warna rambut klien hitam, rambut klien tidak mudah dicabut, kulit
klien berwarna sawo matang, dan kulit klien terasa hangat dengan
h. System Perkemihan
Tidak terdapatnya nyeri tekan ataupun nyeri lepas saat palpasi ginjal
dan pada saat palpasi ginjal tidak teraba, tidak terdapat adanya nyeri
a. Laboratorium
Penghitungan jenis
- Basofil 0% negatif
- Cosinofil
2%
- Batany
- Seg ment 4%
75 %
b. Therapy
3). O2 Nasal
Nama Pasien : An R
No Register : 497355
In adebuatnya inteke
nutrisi
Anoreksia
Gangguan pemenuhan
nutrisi kebutuhan tubuh
3 DS : Cemas
- Klien mengatakan cemas
dengan kondisi anaknya
DO :
- Keluarga klien nampak
gelisah dan takut
Nama Pasien : An R
No Register : 497355
Nama Pasien : An R
No Register : 497355
No Diagnosa Perencanaan
keperawatan Tujuan intervensi Rasionalisasi
1 Gaangguan ras Tupan : - Kaji - Dengan
nyaman - Kebutuhan ras peningkatan meningkatkan
peningkatan nyaman suhu tubuh suhu tubuh
- Observasi dapat
suhu tubuh b/d terpenuhi suhu
peningkatan dikontrol
proses infeksi tubuh normal suhu tubuh peningkatan
dalam tubuh Tupen : suhu yang
oleh virus/ - Kebutuhan ras - Berikan terjadi
bakteri ditandai nyaman kompres - Dengan
dengan: terpenuhi hangat mengobsevasi
DS: dengan kriteria peningkatan
suhu tubuh
- Orang tua hasil
maka
klien T: 38,5oC - Libatkan diketahui
mengatakan P: 85 x/ mnt keluarga peruhan pola
RR: 28 x/mnt dalam
badan suhu tubuh
- Bibir klien pemenuhan - Dengan
anaknya panas
lembab kebutuhan memberikan
- Orang tua
- Klien tidak klien kompres
klien gelisah
mengatakan hangat maka
- Klien tidak - Kolaborasi akan
anaknya menanggis lagi dengan tim mempengaru
sering minum dokter hi pusat
DO: pengaturan
- T: 38,5oC panas
- P: 85 x/ mnt dariakan
- R: 28 x/ mnt terjadi dilatasi
- Bibir klien pada
kering pembuluh
- Klien nampak darah
gelisah - Dengan
- Klien melibatkan
menanggis keluarga
- Minum air maka klien
putih + 1000 merasa
cc. diperhatikan
- Dengan
berkolaborasi
dengan tim
dokter maka
akan cepat
tercipta.
2 Gangguan Tupan : - Kaji intek - Dengan
kebutuhan Kebutuhan dan output mengkaji intek
nutrisi kurang nutrisi klien nutrisi dan output
- Observasi maka akan
dari kebutuhan terpenuhi
intek dan diketahui
tubuh b/d output nutrisi pengluaran
inadekuat nya - Libatkan dan
intake nutrisi Tupen : partisivasi pemasukan
DS: Dalam waktu 1 x keluarga nutrisi
- Orang tua 24 jam nafsu dalam - Dengan
mengatakan makan klien pemenuhan melibatkan
klien tidak nutrisi keluarga mak
meningkat.
mau makan - Anjurkan akan dapat
DS: makn dalam mengimbangg
- KU lemah porsi kecil i pola mual
- Seperti mau tapi sering dan muntah
- Kolaborasi - Dengan
muntah
dengan tim berkolaborasi
- Menghabiska
dokter danagan tim
n 3-4 sendok medis maka
porsi makan akan tercipta
pengobatan
yang sesuai
Nama Pasien : An R
No Register : 497355
Nama Pasien : An R
No Register : 497355
masih panas
P : intervensi dilanjutkan
tubuh
- Berikan compres hangat
- Libatakn keluarga dalam
E : Implementasi dilanjutkan
tubuh
- Mengobservasi peningkatan
suhu tubuh
- Memberikan kompres hangat
- Melibatatkan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi
- Mengkolaborasikan dengsn
tim dokter
15 4 11 14 00 2 S : Ortu Klien mengatakan anakntya
O : - KU: lemah
makan
P : Intervensi dilanjutkan
nutrisi
- Libatkan partisipasi keluarga
E : Implementasi dilanjutkan
nutrisi
- Mengobserpasi intake dan
output nutrisi
- Melibatkan keluarga dalam
penuhan nutrisi
- Menganjurkan makan porsi
dokter
16 4 11 15 00 3 S : klien mengatakan tidak cemas
lagi
O : klien nampak tenang
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
I:-
E:-
R:-